Anda di halaman 1dari 8

perkembangan emosi peserta didik beserta problematikanya

A. Hakikat Tugas Pertumbuhan Perkembangan Peserta Didik

Pada hakikatnya manusia sepanjang rentang kehidupannya, manusia selalu mengalami perubahan,
baik perubahan dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Pada proses
pertumbuhan dan perkembangan setiap individu melalui tahapan yang berbeda untuk tumbuh dan
berkembang sesuai dengan umurnya yang dimulai sejak masa konsepsi hingga akhir hayat.
Dalam keseluruhan proses hidupnya setiap individu akan berusaha melakukan tugas
perkembangan untuk mencapai kondisi fisik maupun sosial psikologis agar menemukan
kebahagiaan dalam kehidupan bermasyarakat. Tiap tahap pertumbuhan dan perkembangan
memiliki tugas masing-masing. Tugas ini timbul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan
individu. Keberhasilan dalam mencapai tugas itu dapat membawa kebahagiaan dan berhasil dalam
tugas berikutnya. Sedangkan gagal dalam mencapai tugas itu maka akan membawa kekecewaan
dan menemui kesulitan dalam tugas berikutnya. Tugas-tugas perkembangan tersebut harus dapat
diselesaikan dengan baik, karena akan membawa implikasi penting bagi kegiatan pembelajaran
dalam rangka pencapaian tujuan peserta didik tersebut.

B. Hakikat perkembangan emosional

Semua individu pada umumnya memiliki dorongan dan minat yang besar untuk mencapai atau
ingin memiliki sesuatu. Adanya perilaku individu dan munculnya berbagai kebutuhan individu
disebabkan oleh dorongan dan minat yang besar. Jika terpenuhi, itulah dasar dari pengalaman
emosionalnya. Perjalanan hidup individu satu dengan yang lainnya itu tidak sama.
Menurut Daniel Goleman Emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu
keadaan biologis, psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada
dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
Emosi diwakili oleh prilaku yang mengekpresikan kenyamanan atau ketidak nyamanan terhadap
keadaan atau interaksi yag sedang dialami.Emosi juga bisa berbentuk sesuatu yang spesifik
seperti rasa senang, takut, marah dan seterusnya tergantung dari interaksi yang dialami.

C. Fungsi emosi

Bagi perkembangan anak emosi berfungsi sebagai :


 Merupakan bentuk komunikasi.
 Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan
lingkungan sosialnya.
 Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan.
 Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi satu kebiasaan.
 ketegangan emosi yang dimiliki anak dapat menghambat aktivitas motorik dan mental anak.
D. Macam-macam emosi

Emosi merupakan aspek yang penting dimiliki oleh setiap manusia sebagai penyeimbang
dalam kehidupan, banyangkan bangaimana menderitanya ketika seseorang tertimpa musibah
tapi tak tahu bagaimana cara mengungkapkannya, atau ketika seseorang berhadapan dengan
masalah tetapi tak tahu bagaimana harus mengkondisikannya. Emosi hendaknya dimiliki oleh
setiap orang tetapi memiliki emosi hendaknya juga tahu cara pengendaliannya.

a. Rasa Takut
Takut yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang membahayakan. Rasa takut
terhadap sesuatu, akan berlangsung melalui tahapan
 Mula-mula tidak takut, karena anak belum sanggup melihat kemungkinan yang
terdapat pada objek.
 Timbulnya rasa takut setelah mengenal bahaya.
 Rasa takut bisa hilang kembali setelah mengetahui cara-cara menghindari bahaya.
b. Rasa malu
Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang ditandai oleh penarikan diri dari
hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal atau tidak sering berjumpa.
c. Rasa canggung
Seperti halnya rasa malu, rasa canggung adalah reaksi takut terhadap manusia, bukan ada
objek atau situasi.Rasa canggung berbeda dengan rasa malu dalam hal bahwa
kecanggungan tidak disebabkan oleh adanya orang yang tidak dikenal atau orang
yang sudah dikenal dan memakai pakaian seperti tidak biasanya, tetapi lebih
disebabkan oleh keragu-raguan tentang penilaian orang lain terhadap prilaku atau
diri seseorang. Oleh karena itu rasa canggung merupakan keadaan khawatir yang
menyangkut kesadaran diri.
d. Rasa khawatir
Rasa khawatir biasanya dijelaskan sebagai khayalan ketakutan atau gelisah tanpa
alasan.Tidak seperti ketakutan yang nyata, rasa khawatir tidak langsung ditimbulkan oleh
rangsangan dalam lingkungan tetapi merupakan produk pikiran anak itu sendiri. Rasa
khawatir timbul karena membayangkan situasi berbahaya yang mungkin akan
meningkat. Kekhawatiran adalah normal pada masa kanak-kanak, bahkan pada anakanak
yang penyesuaiannya paling baik sekalipun
e. Rasa cemas
Rasa cemas ialah keadaan mental yang tidak enak berkenan dengan sakit yang
mengancam atau yang dibayangkan.Rasa cemas ditandai oleh kekhawatiran ,
ketidakenakan, dan merasa yang tidak baik yang tidak dapat dihindari oleh
seseorang ,disertai dengan perasaan tidak berdaya karena merasa menemui jalan
buntu,dan disertai pula dengan ketidakmampuan menemukan pemecahan masalah yang
dicapai.
f. Rasa marah
Rasa marah adalah emosi yang ditandai oleh pertentangan terhadap seseorang atau
perasaan setelah diperlakukan tidak benar. Rasa marah lebih sering diungkapkan pada
masa kanak-kanak jika dibandingkan dengan rasa takut. Alasannya adalah karena
rangsangan yang menimbulkan rasa marah lebih banyak, dan pada usia yang dini. anak-
anak mengetahui bahwa kemarahan merupakan cara yang efektif untuk
memperoleh perhatian atau memenuhi keinginan mereka.
g. Rasa cemburu
Rasa cemburu adalah reaksi normal terhadap kehilangan kasih sayang yang nyata,
dibayangkan , atau ancaman kehilangan kasih sayang. Rasa cemburu biasanya dipicu
karena kehadiran orang baru yang dianggap bisa mengganggu hubungan anak.
h. Kegembiraan
Kegembiraan adalah emosi yang menyenangkan yang dapat diekspresikan
seseorang dengan tertawa atau tersenyum. Setiap anak berbeda beda intensitas
kegembiraan dan jumlah kegembiraannya serta cara mengepresikannya sampai batas-
batas tertentu dapat diramalkan. Sebagai contoh ada kecendrungan umur yang dapat
diramalkan, yaitu anak-anak yang lebih muda merasa gembira dalam bentuk yang lebih
menyolok dari pada anak-anak yang lebih tua.
i. Duka cita
Duka cita adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan emosional yang disebabkan
oleh hilangnya sesuatu yang dicintai. Hal ini merupakan ekspresi yang normal ketika
kehilahan seseorang atau sesuatu yang berharga.
j. Keingintahuan
Rangsangan yang menimbulkan keingintahuan anak-anak sangat banyak .Anak-
anak menaruh minat terhadap segala sesuatu dilingkungan mereka, termasuk diri
sendiri.

E. Tahapan emosi

Perkembangan emosional dimulai pada usia dini, ketika anakanak masuk taman kanak-kanak
dan prasekolah. Melalui interaksi mereka dengan orang lain, anak-anak mengembangkan
kemampuan sosial dan intelektualnya. Perkembangan emosional dan intelektual biasanya
berjalan beriringan untuk membantu anak mengembangkan kemampuan sosialnya,
karena interaksi antara anak-anak dan orang dewasa menciptakan kesehatan
emosional. Perbedaan antara perasaan positif dan negatif terhadap situasi tertentu
mungkin disebabkan perkembangan emosional. Beberapa anak merespon dengan baik
berbagai situasi sosial yang berbeda. Interaksi akan membantu mereka memiliki
perkembangan emosional yang kuat. Anak-anak yang mengalami trauma akan mengalami
kesulitan berinteraksi dengan orang lain.

a. Umur 2 tahun
Dari umur 2 (dua) anak mulai menguji dirinya sendiri dengan batas-batas yang telah
terhadap perilaku mereka. Ini adalah standar anak-anak terhadap perilaku yang merupakan
cara yang baik untuk memulai proses perkembangan emosional. Tidak semua
perkembangan emosional dilakukan melalui interaksi sebab kadang-kadang anakanak
harus dibiarkan untuk menemukan emosinya sendiri dari waktu ke waktu. Pemecahan
masalah kemudian menjadi bagian yang kuat di dalam hidup anak-anak. Setiap upaya
pemecahan masalah adalah tantangan bagi anak-anak. Bagi anak-anak mengamuk adalah
cara anak mengekspresikan diri karena kata-kata sering gagal menyampaikan
maksudnya. Mereka merasa bahwa kata-kata tidak cukup untuk menyampaikan
seluruh pesan. Orang tua.guru harus memberikan penguatan positif pada anak dengan cara
membujuk anak untuk bicara tentang masalah atau sinyal emosinya, sebab jika tidak
dilakukan anak akan cenderung mengamuk lagi
b. Umur 3 tahun
Pada usia 3 (tiga) tahun anak telah semakin terampil mengatur emosinya. Anak sudah
mulai paham ketika orang tua mengajarkan bahwa tidak boleh membanting-banting mainan
ketika marah. Erikson menyatakan anak-anak yang mengalami perkembangan psiko-sosial
yang sehat pada usia ini telah berada pada tahap kemandirian (autonomy). Kemandirian
memungkinkan mereka mampu mengatur emosinya, sehingga mereka mulai dapat
menahan diri jika diingatkan orang tua atau pengasuhnya.

c. Umur 4-6 tahun


Pada usia 4-6 tahun anak-anak juga telah mulai mampu mengenali orang lain. Pada
fase ini untuk pertama kali anak mampu memahami bahwa satu peristiwa bisa
menimbulkan reaksi emosional yang berbeda pada beberapa orang.Misalnya suatu
pertandingan bisa membuat pemenang bisa merasa senang, sementara yang kalah akan sedih.
Anak mulai belajar dan menjalin hubungan pertemanan yang baik dengan anak lain, bergurau
dan melucu serta mulai mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

d. Umur 7-12 tahun


Pada usia tujuh sampai dua belas tahun anak telah mampu melakukan regulasi diri
yang lebih variatif. Anak mulai mampu menunjukkan sikap yang pantas dalam ekspresi
emosinya. Mereka telah lebih mampu menyembunyikan emosi-emosi yang dianggap
melanggar aturan sosial. Mereka juga lebih mampu menunjukkan emosi-emosi yang membuat
orang lain senang, misalnya emosi gembira, senang, malu, kagum, dan cinta. Anak
mempelajari konsep keadilan dan anak mulai mampu menjaga rahasia. Ini adalah
ketrampilan yang menuntut kemampuan untuk menyembunyikan informasi-informasi.

e. Umur 12-18 tahun


Remaja usia 12-18 tahun sejalan dengan perkembangan kognitifnya telah mampu
menerjemahkan situasi sosial yang tepat untuk mengekspresikan emosi. Jika pengaturan
diri pada usia sebelumnya telah baik, Erikson menyatakan pada usia remaja berada pada tahap
industri dan identitas diri. Mereka akan lebih pandai bersahabat dan mulai melepaskan diri
dari ikatan emosi yang lebih kuat dengan orang tuanya. remaja tidak akan menunjukkan sikap
gembira dan senang ketika keluarga/sahabatnya ditimpa kesulitan atau musibah demikian
juga sebaliknya. Mereka juga tidak akan merasa bersalah ketika menunjukkan rasa gembira
dan senang ketika dia mendapatkan keberhasilan. Remaja juga tidak akan merasa takut dan
bersalah ketika dia mulai jatuh cinta kepada lawan jenisnya, tetapi tidak juga tidak akan
mewujudkan emosi cinta tersebut dengan melawan norma-norma yang telah diketahuinya.
Bagi remaja yang mengalami rasa rendah diri (inferiority) dan kekacauan peran akan
mengekspresikan emosinya secara berlebihan dan kurang terkontrol. Mereka mungkin
akan bersikap sombong atau over acting untuk menutupi rasa rendah dirinya. Mereka juga
selalu merasa iri atau cemburu dengan kelebihan orang lain, merasa takut ketika jatuh cinta,
mengekspresikan cinta dengan cara yang salah, dan lain sebagainya

F. Faktor pengaruh emosi

a. Kesiapan mental
Kesiapan mental setiap anak berbeda sesuai dengan usia masing-masing, tetapi anak
usia dini sekitar 2-7 tahun akan mengalami tahap perkembangan kognitif
seperti egosentrisme cukup kuat, gagasan dan imajinasi baik, pemikiran intuitif yang
merangsang tindakan langsung, belum bisa berpikir rasional yang memicu tingkat
kenakalan pada usia 4-5 tahun, sikap agresif, dan tantrum.

b. Keadaan
Keadaan individual pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun kekurangan pada diri
anak akan sangat mempenaruhi perkembangan emosional, bahkan akan berdampak
lebih jauh pada kepribadian anak. Misalnya: Rendah diri, mudah tersinggung, atau
menarik diri dari lingkungan.

c. Faktor belajar
Pada faktor belajar juga terdapat 3 hal yang dibagi dari :

 Belajar dengan cara meniru


Dengan belajar meniru dan mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi
orang lain, anak bereaksi dengn emosi dan metode yang sama dengan orang-
orang diamati.Belajar dengan mempersamakan diri anak meniru reaksi emosional
orang lain yang tergugah oleh rangsangannya yang sama dengan rangsangan yang
telah membangkitkan emosi orang yang ditiru.Disini anak yang meniru emosi orang
yang dikagumi.

 Belajar dengan cara membimbing dan mengawas


Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi
terangsang.Dengan pelatihan , anak-anak dimotivasi untuk beraksi terhadap
rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan
dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang
membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.

 Belajar dengan pengondisian


Dengan meode atau cara ini objek, situasi yang mulanya gagal memancing reaksi
emosional kemudian berhasil dengan cara asosiasi.Pengondisian terjadi dengan
mudah dan cepat pada awal kehidupan karena anak kecil kurang menalar,
mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka.

G. Kecerdasan Emosi
Goleman berpendapat bahwa kecerdasan emosional merupakan sisi lain dari kecerdasan kognitif
yang berperan dalam aktivitas manusia yang meliputi kesadaran diri dan kendali dorongan hati,
ketekunan, semangat dan motivasi diri serta empati dan kecakapan sosial. Kecerdasan emosi
pada dasarnya lebih ditekankan kepada upaya menganali, memahami dan dan
mewujudkan emosi dalam porsi yang sesuai serta dapat mengelola emosi agar lebih bisa
terkendali dan dapat memecahkan masalah kehidupan terutama yang berurusan dengan
masalah antar manusia. Lebih lanjut lagi Goleman (2009: 58-59) mengungkapkan ada lima
aspek kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi manusia untuk mencapai
kesuksesan dalam kehidupannya, yaitu:

a. Kesadaran diri
Kesadaran diri merupakan dasar kecerdasan emosional. Kesadaran diri yaitu
mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk
memandu pengambilan keputusan sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas
kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Pada tahap ini diperlukan adanya
pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan
pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan mencermati perasaan yang sesungguhnya
membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan, sehingga tidak peka akan perasaan yang
sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah.

b. Pengaturan diri
Pengaturan diri adalah menangani emosi agar terungkap dengan tepat sehingga
berdampak positif, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada
kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola (emosi produktif) jika mampu
menghibur diri sendiri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan
atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya, orang
yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi (emosi destruktif) akan terus
menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif
yang merugikan dirinya sendiri.

c. Motivasi
Kemampuan seseorang memotivasi diri sendiri dapat ditelusuri melalui hal-hal
sebagai berikut:
 Cara mengendalikan dorongan hati,
 Derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang
 Kekuatan berpikir positif,
 Optimisme
 Keadaan flow (mengikuti aliran).
Motivasi, disiplin, dan keseimbangan adalah kekuatan yang dikombinasikan untuk
mengembangkan dan mendapatkan kecerdasan emosional.

d. Empati
Emosi seseorang jarang sekali diungkapkan dengan kata-kata, namun emosi seseorang
biasanya lebih sering diungkapkan melalui isyarat. Untuk mengetahui perasaan
orang lain, seseorang harus dapat membaca pesan non verbal, seperti nada bicara,
gerak-gerik, ekspresi wajah dan lain sebagainya. Menempatkan diri pada tempat orang
lain memang tidak mudah, namun hal itu diperlukan ketika seseorang memiliki rasa kasih
kapada orang lain.

e. Keterampilan sosial
Bisa dikatan terampil secara sosial bila sudah bisa untuk :

 Membicarakan emosi kita kepada orang lain. Maksudnya adalah bagaimana


kita dapat mensinkronisasikan perasaan dengan emosi orang lain.
 Mengetahui perilaku negatif dan mengenal alternatif perilaku positif yang dapat
diambil. Misalkan dalam suatu masyarakat yang jelek, maka janganlah
menentang begitu saja perilaku tersebut akan tetapi menciptakan suatu yang
baru yang positif.
 Bergaul dengan masyarakat dengan integritas, kejujuran dan rasa syukur.
 Menyebarkan rasa optimis.
 Menunjukan perjuangan dalam diri Anda ketika orang lain melawan Anda.
 Empati dengan orang lain melalui pendengaran, mengkompromikan dan
komitmen Anda untuk melakukan yang benar.
 Menunjukan prinsip-prinsip Anda tanpa menjatuhkan dan dominasi.
 Melakukan dengan contoh.
 Menjaga hubungan dengan masyarakat dan mengembangkan keharmonisan

H. Membimbing emosi
Anak perlu mengetahui bagaimana cara menyalurkan amarahnya dengan cara yang sehat dan
aman. Hal ini bertujuan untuk mengajarkan anak agar mengidentifikasi tanda-tanda kemarahan
dan menemukan cara yang tenang dan produktif sebelum melakukan tindakan. Jika emosi
mampu dikendalikan dengan cara yang baik, maka kebiasaan itu akan membantu anak
menghindari ledakan - ledakan kemarahan yang bisa menyakiti anak Anda dan orang di
sekitarnya. Berikut adalah beberapa cara yang bisa membantu anak untuk mengelola kemarahan
mereka dengan cara yang lebih baik:

a. Ajarkan Cara Menenangkan Diri


Istirahat adalah cara paling membantu untuk meredakan amarah seseorang. Jika mereka
sedang marah, jangan bereaksi atau menegurnya. Hal tersebut malah dapat memicu
kemarahannya.
Beri mereka waktu sejenak agar anak merasa lebih tenang.
Namun, jika mereka justru agresif dan cenderung bersikap kasar, hentikan mereka segera.
Buatlah mereka duduk terdiam selama satu atau dua menit untuk 'mendinginkan' pikiran
mereka.

b. Belajar mengungkapkan perasaan


Jangan biasakan anak meluapkan amarah tanpa alasan. Anak-anak biasanya cenderung
berteriak, menjerit, memukul, menendang, dan melempar benda saat mereka marah karena
mereka tidak tahu bagaimana mengekspresikan kemarahannya secara verbal. Ajarkan
mereka kata-kata emosi yang berbeda dan cukup baik untuk memberi tahu bagaimana
perasaan mereka yang sebenarnya.

c. Jangan biasakan memendam amarah


Begitu emosi muncul, maka adrenalin akan terpompa dan detak jantung akan
meningkat. Saat tingkat adrenalin meningkat, kita merasa lebih energik dan kuat serta
cenderung berbicara lebih keras. Perubahan dalam tubuh ini meningkatkan risiko agresi dan
kekerasan. Untuk mencegahnya, penting untuk mengalihkan semua adrenalin tersebut
kepada sesuatu yang lebih produktif dan tidak terlalu berbahaya.

d. Tunjukkan rasa empati


Bujuk mereka untuk membicarakan sesuatu yang memancing kemarahannya. Bantu
mereka mengenali perasaannya apakah mereka marah, frustrasi, atau hanya kesal pada
sesuatu saja. Kita harus mampu mengetahui perasaan mereka tanpa harus menghakimi. Saat
kita sudah terbuka untuk mendengarkan, anak akan merasa lebih tenang.
e. Memberikan pujian
Berilah pujian dengan takaran yang wajar. Mengingat bahwa pujian pun bisa
berdampak buruk bagi anak. Tidak menutup kemungkinan, anak hanya akan
mengharapkan penghargaan dan mungkin mengalami kesulitan dalam menangani
kritik dari orang lain. Sama halnya dengan pentingnya memuji perilaku yang baik, maka
mengingatkan perilaku yang salah pada anak dengan cara yang halus, serta membantu mereka
memperbaikinya sebetulnya memiliki nilai yang sama-sama baik.

I. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai