Anda di halaman 1dari 2

NAMA : EMI AMELIA

“Kecerdasan Emosional dalam Perspektif Pendidikan Islam”


 Mengenai Kecerdasan emosi, orang mampu megendalikan emosi, mengatur diri
sendiri, memotivasi atau membangkitkan, memiliki simpati yang besar, dan mentalitas sosial
untuk mencapai tujuan hidup. Dari sini disebutkannya bahwa memahami emosi itu penting
bagi manusia. Dalam diri manusia dengan adanya kecerdasan emosi, yaitu akan membentuk
karakter dan sikap manusia menjadi lebih baik. Kecerdasan emosi berperan dalam hubungan
individu dan antar individu, yang dimana bertanggungjawab atas harga diri, kepekaan sosial,
dan kemampuan adaptasi sosial. Kecerdasan emosional mengambil bagian dalam koneksi
individu dan relasional, yang bertanggung jawab atas kepercayaan diri, aksesibilitas sosial,
dan fleksibilitas sosial. Jika orang memiliki pengetahuan yang tinggi, mereka akan
memahami sentimen yang berbeda secara mendalam ketika sentimen ini muncul sehingga
mereka dapat melihat diri mereka sendiri. Dengan adanya kecerdasan emosional, itu akan
membantu menggunakan penilaian yang baik dalam hidup seperti halnya menjaga
keseimbangan antara kebutuhan individu dan kebutuhan orang lain.
Gagasan kecerdasan emosional dalam Islam secara kokoh diidentikkan dengan
perspektif mulia yang sumbernya berasal dari hati, khususnya mentalitas yang baik, empati,
perhatian, takut melakukan kesalahan, partisipasi, kepercayaan diri, dukungan moral,
penyesuaian, penyampaian, dan benar-benar fokus pada lingkungannya. Kecerdasan emosi
ini sangat berhubungan dan bersentuhan langsung dengan manusia dalam kehidupan sehari-
hari, disamping itu kecerdasan emosi juga merupakan salah satu aspek yang penting untuk
diungkap dan perlu dimiliki oleh manusia supaya kehidupan berjalan dengan baik.
Emosi ini bila diciptakan dengan cara yang lebih luas, dapat mendorong baik dan
negatif. dalam pengertian umum, emosi sering dikonotasikan sebagai suatu yang negatif atau
bahkan pada beberapa  budaya, emosi dikaitkan dengan marah. Padahal tidak demikian
halnya, emosi-emosi tersebut apabila diarahkan kepada yang baik, maka ia akan baik pula,
bahkan berkat penelitian para pakar psikologi, terdapat sejumlah keterampilan-keterampilan
bagaimana agar seseorang memiliki kecerdasan emosi. Ini artinya bagaimana agar seseorang
itu memiliki kecerdasan emosi yang tinggi sehingga ia dapat memperoleh kebahagiaan dalam
hidupnya. Sebagaimana dilansir dalam buku Emotional Intelligence karya Daniel Goleman
bahwa kecerdasan emosi merupakan salah satu jaminan kesuksesan dan kebahagian
seseorang dalam hidupnya, menguasai pikiran yang mendorong produktivitas mereka, orang
yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosionalnya, akan
mengalami pertarungan batin yang merampas kehidupan seseorang untuk memusatkan
perhatian pada pekerjaan dan memiliki pikiran yang jernih.
Terdapat beberapa kecerdasan emosi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Gardner
misalnya, ia mengemukakan kecerdasan emosi sebagai kecerdasan pribadi, kemudian
Salovey menempatkan  kecerdasan pribadi Gardner ini dalam definisi dasar tentang
kecerdasan emosi yang  dicetuskannya seraya memperluas kemampuan ini menjadi 5 wilayah
utama:
1. Pahami perasaan Anda sendiri. Perhatian penuh merasakan sentimen saat itu terjadi.
Informasi diri mengelola bagian lain dari keberadaan seseorang. Ini sama sekali tidak
mengkhawatirkan arti sebenarnya, namun mengelola komponen yang mendalam dari
kehidupan seseorang.
2. Mengawasi perasaan. Berurusan dengan sentimen sehingga sentimen dapat
dikomunikasi kan dengan tepat adalah keahlian yang bergantung pada perhatian
penuh. Dengan demikian, kapasitas untuk menghadapi badai nafsu yang dibawa oleh
takdir sebagai lawan dari menjadi tawanan keinginan.
3. Menginspirasi diri sendiri. Mengawasi perasaan sebagai kewajiban yang tidak
menguntungkan sangat penting sejauh fokus, untuk inspirasi dan ketenangan diri, dan
untuk menjadi imajinatif.
4. Memahami perasaan orang lain. Simpati, yang juga bergantung pada perhatian penuh
gairah, adalah "kemampuan sosial" yang mendasar.
5. Membangun koneksi (kemampuan sosial). Keahlian membangun hubungan, sebagian
besar, adalah keahlian mengawasi perasaan orang lain. Membangun asosiasi dengan
orang lain dapat diinstruksikan, misalnya dengan bercanda yang menggabungkan
berbagai data individu, mengajukan pertanyaan kepada individu, mengkomunikasikan
pendapatan dan mengkomunikasikan pengakuan.

Kecerdasan emosional merujuk pada kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan
perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi
dengan baik pada diri sendiri serta dalam hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi
mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi dengan
kecerdasan akademik, yaitu kemampuan-kemampuan kognitif murni yang diukur dengan IQ. 
Banyak orang yang cerdas, dalam arti terpelajar, tetapi tidak memiliki kecerdasan emosi,
ternyata bekerja menjadi bawahan orang ber-IQ  lebih rendah tetapi unggul dalam
keterampilan kecerdasan emosi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perbedaan yang
paling penting antara IQ dan EI adalah bahwa EI tidak begitu dipengaruhi oleh faktor
keturunan, sehingga membuka kesempatan bagi orang tua dan pendidik untuk melanjutkan
apa yang sudah disediakan oleh alam agar anak mempunyai peluang lebih besar untuk meraih
keberhasilan.

Anda mungkin juga menyukai