By :
Elvira (1711442006)
Departement of Mathematics
FACULTY OF MATHEMATICS AND SCIENCE
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua manusia pada umumnya memiliki dorongan dan minat yang besar
untuk mencapai atau ingin memiliki sesuatu. Adanya perilaku seseorang dan
munculnya berbagai kebutuhan seseorang disebabkan oleh dorongan dan minat yang
besar. Jika terpenuhi, itulah dasar dari pengalaman emosionalnya. Perjalanan hidup
seseorang satu dengan yang lainnya itu tidak sama. Semua memiliki jalan sendiri-
sendiri. Semua memiliki pola sendiri-sendiri pula. Jika seseorang bisa memenuhi apa
yang mereka inginkan, maka mereka akan memiliki emosi yang stabil, dengan
demikian bisa menikmati hidupnya dengan sebaik-baiknya. Tetapi sebaliknya, jika
seseorang tidak bisa memenuhi apa yang mereka inginkan, maka mereka cenderung
memiliki emosi yang tidak stabil.
Seseorang manusia dalam menanggapi sesuatu lebih banyak diarahkan oleh
penalaran dan pertimbangan-pertimbangan objektif. Tetapi pada saat tertentu,
dorongan emosional banyak campur tangan dan mempengaruhi pemikiran-pemikiran
dan tingkah lakunya. Oleh sebab itu, untuk memahami remaja, memang perlu
mengetahui apa yang dia pikirkan dan dia lakukan. Yang lebih penting lagi adalah
mengetahui apa yang mereka rasakan. Gejala-gejala emosional seperti marah, takut,
malu, cinta, benci, dan lainnya perlu dicermati dan dipahami dengan baik. Selanjutnya
marilah kita tinjau secara rinci tentang perkembangan emosi pada peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Emosi itu?
2. Bagaimana ciri-ciri perkembangan emosi itu?
3. Faktor apa sajakah yang memengaruhi perkembangan emosi?
4. Bagaimana Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku serta pengaruh Emosi
terhadap Tingkah Laku?
5. Bagaimana Individual dalam Perkembangan Emosi?
6. Bagaimana upaya Pengembangan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam
Penyelenggaraan Pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian perkembangan emosi pada peserta didik
2. Untuk mengetahui ciri-ciri perkembangan emosi pada peserta didik
3. Untuk mengetahui faktor-faktor perkembangan emosi pada peserta didik
4. Untuk mengetahui hubungan antara emosi dan tingkah laku serta pengaruh emosi
terhadap tingkah laku pada peserta didik
5. Untuk mengetahui sikap individual dalam perkembangan emosi
6. Untuk mengetahui upaya pengembangan emosi remaja dan implikasinya dalam
penyelenggaraan pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Emosi
Perilaku atau perbuatan kita sehari-hari selalu disertai oleh perasaan-perasaan
tertentu, misalnya senang atau tidak senang. Perasaan-perasaan yang selalu menyertai
perbuatan kita tersebut disebut warna efektif. Warna efektif kadang-kadang lemah,
tetapi terkadang juga kuat. Jika warna efektif kuat, perasaan-perasaan akan menjadi
lebih dalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan ini disebut emosi.
Perasaan lainnya seperti gembira, takut, cemas, benci, dan lain sebagainya.
Emosi dan perasaan adalah dua hak yang berbeda. Tetapi perbedaan antara
keduanya tidak dapat dinyatakan dengan tegas. Emosi dan perasaan merupakan suatu
gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan, akan tetapi tidak jelas batasnya.
Pada suatu saat warna efektif dapat dikatan sebagai perasaan, tetapi juga dapat
dikatakan sebagai emosi. Contohnya marah yang akan ditunjukkan dalam bentuk
diam. Jadi sukar sekali kita mendefinisikan emosi. Jadi, emosi adalah pengalaman
efektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan
fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
Emosi adalah warna efektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan
fisik. Pada saat terjadi emosi seringkali terjadi perubahan-perubahan pada fisik, anatar
lain berupa: peredaran darah akan bertambah cepat bila marah, pupil mata membesar
bila marah, bulu roma berdiri bila takut, dan lain sebagainya.
B. Karakteristik Perkembangan Emosi
Masa remaja merupakan masa yang penuh badai dan tekanan. Ketegangan emosi
meninggi akibat perubahan fisik dan juga kelenjar. Rata-rata emosi para remaja menjadi
tinggi karena mereka sedang berada dibawah tekanan social dan juga mereka sedang
menghadapi kondisi baru, sedangkan selama anak-anak mereka kurang mempersiapkan
diri. Tetapi tidak semua remaja mengalami tekanan dan badai dalam hidupnya.
Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis
emosi yang secara normal dialami adalah: cinta/kasih saying, gembira, amarah, takut dan
cemas, cemburu sedih, dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat
rangsangan yang membangkitkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang
dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka. Berikut ini akan dibahas beberapa
kondisi emosional.
1. Cinta/Kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai
orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Kemampuan
untuk menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberinya.
Walaupun para remaja sudah banyak yang bergerak ke dalam dunia bebas,
tetapi dalam dirinya masih terdapat sifat kanak-kanaknya. Remaja membutuhkan
kasih sayang dari orang tua di rumah yang sama banyaknya dengan apa yang mereka
alami pada tahun-tahun sebelumnya.
Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta menjadi sangat penting,
walaupan kebutuhan-kebutuhan akan perasaan itu disembunyikan secara rapi. Para
remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal, dan mempunyai sikap
permusuhan yang besar kemungkinannya disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan
dicintai yang tidak disadari.
2. Gembira
Individu pada umumnya dapat mengingat kembali pengalaman-pengalaman
yang menyenangkan yang menyenangkan tersebut kita agaknya mempunyai cerita
yang panjang dan lengkap tentang apa yang terjadi dalam perkembangan emosional
remaja.
Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik
dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang
sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan (diterima) oleh
yang dicintai.
3. Kemarahan dan Permusuhan
Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang
memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian. Rasa marah
juga penting dalam kehidupan, karena rasa marahnya seseorang mempertajam
tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri.
Kondisi-kondisi yang menyebabkan timbulnya rasa marah kurang lebih sama,
tetapi ada beberapa perubahan sehubungan dengan pertambahan umurnya dan
kondisi-kondisi tertentu yang menimbulkan rasa marah atau meningkatnya
penguasaan kendali emosional.
4. Ketakutan dan Kecemasan
Menjelang balita mencapai masa anak-anak, kemudian masa remaja, dia telah
mengalami serangkaian perkembangan panjang yang mempengaruhi pasang surut
berkenaan dengan rasa ketakutannya. Beberapa rasa takut sudah teratasi, tetapi masih
banyak yang tetap ada. Banyak ketakutan-ketakutan baru muncul karena adanya
kecemasan-kecemasan – kecemasan dan rasa berani yang bersamaan dengan
perkembangan remaja itu sendiri.
Semua remaja sedikit banyak takut terhadap waktu. Beberapa di antara
mereeka merasa takut hanya pada kejadian-kejadian bila mereka dalam bahaya.
Beberapa orang mengalami rasa takut secara berulang-ulang dengan kejadiian dalam
kehidupan sehari-hari, atau karena mimpi-mimpi, atau karena pikiran-pikiran mereka
sendiri. Beberapa orang dapat mengalami rasa takut sampai berhari-hari bahkan
sampai berminggu-minggu.
Remaja seperti halnya anak-anak dan orang dewasa, seringkali berusaha untuk
mengatasi ketakutan-ketakutan yang timbul dari persoalan-persoalan kehidupan.
Tidak ada seorang pun yang menerjunkan dirinya dalam kehidupan dapat tanpa rasa
takut adalah menyerah terhadap rasa takut, seperti terjadi bila seseorang begitu takut
sehingga ia tidak berani mencapai apa ada sekarang atau masa depan yang tidak
menentu.
D. Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku serta Pengaruh Emosi terhadap
Tingkah Laku
Dalam perkembangan sosial para remaja dapat memikirkan perihal dirinya dan orang
lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah ke penilaian diri
dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil penilaian tentang dirinya tidak
selalu diketahui orang lain, bahkan sering terlihat usaha seseorang untuk
menyembunyikan atau merahasiakannya. Dengan refleksi diri, hubungan dengan situasi
lingkungan sering tidak sepenuhnya diterima, karena lingkungan tidak senantiasa sejalan
dengan konsep dirinya yang tercermin sebagai suatu kemungkinan bentuk tingkah laku
sehari-hari.
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan
sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk orang tuanya. Setiap pendapat orag
lain dibandingkan dengan teori yang diikuti dan diharapkan. Sikap kritis ini juga
ditunjukkan dalam hal-hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya, sehingga
tatacara, adat istiadat yang berlaku di lingkungan keluarga sering terasa terjadi/ada
pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada perilakunya.
Kemampuan abstraksi menimbulkan kemampuan mempermasalahkan kenyataan dan
peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam
pikirannya. Situasi ini ( yang di akibatkan kemampuan abstraksi) akhirnya dapat
menimbulkan perasaan tidak puas dan putus asa.
Disamping itu pengaruh egosentris masih sering terlihat pada pikiran remaja.
Misalnya, cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitikberatkan pikiran sendiri tanpa
memikirkan akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungan kesulitan praktis yang mungkin
menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan. Contoh yang lainnya,
kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam
penilaiannya. Masih sulit membedakan pokok perhatian orang lain dari pada tujuan
perhatian diri sendiri. Pandangan dan penilaian diri sendiri dianggap sama dengan
pandangan orang lain mengenai dirinya.
Pencerminan sifat egois sering dapat menyebabkan “kekakuan”para remaja dalam cara
berfikir maupun bertingkah laku. Persoalan yang timbul pada masa remaja adalah banyak
bertalian dengan perkembangan fisik yang dirasakan mengganggu dirinya dalam bergaul,
karena dikiranya orang lain sepikiran. Akibat dari hal ini akan terlihat pada tingkah laku
yang canggung.
Proses penyesuaian diri yang dilandasi sifat egonya dapat menimbulkan reaksi lain
dimana remaja itu justru melebih-lebihkan diri dalam penilaian diri. Mereka merasa
dirinya “ampuh” atau “hebat” sehingga berani menantang malapetaka dan menceburkan
diri dalam aktivitas yang acap kali dipikirkan atau direncanakan dan biasanya tergolong
aktivitas yang membahayakan.
Melalui banyak pengalaman dan penghayata kenyataan dalam menghadapi pendapat
orang lain, maka sifat ego semakin berkurang. Pada akhir masa remaja pengaruh
egosentrisitas sudah sedemikian kecilnya, sehingga remaja sudah dapat berhubungan
dengan orang lain tanpa meremehkan pendapat dan pandangan orang lain.
Agar emosi positif pada diri remaja dapat berkembang dengan baik, dapat dirangsang,
disikapi oleh orang tua maupun guru dengan cara :
1. Orangtua dan guru serta orang dewasa lainnya dalam lingkungan anak (significant
person) dapat menjadi model dalam mengekspresikan emosi-emosi negatif, sehingga
tampilannya tidak meledak-ledak.
2. Adanya program latihan beremosi baik disekolah maupun didalam keluarga, misalnya
dalam merespon dan menyikapi sesuatu yang tidak sejalan sebagaimana mestinya.
3. Mempelajari dan mendiskusikan secara mendalam kondisi-kondisi yang cenderung
menimbulkan emosi negatif dan upaya-upaya menanggapinya secara lebih baik.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Emosi merupakan reaksi psikologis yang nampak dari reaksi fisik seperti detak
jantung lebih cepat, muka merah atau pucat, otot memegang dan sebagainya. Tingkah
laku emosi misalnya riang atau bahagia, marah, takut, sedih dan sebagainya. Jadi,
emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan
biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Emosi itu ada dua jenis, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif
merupakan reaksi psikologis sebagai tanda adanya kepuasan terhadap berbagai
keputusan yang dirasakan remaja, dan emosi negatif diakibatkan ketidakpuasan
terhadap berbagai kebutuhan itu.
Emosi yang paling sering dirasakan remaja adalah emosi marah, takut, cemas,
kecewa dan cinta. Gangguan emosi yang dialami remaja dapat menjadi sumber
tingkah laku nakal.
Oleh karena itu hal-hal yang menyebabkan emosi remaja terganggu perlu
dihindari. Cara yang sangat penting untuk menghindari gangguan emosi pada remaja
yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis. Yaitu kebutuhan makan,
pakaian dan bergerak, kebutuhan mendapatkan status, kebutuhan untuk diakrabi,
kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk mandiri dan kebutuhan memiliki
filsafat hidup.
B. Saran
Usaha untuk mengembangkan emosi remaja :
Adanya model dari orang tua dan guru serta orang dewasa lainnya dalam
melahirkan emosi-emosi positif
Adanya latihan beremosi secara terprogram di keluarga dan di sekolah
Mempelajari secara mendalam kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan
emosi negatif remaja muncul dan menghindari kondisi-kondisi itu
Membantu remaja mengatasi berbagai masalah pribadinya dengan mendorongnya
membicarakan masalah pribadi itu kepada orang-orang yang dipercayainya
Melatih dan menyibukkan remaja dengan berbagai kegiatan fisik sehingga
menguras energi yang banyak agar gejolak emosi tersalurkan
Menciptakan berbagai kesempatan yang memungkinkan remaja berprestasi dan
mendapatkan harga diri
DAFTAR PUSTAKA