Anda di halaman 1dari 20

2.1.

TEORI PERKEMBANGAN EMOSI

Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah di alami lanjut usia pada saat muda
hingga dewasa, dengan demikian perlu di pahami teori Erikson. Erikson (1950,1968) mengatakan
bahwa kita berkembang dalam tahap psikososial,dari pada dalam tahap psikoseksuaL.

2.2 Pengertian Emosi

Perkembangan Emosi : emosi itu sendiri adalah situasi stimulus yang melibatkan perubahan pada
tubuh dan wajah, aktivitas pada otak, penilian kognitif, perasaan subjektif, dan kecenderungan
melakukan suatu tindakan, yang dibentuk seluruhnya oleh peraturan – peraturan yang terdapat di
suatu kebudayaan. Emosi primer emosi – emosi yang dianggap sebagai emosi yang berlaku secara
umum, dan memiliki dasar biologis; umumnya meliputi rasa takut, marah, sedih,senang,terkejut,jijik
dan rasa tida suka. Emosi sekunder emosi – emosi yang berkembang sejalan dengan pertambahan
kedewasaan kognitif seseorang dan berbeda – beda untuk tiap individu dan kebudayaan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu respons terhadap suatu perangsang yang
menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat mengandung keinginan yang
meledak-ledak.

Drever (1968) mengartikan emosi sebagai suatu keadaan yang kompleks dari organisme yang
menyangkut perubahan jasmani yang luas sifatnya (dalam pernafasan, denyut, sekresi kelenjar,dsb)
dan pada sisi kejiwaan.

2.3 Perkembangan Emosi berdasarkan periode perkembangan

Infant (masa bayi 0-2 tahun)

Perkembangan emosi yang terlihat sederhana dan reaksi emosionalnya dapat di timbulkan dengan
berbagai macam rangsangan. Emosional pada bayi ialah : rasa takut, gembira,sedih, rasa ingin tahu.

Masa kanak-kanak awal

Emosi yang terjadi sangat kuat. Pada masa ini pula anak sangat perlu dibimbingan diarahkan karena
emosinya yang tidak terarah. Emosi pada kanak-kanak masa awal : takut, cemburu,iri hati,ingin
tahu,senang,sedih,marah,kasih sayang.

Masa kanak-kanak akhir

Poal perkemban gan yang terjadi pada masa kanak-kanak akhir tidak jauh berbeda dengan masa
kanak-kanak awal. Ungkapan rasa senang, amarah, emosi yang berapi-api.

Masa Remaja Awal

Masa ini terkadang membuat remaja menjalani masa tekanan. Walaupun tidak semua reamaja
mengalami ketidakstabilan sebagai konsekuensi penyesuaian diri terhadap pola perilaku baru dan
sosial baru.

Remaja akhir

Emosinya yang cenderung pemberontak. Karena sang anak akan memasuki masa-masa dimana
terjadinya perubahan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Sehingga hal ini membuat mereka
memikirkan masa depan.
Dewasa Awal

Perkembangan yang terjadi pada masa dewasa awal emosinya mengikuti faktor hormonal, dan masa
ini pula mereka sudah dapat mengendalikan emosi.

Dewasa Madya

Pada masa dewasa madya pola emosi antara laki-laki dan perempuan berbeda.

Laki – laki : Karir (waktunya habis dalam pekerjaan/pensiun) akan mengalami frustasi atau beban
kerja sehingga berpengaruh kepada emosinya. Pada perempuan : cenderung lebih stabil, namun
lebih sering cepat mengalami masa manepous.

Masa Usia Lanjut

Salah satu contohnya adalah perubahan fisik pada lanjut usia mengakibatkan dirinya merasa tidak
dapat mengerjakan berbagai aktivitas sebaik pada saat muda dulu. Hal ini menyebabkan lanjut usia
kemudian menjadi menarik diri dari lingkungan sosial.

Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti
penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari
keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.

2.4 Perbedaan Kelompok dalam Emosi

Emosi dan Gender

Pria dan wanita memiliki kemampuan yang sama untuk merasakan semua emosi, mulai dari cinta,
duka, hingga kemarahan. Kebanyakan pria lebih reaktif secara psikologis terhadap konflik
dibandingkan wanita, namun kedua gender terkadang memiliki perbedaan persepsi dan atribusi
yang menghasilakn emosi dan intensitas manusia.

Pria : lebih menunjukan rasa marah. Laki-laki cenderung menyukai pertemanan berdampingan, yang
didasarkan perilaku aktivitas bersama sepaertiolah raga. Cinta, marah, dan duka adalah kemampuan
yang dimiliki pria maupun wanita

Perempuan : rasa sedih, takut, dan rasa bersalah pada usia sekolah. Lebih menyukai pertemanan
tatap muka yang didasarkan perasaan. Cinta, marah, dan duka adalah kemampuan yang dimiliki pria
maupun wanita

Budaya dan Ekspresi Emosional

Aturan Tampilan Emosi (Display rule). Contohnya pada beberapa budaya misalnya, orang Jepang
lebih sering tersenyum dibandingkan orang Amerika, untuk menyembunyikan rasa malu, marah,
atau emosi negative lainnya, sebab perasaan-perasaan tersebut dianggap tidak sopan dan tidak baik
apabila ditunjukan kepada orang lain. Begitupun dengan seorang anak yang hidup dengan keadaan
orang tuanya bercerai, hal ini bisa membuat sang anak menjadi kurang percaya diri, takut tidak
diterima dilingkungan, pendiam, bahkan emosinya meledak-ledak.
Sosial Ekonomi

Seseorang yang terlahir dikehidupan serba berkecukupan akan memperaruhi kepada sikap, tingkah
laku anak. Anak akan merasa lebih percaya diri, pemberani, senang. Disini lingkunganlah yang
mempengaruhi pada perkembangan sang anak.

2.5 Perkembangan Karakter

Tahap perkembangan karakter dilihat dari segi umur. Dalam diri manusia tersimpan karakter-
karakter yang terbangun akibat dari kehidupannya. Karakter – karakter tersebut, baik sadar maupun
tidak, terbentuk dari hasil interaksi dengan dunia luar. Karakter – karakter ini pada akhirnya akan
mempengaruhi pola kehidupan manusia.

Rasulullah saw. berkata kepada para sahabat dan umatnya, bahwa orang yang bergaul dengan
tukang minyak wangi, akan ikut wangi. Begitu pula ketika orang tersebut bergaul dengan seorang
pandai besi, maka setidaknya ia akan hitam terkena asapnya.

Perkembangan Emosi dan karakter seseorang mulai terbangun sejak masih berada di dalam
kandungan. Karena itu, pembentukan karakter harus dibangun sejak janin, karena di dalam
kandungan sebenarnya manusia sudah bernyawa.

Oleh karena itu ada tiga tahapan umur yang mempengaruhi karakter seseorang. Ketiga tahapan
tersebut adalah :

a. Tahap I : 0-10 tahun perilaku lahiriah

Tahap pertama adalah tahapan membangun lahiriah. Perilaku yang terbangun dari seorang anak
yang sedang berkembang adalah perilaku formal yang sifatnya tidak mengakar pada kehidupannya.
Hal ini menyebabkan perilaku anak menjadi mudah berubah-ubah.

Selain itu perilaku seorang anak berusia di bawah 10 tahun, memiliki kecenderungan untuk
dipengaruh oleh lebih banyak faktor eksternal. Lingkungan sekitar mereka akan sangat
mempengaruhi perilaku. Oleh karena itu, betapa baiknya jika orang tua memberikan lingkungan
yang positif untuk anaknya yang berusia sepuluh tahun kebawah.

Daya tangkap anak lebih cepat pada usi-usia ini. Karena pada masa ini anak akan selalu menemukan
hal-hal baru yang akan menarik hatinya. Untuk membentuk karakter anak, baiknya jika orang tua
mengenalkan hal-hal yang positif kepada anak-anak.

Penilaian baik buruk dan buruk yang dilakukan oleh anak bersifat egosentris, cenderung memiliki
ego yang lebih kuat dibandingkan dengan akalnya.

b. Tahap II : 11-15 tahun perilaku kesadaran

Usia sebelas hingga lima belas tahun merupakan masa dimulainya perkembangan kesadaran
mengenal nilai-nilai kebenaran. Rasionalitas mulai terbuka, mulai membangun sebuah perilaku,
kesadaran rasionalitas akan mudah terikat dibangdingakn dengan usia dibawahnya, anak mampu
menilai sesuatu baik dan buruk. Anak-anak ini juga biasanya lebih mampu melibatkan keluwesannya
dalam berintraksi dengan orang lain.
c. Tahap III : 15 tahun ke atas control internal atas perilaku

Pada tahapan umur lima belas tahun ke atas, perilaku-perilaku dan kesadaran-kesadaran telah
terbentuk dengan kuat. Keasadaran menguat karena tertanamnya nilai-nilai kebenaran, kebaikan,
dan keindahan. Nilai-nilai individu dan sosial mulai terbangun dan terintegrasi.

Adapun Contoh Mengenai Karakter dan Pembentukan Karakter yang berpengaruh kepada
perkembangan emosi.

· Melankolis

Seorang yang melankolis mempunyai pikiran yang mendalam. Orang melankolis selalu menganalisis
segala sesuatu. Ia senang dengan hal yang serius dan akan menekuni bidang apa pun yang ia sukai.

Perkembangan emosinya ia cenderung berfikir negative, pesimis, mudah putus asa,rendah diri,
egois.

· Sanguinis

Seorang yang sanguinis adalah orang selalu ceria, antusias, ekspresif, dan selalu gembira dimanapun
ia berada.

Perkembangan emosinya egois, mudah marah, mudah mengeluh.

· Plegmatis

Seorang mempunyai kepribadian plegmatis adalah orang mempunyai rasa kedamaian. Ia sangat
menyukan perdebatan, rendah hati, sabar, dan seimbang.

Perkembangan emosinya sering merasa khawatir akan suatu persoalan,


penakut,egois,pemalu,pendiam.

· Koleris

Seorang koleris adalah orang yang mempunyai kekuatan,dinamis,mempunyai kemauan yang keras.

Dari segi emosinya tidak sabaran,mudah marah,ceroboh,kaku.


Perkembangan Emosi

Seberapa banyak dorongandorongan dan minat-minat seseorang itu terpenuhi merupakan dasar
dari pengalaman emosionalnya. Seseorang yang pola kehidupannya berlangsung mulus, dimana
dorongan-dorongan dan keinginankeinginan atau minatnya dapat terpenuhi atau dapat berhasil
dicapai, ia (mereka) cenderung memiliki perkembangan emosi yang stabil dan dengan demikian
dapat menikmati hidupnya. Tetapi sebaliknya jika dorongan dan keinginannya tidak berhasil
terpenuhi, baik hal itu disebabkan kurangnya kemampuan untuk memenuhinya atau karena kondisi
lingkungan yang kurang menunjang, sangat dimungkinkan perkembangan emosionalnya mengalami
gangguan.

2) Pengertian emosi menurut menurut beberapa ahli

a. Menurut Daniel Goleman, emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan
biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

b. Menurut Prawitasari, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia,
karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat
mengganggu perilaku intensional manusia.

c. Menurut Crow and Crow, Emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam
diri individu tentang keadaan mental dan fisik.

Berdasarkan dari pendapat beberapa uraian tokoh diatas, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah
suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap
stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.

3) Karakteristik perkembangan emosi

Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai/tekanan” suatu masa di mana
emosi meninggi. Ada beberapa macam kondisi emosional yaitu seperti :

1. Cinta / kasih sayang

Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan
kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Tampaknya tidak ada manusia, termasuk
remaja, yang hidup bahagiadan sehat tanpa mendapatkan cinta dari orang lain. Para remaja yang
berontak secara terang-terangan, nakal dan mempunyai sikap permusuhan besar kemungkinan
disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari.

2. Gembira

Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan para remaja akan
mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai sahabat, atau bila jatuh cinta dan cintanya itu
mendapat sambutan (diterima)oleh yang cintai.

3. Rasa marah

Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan peranan yang
menonjol dalam perkembangan kepribadian melalui rasa marahnya seseorang mempertajam
tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri. Sikap-sikap permusuhan mungkin
berbentuk dendam, kesedihan, prasangka, atau kecenderungan untuk merasa tersiksa.

4. Ketakutan dan Kecemasan

Ketakutan muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa tidak berani yang bersamaan
dengan perkembangan remaja itu sendiri. Biasanya para remaja merasa takut hanya pada kejadian-
kejadian bila mereka merasa bahaya. Satu-satunya cara untuk menghindarkan diri dari rasa takut
adalah menyerah pada rasa takut, seperti terjadi bila seorang begitu takut sehingga ia tidak berani
mencapai apa yang Semarang atau masa depan yang tidak menentu.

Karakteristik perkembangan remaja sejalan dengan perkembangan masa remaja itu sendiri,yaitu
sebagai berikut:

a. Perubahan fisik tahap awal pada periode pra-remaja disertai sikap kepekaan terhadap rangsang-
rangsang dari luar menyebabkan responnya biasanya berlebihan sehingga mereka mudah
tersinggung dan cengeng,tetapi juga cepat merasa senang bahkan meledak-ledak.

b. Perubahan fisik yang semakin tampak jelas pada periode remaja awal menyebabkan mereka
cendrung menyendiri sehingga tidak jarang pula merasa terasing,kurang perhatian dari orang
lain,atau bahkan merasa tidak ada orang yang mau memperdulikannya.

c. Periode remaja tengah sudah semakin menyadari pentingnya nilai-nilai yang dapat dipegang teguh
sehingga jika melihat fenomena yang terjadi di masyarakat yang menunjukkan adanya kontradiksi
dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui menyebabkan remaja sering kali secara emosional
ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar,baik dan pantas untuk
dikembangkan dikalangan mereka sendiri. Lebih-lebih jika orang tua atau orang dewasa disekitarnya
ingin memaksakan nilai-nilainya.

d. Periode remaja akhir mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai menunjukkan
pemikiran,sikap,perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebab itu,orang tua dan masyarakat mulai
memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Interaksi dengan orang tua juga semakin
lebih bagus dan lancar karena mereka sudah semakin bebas penus serta emosinya pun mulai stabil.

4) Pola Emosi Yang Umum Pada Kanak-Kanak

Beberapa bulan setelah bayi lahir, muncul berbagai macam pola emosi, antara lain yang
dikemukakan oleh (Hurlock : 1999) yaitu sebagai berikut :

a. Rasa takut

Rangsangan yang umumnya menimbullkan rasa takut pada masa bayi ialah suara yang keras,
bintang, kamar yanga gelap, tempat yang tinggi, berada seorang diri, rasa sakit, orang yang tidak
dikenal. Anak kecil lebih takut kepada benda-benda dibandingkan dengan bayi atau anak yang lebih
tua. Usia antara 2 sampai 6 tahun merupakan masa puncak bagi rasa takut yang khas di dalam pola
perkembangan yang normal. Alasannya karena anak kecil lebih mampu mengenal bahaya
dibandingkan dengan bayi, tetapi kurangnya pengalaman menyebabkan mereka kurang mampu
mengenal apakah suatu bahaya merupakan ancaman pribadi atau tidak.

b. Rasa marah
Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan pada masa kanak-kanak jika dibandingkan
denagn rasa takut. Alasannya ialah karena rangsangan yang menimbulkan rasa marah lebih banyak,
dan pada usia yang dini anak-anak mengetahui bahwa kemarahan merupakan cara yang efektif
untuk memperoleh perhatian atau memenuhi keinginan mereka. Sebaliknya, reaksi rakut semakin
berkurang karena kemudian anak-anak menyadari bahwa umumnya perasaan itu tidak perlu.
Ferkuensi dan intensitas kemarahan yang dialami oleh setiap anak-anak berbeda-beda.

c. Rasa cemburu

Rasa cemburu adalah reaksi normal terhadap kehilangan kasih sayang yang nyata atau ancaman
kehilangan kasih sayang. Rasa cemburu timbul dari kemarahan yang menimbullkan sikap jengkel dan
ditujukan kepada orang lain. Pola rasa cemburu seringkali berasal dari rasa takut yang
dikombinasikan dengan rasa marah.
Menurut Havighurst remaja bertugas mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-
orang dewasa lainnya. Hal ini bisa membuat remaja melawan keinginan atau bertentangan pendapat
dengan orangtuanya. Dengan ciri khas remaja yang penuh gejolak dan emosional, pertentangan
pendapat ini seringkali membuat remaja menjadi pemberontak di rumah. Apabila masalah ini tidak
terselesaikan, terutama orangtua bersikap otoriter, remaja cenderung mencari jalan keluar di luar
rumah, yaitu dengan cara bergabung dengan teman-teman sebaya yang senasib. Seringkali karena
yang dihadapi adalah remaja yang seusia yang punya masalah yang kurang lebih sama dan sama-
sama belum berhasil mengerjakan tugas perkembangan yang sama, bisa jadi solusi yang ditawarkan
kurang bijaksana. Kehadiran problem emosional tersebut bervariasi pada setiap remaja.

Salah satu ciri-ciri remaja menurut Allport (1961) adalah berkurangnya egoisme, sebaliknya tumbuh
perasaan saling memiliki. Salah atu tanda yang khas adalah tumbuh kemampuan untuk mencintai
orang lain dan alam sekitarnya. Kemampuan untuk menenggang rasa dengan orang yang dicintainya,
untuk ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh orang yang dicintainya. Ciri lainnya adalah
berkembangnya “ego ideal” berupa cita-cita, idola dan sebagainya yang menggambarkan bagaimana
wujud ego (diri sendiri) di masa depan.

Selain itu remaja mampu untuk melihat diri sendiri secara objektif yang ditandai dengan
kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri dan kemampuan untuk menangkap
humor termasuk yang menjadikan dirinya sebagai sasaran. Ia tidak marah jika di kritik dan di saat-
saat yang diperlukan ia bisa melepaskan diri dari dirinya sendiri dan meninjau dirinya sendiri sebagai
orang luar. Remaja juga memiliki falsafah hidup tertentu, tanpa perlu merumuskannya atau
mengucapkannya dalam kata-kata.

Berdasarkan observasi cermat berkelanjutan, bisa diperkirakan pada taraf perkembangan emosi
yang mana seorang anak berada. Kemampuan mana yang sudah dikuasainya dengan baik, mana
yang membutuhkan penguatan dan mana yang sama sekali belum berkembang. Pengamatan
dilakukan saat bermain, berinteraksi dan melakukan aktifitas sehari-hari. Pengamatan dimasukkan
dalam daftar 'rating scale' disertai umur pencapaiannya (untuk skor A). N-never (kemampuan
tersebut tidak pernah tampak), S-sometimes (kemampuan tersebut kadang-kadang tampak), A-
always (kemampuan tersebut selalu tampak) dan L-loses (kemampuan tersebut hilang saat stress:
lapar, marah, lelah, dll).

Emosi remaja berada dalam situasi sturm und drung sebab belum stabil dan mencapai kematangan
pribadi secara dewasa. Menurut Gesell, dkk, remaja 14 tahun seringkali mudah marah, mudah
dirangsang, emosinya cenderung meledak, dan tidak berusaha mengendalikan perasaannya
(Hurlock, 1993) karena emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka dari pada perilaku
yang realistis.

Mereka merasa canggung akan pertambahan tinggi badan yang dirasa aneh dan mengganggu,
mudah tersinggung kesal hati, dan tertekan, ingin marah. Dalam keadaan emosi yang belum stabil ini
celaan atau kritikan dari lingkungan seringkali ditanggapi secara sungguh-sungguh dan sering
ditafsirkan sebagai ejekan atau meremehkannya. Akibatnya mereka sering bersikap antipati dan
melawan. Bila lingkungan keluarga, orang tua dan sekolah mengabaikan keadaan emosi remaja,
misalnya anak-anak yang tidak disukai karena tampangnya kurang menguntungkan, kurang cerdas,
sehingga melihat dengan sebelah mata dan sinis, biasanya remaja tersebut menjurus pada perilaku
yang maldjusment dan sering pada tindakan delinkuency (Mulyono, 199).

Remaja merupakan masa kritis bagi pembentukan kepribadian. Remaja yang sedang dalam masa
pancaroba ini apabila tidak mendapat bimbingan serta suasana lingkungan yang baik dapat menjurus
pada berbagai kelainan tingkah laku, kenakalan, bahkan sampai melibatkan diri pada tindak
kejahatan, termasuk penyalah gunaan obat narkotika serta perilaku seksual. Karakteristik emosi
pada anak mencakup :

a. Berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba

b. Terlihat lebih hebat atau kuat

c. Bersifat sementara atau dangkal.

d. Lebih sering terjadi

e. Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya.

f. Reaksi mencerminkan individualitas

Perkembangan emosi pada anak sebenarnya sulit diukur. Variasi emosi pada anak juga banyak.
Variasi ini sangat bergantung dengan kondisi lingkungan anak, jadi emosi itu menentukan respon
apa yang diberikan pada lingkungannya. Emosi ini juga kebutuhan lho, jadi anak perlu untuk
memperlihatkan emosinya, bisa dikatakan terpenuhi kebutuhan emosinya jika emosi yang
dikeluarkan dapat dikendalikan dengan baik.

Ada dua kondisi yang mempengaruhi perkembangan emosi, berikut uraiannya saya kutip langsung
dari makalah saya, yang juga diambil dari buku Perkembangan Anak karya Elizabeth Hurlock

1. Peran Pematangan

Perkembangan kelenjar endokrin penting untuk mematangkan perilaku emosional. Bayi secara
relatif kekurangan produksi endokrin yang diperlukan untuk menopang reaksi fisiologis terhadap
stres. Kelenjar adrenalin memainkan peran utama dalam emosi yang mengecil secara tajam ketika
bayi baru lahir. Tidak lama kemudian kelenjar itu mulai membesar lagi, dan membesar dengan pesat
saat anak berusia 5 tahun. Pembesarannya melambat pada usia 5 sampai 11 tahun, dan membesar
leih pesat lagi sampai anak berusia 16 tahun. Pada usia 16 tahun kelenjar tersebut kembali keukuran
semula seperti pada saat anak lahir. Hanya sedikit adrenalin yang diproduksi dan dikeluarkan sampai
saat kelenjar itu membesar. Pengaruhnya penting terhadap keadaan emosional pada masa kanak-
kanak.

2. Peran Belajar

Lima jenis kegiatan belajar turut menunjang pola perkembangan emosi pada masa kanak-kanak.
Terlepas dari metode yang digunakan, dari segi perkembangan anak harus siap untuk belajar
sebelum tiba saatnya masa belajar. Sebagai contoh, bayi yang baru lahir tidak mampu
mengekspresikan kemarahan kecuali dengan menangis. Dengan adanya pematangan system saraf
dan otot, anak-anak mengembangkan potensi untuk berbagai macam reaksi. Pengalaman belajar
mereka akan menentukan reaksi potensial mana yang akan mereka gunakan untuk menyatakan
kemarahan.
Untuk jenis-jenis emosi, tidak akan saya uraikan. Karena tentu Anda sudah sangat mengenal jenis-
jenis emosi seperti marah, takut, senang, dan cemburu kan? Memang ada perbedaan pada
penjelasan emosi anak ini, tapi tidak akan saya uraikan di sini, silahkan cari keterangannya di buku
atau referensi lain.

USIA 3 – 6 BULAN

Menunjukkan kegirangan saat dimandikan atau saat beraktivitas rutin lainnya.

Merespon dengan nyata saat digendong dan diberi perhatian/cinta

Membelalakan mata/antusias pada wajah pengasuh saat diberi makan

Terjaga pada waktu yang lebih lama ( 70 % bayi pada usia ini tidur pada malam hari)

Tersenyum pada orang yang sudah dikenalnya maupun orang asing

USIA 6 – 9 BULAN

Berusaha makan sendiri menggunakan jari-jari tangannya

Menawarkan mainan pada anak lain

Lebih hati-hati pada orang asing

Menunjukkan kecemasan ketika ibu meninggalkannya

Lebih peka terhadap perasaan orang lain, misalkan menangis jika saudaranya menangis atau ikut
tertawa jika ada yang tertawa.

Ini disebut pengenalan emosi, bukan merupakan perilaku sesungguhnya.

USIA 9 – 12 BULAN

Suka / menikmati nyanyian atau irama

Masih memilih dekat dengan orang dewasa yang dikenalnya

Bermain sendiri dalam waktu yang lama

Menunjukkan kesukaan / ketidaksukaan pada makanan dan waktu tidur

Sering memerlukan barang / objek yang nyaman baginya, seperti selimut atau boneka favoritnya.

Memasukkan benda-benda ke mulutnya

Minum dari gelas dengan bantuan

Senang menunjuk-nunjuk barang

Senang membuat kegaduhan / menghasilkan suara-suara dengan memukul-mukul mainan.


USIA 12 – 18 BULAN

Emosinya labil, mood / suasana hatinya naik turun

Sangat tergantung pada kehadiran orang dewasa

Sering menginginkan objek yang memberi rasa aman, seperti boneka, pakaian / kain

Masih malu pada orang yang tidak dikenalnya

Menyayangi orang yang terbiasa / dikenalnya.

Menyenangi bersosialisasi pada saat makan, bercakap-cakap ketika sedang belajar makan sendiri.

Membutuhkan bantuan untuk rutinitas harian, seperti mandi dan berpakaian

USIA 18 BULAN – 2 TAHUN

Ingat dimana letak barang-barang.(menunjukkan fungsi ingatan jangka panjang / LTM)

Suka bermain sendiri, tetapi lebih suka ditemani orang dewasa yang dikenalnya atau saudaranya.

Lebih suka melakukan sendiri, misal berpakaian. (biar aku yang melakukan!)

Menyadari bahwa orang lain takut / cemas bila mereka memanjat atau turun dari kursi, dll.

Berubah-ubah antara tergantung dan melawan.

Mudah menjadi frustasi, kadang mengamuk/tantrum.

Gelisah atau mengatakan bila ingin BAB / BAK

Dapat mengikuti dan menikmati cerita serta lagu yang diulang-ulang.

USIA 2 – 3 TAHUN

Mulai mampu mengekspresikan perasaan

Impulsif dan ingin tahu terhadap lingkungannya

Suka mencoba pengalaman-pengalaman baru.

Kadang sangat lekat dan bergantung, di waktu lain sangat percaya diri dan mandiri

Sering putus asa atau frustasi ketika tidak mampu, mengekspresikan dirinya bahwa pada usia
tersebut suka marah-marah / tantrum.

Dapat berpakaian dan BAB / BAK sendiri, tapi masih memerlukan bantuan untuk melepas celana
sendiri.

Suka membantu orang lain tapi jika tidak bertentangan dengan apa yang disukainya.
MULAI USIA 2,5 TAHUN

Makin trampil makan menggunakan sendok dan garpu

Tidak mengompol di malam hari ( tapi variasinya macam-macam)

Sangat tergantung secara emosi pada orang dewasa

bermain dengan anak lain, tetapi tidak mau berbagi mainan dengan mereka.

USIA 3 – 4 TAHUN

Suka mengerjakan sesuatu sendiri, tanpa bantuan

Menikmati acara makan keluarga

Dapat berpikir tentang sesuatu dari kacamata orang lain

Memperlihatkan perhatian pada saudara yang lebih muda

Mampu mandiri menggunakan kamar kecil, dan tidak ngompol lagi (tiap anak berlainan)

Suka membantu orang dewasa, seperti merapikan atau beres-beres, dsj.

Mau berbagi mainan dengan anak lain dan mau menunggu giliran ketika bermain

Suka membangun / mengembangkan ketakutan seperti terhadap gelap, karena mereka mampu
berpura-pura dan berimajinasi

Menyadari dirinya sebagai anak laki-laki atau perempuan (berkembangnya peran gender)

Berteman dan menikmati hubungan pertemanan.

USIA 4 – 5 TAHUN

Trampil menggunakan sendok / garpu untuk makan

Dapat mencuci dan mengeringkan tangan serta menyikat gigi

Dapat memakai dan membuka baju sendiri kecuali yang bertali, dasi, dan bagian belakang.

Suka menunjukkan kepekaan / kepedulian pada orang lain

Memperlihatkan sense of humor, baik dengan kata-kata maupun perilaku

Suka kemandirian dan keinginan diri yang kuat

Suka bergabung dengan anak-anak lain


USIA 5 – 6 TAHUN

Memakai dan membuka baju sendiri.

Menunjukkan kesukaan dan ketidaksukaan secara jelas, terkadang tanpa logika yang jelas.

misal seorang anak mau makan wortel ketika diiris panjang tetapi tidak mau kalau wortelnya diiris
bulat-bulat.

Mampu menyenangkan diri sendiri pada waktu yang lama, melihat buku atau TV.

Memperlihatkan simpati dan perhatian pada teman yang sedang sakit

Suka memelihara binatang

Memilih temannya sendiri

1. Pengertian Emosi

Menurut English and English emosi adalah “ A complex feeling state accompanied by
characteristic motor and glandular activities “, yaitu suatu keadaan perasaan yang kompleks yang
disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris. Menurut Crow & Crow (1958) pengertian emosi
adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan
mental dan fisik yang berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Emosi merupakan setiap keadaan
pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang
luas.

Warna afektif disini dapat diartikan sebagai perasaan – perasaan tertentu yang dialami pada saat
menghadapi ( menghayati ) suatu situasi tertentu, contohnya gembira, bahagia, putus asa, terkejut,
benci, tidak senang dan sebagainya ( Yusuf Syamsu, 2006 ). Kadang seseorang masih dapat
mengontrol keadaan dirinya sehingga emosi yang dialami tidak tercetus keluar dengan perubahan
atau tanda – tanda fisiknya. Hal ini berkaitan dengan pendapat yang dikemukakan Ekman dan
Friesen yang dikenal dengan display rules, yang dibagi menjadi tiga rules, yaitu masking, modulation
dan simulation. Masking adalah keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan atau dapat
menutupi emosi yang dialaminya. Emosi yang dialaminya tidak tercetus melalui ekspresi fisiknya,
misalnya orang yang sangat sedih karena kehilangan anggota keluarganya, kesedihan tersebut dapat
diredam atau ditutupi, dan tidak ada gejala fisik yang menyebabkan tampaknya perasaan sedih
tersebut. Sedangkan pada modulation seseorang tidak mampu meredam secara tuntas mengenai
gejala fisiknya, tetapi hanya dapat menguranginya saja, misalnya karena sedih, ia menangis tetapi
tidak terlalu kuat dan keras. Pada simulation seseorang sebenarnya tidak mengalami emosi, tetapi ia
seolah – olah mengalami emosi dengan menampakkan gejala – gejala fisik. Display rules sebenarnya
dipengaruhi oleh unsur budaya, misalnya adalah tidak etis kalau menangis dengan meronta – ronta
di hadapan umum meskipun kehilangan keluarga yang sangat dicintainya ( Walgito Bimo, 2004 ).

2. Ciri – Ciri Emosi

Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri – ciri sebagai berikut :

a. Lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan dan berpikir

b. Bersifat fluktuatif ( tidak tetap )


c. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera

3. Pengelompokan Emosi

Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris dan emosi kejiwaan
( psikis ).

a. Emosi Sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti
rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan lapar.

b. Emosi Psikis, yaitu emosi yang mempunyai alasan – alasan kejiwaan. Yang termasuk emosi jenis
ini diantaranya adalah :

1. Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut paut dengan ruang lingkup kebenaran.
Perasaan ini diwujudkan dalam bentuk :

a. rasa yakin dan tidak yakin terhadap suatu hasil karya ilmiah

b. rasa gembira karena mendapat suatu kebenaran

c. rasa puas karena dapat menyelesaikan persoalan – persoalan ilmiah yang harus dipecahkan

2. Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang menyangkut hubungan dengan orang lain, baik bersifat
perorangan maupun kelompok. Wujud perasaan ini seperti :

a. rasa solidaritas

b. persaudaraan ( ukhuwah )

c. simpati

d. kasih sayang, dan sebagainya

3. Perasaan Susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai – nilai baik dan buruk atau etika
( moral ). Contohnya :

a. rasa tanggung jawab ( responsibility )

b. rasa bersalah apabila melanggar norma

c. rasa tentram dalam mentaati norma

4. Perasaan Keindahan ( estetis ), yaitu perasaan yang berkaitan erat dengan keindahan dari
sesuatu, baik bersifat kebendaan ataupun kerohanian

5. Perasaan Ketuhanan, yaitu merupakan kelebihan manusia sebagai makluk Tuhan, dianugrahi
fitrah ( kemampuan atau perasaan ) untuk mengenal; Tuhannya. Dengan kata lain, manusia
dianugerahi insting religius ( naluri beragama ). Karena memiliki fitrah ini, maka manusia di juluki
sebagai “ Homo Divinans “ dan “ Homo Religius “ atau makluk yang berke-Tuhan-an atau makluk
beragama.
4. Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku dan Perubahan Fisik Individu

Ada beberapa contoh pengaruh emosi terhadap perilaku individu diantaranya :

a. memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai

b. melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari
keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa ( frustasi ).

c. menghambat atau mengganggu konsentrsi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan


emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup ( nervous ) dan gagap dalam berbicara.

d. terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati

e. suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi
sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

5. Perkembangan Emosi Balita

Di usia batita anak berkembang ke arah kemandirian. Ia ingin menunjukkan bahwa dirinya mampu.
Dukungan dan kesabaran dari orangtua penting untuk membantu anak mencapai tugas
perkembangan tersebut.

1. Demonstrasi kasih sayang

Anak usia ini senang mengeksplorasi berbagai perasaan menyenangkan yang timbul dari kontak fisik.
Misal setiap kali orangtua membuka tangan, batita pasti akan berlari menghampiri untuk masuk
dalam pelukan orangtuanya.

2. Perhatian secara personal

Batita selalu menuntut perhatian secara personal sebab di usia ini anak sedang berada dalam fase
egosentris. Ia ingin semua menjadi miliknya dan hanya untuk dirinya.

3. Mood gampang berubah

Anak batita sangat moody. Mudah baginya berganti suasana hati dalam waktu sekejap. Di usia ini
anak mulai sadar bahwa dirinya adalah individu yang terpisah dari orangtuanya sehingga segala
sesuatunya ingin dilakukan sendiri. Sementara di sisi lain kemampuannya masih sangat terbatas.

4. Cari perhatian

Ini adalah salah satu ekspresi emosi yang khas dimiliki anak batita. Ia senang sekali "pamer"
kemampuan. Pahadal sesuai tahapan perkembangannya, ada saja kemampuan baru yang
dikuasainya hampir setiap hari.

5. Suka menyengaja

Batita suka menyengaja. Ini dilakukan semata-mata untuk melihat repons sekelilingnya. Bisa juga
karena anak belum paham risiko dari perbuatannya, tapi mungkin juga anak sekadar menikmati
reaksi yang ditampilkan orangtua.

6. Melempar sesuatu saat marah


Di usia ini anak belum bisa mengendalikan emosinya secara sempurna tapi kemampuan motoriknya,
terutama melempar benda, sudah bisa dilakukan.

7. Keras kepala

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, di usia ini anak sedang berada pada fase egosentris. Anak
maunya menang sendiri dan keras kepala. Apa yang sudah jadi keinginannya seakan tak
terbantahkan. Ini adalah bagian dari perkembangan yang wajar.

8. Narsisme

Anak batita "narsis" mengagumi diri sendiri. Anak usia ini selalu merasa dirinya yang paling baik,
pintar, cantik/ganteng, disayang dan sebagainya sehingga ia merasa berhak atas segala sesuatu yang
ada di dunia ini.

6. Perkembangan Emosi Anak

Enam tahapan perkembangan yang harus dilalui anak:

1) Regulasi diri dan minat terhadap lingkungan

Kemampuan anak untuk mengolah rangsang dari lingkungan dan menenangkan diri. Bila anak masih
belum mampu meregulasikan diri maka ia akan tenggelam dalam usaha mencari rangsang yang
dibutuhkannya atau sebaliknya menghindari rangsang yang membuatnya tidak nyaman.

2) Keakraban-keintiman

Kemampuan anak untuk terlibat dalam suatu relasi yang hangat, akrab, menyenangkan dan penuh
cinta.

3) Komunikasi dua arah

Kemampuan anak untuk terlibat dalam komunikasi dua arah, menutup siklus komunikasi (aksi-
reaksi). Komunikasi di sini tidak harus verbal, yang penting ia bisa mengkomunikasikan
intensi/tujuannya dan kemudian mengenal konsep sebabakibat (berpikir logis) dan konsep diri. la
mulai menyadari bahwa tingkah lakunya berdampak terhadap lingkungan. Sehingga mulai muncul
keinginan untuk aktif memilih/ menentukan pilihan dan berinisiatif.

4) Komunikasi kompleks

Kemampuan anak untuk menciptakan komunikasi kompleks, mengekspresikan keinginan dan emosi
secara lebih berwarna, kompleks dan kreatif. Mulai menyertakan keinginannya dalam bermain, tidak
hanya mengikuti perintah atau petunjuk pengasuh/orang tua. Selanjutnya hal ini akan menjadi dasar
terbentuknya konsep diri dan kepribadian. la mampu memahami pola karakter dan tingkah laku
orang lain sehingga mulai memahami apakah tingkah lakunya disetujui atau tidak, akan dipuji atau
diejek, dll sehingga mulai berkembang kemampuan memprediksi kejadian dan kemudian mengarah
pada kemampuan memecahkan masalah berdasarkan keurutan logis.

5) Ide emosional

Kemampuan anak untuk menciptakan ide, mengenal simbol, termasuk bahasa yang melibatkan
emosi.
6) Berpikir emosional

Kemampuan anak untuk menciptakan kaitan antar berbagai ide sehingga mampu berpikir secara
logis dan sesuai dengan realitas. Mampu mengekspresikan berbagai emosi dalam bermain,
memprediksi perasaan dan akiba' dari suatu aktifitas, mengenal konsep ruang, waktu serta bisa
memecahkan masalah secara verbal dan memiliki pendapatnya sendiri. Bila anak bisa mencapai
kemampuan ini maka ia akan siap belajar berpikir abstrak dan mempolajari strategi berpikir.

Pada umumnya, ada empat kunci utama emosi pada anak yaitu :

1. perasaan marah

perasaan ini akan muncul ketika anak terkadang merasa tidak nyaman dengan lingkungannya atau
ada sesuatu yang mengganggunya. Kemarahan pun akan dikeluarkan anak ketika merasa lelah atau
dalam keadaan sakit. Begitu punketika kemauannya tidak diturutioleh orangtuanya, terkadang
timbulrasa marah pada sianak.

2. perasaan takut

rasa takutini di rasakan anak semenjak bayi. Ketika bayi merekatakut akan suara-suara yang gaduh
atau rebut. Ketika menginjak masa anak-anak, perasaan takut mereka muncul apabila di
sekelilingnya gelap. Mereka pu mulai berfantasi dengan adanya hantu, monster dan mahluk-mahluk
yang menyeramkan lainnya.

3. perasaan gembira

perasaan gembira ini tentu saja muncul ketika anak merasa senang akan sesuatu. Contohnya ketika
anakdiberi hadiaholeh orang tuanya, ketika anak juara dalam mengikuti suatu lomba, atau ketika
anak dapat melakukan apa yang diperintahkan orang tuanya. Banyak hal yang dapat membuat anak
merasa gembira.

4. rasa humor

Tertawa merupakan hal yang sangat universal. Anak lebih banyak tertawa di bandingkan orang
dewasa. Anak akan tertawa ketika melihat sesuatu yang lucu.

Keempat perasaan itu merupakan emosi negatifdan positif. Perasaan marah dan ketakutan
merupakan sikap emosi yang negative sedangkan perasaan gembira dan rasa lucu atau humor
merupakan sikap emosi yang positif.

7. Perkembangan Emosi Remaja

Masa remaja secara tradisional dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, dimana pada
masa itu emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kalenjar. Biehler (1972) membagi
ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.

• Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun

1. Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka

2. Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri
3. Kemarahan biasa terjadi

4. Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri

5. Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif

• Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun

1. “Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-
kanak menuju dewasa

2. Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka

3. Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja:

Sejumlah penelitian tentang emosi remaja menunjukan bahwa perkembangan emosi mereka
bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar. Kematangan dan belajar terjalin erat satu
sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan
kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti dimana itu menimbulkan
emosi terarah pada satu objek. Kemampuan mengingat juga mempengaruhi reaksi emosional. Dan
itu menyebabkan anak-anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi
mereka pada usia yang lebih muda.

Kegiatan belajar juga turut menunjang perkembangan emosi. Metode belajar yang
menunjang perkembangan emosi, antara lain yaitu :

1. Belajar dengan coba-coba

Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang
memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan
sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.

2. Belajar dengan cara meniru

Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain. Anak-anak bereaksi dengan
emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamatinya.

3. Belajar dengan mempersamakan diri

Anak menyamakan dirinya dengan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat
dengannya. Yaitu menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama.

4. Belajar melalui pengkondisian


Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian
dapat berhasil dengan cara asosiasi. penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada
perkembangan rasa suka dan tidak suka, setelah melewati masa kanak-kanak.

5. Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan

Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasa
membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional yang
tidak menyenangkan.

8. Peranan Emosi dalam Proses Berpikir

ü mengarahkan aksi dan tingkah laku

ü memungkinkan mengontrol tingkah laku

ü memberi arti terhadap pengalaman

ü menyimpan, mengorganisasi dan mengingat kembali pengalaman

ü menggagas pengalaman baru

ü memecahkan masalah

ü berpikir kreatif, selektif, logis, tidak idiosinkretik (aneh)

ü memahami kalimat lisan maupun tulisan ('rasa' bahasa)

ü memahami konsep kuantitas, waktu, ruang, sebab-akibat yang bersifat 'relatif

ü membentuk konsep diri, pengertian atas diri (dengan membandingkan

ü perasaan dengan situasi yang dialaminya)

ü memisahkan realitas dan fantasi

ü mengendalikan tingkatan perkembangan emosi, sosial dan intelektual

9. Peran Keluarga dan Sekolah Terhadap Perkembangan Emosi

John Mayer, psikolog dari University of New Hampshire, mendefinisikan kecerdasan emosi
yaitu kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi diri sendiri.
Lebih lanjut pakar psikologi Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional
kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi
sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Dapat disimpulkan Kecerdasan emosi dapat
diartikan kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk
untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang
lain. Guru dan keluarga dapat mengembangkan keterampilan kecerdasan emosional seorang anak
dengan memberikan beberapa cara yaitu:
1. Mengenali emosi diri anak , mengenali perasaan anak sewaktu perasaan yang dirasakan terjadi
merupakan dasar kecerdassan emosional. kemampuan untuk memantau peraaan dari waktu
kewaktu merupakan hal penting bagi pemahahaman anak.

2. Mengelola emosi, menangani perasan anak agar dapat terungkap dengan tepat kemampuan
untuk menghibur anak , melepasakan kecemasan kemurungan atau ketersinggungan, atau akibat –
akibat yang muncul karena kegagalan.

3. Memotivasi anak, penataan emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat
penting dalam keterkaitan memberi perhatian dan kasih sayang untuk memotivasi anak dalam
melakukan kreasi secara bebas.

4. Memahami emosi anak.

5. Membina hubungan dengan anak, Setelah kita melakukan identifikasi kemudian kita mampu
mengenali, hal lain yang perlu dilakukan untuk dapat mengembangkan kecerdasan emosional yaitu
dengan memelihara hubungan.

6. Berkomunikasi “dengan jiwa “, Tidak hanya menjadi pembicara terkadang kita harus memberikan
waktu lawan bicara untuk berbicara juga dengan demikian posisikan diri kita menjadi pendengar dan
penanya yang baik dengan hal ini kita diharapkan mampu membedakan antara apa yang dilakukan
atau yang dikatakan anak dengan reaksi atau penilaian.

Anda mungkin juga menyukai