Anda di halaman 1dari 14

PERKEMBANGAN EMOSI DAN KEGIATAN

PEMBELAJARAN YANG SESUAI UNTUK ANAK USIA 6-12


TAHUN

Laila Mar’atus Sholihah dan Shofiyah Wardatul Jannah

UIN Sunan Ampel Surabaya, Email: (06010722013@uinsby.ac.id,


06010722019@uinsby.ac.id)

A. Pendahuluan
Sejak lahir anak telah memiliki bakat-bakat atau benih-benih
kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengasuhan dan pendidikan.
Seorang anak memiliki keunikan yang pastinya berbeda antara satu anak
dengan anak lainnya. Mereka terlahir dengan banyak keunikan begitu pula
dalam proses perkembangannya. Namun terkadang keunikan dalam
perkembangan tersebut sulit untuk dimengerti oleh orang dewasa dan
berakhir pada salah penanganan.
Perkembangan anak akan berlangsung secara optimal jika
berkembangnya sesuai dengan fase dan tugas perkembangannya masing-
masing. Anak usia 6 sampai dengan 12 tahun dalam kategori usia Sekolah
Dasar. Pada usia ini, anak mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Perkembangan anak juga memiliki pola-pola tersendiri yang khas sesuai
dengan aspek perkembangan. Beberapa aspek yang berkembang pesat pada
usia SD yaitu perkembangan emosi anak. Salah satu permasalahan yang
sering dikeluhkan oleh orang tua maupun guru di sekolah adalah anak yang
berlaku nakal dan sulit mengontrol emosinya. Permasalahan ini sering
ditemui baik dirumah maupun di sekolah, kemungkinan besar dikarenakan
baik orang tua maupun guru belum mengerti tahap-tahap perkembangan
anak sehingga lebih banyak menyalahkan pribadi anak tersebut.
Terdapat beragam keunikan pada setiap pribadi anak yang belum
tentu dapat dimengerti oleh guru. Jika hal tersebut tidak disikapi secara

Bidang Bimbingan dan Konseling 1


serius, bukan tidak mungkin prestasi anak di kelas bisa saja terganggu dan
mengganggu proses perkembangan lainnya.
Upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua maupun guru untuk mencegah
terjadinya hal-hal yang akan merugikan anak adalah dengan cara
mempelajari kembali dan memahami proses perkembangan emosi anak
secara mendalam. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock dalam Desmita
(2005: 12) bahwa dengan mempunyai pengetahuan tentang perkembangan,
akan memungkin orang tua dan guru untuk memberikan bimbingan belajar
yang tepat. Selain itu, orang tua dan guru dapat mempersiapkan anak
menghadapi perubahan yang akan terjadi pada tubuh, perhatian dan
perilakunya. Betapa besar kegunaan pengetahuan bagi orang tua dan guru
mengenai perkembangan anak sehingga dapat memberikan bantuan dan
pendidikan yang tepat sesuai dengan pola-pola dan tingkat-tingkat
perkembangan anak.

B. Pembahasan
Perkembangan Emosi
Perkembangan merupakan suatu proses yang pasti dialami oleh
setiap individu, Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang
sistimatis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir
hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan –
perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewsaan atau
kematangan. Sedangkan emosi adalah berasal dari kata Emotus atau
Emovere yang berarti sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu, misalnya
emosi gembira mendorong untuk tertawa.
Para ahli banyak mengemukakan defenisi mengenai emosi .Seperti
oxford English dictionary yang memaknai emosi sebagai setiap perbuatan
atau pergolakan pikiran, perasaan , nafsu, setiap keadaan mental yang hebat
dan meluap-luap.
Sementara itu Chaplin dalam Dictionary Of Psychology
mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organism

Bidang Bimbingan dan Konseling 2


yang mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam
sifatnya dari perubahan prilaku. Chaplin membedakan emosi dengan
perasaan, emosi adalah suatu respons terhadap suatu perangsang yang
menyebabkan suatu perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan
kebiasaannya mengandung kemungkinan untuk meletus. Perasaan atau
(feeling) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang
eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmani. 1
Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi adalah setiap
keadaan pada diri seseorang yang disertai warna efektif baik pada tingkat
lemah maupun dalam tingkat yang luas. 2
Menurut Elizabeth B. Hurlock sebagaimana yang dikutip
(Setiani, 2012) kemampuan anak untuk bereaksi secara emosional sudah
ada semenjak bayi baru dilahirkan. Gejala pertama perilaku emosional ini
berupa keterangsangan umum. Dengan meningkatkan usia anak, reaksi
emosional mereka kurang menyebar, kurang sembarangan, lebih dapat
dibedakan, dan lebih lunak kerena mereka harus mempelajari reaksi
orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan.
Lindsley, berpendapat bahwa emosi disebabkan oleh perkerjaan
yang terlampau keras dari susunan syaraf terutama otak, misalnya apabila
individu mengalami frustasi, susunan saraf berkerja sangat keras yang
menimbulkan sekreasi kelenjar-kelenjar tertentu yang dapat mempertinggi
perkerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi.
Jadi emosi adalah perasaan atau afeksi yang timbul ketika seseorang
sedang berada dalam suatu keadaan atau suatu interaksi yang dianggap
penting baginya. Emosi diwakili oleh prilaku yang mengekpresikan
kenyamanan atau ketidak nyamanan terhadap keadaan atau interaksi yag
sedang dialami. Emosi juga bisa berbentuk sesuatu yang soesifik seperti rasa

1
Mohammad Ali, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2004),
Cet ke I, hal 62
2
Yudrik JahJa, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama, 2011), Cet ke I hal,
188

Bidang Bimbingan dan Konseling 3


senang, takut, marah dan seterusnya tergantung dari interaksi yang dialami.
Para psikilog masa kini percaya bahwa emosi, terutama ekspresi wajah dari
emosi memiliki dasar biologis yang kuat. Sebagai contoh seorang anak yang
buta sejak lahir dan tidak pernah melihat senyuman atau ekspresi sedih di
wajah orang lain tetap dapat tersenyum atau muram seperti anak-anak yang
normal. 3
Emosi dapat menimbulkan kenikmatan tersendiri dalam menjalani
kehidupan sehari-hari dan memberikan pengalaman tersendiri bagi anak
yang cukup bervariasi untuk memperluas wawasannya. Emosi menyiapkan
tubuh untuk melakukan tindakan. Emosi juga dapat mempengaruhi
keseimbangan dalam tubuh terutama emosi yang muncul sangat kuat.
Dampak negatif dari emosi adalah mengganggu keterampilan
motorik serta mengganggu aktivitas mental. Terlalu sering merasa takut
akan mengganggu kepercayaan diri anak. Hal ini akan mengganggu dimensi
perkembangan lainnya. Selain berdampak terhadap diri anak itu secara
pribadi, emosi juga dapat mempengaruhi ranah sosial anak. Emosi dapat
dijadikan sumber penilaian diri dan sosial.

Fase Perkembangan Emosi Pada Anak


Fase perkembangan emosi pada anak usia sekolah dasar dimulai
pada usia 5-6. Pada usia ini, anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang
berlaku. Anak mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak mulai
mampu menjaga rahasia. Ini adalah keterampilan yang menuntut anak untuk
menyembunyikan informasi.
Pada usia 6 tahun, anak-anak memahami konsep emosi yang lebih
kompleks, seperti kecemburuan, kebanggaan, kesedihan dan kehilangan.
Tetapi, anak-anak masih memiliki kesulitan di dalam menafsirkan emosi
orang lain. Pada tahapan ini anak memerlukan pengalaman pengaturan
emosi, yang mencakup kapasitas untuk mengontrol dan mengarahkan

3
John W. Santrock, Perkembangan Anak, ( Jakarta : Erlangga, 2007), hal 6-7

Bidang Bimbingan dan Konseling 4


ekspresi emosional serta menjaga perilaku yang terorganisir Ketika
munculnya emosi-emosi yang kuat dan untuk dibimbing oleh pengalaman
emosional.
Pada masa anak usia 7-8 tahun, perkembangan emosinya telah
menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat menverbalsasikan
konflik emosi yang dialaminya. Semakin bertambah usia, anak semakin
menyadari perasaan diri dan orang lain. Mereka mulai belajar untuk
memahami perasaan yang di alami oleh orang sekelilingnya.
Anak usia 9-10 tahun, anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam
situasi sosial dan dapat berespon terhadap distress emosional yang terjadi
pada orang lain. Selain itu, anak dapat mengontrol emosi negatif seperti
takut dan sedih. Anak belajar apa yang membuat dirinya sedih, marah atau
takut sehingga belajar beradaptasi agar emosi tersebut dapat dikontrol. Pada
tahap ini anak mempelajari cara untuk meredam emosi negatif yang muncul
lalu mencari cara agar hal tersebut dapat mereda.
Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk,
tentang norma-norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya
menjadi bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-
kanak awal. Mereka mulai memahami bahwa penilaian baik-buruk atau
aturan-aturan dapat diubah tergantung dari keadaan atau situasi munculnya
perilaku tersebut. Nuansa emosi mereka juga makin beragam.

Fungsi dan Macam-macam Ekspresi Emosi pada Anak


a. Fungsi dan pranan emosi pada perkembangan anak adalah sebagai
berikut:
 Merupakan bentuk komunikasi.
 Emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan
penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya.
 Emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan.
 Tingkah laku yang sama dan ditampilkan secara berulang
dapat menjadi satu kebiasaan.

Bidang Bimbingan dan Konseling 5


 ketegangan emosi yang dimiliki anak dapat menghambat
aktivitas motorik dan mental anak.
b. Macam macam ekspresi emosi anak
Emosi bukan hanya tentang kemarahan tapi juga perasaan yang
umum dirasakan saat mengalami atau melakukan sesuatu. Pola
Emosi pada anak meliputi rasa takut, malu, khawatir, cemas, marah,
cemburu, duka cita, keingintahuan dan kegembiraan. Pada anak
sekolah dasar, emosi yang sering dirasakan adalah rasa takutt,
khawatir, marah, cemburu, merasa bersalah dan sedih, ingin tahu,
gembira, cinta dan kasih sayang.
1. Rasa Takut
Takut yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang
membahayakan.Rasa takut terhadap sesuatu, akan
berlangsung melalui tahapan:
a. Mula-mula tidak takut, karena anak belum sanggup melihat
kemungkinan yang
b. terdapat pada objek.
c. Timbulnya rasa takut setelah mengenal bahaya.
d. Rasa takut bisa hilang kembali setelah mengetahui cara-cara
menghindari bahaya.
2. Rasa Malu
Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang
ditandai oleh penarikan diri dari hubungan dengan orang lain
yang tidak dikenal atau tidak sering berjumpa.
3. Rasa Canggung
Rasa khawatir biasanya dijelaskan sebagai khayalan
ketakutan atau gelisah tanpa alasan. Tidak seperti ketakutan
yang nyata, rasa khawatir tidak langsung ditimbulkan oleh
rangsangan dalam lingkungan tetapi merupakan produk
pikiran anak itu sendiri.

Bidang Bimbingan dan Konseling 6


4. Rasa Cemas
Rasa cemas ialah keadaan mental yang tidak enak
berkenan dengan sakit yang mengancam atau yang
dibayangkan.Rasa cemas ditandai oleh kekhawatiran,
ketidakenakan, dan merasa yang tidak baik yang tidak dapat
dihindari oleh seseorang ,disertai dengan perasaan tidak
berdaya karena merasa menemui jalan buntu,dan disertai
pula dengan ketidakmampuan menemukan pemecahan
masalah yang dicapai.
5. Rasa Marah
Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering
diungkapkan pada masa kanak-kanak jika dibandingkan
dengan rasa takut. Alasannya adalah karena rangsangan yang
menimbulkan rasa marah lebih banyak, dan pada usia yang
dini anak-anak mengetahui bahwa kemarahan merupakan
cara yang efektif untuk memperoleh perhatian atau
memenuhi keinginan mereka.
6. Rasa Cemburu
reaksi normal terhadap kehilangan kasih sayang yang
nyata, dibayangkan, atau ancaman kehilangan kasih sayang.
Duka cita adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan
emosional yang disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang
dicintai. Rangsangan yang menimbulkan keingintahuan
anak-anak sangat banyak. Anak-anak menaruh minat
terhadap segala sesuatu di lingkungan mereka, termasuk diri
sendiri.
7. Rasa Gembira
Rasa gembira adalah emosi yang menyenangkan yang juga
dikenal dengan keriangan, kesenangan, atau kebahagian.
Setiap anak berbeda-beda intensitas kegembiraan dan jumlah
kegembiraannya serta cara mengepresikannya sampai batas-

Bidang Bimbingan dan Konseling 7


batas tertentu dapat diramalkan. Sebagai contoh ada
kecenderungan umur yang dapat diramalkan, yaitu anak-
anak yang lebih muda merasa gembira dalam bentuk yang
lebih menyolok dari pada anak-anak yang lebih tua.

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi

Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi anak


adalah sebagai berikut.

1. Keadaan anak.

Keadaan individual pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun kekurangan pada
diri anak akan sangat mempenaruhi perkembangan emosional, bahkan akan
berdampak lebih jauh pada kepribadian anak. Misalnya: Rendah diri, mudah
tersinggung, atau menarik diri dari lingkungan.

2. Faktor belajar

Pengalaman belajar anak menentukan reaksi potensi mana yang mereka


gunakan untuk marah. Pengalaman belajar yang menunjang perkembangan
emosi antara lain: Belajar dengan coba-coba, anak belajar dengan coba-coba
untuk mengepresikan emosinya dalam bentuk prilaku yang memberi
penguasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.

3. Belajar dengan cara meniru.

Dengan belajar meniru dan mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi


orang lain, anak bereaksi dengan emosi dan metode yang sama dengan orang-
orang diamati. Belajar dengan mempersamakan diri anak meniru reaksi
emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangannya yang sama dengan
rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru.

4. Belajar dengan membimbing dan mengawas

Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang.
Dengan pelatihan , anak-anak dimotivasi untuk beraksi terhadap rangsangan

Bidang Bimbingan dan Konseling 8


yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar
tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan
emosi yang tidak menyenangkan.4

5. Belajar dengan pengondisian

Dengan meode atau cara ini objek, situasi yang mulanya gagal memancing
reaksi emosional kemudian berhasil. Pengondisian terjadi dengan mudah dan
cepat pada awal kehidupan karena anak kecil kurang menalar, mengenal betapa
tidak rasionalnya reaksi mereka. 5

Setiap anak melalui berbagai konflik dalam menjalani fase-fase


perkembangan. Namun jika anak tidak dapat mengamati konflik-konflik
tersebut, biasanya mengalami gangguan –gangguan emosi.

Gaya pengasuhan keluarga akan sangat berpengaruh terhadap


perkembangan emosi anak. Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan
keluarga yang emosinya positif, maka perkembangan emosi anak akan menjadi
positif. Akan tetapi apabila kebiasaan orang tua dalam mengekpresikan
emosinya negative seperti melampiaskan kemarahan dengan sikap agresif,
mudah marah, kecewa dan pesimis dalam menghadapi masalah, maka
perkembangan emosi anak akan menjadi negatif. 6

Karakteristik Perkembangan Emosi Pada Anak

Berikut ini adalah karakteristik emosi pada anak:

1. Emosi anak berlangsung singkat


2. Emosi anak bersifat intense
3. Emosi anak bersifat temporer
4. Emosi anak muncul cukup sering

4
Nurmalitasari, Perkembangan Sosial Emosional Pada Anak Usia Prasekolah, (Jakarta: PT Pusaka
Setia 2015), Cet ke I, hal. 103
5
Elizabeth B.Hurlock, Perkembangan Anak, ( Jakarta: Erlangga, 1978), hal 214
6
Atika Susanti, “Perkembangan Emosi Anak” diakses dari
http://atikasusanti.blongspot.co.id/2012/06/perkembangan emosi anak.htmlpada tgl 20 juni
2019

Bidang Bimbingan dan Konseling 9


5. Respon emosi anak bermacam-macam
6. Emosi anak dapat dideteksi dengan melihat gejala perilakunya
7. Kekuatan emosi anak dapat berubah
8. Ekspresi emosi anak dapat berubah

Cara Belajar Anak

Cara Mengajari Anak Membaca

Usia 6 tahun merupakan usia yang paling tepat bagi seorang anak untuk mulai
belajar membaca. Di sekolah, anak akan banyak diajari cara membaca tanpa
mengeja dan memahami sebagian besar kata dan kalimat. Anda bisa membantu si
kecil dengan mengajarkan cara cepat belajar membaca di rumah.

a. Perkenalkan huruf dengan cara yang menyenangkan, misalnya dengan


menggunakan flashcard, bernyanyi sambil membaca tabel huruf, atau cara
lain yang menarik. Meskipun menggunakan cara cepat belajar membaca,
cara pengucapan huruf harus tetap disampaikan dengan benar.
b. Cara cepat belajar membaca berikutnya adalah perkenalkan anak dengan
suku kata dan biarkan anak menghafalnya, dimulai dengan suku kata yang
ada di dalam konsonan B sampai Z, lalu diikuti huruf vokal A, I, U, E, dan
O, misalnya ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co, dan seterusnya.
c. Ajak anak untuk membaca suku kata yang lebih bervariasi, tetapi tetap
berakhiran huruf vokal dan membentuk kata yang sudah dikenal oleh anak,
misalnya bu-ku, bo-la, dan lainnya. Ini adalah salah satu kunci cara cepat
belajar membaca.
d. Memperkenalkan dan mengajarkan huruf mati menjadi langkah berikutnya
dalam mengajarkan cara cepat belajar membaca pada anak. Anda bisa
memperkenalkan si kecil dengan huruf seperti "nya", "nga", "sya", dan
sejenisnya.
e. Pada tahap terakhir, latihlah anak untuk membaca kata dengan utuh tanpa
mengeja. Ini merupakan salah satu kunci cara cepat belajar membaca untuk
anak. Pada mulanya, anak mungkin akan mengalami kesulitan, tetapi

Bidang Bimbingan dan Konseling 10


dengan metode yang tepat sesuai karakternya, anak akan bisa
segera lancar membaca.

Cara Mengajari Anak Menulis

Hal penting selanjutnya dalam cara mendidik anak usia 6 tahun adalah
mengajari anak menulis. Kegiatan menulis melibatkan keterampilan motorik halus
sehingga Anda bisa memulainya dengan meminta anak menarik garis, menggambar
lingkaran, dan menghubungkan titik-titik. Anda bisa mencoba beberapa cara
mengajari anak menulis berikut ini.

a. Siapkan perlengkapan menulis yang menarik, misalnya alat tulis berwarna-


warni dan kertas bergambar, dan tempat yang nyaman khusus untuk belajar
menulis.
b. Awali cara mengajari anak menulis dengan mengajak anak menuliskan hal-
hal yang ditemui dalam keseharian, misalnya pesan untuk anggota keluarga,
daftar belanja mingguan, dan sebagainya.
c. Setelah itu, ajari anak untuk menulis dengan struktur kalimat yang benar
dengan cara mendiskusikan apa yang akan ditulis lebih dahulu, kemudian
barulah anak menuliskannya.
d. Cara mengajari anak menulis juga bisa dilakukan di luar rumah dengan
memanfaatkan benda yang ada, misalnya menulis di tanah menggunakan
ranting pohon.
e. Menggambar benda kesukaan anak dan menuliskan namanya juga bisa
menjadi cara mengajari anak menulis yang menarik.
f. Bagian yang tak kalah penting dari cara mengajari anak menulis adalah
jangan memaksa anak menulis, tetapi biarkan ia menikmati
proses belajarnya.

Bidang Bimbingan dan Konseling 11


Cara Mengajari Anak Bahasa Inggris

Menguasai bahasa Inggris saat ini menjadi salah satu kunci kesuksesan anak
di masa depan. Karena itu, orang tua perlu mengenalkan cara belajar bahasa Inggris
dengan cepat kepada anak sejak usia dini. Bagaimana caranya?

a. Cara belajar bahasa Inggris dengan cepat dimulai dengan mengenal tenses
atau bentuk kata karena merupakan hal yang paling mendasar dalam bahasa
Inggris.
b. Mendengarkan (listening) audio percakapan dalam bahasa Inggris sehingga
anak terbiasa dengan istilah-istilah dan memahami ucapan orang lain.
c. Membaca (reading) juga menjadi salah satu cara belajar bahasa Inggris
dengan cepat karena akan membuat anak lebih peka terhadap struktur kata
dan kalimat serta menambah kosakata baru.
d. Menulis (writing) kata-kata dalam bahasa Inggris sebagai penerapan tiga
kemampuan yang sudah dipelajari sebelumnya. Selain merupakan cara
belajar bahasa Inggris dengan cepat, writing juga berfungsi sebagai alat
untuk melakukan evaluasi hasil belajar anak.
e. Membacakan buku-buku cerita dan bermain game dalam bahasa Inggris
juga menjadi cara belajar bahasa Inggris dengan cepat dan menyenangkan
untuk anak usia 6 tahun.
f. Berbicara (speaking) dalam bahasa Inggris menjadi hal terakhir yang perlu
dikuasai dan merupakan kunci penting cara belajar bahasa Inggris dengan
cepat. Sering-seringlah mengajak anak untuk bercakap-cakap
dalam bahasa Inggris.

Cara Menghadapi Anak Malas Sekolah

Masa transisi dari TK ke SD bagi sebagian anak mungkin agak terasa berat.
Ia harus bangun lebih pagi, berada di sekolah lebih lama, dan belajar hal-hal
yang sama sekali berbeda dengan di TK. Karena itu, tidak heran jika tiba-tiba
anak malas sekolah. Jangan buru-buru memarahi anak. Anda bisa mencoba
beberapa kiat berikut ini untuk mengatasinya.

Bidang Bimbingan dan Konseling 12


a. Jika anak malas sekolah dengan alasan merasa tidak enak badan,
cobalah periksa apakah anak demam, wajahnya pucat, terdapat luka,
atau lainnya. Untuk memastikan kondisi anak, tidak ada salahnya Anda
membawanya ke dokter.
b. Ajak anak berbicara dengan lemah lembut, mintalah dia mengatakan hal
yang mengganggunya dan menyebabkan anak malas sekolah, dan
bujuklah ia agar mau kembali bersekolah.
c. Rasa malas juga bisa disebabkan hal-hal yang terjadi di sekolah,
misalnya suasana yang tidak menyenangkan, membosankan, diganggu
teman, atau lainnya. Anda perlu menemui guru untuk membicarakan
masalah ini dan mencari solusinya.
d. Mengatasi anak malas sekolah juga bisa dilakukan dengan cara
sederhana, misalnya dengan membelikan perlengkapan sekolah dengan
karakter animasi kesukaan anak.

C. Penutup
Perkembangan merupakan suatu proses yang pasti dialami oleh
setiap individu, perkembangan ini adalah proses yang bersifat kualitatif dan
berhubungan dengan kematangan seorang individu yang ditinjau dari
perubahan yang bersifat progresif serta sistimatis didalam diri manusia.
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistimatis, progresif
dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir
hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan – perubahan yang
dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangan.Sedangkan
emosi adalah suatu keadaan atau perasaan yang ada dalam diri manusia baik
senang maupun sedih yang disadari dan diungkapkan melaui wajah atau
tindakan.Dan yang termasuk dalam ekspresi emosi pada anak adalah : Rasa
takut, rasa malu, rasa canggung, rasa khawatir, rasa cemas,rasa marah, rasa
cemburu, rasa duka cita, rasakeingintahuan, rasa kegembiraan dan
sebagainya. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

Bidang Bimbingan dan Konseling 13


emosi pada anak adalah keadaan anak,factor belajar dengan cara meniru,
factor belajar dengan coba-coba, belajar dengan pengondisian,belajar
dengan bimbingan dan pengawasan danlain-lain sebagainya.
Sebagai guru dan orang tua yang baik kita harus bisa memberikan
konsep belajar yang baik kepada anak agar anak terus semangat belajar dan
tidak bosan dengan apa yang kita berikan. Dan apabila kita mengetahui
emosi anak dengan baik maka anak tidak akan berontak terhadap apa yang
kita ucapkan dan akan menuruti apa yang kita perintahkan.

DAFTAR PUSTAKA

tika Susanti, “Perkembangan Emosi Anak” diakses dari


http://atikasusanti.blongspot.co.id/2012/06/perkembangan emosi
anak.html pada tgl 20 juni 2019

Elizabeth B.Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 1978)

https://dalamislam .com 15 Cara mengendalikan emosi dalam


Islam.Diakses pada tgl 20 juni 2019

John W. Santrock, Perkembangan Anak (Jakarta: Erlangga, 2007)

Makmum Mubayidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, (Jakarta:


Pustaka Alkautsar, 2006)

Mohammad Ali, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta:


2004 ), PT , Bumi Aksara Cet ke I

Nurmalitasari, Perkembangan Sosial Emosional Pada Anak Usia


Prasekolah, (Jakarta: PT Pusaka Setia, 2015)

Reza Sabrina, Tahap perkembangan Emosi Anak,diakses dari https://


desenpsikologi.com /tahap perkembangan-emosi-anak pada tanggal
30 April 2019

PAUD Jateng, https://www.paud.id/ciri-perkembangan-emosional-anak/.


Diakses pada tanggal 28 September 2015

Bidang Bimbingan dan Konseling 14

Anda mungkin juga menyukai