Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan
kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain, membedakan satu emosi
berfikir serta perilaku seseorang. (Davies dalam Monty & Fidelis, 2003: 27).
dalam bekerja menjadi bawahan orang yang ber-IQ lebih rendah tetapi
memiliki kecerdasan emosional yang baik. Maka dari itu, kita harus memiliki
ukur yang realistis atas kemampuan dan kepercayaan diri yang kuat.
Pada saat yang sama kesadaran diri dapat membantu mengelola diri sendiri
dan hubungan antar personal serta menyadari emosi dan pikiran sendiri.
diri sendiri agar berdampak positif bagi pelaksanaan tugas. Peka terhadap
kata hati dan sanggup menunda kesenangan sebelum tercapai suatu tujuan
emosinya dengan baik dan benar. Pengendalian emosi tidak hanya berarti
meredam rasa tertekan atau menahan gejolak emosi, melainkan juga bisa
apa yang dirasakan oleh orang lain. Mampu memahami perspektif mereka.
orang banyak atau masyarakat. Hal ini berarti orang yang memiliki
perasaan atau emosi orang lain. Emosi jarang diungkapkan melalui kata-
Emosi sangat penting dalam kehidupan anak, sehingga kita harus dapat
dan sosial anak. Sulit mempelajari emosi pada anak-anak karena informasi
tentang aspek emosi yang subyektif hanya dapat diperoleh dengan cara
tersebut telah membuktikan bahwa semua emosi, tidak hanya emosi yang
seriap macam emosi mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosial yang
penyesuaian pribadi dan sosial anak dapat bersifat fisik dan psikologis.
bentuk komunikasi, (e) Emosi dapat mengganggu aktivitas mental, (f) Emosi
merupakan sumber penilaian diri dan sosial, (g) Emosi mewarnai pandangan
anak terhadap kehidupan, (h) Emosi mempengaruhi interaksi social, (i) Emosi
Anak kecil bereaksi dengan intensitas yang sama, baik terhadap situasi
yang remeh maupun yang serius. Anak praremaja bereaksi dengan emosi
yang kuat terhadap hal-hal yang tampaknya sepele bagi orang dewasa.
membangkitkan emosi.
Peralihan yang cepat pada anak kecil dari tertawa kemudian menangis,
atau dari marah menjadi tersenyum, atau dari cemburu menjadi rasa
Semua bayi yang baru lahir pola reaksinya sama. Dengan adanya pengaruh
ruangan bila mereka ketakutan, anak lainnya mungkin akan menangis, dan
Dengan meningkatnya usia anak, pada usia tertentu emosi yang sangat
tingkah laku gugup seperti menggigit kuku dan menghisap jempol tangan.
Anak Prasekolah (anak usia dini) adalah anak yang berusia 4 sampai 6
tahun. (Slamet Rahardjo, 2006: 4). Sedangkan menurut Kamtini dan Husni
Wardi Tanjung (2005: 5), Anak Prasekolah (anak usia dini) adalah anak yang
jasmani dan rohani anak yang akan ikut menentukan keberhasilannya dalam
keterampilan tertentu. Dalam hal ini Hurlock memberikan tiga alasan, yaitu
anak memiliki sifat pemberani, sehingga mereka terbebas dari rasa takut.
Anak-anak mudah dan cepat belajar karena tubuh mereka masih lentur
Nasional pasal 28 ayat 3, menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada
pengadaan guru, penataan sarana dan prasarana, dan lain-lain yang berkaitan
berdasarkan usianya. Yaitu kelompok A bagi anak usia 4-5 tahun, dan
kelompok B untuk anak usia 5-6 tahun. Lama pendidikan di TK adalah satu
atau dua tahun, dan tidak ada istilah naik atau tinggal kelas.
sistem yang jelas, terprogram, baik dari segi kurikulum, ketenagaan, anak
organisasi dan tata kerja TK. (Kamtini dan Husni Wardi Tanjung, 2005: 25)
konsep diri, disiplin, seni, serta moral dan nilai-nilai agama. Karena itu
dibutuhkan kondisi dan simulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar
17
maupun non verbal (melalui gambar, lukisan, gerak, maupun bahasa tubuh).
benda yang menarik bagi anak seusia mereka. Melakukan berbagai percobaan
dengan benda-benda yang kongkrit adalah kegiaan yang paling disukai oleh
a. Apek Bahasa
b. Aspek Kecerdasan
Anak TK berada dalam fase berpikir konkrit. Anak akan berbicara sesuai
c. Aspek Motorik
d. Aspek Sosial
terbatas pada keluarga. Makin bertambah usia anak, makin luas pula
lingkungan hidupnya.
e. Aspek Emosi
Pada anak, emosi tumbuh dari perasaan yang kuat dan tidak terkendali
memberi bantuan dengan cara melatih kerja sama, saling memberi dan
a. Daya Cipta: Bertujuan untuk membuat anak menjadi kreatif, fleksibel, dan
orisinil dalam bertutur kata, berpikir, berolah tangan, dan berolah tubuh
b. Bahasa: Bertujuan agar anak didik mampu berkomunikasi secara aktif dan
1. Pengertian Bermain
sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang paling tepat, bermain
sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar kewajiban. Piaget
sendiri dan hasilnya dimaksudkan dalam realitas luar”. (Hurlock, 1981: 320).
20
Bermain adalah suatu kegiatan atau tingkah laku yang dilakukan anak
secara sendirian atau berkelompok dengan menggunakan alat atau tidak untuk
mencapai tujuan tertentu. (Soegeng Santoso dalam Kamtini dan Husni Wardi
mengamati ada 6 bentuk interaksi antar anak yang terjadi saat mereka
sebagai berikut:
- Unoccupied Play
benar terlibat dalam kegiatan bermain langsung. Bila tidak ada hal yang
orang lain, berkeliling atau naik turun kursi tanpa tujuan yang jelas.
Solitary play biasanya tampak pada anak yang berusia sangat muda.
ciri antara lain tidak ada usaha untuk berinteraksi dengan anak lain,
21
lain yang melakukan kegiatan bermain, dan tampak ada minat yang
semakin besar terhadap kegiatan anak lain yang diamatinya. Jenis kegiatan
ini pada umumnya tampak pada anak yang berusia 2 tahun. Dapat juga
tampak pada anak yang belum kenal dengan anak lain di suatu lingkungan
Paralel play tampak pada saat 2 anak atau lebih bermain dengan
jenis alat permainan yang sama dan melakukan gerakan atau kegiatan yang
sendiri-sendiri pada saat yang bersamaan. Bentuk kegiatan ini tampak pada
bermain, saling tukar alat permainan, akan tetapi bila diamati akan tampak
22
tugas dan pembagian peran antar anak-anak yang terlibat dalam permainan
motor sebelum usia 3 – 4 bulan, gerakan atau kegiatan anak belum dapat
bermain khayal dan pura-pura. Anak lebih banyak bertanya dan menjawab
emosional anak.
Penggunaan simbol lebih banyak diwarnai oleh nalar dan logika yang
bersifat obyektif. Sejak usia 8–11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam
kegiatan games with rules. Kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh
Piaget, maka akan terlihat bahwa bermain yang tadinya dilakukan sekedar
hanya rasa senang saja yang menjadi tujuan, tetapi ada suatu hasil tertentu
c. Hurlock (1981)
Ciri khasnya adalah berupa kegiatan mengenai obyek atau orang lain,
semakin luas, saat anak sudah dapat merangkak dan berjalan, sehingga
bercakap atau bermain seperti layaknya teman bermainnya. Selain itu pada
dasar. Pada masa ini jenis permainan anak semakin bertambah banyak,
karena itu tahap ini dinamakan tahap bermain. Anak bermain dengan alat
dan bentuk permainan lain yang juga dilakukan oleh orang dewasa.
Tahap ini diawali saat anak mendekati masa pubertas. Saat ini anak
kurang adil dari orang lain atau merasa tidak dipahami oleh orang lain.
a. Fungsi Bermain
ini akan sangat berguna untuk kehidupan anak pada usia selanjutnya.
dan Erikson dalam Kamtini dan Husni Wardi Tanjung, 2005: 53).
perlu diasah, dan bermain merupakan sarana yang sempurna untuk itu.
b. Manfaat Bermain
1. Fisik dan Motorik: Anak akan terlatih motorik kasar dan halusnya.
2. Sosial dan Emosional: Anak merasa senang karena ada teman bermain.
Orang tua merupakan teman bermain yang utama bagi anak. Ini
tua. Anak juga belajar komunikasi dua arah dengan orang tua.
halus, rasa asam, manis, pahit, dan asin. Anak juga belajar
sehat. Otot-otot tubuh akan tumbuh dan menjadi kuat. Selain itu
kepentingan dirinya. Bayi yang baru lahir hanya dapat menangis sambil
Pada usia sekitar 3 bulan, ia mulai belajar meraih mainan yang ada
usia sekitar 2 tahun, anak sudah dapat membuat coretan benang kusut.
Dan usia sekitar 3 tahun, berhasil membuat garis lengkung. Usia sekitar
teman sepermainan yang sebaya, anak akan belajar berbagai hak milik,
Anak juga belajar berkomunikasi dengan sesama teman baik dalam hal
kebiasaan dan standar moral yang dianut oleh masyarakat. Anak juga
pembantu, dokter, dan lainnya. Anak belajar tentang peran dan tingkah
laku apa yang diharapkan dari seorang anak perempuan atau laki-laki.
dikatakan tidak ada anak yang tidak suka bermain. Melalui bermain,
yang muncul dari dalam dirinya. Setidaknya akan membuat anak lega
dan rileks.
rasa percaya diri dan harga diri. Anak belajar bagaimana harus bersikap
agar anak menjadi lebih tanggap dan peka terhadap hal-hal yang
siap menekuni bidang olah raga tertentu pada usia yang lebih besar.
yang lebih sulit. Demikian pula dengan kegiatan menari. Untuk menari,
yakin pada apa yang dilakukan sehingga anak bisa menari tanpa merasa
takut atau khawatir. Anak menyukai dan senang pada kegiatan tersebut
bermain aktif dan bermain pasif. Secara umum bermain aktif banyak
praremaja karena adanya perubahan fisik, emosi, minat, dan sebagainya. Tapi
33
tidak berarti bahwa kegiatan bermain aktif akan menghilang dan digantikan
oleh kegiatan bermain pasif, sebab kedua jenis kegiatan bermain ini akan
tubuh. Seberapa anak sering melakukan kegiatan bermain jenis ini dan apa
dilakukan sendiri dan juga tidak banyak melibatkan aktivitas fisik. Jenis
remaja.
apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan, (8) Menghasilkan ilham untuk
berkreasi dan berinovasi, (9) Belajar berbagai peran yang dipikul oleh
Alat permainan selain dapat dibeli dari took-toko mainan, juga dapat
digali dan dikumpulkan dari sekeliling kita. Begitu banyak orang yang kurang
harus kita teliti terlebih dahulu. Seperti: seberapa banyak pengetahuan anak
seberapa jauh dan seberapa banyak alat yang mungkin kita dapatkan.
pisang, dedaunan, tempurung kelapa, jerami padi, lidi dan daun kelapa,
kulit kerang, serta bahan mainan yang terbuat dari tanah liat.
diantaranya: karet gelang, penggaris, pensil, piring dan gelas plastik, alat
bahan yang biasa diperoleh dari lingkungan alam, seperti: air, tanah, pasir,
Tidak jarang satu alat dapat meningkatkan lebih dari satu aspek
tertentu, sehingga bila anak salah mengerjakan dia pulalah yang segera
Contoh: lotto berwarna, puzzle 3-12 keping, papan pasak, papan hitung,
mencapai kesuksesan, baik dalam bidang akademis, karir, maupun dalan bidang
sosial. Dalam penelitian bidang psikologi anak telah dibuktikan bahwa anak-anak
yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi (diatas rata-rata) akan lebih
percaya diri, bahagia, populer, dan sukses di sekolah. Mereka lebih mampu
menguasai emosinya, dapat menjalin hubungan yang baik dengan orang lain,
mampu mengelola stres dan memiliki kesehatan mental yang baik. Anak dengan
Kecerdasan emosional pada anak prasekolah (TK) belum terlihat kuat. Hal
ini dipengaruhi oleh faktor usia mereka yang masih sangat muda. Mereka belum
satunya dapat dilakukan dengan cara bermain. Bermain sangat efektif untuk
anak dapat melakukan berbagai kegiatan yang akan merangsang pikiran anak
tersebut. Dari bermain, anak dapat mendapatkan suatu suasana hati yang senang,
gembira, ceria, atau bahkan suasana hati yang sedih, takut, dan marah.
Kecerdasan emosional anak secara tidak langsung akan mulai terbentuk dengan
sendirinya. Anak tidak akan menyadarinya, melainkan setelah anak tumbuh dan
rata-rata) akan terlihat menonjol dibandingkan anak yang lain. Anak tersebut
Anak tersebut seolah-olah lebih daripada anak-anak yang lain, padahal usia
sangat penting sekali bagi anak prasekolah. Salah satunya dengan cara bermain.
1. Permainan Bayi
anak yang lebih besar. Menyenangkan bayi sebelum berusia satu tahun.
2. Permainan Perorangan
Permainan ini antara lain berjalan di atas sisi trotoar atau rel kereta api,
3. Permainan Tetangga
ini mungkin diorganisasi oleh orang yang lebih tua atau ditentukan oleh anak-
anak sendiri. Permainan tradisional jenis ini misalnya petak umpat, bermain
4. Permainan Tim
39
yang kuat. Pada mulanya hanya sedikit anak yang bermain, tapi lambat laun
persaingan menjadi lebih kuat. Permainan jenis ini misalnya modifikasi dari
terutama dimainkan bila anak harus tinggal di rumah karena sakit, atau cuaca
buruk. Pada mulanya mereka bermain dengan orang tua atau saudara kandung,
Pengaruh bermain bagi perkembangan anak usia dini (TK), antara lain:
dan Keinginan, (6) Sumber Belajar, (7) Rangsangan bagi Kreativitas, (8)
(11) Belajar bermain sesuai dengan peran jenis kelamin, (12) Perkembangan
Lima bentuk cara belajar yang paling penting adalah belajar dengan coba-
(tryning).