Anda di halaman 1dari 7

Tugas Resume

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK (PPD)


‘’PERKEMBANGN EMOSI PESERTA DIDIK’’

DOSEN PENGAMPU : IMAN ASHARI S.Pd, M.Pd

DI SUSUN OLEH :

TRI HANDAYANI (A1G121031)

KELAS A SEMESTER 2

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO (UHO)
KENDARI
2022
PERKEMBANGAN EMOSI PESERTA DIDIK

A. Pengertian Emosi

Emosi adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu Emovere yang memiliki
arti merak menjauh. Dari kata tersebut emosi dinyatakan sebagai bentuk tindakan yang
menyiratkan untuk kecenderungan melakukan tindakan secara mutlak dalam emosi.

Menurut Fauzi (2004) perasaan dan emosi memiliki perbedaan, dan keduanya merupakan
suatu kelangsungan kualitatif yang tidak jelas batasnya. Pada suatu saat tertentu, suatu warna
efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi dapat juga dikatakan sebagai emosi. Charland,
L.C. (2021) mengatakan bahwa emosi manusia merupakan gejala alamiah yang sudah ada sejak
manusia dilahirkan. Rene Descartes dengan teori nativismenya, ia menegaskan bahwa secara
alamiah, manusia sejak lahir, telah memiliki emosi dasar, yaitu cinta, kegembiraan, keinginan,
benci, sedih, dan kagum.

Menurut Safaria & Saputra (2009) emosi bisa tampak menjadi positif, namun juga bisa
menjadi negatif. Emosi yang tampak secara positif akan menimbulkan efek yang menyenangkan,
sebaliknya emosi negatif akan menimbulkan efek yang tidak menyenangkan. Jika kita
mengungkapkan semua emosi yang alami akan menyebabkan kita tidak disenangi oleh orang
lain, terutama emosi yang negatif.

Emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian diri dalam diri individu
tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Mencapai
kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses
pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi emosional lingkungannya, terutama lingkungan
keluarga dan kelompok teman sebaya.

Apabila lingkungan tersebut kondusif, dalam arti kondisinya diwarnai oleh hubungan
yang harmonis, saling mempercayai, saling menghargai, dan penuh tanggung jawab, maka
remaja cenderung dapat mencapai kematangan emosionalnya. Sebaliknya apabila kurang
dipersiapkan untuk memahami peran-perannya dan kurang mendapatkan perhatian dan kasih
sayang dari orang tua atau pengakuan dari teman sebaya, mereka cenderung akan mengalami
kecemasan, perasaan tertekan atau ketidaknyamanan emosional.

Perilaku atau perbuatan kita sehari-hari selalu disertai oleh perasaan-perasaan tertentu,
misalnya senang atau tidak senang. Perasaan-perasaan yang selalu menyertai perbuatan kita
tersebut disebut warna efektif. Warna efektif kadang kadang lemah, tetapi terkadang juga kuat.
Jika warna efektif kuat, perasaan perasaan akan menjadi lebih dalam, lebih luas, dan lebih
terarah. Perasaan perasaan ini disebut emosi Perasaan lainnya seperti gembira, takut, cemas,
benci, dan lain sebagainya.

B. Bentuk dan Karakteristik Perkembangan Emosi

Masa remaja merupakan masa yang penuh badai dan tekanan. Ketegangan emosi
meninggi akibat perubahan fisik dan juga kelenjar. Dalam menghadapi tekanan atau keadaan
sekitar diperlukan emosi dari individu untuk dapat merefleksikan apa yang akan dilakukan
selanjutnya. Rata-rata emosi para remaja menjadi tinggi karena mereka sedang berada di bawah
tekanan sosial dan juga mereka sedang menghadapi kondisi baru, sedangkan selama anak anak
kurang mempersiapkan diri.

Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis emosi
yang secara normal dialami adalah: cinta atau kasih sayang, gembira, amarah, cemas, sedih, dan
lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan
emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi
mereka.

Goleman (2009) menggolongkan emosi ke dalam beberapa bentuk emosi, yaitu sebagai berikut:

1. Amarah merupakan reaksi terhadap sesuatu hambatan yang menyebabkan gagalnya suatu
usaha atau perbuatan, biasanya bersamaan dengan berbagai ekspresi perilaku. Membawa
perubahan dalam dif" atau emosi yang dibawa oleh kekuatan dan rasa dendam demi
menghilangkan rasa gemuruh dalam diri. Amarah adalah sifat, bahkan bisa dikatakan
sebagai perasaan yang penting bagi manusia karena suatu individu dapat membangkitkan
gelora. Amarah dikelompokkan sebagai benci, jengkel, tersinggung, bermusuhan, kesal
hati, dan yang paling hebat adalah tindak kekerasan.
2. Cinta atau kasih sayang merupakan sesuatu yang mengalir di antara manusia, diterima,
dan diberikan. Untuk memberikan maupun merasakannya, dibutuhkan usaha dari
seseorang. Dalam hubungannya antara makhluk dan makhluk lainnya, di mana setiap
orang yang memiliki kasih terhadap orang lain bisa merasakannya. Hal ini bisa
dibuktikan dari kasih seorang ibu terhadap anaknya, seorang kakak kepada adiknya, dan
seorang pria kepada wanita, maupun sebaliknya. Bentuk lain dari cinta/kasih sayang ini
adalah persahabatan, penerimaan, bakti, hormat, serta kebaikan hati.
3. Gembira adalah emosi yang memberikan gambaran mengenai rasa senang yang dialami
oleh seseorang. Hal ini terjadi dari bermacam macam jenis perasaan gembira, yaitu:
bahagia, puas, terhibur, manis, terpesona.
4. Ketakutan merupakan emosi yang menggambarkan mengenai perasaan yang tidak senang
yang berasal dari dalam atau luar individu dalam menghadapi suatu kondisi tertentu.
Untuk emosi takut yang berasal dari dalam individu bisa dicontohkan takut tidak naik
kelas, takut mencoba tantangan, dan lain-lain. Sedangkan untuk emosi takut dari hal luar
individu yaitu misal takut dirampok, takut berjalan sendiri di kegelapan, takut pada
hewan buas, dan lain-lain. Dalam bentuknya, emosi juga mempunyai suatu karakteristik.
Karakteristik emosi tersebut antara lain:
 Temperamen atau kepribadian, evolusi budaya merupakan hal-hal yang dapat
memengaruhi emosi.
 Proses bio-evolusi merupakan asal muasal dari emosi.
 Awalnya emosi diaktifkan oleh sebuah rangkaian dari proses persepsi

C. Hubungan Antara Emosi Dan Pembelajaran Peserta Didik

Dalam perkembangan sosial para remaja dapat memikirkan perihal dirinya dan orang
lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah ke penilaian diri dan kritik
dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil penilaian tentang dirinya tidak selalu diketahui
orang lain, bahkan sering terlihat usaha seseorang untuk menyembunyikan atau
merahasiakannya.

Dengan refleksi diri, hubungan dengan situasi lingkungan sering tidak sepenuhnya
diterima, karena lingkungan tidak senantiasa sejalan dengan konsep dirinya yang tercermin
sebagai suatu kemungkinan bentuk tingkah laku sehari-hari. Pikiran remaja sering dipengaruhi
oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain,
termasuk orang tuanya. Setiap pendapat orang lain dibandingkan dengan teori yang diikuti dan
diharapkan. Sikap kritis ini juga ditunjukkan dalam hal-hal yang sudah umum baginya pada masa
sebelumnya, sehingga tata cara, adat istiadat yang berlaku di lingkungan keluarga sering terasa
terjadi/ada pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada perilakunya.

Kemampuan abstraksi menimbulkan kemampuan mempermasalahkan kenyataan dan


peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam pikirannya.
Situasi ini (yang diakibatkan kemampuan abstraksi) akhirnya dapat menimbulkan perasaan tidak
puas dan putus asa. Di samping itu pengaruh egosentris masih sering terlihat pada pikiran
remaja. Misalnya, cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitikberatkan pikiran sendiri tanpa
memikirkan akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin
menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.

Contoh yang lainnya, kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri, belum disertai
pendapat orang lain dalam penilaiannya. Masih sulit membedakan pokok perhatian orang lain
dari pada tujuan perhatian diri sendiri.

D. Perkembangan Emosi Membentuk Karakter Peserta Didik

Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,


adalah bagian dari tujuan dilaksanakannya pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut, sudah
pasti tidak semudah yang dibayangkan. Sebab secara formal, proses pendidikan itu sendiri harus
dilalui dengan penjenjangan yang boleh dikata amat melelahkan namun berdampak positif
terhadap pembentukan karakter seseorang, bahkan jati diri bangsa di sebuah Negara.

Jika kualitas pendidikan diharapkan tercapai secara optimal, perlu diupayakan bagaimana
membina peserta didik untuk memiliki perkembangan dan kecerdasan emosi yang stabil sebagai
penyeimbang dari inteligensi yang ada. Sebab, melalui perkembangan emosi yang baik dan stabil
peserta didik dapat memahami diri dan lingkungannya secara tepat, memiliki rasa percaya diri,
tidak mudah putus asa, dan terlebih dapat membentuk karakter peserta didik secara positif.
Banyak cara dan usaha yang dapat dilakukan untuk mengembangkan emosi peserta didik.
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:

 Adanya model dari orang tua dan guru serta orang dewasa lainnya dalam melahirkan
emosi-emosi positif.
 Adanya latihan beremosi secara terprogram di keluarga dan di sekolah.
 Mempelajari secara mendalam kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan emosi
negatif remaja muncul dan menghindari kondisi kondisi itu,
 Membantu remaja mengatasi berbagai masalah pribadinya dengan mendorongnya
membicarakan masalah pribadi itu kepada orang orang yang dipercayainya.
 Melatih dan menyibukkan remaja dengan berbagai kegiatan fisik sehingga menguras
energi yang banyak agar gejolak emosi tersalurkan.
 Menciptakan berbagai kesempatan yang memungkinkan remaja berprestasi dan
mendapatkan harga diri.
DAFTAR PUSTAKA

Michael recard., dkk. 2021, perkembangan peserta didik: konsep dan permasalahan, yayasan
kita menulis.

Anda mungkin juga menyukai