Hal ini menyangkut tentang perkembangan dan pengaruhnya dalam penyesuaian pribadi
serta sosial. Lalu bagaimana emosi mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak?
Sebelumnya, tidak ada salahnya apabila Anda mengetahui pengaruh-pengaruh emosi tehadap
penyesuaian pribadi dan sosial anak agar Anda lebih paham. Pengaruhnya antara lain yaitu emosi
menambah rasa nikmat bagi pengalaman, emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan,
ketegangan emosi juga dapat mengganggu keterampilan motorik, dan aktifitas mental emosi
merupakan suatu bentuk komunikasi. Emosi juga dapat mempengaruhi interaksi sosial serta
suasana psikologis. Selain hal-hal tersebut, perlu juga diketahui faktor apa saja yang
mempengaruhi perkembangan emosi.
Yaitu faktor pematangan (maturation) dan faktor belajar. Dari kedua faktor tersebut, faktor
belajar lebih penting karena belajar merupakan faktor yang lebih dapat dikendalikan. Selanjutnya
tentang pola-pola emosi secara umum. Perlu Anda ketahui, beberapa bulan setelah bayi lahir,
muncul berbagai macam pola emosi yaitu rangsangan yang membangkitkan emosi serta reaksi
yang khas. Reaksi itu antara lain rasa takut, rasa marah, rasa cemburu, dukacita, keingintahuan,
kegembiraan dan kasih sayang. Emosi akan mempunyai kekuatan dominan dalam kehidupan dan
emosi yang dominan adalah dari semua emosi, salah satu atau beberapa diantaranya,
menimbulkan pengaruh yang terkuat terhadap perilaku seseorang.
Sementara itu emosi yang dominan mempengaruhi kepribadian anak, dan kepribadian
anak mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial. Emosi yang dominan, akan menentukan
temperamen atau suasana hati yang dirasakan anak. Oleh karena itu keseimbangan emosi
pada anak juga penting. Anda juga sebaiknya mengetahui cara-cara untuk menangani hal
tersebut. Keseimbangan emosi dapat diperoleh melalui dua cara. Pertama adalah pengendalian
lingkungan dengan tujuan agar emosi yang tidak menyenangkan cepat-cepat diimbangi dengan
emosi yang menyenangkan yang lebih banyak sehingga timbangan akan condong ke arah emosi
yang menyenangkan. Cara kedua yaitu dengan membantu anak mengembangkan toleransi
terhadap emosi yaitu kemampuan untuk menghambat pengaruh emosi yang tidak
menyenangkan. Kemudian hal yang harus dilakukan ialah mengendalikan emosi.
Hal ini sangat penting, supaya anak-anak dapat berkembang secara normal. Dan dapat
dilakukan dengan cara memberikan perhatian pada aspek mental dari emosi sebanyak perhatian
pada aspek fisik, juga dapat diatasi dengan belajar bagaimana cara menangani rangsangan yang
membangkitkan emosi, serta anak-anak harus belajar pula bagaimana cara mengatasi reaksi yang
biasanya menyertai emosi tersebut. Hal terakhir yaitu bahaya dalam perkembangan emosi. Anda
perlu mengetahui juga hal-hal yang paling umum tentang bahaya yang mungkin timbul bagi
perkembangan emosi. Antara lain yaitu keterlantaran emosional yang ada hubungannya dengan
keterlantaran kasih sayang, terlalu banyak kasih sayang, dominasi emosi yang tidak
menyenangkan, emosionalitas yang meninggi, kegagalan belajar mengendalikan emosi, Hal-hal
inilah yang merupakan bahaya dalam perkembangan emosi. Karena pengendalian lingkungan
semakin sulit dengan meningkatnya usia anak, maka anak yang lebih tua diharapkan harus
belajar toleransi emosi, yaitu belajar menerima dan menyesuaikan diri dengan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan, agar keseimbangan emosi dapat dicapai.
menyenangkan, dia akan menerima respon yang kurang menyenangkan pula, sehingga
anak akan merasa tidak dicintai atau diabaikan
Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi kebiasaan. Setiap
ekspresi emosi yang diulang-ulang akan menjadi kebiasaan, dan pada suatu titik tertentu
akan sangat sulit diubah. Dengan demikian, anak perlu dibiasakan dengan mengulangulang perilaku yang bersifat positif, sehingga akan menjadi kebiasaan yang positif pula.
Pada usia prasekolah anak-anak belajar menguasai dan mengekspresikan emosi (Saarni,
Mumme, dan Campos, 1998 dalam De Hart, 1992:348). Pada usia 6 tahun anak-anak memahami
konsep emosi yang lebih kompleks, seperti kecemburuan, kebanggaan, kesedihan dan kehilangan
(De Hart, 1992:348), tetapi anak-anak masih memiliki kesulitan di dalam menafsirkan emosi
orang lain (Friend and Davis, 1993).
Kondisi kesehatan
Kesehatan yang baik mendorong emosi yang menyenangkan menjadi
dominan,sedangkan kesehatan yang buruk menyebabkan emosi yang tidak
menyenangkan menjadi dominan.
Suasana Rumah
Jika anak-anak tumbuh dalam lingkungan rumah yang lebih banyak berisi
kebahagiaan dan apabila pertengkaran, kecemburuan, dendam, dan perasaan lain.
Faktor Maturasi
Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna
yang sebelumnya tidak dipahami, memperlihatkan rangsangan dalam jangka waktu yang
telah lama, dan memutuskan ketegangan emosi dalam satu obyek. Demikian pula
kemampuan mengingat dan menduga mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian
anak-anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi
mereka pada usia yang lebih muda (Ahmasi, 1990: 88).
Perkembangan kelenjer endokrin perlu untuk mematangkan perilaku emosional.
Bayi secara relatif kekurangan produksi kelenjar endokrin yang diperlukan untuk
menopang rekasi fisiologi terhadap sters. Kelenjar adrenalin memainkan peran utama
pada emosional mengecil secara tajam segera setelah bayi lahir. Tidak lama kemudian
kelenjar itu mulai membesar lagi, dan membesar dengan pesat sampai anak berusia lima
tahun, pembesarannya melambat pada usia 5 dan usia 11 tahun, dan membesar lebih pesat
lagi sampai anak berusia 16 tahun pada usia 16 tahun kelenjar tersebut mencapai kembali
ukuran semula seperti pada saat anak lahir.
faktor Belajar
Ada beberapa metode yang menunjang perkembangan emosi anak, antara lain :
1. Tiral and error learning; anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan
emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan
menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak
memberikan pemuasan.
Pelatihan
Pelatihan (training) atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas
pada aspek reaksi. Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika sesuatu
emosi terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap
rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar
tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang
tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengendalikan lingkungan apabila
memungkinkan.
Mintalah anak untuk menggambarkan suatu situasi di mana rasa frustasi dan kemarahan
emosi
Membantu anak-anak belajar untuk mengakui tentang suatu hal dan memberi label
membutuhkan perhatian
Izinkan anak-anak untuk berbagi lelucon mereka, hargai setiap tahapan perkembangan
rasa humor mereka.
Sedangkan ada beberapa tahap atau cara untuk mengendalikan emosi seseorang khusunya
bagi remaja dan dewasa. Seseorang harus mampu untuk tetap terbuka untuk rasa menyenangkan
ataupun tidak menyenangkan, mampu melibatkan diri atau menarik diri secara reflektif dari
suatu emosi dan mendasarkan pada pertimbangan informasi dan kegunaannya. Berikutnya,
seseorang harus mampu memantau emosi secara reflektif dalam hubungan diri sendiri dan
dengan orang lain. Selalu berpikir positif dan merefleksikan hanya untuk meluapkan amarah saja
dan tidak untuk mendendam.
Ada contoh sebuah kasus yang dialami seseorang yang berkebangsaan Indonesia, yang
bernama Doni, ia seorang mahasiswa psikologi di suatu perguruan tinggi negeri yang tidak dapat
melanjutkan kuliahnya karena kekurangan biaya.
Dalam kasus ini, Doni dapat dikatakan orang yang memiliki kecerdasan emosi apabila ia
dapat mengendalikan diri terhadap keadaan yang menimpanya, sehingga ia mampu memotivasi
dirinya untuk bangkit dari keadannya. Walaupun terasa berat, tetapi Doni akan mencapai
kecerdasan emosinya apabila ia dapat bertahan dan tidak menggunakan emosi yang berlebihan.
Mungkin dengan jalan lain Doni dapat bekerja atau mencari penghasilan untuk menutupi
kekurangan biayanya. Apabila Doni tidak putus asa dan berhasil menghadapi kecerdasannya
dengan baik, maka ia dapat dikatakan orang yang memiliki kecerdasan emosi, karena Doni
memiliki ciri-ciri dari kecerdasan emosi, yaitu mampu memotivasi diri, tahan terhadap frustasi
dan mampu mengendalikan diri. Stress dan masalah yang dihadapi
dirinya tidak menyebabkan kemampuan berpikirnya melemah dan tidak membuatnya patah
semangat ataupun malas belajar dalam melanjutkan pendidikannya.