Anda di halaman 1dari 21

RESUME

“KECERDASAN EMOSIONAL”
Untuk melengkapi tugas mata kuliah Pengembangan Kepribadian

Dosen Pembimbing :
Herawati Mansur., SST., M.Pd., M.Psi

Disusun oleh :
Novia Putri Hapsari (P17311204054)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
2.1 Kecerdasan Emosional (Daniel Goleman)

1. Pengertian kecerdasan emosional


Daniel Goleman mengatakan bahwa koordinasi suasana hati
adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang
pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain
atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat
emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri
dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman
mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan
lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan
dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda
kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan
emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada
porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.
Daniel Goleman (Emotional Intelligence) menyebutkan bahwa
kecerdasan emosi jauh lebih berperan ketimbang IQ atau keahlian
dalam menentukan siapa yang akan jadi bintang dalam suatu
pekerjaan.

2. Lima Dasar Kemampuan dalam Teori Kecerdasan Emosi Menurut


Daniel Goleman
a. Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan
untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi.
Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional,
yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Kesadaran
diri membuat kita lebih waspada terhadap suasana hati maupun
pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu
menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh
emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan
emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk
mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai
emosi.
b. Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam
menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat,
sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga
agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci
menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang
meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak
kestabilan kita . Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk
menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan
atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya
serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang
menekan.
c. Memotivasi Diri Sendiri
Meraih Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi
dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk
menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan
hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu
antusiasme, gairah, optimis dan keyakinan diri.
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut
juga empati. Menurut Goleman kemampuan seseorang untuk
mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan
empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati
lebih mampu menangkap sinyal sinyal sosial yang tersembunyi
yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain
sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain,
peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk
mendengarkan orang lain.
e. Membina Hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu
keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan
keberhasilan antar sesama. Keterampilan dalam berkomunikasi
merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina
hubungan. Terkadang manusia sulit untuk mendapatkan apa
yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta
kemauan orang lain.

3. Kegunaan Emosi
a. Sebagai pemahaman akan maksud dan potensi emosi,
tindakan teladan kepahlawanan orangtua itu mempertegas
peran cinta tanpa pamrih dan setiap emosi lain yang kita
rasakan dalam kehidupan manusia. Ini menyiratkan bahwa
perasaan kita yang paling dalam, nafsu, dan hasrat kita, ]
merupakan pedoman penting, dan bahwa spesies manusia
berutang amat banyak pada kekuatan emosi karena dengan
adanya emosilah manusia dapat menunjukkan
keberadaannya dalam masalah-masalah manusiawi.

b. Sebagaimana dilukiskan Freud dalam Civilization and Its


Discontents, masyarakat harus memberlakukan peraturan-
peraturan dengan maksud mengurangi ekses-ekses gejolak
emosi yang terlampau bebas dari dalam diri manusia. Kendati
terdapat kendali sosial, dari waktu ke waktu nafsu sering kali
menguasai nalar. Kita terlampau sering menghadapi dilema-
dilema pascamodern dengan pola emosi yang lebih cocok
untuk situasi gawat zaman Pleistosen.
c. Semua emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk
bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang
telah ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi. Akar
kata emosi adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang
berarti "menggerakkan, bergerak", di tambah awalan "e-"
untuk memberi arti "bergerak menjauh", menyi ratkan bahwa
kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam
emosi.
d. Kita memiliki dua pikiran, satu yang berpikir dan satu yang
merasa. Pertama, pikiran rasional, adalah model pemahaman
yang lazimnya kita sadari: lebih menonjol kesadarannya,
bijaksana, mampu bertindak hati-hati dan merefleksi. Tetapi,
bersamaan dengan itu ada sistem pemahaman yang lain:
yang impulsif dan berpengaruh besar, bila kadang-kadang
tidak logis-yaitu pikiran emosional.
e. Neokorteks merupakan tempat pikiran; neokorteks memuat
pusat-pusat yang mengumpulkan dan memahami apa yang
diserap oleh indra. Neokorteks menambahkan pada perasaan
apa yang kita pikirkan tentang perasaan itu dan
memungkinkan kita untuk mempunyai perasaan tentang ide-
ide, seni, simbol-simbol, khayalan-khayalan.

4. Peran Kecerdasan Emosional dalam Kehidupan Sosial


Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk
menggunakan emosi sebagai alat pemandu untuk efektivitas
interpersonal dalam lingkungan sosialnya. Saat berinteraksi dengan
anggota lingkungan sosial, orang yang cerdas secara emosional
menghasilkan hubungan dan hasil yang saling menguntungkan
untuk diri mereka sendiri dan orang lain.
2.2 Konsep Kecerdasan Emosional dan Macam Kecerdasan
Emotional intelligence adalah kemampuan seseorang dalam
mengendalikan emosi diri dan memahami emosi orang lain.
Pemimpin harus memiliki kepekaan empatik.
a) Kecerdasan emosional pertama kali diperkenalkan oleh Edward
Thorndike (Colombia university 1930) dengan istilah kecerdasan
sosial. Social intelligence adalah kecerdasan seseorang dalam
mengelola hubungan sosial dengan orang lain.

b) Kecerdasan eosional pertama kali diperkenalkan oleh Wayne


Payne 1985 untuk menggantikan istilah social intelligence.

a. Tujuh unsur utama kemampuan yang sangat penting ini-semuanya


berkaitan dengan kecerdasan emosional :
a) Keyakinan.
Perasaan kendali dan penguasaan seseorang terhadap tubuh,
perilaku, dan dunia; perasaan anak bahwa ia lebih cen derung
berhasil daripada tidak dalam apa yang dikerjakannya, dan bahwa
orang-orang dewasa akan bersedia menolong.
b) Rasa ingin tahu.
Perasaan bahwa menyelidiki segala sesuatu itu bersifat positif dan
menimbulkan kesenangan.

c) Niat.
Hasrat dan kemampuan untuk berhasil, dan untuk bertin dak
berdasarkan niat itu dengan tekun. Ini berkaitan dengan perasaan
terampil, perasaan efektif.
d) Kendali diri.
Kemampuan untuk menyesuaikan dan mengenda likan tindakan
dengan pola yang sesuai dengan usia; suatu rasa kendali
batiniah.
e) Keterkaitan.
Kemampuan untuk melibatkan diri dengan orang lain berdasarkan
pada perasaan saling memahami.
f) Kecakapan berkomunikasi.
Keyakinan dan kemampuan verbal untuk bertukar gagasan,
perasaan, dan konsep dengan orang lain. Ini ada kaitannya
dengan rasa percaya pada orang lain dan kenikmat an terlibat
dengan orang lain, termasuk orang dewasa.
g) Kooperatif.
Kemampuan untuk menyeimbangkan kebutuhannya sendiri
dengan kebutuhan orang lain dalam kegiatan kelompok.

b. Model Kecerdasan Emosional :


a) Ability Model
Peter Salovey & John Meyer, berpendapat kecerdasan emosional
suatu keterampilan atau skills yang bisa dilatih.
b) Trait Model Petrides
Kecerdasan emosional bukanlah seperti keterampilan yang bisa
dibentuk tapi lebih pada karakter seseorang.
c) Ability Model & Trait Model Daniel Goleman (buku emotional
intelligence). Kecerdasan emosional yaitu gabungan antara
keterampilan dan karakter
5 elemen utama emotional intelligence :
 Self Awareness
Kesadaran diri untuk mengenali dan memahami berbagai tipe
mood emosi yang dirasakan seseorang
 Self Regulation
Kemampuan dalam mengendalikan emosi, tidak terlalu reaktif
menghadapi masalah yang datang
 Internal Motivation
Adanya passion dorongan untuk bekerja bukan karena uang /
status
 Empathy
Kemampuan dalam memahami perasaan orang lain
 Social Skill
Kecakapan dalam mengelola hubungan, membangun jejaring,
dan hubungan pertemanan yang nyaman

Apakah bisa kecerdasan emosi diukur?


Reuven baron EQ-I (emotional quotient inventory) untuk
mengukur kompetensi seseorang, termasuk kemampuannya
dalam mengolah kesadaran diri, kepandaian dalam bersyukur dan
bahagia, serta bagaimana memecahkan masalah dalam tekanan.

c. 9 Kecerdasan manusia menurut Howard Gardner 1970


a) Kecerdasan dalam berlogika (menghitung)
b) Kecerdasan interpersonal (kemampuan berempati terhadap
perasaan orang lain)
c) Kecerdasan intrapersonal (memahami diri sendiri yang dirasakan &
diinginkan)
d) Kecerdasan spiritual (dalam memahami hakekat kehidupan
e) Kecerdasan spasial (dalam memvisualisasi ruang)
f) Kecerdasan hayati (memahami metabolism makhluk hidup &
lingkungan sekitar)
g) Kecerdasan musical (memahami pola nada, irama dan warna suara)
h) Kecerdasan verbal (kemampuan mengekspresika diri dengan kata
kata & kemampuan berbicara)
i) Kecerdasan fisik (kemampuan seseorang mengkoordinasikan gerak
tubuh dengan kuat dan cepat)

2.3 Video AG 1
a. Sejarah IQ,EQ,SQ

IQ terletak pada otak Neocortex, EQ terletak pada limbic system, SQ


terletak pada temporal lobe
a) IQ

Ditemukan 1905 di Prancis oleh Binet. Dibawa ke Amerika di


stanford aka dinamakan stanford binet dan dipergunakan pertama
kali ketika perang dunia pertama dan pada saat itulah berkembang
sampai saat ini bagaimana mengubur manusia sukses apabila
memiliki IQ 100.

b) EQ

Ditemukan teori kedua yakni IQ pada tahun 1995 oleh Daniel


Goleman dalam bukunya yakni Working With Emotional Intelligence.

c) SQ
Pada tahun 2000 setelah melakukan penelitian ilmiah salah satunya
penemuan V.S. Ramachandran dari California menemukan fungsi
saraf GOD SPOT. Michael Presinger juga menemukan fungsi yang
disebut The Binding Problem. Ini semua menjadi syarat ilmiah bahwa
kecerdasan spiritual itu memang sudah ada pada fungsi neurosains
otak manusia.

2.4 Video AG 2
a. Hubungan IQ,EQ, SQ
Kecerdasan IQ tidak cukup masih dibutuhkan EQ. EQ adalah
kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain dan kemudian
menjadikan pengetahuan itu sebagai informasi penting untuk mengambil
tindakan. Kecerdasan Emosional memberikan peran penting di dalam
keberhasilan kehidupan. Emotional Quotient Inventory (EQI) sebuah
lembaga yang mengumpulkan orang-orang yang sukses di muka bumi
hasilnya bahwa kecerdasan intelektual itu rata-rata hanya 6% yang
membawa keberhasilan bahkan maksimal hanya 20%. Jadi dapat
disimpulkan bahwa keberhasilan itu tidak dapat ditentukan oleh
intelektualitas saja. Kemampuan mengendalikan emosi membuat bisnis
lebih sukses. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk
mengendalikan emosi, kemampuan untuk menguasai diri agar tetap bisa
mengambil keputusan dengan tenang. Jadi dapat disimpulkan bahwa
tidak hanya IQ yang kita miliki tetapi dibutuhkan juga EQ.
Selain IQ, dan EQ, kita juga masih membutuhkan SQ. SQ adalah
Kecerdasan spiritual. Spiritual Experience adalah ketika fungsi otak god
spot tersentuh. Kecerdasan spiritual bukanlah angan-angan, bukan
sekedar ilmu dari luar, kecerdasan spiritual adalah makna dalam
manusia manusia akan terus mencari makna kehidupan. Kecerdasan
spiritual adalah makna kehidupan.
Seorang ahli yang bernama Michael Presinger melakukan sebuah
penyelidikan yang disebut The Binding Problem. The Binding Problem
membuktikan bahwa fungsi 3 kecerdasan itu akan terus mencari. Ketika
manusia tidak mampu menjawab dan untuk apa dan tidak tersentuh
fungsi god spotnya maka manusia penderita penyakit spiritual patologis.
Kecerdasan spiritual bukan bicara hanya ritual tapi inti makna fungsi. IQ,
EQ, SQ tidak dapat dipisahkan. ESQ adalah bagaimana mencoba
menggabungkan seluruh kecerdasan menjadi satu antar IQ, EQ, SQ.
Konsep menggabungkan yaitu dengan menggabungkan seluruh nya
menjadi satu kesatuan.
Aktivitas fisik (IQ) dan Emosi (EQ) mengorbit kepada SQ.
Kecerdasan intelektual diletakkan diluar yakni dimensi fisik, dan dimensi
fisik harus berputar pada dimensi emosional dan dimensi emosional
harus berputar pada dimensi. Sehingga otak kita cerdas kinerja tinggi
tetapi kita memiliki hati yang mampu membaca situasi lingkungan luar
memiliki kadar hati yaitu EQ sehingga mampu mengenal apa yang terjadi
pada diri kita secara emosional dan mampu mengenal perasaan orang
lain, tetapi mampu mengenal perasaan orang lain tidak boleh berdiri
sendiri, tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan yang
bisa merusak lingkungan, maka dibutuhkan satu kecerdasan yang
menjadi pusat atau inti yaitu SQ.

IQ dan EQ saja tidaklah cukup untuk membawa diri seseorang,


perusahaan, masyarakat atau suatu bangsa dalam mencapai
kebahagiaan dan kebenaran yang hakiki. Masih ada nilai-nilai lain yang
tidak bisa dipungkiri keberadaannya yaitu SQ (Agustian, 2004b:65). SQ
merupakan landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ
secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi manusia
(Zohar & Marshall, 2002:4). Wujud dari SQ ini adalahsikap moral yang
dipandang luhur (etis) oleh pelaku (Ummah dkk, 2003:43). Dari berbagai
ungkapan di atas dapat dipahami bahwa SQ merupakan kecerdasan
tertinggi manusia (melebihi IQ maupun EQ) yang diwujudkan dalam
sikap moral yang luhur (etis).

2.5 Macam-Macam Emosi

Pada abad ke – 20 seorang professor Psikologi University of


California bernama Paul Ekman, sudah mengidentifikasikan enam dasar
emosi manusia.

a. Kebahagiaan.
b. Kesedihan.
c. Rasa takut.
d. Marah.
e. Jijik.
f. Terkejut.

Study menemukan bahwa identitas seseorang itu ditentuntuak oleh


satu emosi tertentu, karena emosi ini akan membentuk cara kita
memandang dunia, cara kita mengekspresikan diri, dan cara kita
merespon orang lain. Keenam emosi itu saling terikat satu sama lain,
sebagai contoh, kesedihan tidak selamanya negative. Justru kesedihan
yang kita tunjukan akan menarik orang lainuntuk menghibur dan
membantu kamu mencapai bahagiaan. Lalu, kebahagiaan bukan hanya
sekedar kegembiraaan. Jadi kebahagiaan juga bisa dibarengi dengan
emosi lain termasuk kesedihan.
Contoh selanjutnya, kita tidak bisa memaksakan diri kita untuk terus
bahagia, yang dimana pada kenyataannya justru membuat kita merasa
tidak bahagia, justru membuat emosi tidak terkontrol. Faktanya,
kesedihan itu penting untuk kesehatan mental dan kesejahteraan kita.
Semua emosi mempunyai peran penting dalam hidup kita. Jadi,
rasakan dan alami saja. Jangan ditolak, karena seluruh emosi itu yang
membuat kita menjadi seorang manusia yang berfungsi. Pada kehidupan
sehari – hari kita punya pilihan untuk menolak sedih dan jadi pura pura
bahagia. Ada pilihan lain, dimana kamu memilih untuk meraasakan
kesedihan itu. Kamu juga punya kendali untuk mengingat memori
dengan merasakan dan mengekspresikan emosi saat itu. Oleh karena itu
penting bagi kita untuk mengekspresikan semua emosi yang kita lagi
rasakan dengan catatan kita harus bisa mengontrol emosi kita sendiri.

a. Sejumlah teoretikus mengelompokkan emosi dalam golongan-golongan


besar seperti :
a) Amarah
Beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati,
terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan barang
kali yang paling hebat, tindak kekerasan dan kebencian patologis.
b) Kesedihan
Pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian,
ditolak, putus asa, dan kalau menjadi patologis, depresi berat.
c) Rasa takut
Cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, sekali, khawatir, waspada,
sedih, tidak tenang, ngeri, takut sekali, kecut; sebagai patologi, fobia
dan panik. perasaan takut
d) Kenikmatan
Bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga,
kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa
terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang, senang sekali, dan batas
ujungnya, mania.
e) Cinta
Penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa de kat,
bakti, hormat, kasmaran, kasih.
f) Terkejut
Terkejut, terkesiap, takjub, terpana.
g) Jengkel
Hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah.
h) Malu
Rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur
lebur.
Kecerdasan emosi merupakan nilai-nilai yang terdapat psikologis
yang harus ditumbuh kembangkan dan dikelolah dengan baik melalui
proses pembelajaran. Yang diperlukan oleh anak agar menjadi manusia
dewasa yang berhasil tidak semata-mata kecerdasan umum yang
sifatnya hanya kognitif saja, akan tetapi yang tidak kala penting adalah
kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional perlu didikan semenjak
anak masih usia dini melalui naskah pengelolah emosi yang sehat, oleh
karena itu pembelajaran yang berhasil haruslah menciptakan emosi yang
positif pada diri anak. Untuk menciptakan emosi yang positif ,
diantaranya, mengajarkan nilai-nilai budaya dimana anak itu berada,
mengembangkan dan mengasah emosi anak yang menonjol,
memperkenalkan kepada anak tentang emosi dengan cara verbal dan
non verbal, disiplin yang konsisten, ajarkan apa anak ekspresi emosi
yang dapat diterima oleh lingkungan, menunjukkan prilaku yang baik
dapat ditiru secara langsung dan memupuk rasa empati tehadap orang
lain.

2.6 Tanda Kecerdasan Emosi yang Rendah

Kecerdasan emosional atau IQ berarti bicara soal kemampuan


seseorang untuk mengelola dirinya serta orang disekitarnya. Berikut
adalah tanda – tanda orang dengan EQ rendah :

a) Kosa kata emosi yang terbatas


Biasanya ketika ditanya perasaannya dia hanya menjawab ‘baik’ .
dampaknya ia akan menjadi sulit mengelolanya.
b) Mudah stress
Orang dengan EQ rendah menjadi gampang stress khususnya jika
sesuatu tidak sesuai dengan harapan dan standart dia. Artinya,
seolah- olah sesuatunya berjalan dengan keinginannyajadi segala
sesuatu berada diluar kendalinya ia akan merasa stress.
c) Ekspresi marah yang mudah timbul atau sering kali tak terkendali.
Ia sering kali mengumpat atau melampiaskan dengan benda
disekitarnya. Ia bisa saja melakukan hal diluar kendali kita.
d) Suka menyalahkan lingkungan atas alasan buruk yang terjadi
Jika ia merasakan suasana hati yang tidak enak maka lingkunganlah
atau orang lain yang akan ia salahkan.
e) Sulit menyatakan emosinya secara jujur ( clamp up )
Ia menolak membicarakan emosinya. Ia memilih untuk menyimpan
emosi sendiri.
f) Sering memiliki masalah hubungan dengan orang lain
Perteman, persahabatn ataupun hubungannya selalu berakhir
dengan masalah sehingga orang lainlah yang menjadi korbannya.
g) Tidak punya rasa empati terhadap situasi
Tidak bisa membaca keadaan seakan-akan memaksa orang lain
untuk mengikuti keadaannya atau perasaannya.
h) Radar emosi keluarnya tak bekerja
Sehingga ia tidak bisa menangkap sinyal-sinyal emosi yang
ditunjukkan orang lain apalagi beremapti dengan rasa orang lain. Ia
begitu egois dengan perasaannya sendiri.
i) Dutraktir secara emosi
Ia merasa senang, bahagia, ketika ada orang lain yang harus
dikorbankan perasaannya, bahkan ketika orang lain susah ataupun
menderita karenanya.
j) Sering kali emosi yang tidak bisa membuat ia berpikir dengan jernih
Misalkan ketika ia mulai tidak menyukai seseorang ia akan
menghindari segala hal yang bersangkutan dengan orang itu.

Setiap orang mungkin pernah mengalami satu sampai dua hal


tanda diatas . coabalah untuk lebih waspada. Selama masih bernafas
dan hidup kita masih selalu ada kesempatan untuk kita mengembangkan
dan melatih kecerdasan emosi. Menjadi lebih baik.

2.7 Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosi


a. Awareness :
a) Membangun kesadaran,
b) Apa yang dirasakan,
c) Apa yang terjadi pada diri sendiri,
d) Apa yang menjadi pattern-pattern kehidupan,
e) Kapan beremosional,
f) Kapan mood lebih bagus,
g) Kapan produktif.
b. Acceptance :
a) Berdamai menerima diri kita,
b) Nyaman dengan diri kita
c. Affection :
a) Membangun hubungan interaksi dengan orang lain
d. Affirmation :
a) Penguatan,
b) Tetap kuat bisa tetap gigih menghadapi tantangan apapun
Emosi tetap cerdas, tetap stabil, tetap tenang ketika menghadapi
tantangan-tantangan jika bisa melewati Kesadaran, Penerimaan,
Persaudaraan dan Penguatan maka ini adalah bagian tanda-tanda
kecerdasan emosional.

a. Kecerdasan Emosi yang terdiri dari indikatornya, yaitu:

a) Personal Competence

Kemampuan mengendalikan komponen emosi secara personal


50% peserta berada pada kategori sangat baik dan 47% peserta
berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi
peserta diklat sebagai berikut:

1.Memiliki kesadaran akan tingkat emosi yang harus dimiliki dan


akibat dari emosi tersebut (self awereness),

2.Memiliki daya mengelola emosi dengan kejujuran, integritas dan


tanggung jawab yang tinggi.

3.Memiliki orientasi dan komitment pada keunggulan secara


mandiri.

b) Social Competence

Kemampuan mengembangkan dalam lingkungan sosial 38%


peserta diklat berada pada kategori sangat baik dan 44% peserta
diklat berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa
kondisi peserta diklat sebagai berikut:

1.Memiliki keterampilan dalam mengembangkan diri untuk juga


mengembangan lingkungan sosialnya.

2.Memiliki keterampilan membaca kondisi politik pada lingkungan


sosialnya.

3.Memiliki keterampilan komunikasi yang baik.

4.Memiliki keterampilan kepemimpinan yang baik.

5.Memiliki keterampilan mengatasi konflik yang terjadi.

6.Memiliki keterampilan membangun jejaring kerja.

7.Memiliki keterampilan berkolaborasi dan bekerja sama dengan


orang lain.

8.Memiliki keterampilan mensinergiskan kondisi perbedaan yang


terjadi.

c) Pengetahuan (knowledge)

Hasil diklat kompetensi pengetahuan 29% peserta memperoleh


pengetahuan hasil diklat pada kategori sangat baik dan 70% %
peserta memperoleh pengetahuan hasil diklat pada kategori baik.
Hal ini menunjukkan bahwa peserta diklat merasa pengetahuannya
bertambah setelah mengikuti mata diklat tertentu atau mengikuti
diklat.

d) Keterampilan (skill)

Hasil diklat kompetensi keterampilan 29.30% peserta memperoleh


keterampilan hasil diklat pada kategori sanga baik dan 69.10%
peserta memperoleh keterampilan hasil diklat pada kategori baik.
Hal ini menunjukkan bahwa peserta diklat merasa keterampilannya
bertambah setelah mengikuti mata diklat tertentu atau mengikuti
diklat.
e) Sikap (attitude)
Hasil diklat kompetensi sikap 64% peserta memperoleh sikaphasil
diklat pada kategori sanga baik dan 36% peserta memperoleh sikap
hasil diklat pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa peserta
diklat merasa sikapnya meningkat ke arah positif untuk
memperbaiki kinerja setelah mengikuti mata diklat tertentu atau
mengikuti diklat.

1.8 Mengelola Emosi


a) Six second pause
Ketika ada masalah diam 6 detik.
b) Motion
Bergerak, merubah fisik maka emosi kita ikut berubah, Jika berdiri
lalu duduk.

c) Flip switching (merubah kata kata)


Kata kata seperti “saya kecewa” diganti dengan “saya menerima”kata
kata ini bertujuan untuk membangun mental yang positif.
d) Merubah perasaan
Memilih emosi yang positif dan mengendalikan perasaan
e) Breathing teknik
Menggunakan trik tarik napas-tahan-buang.
f) Basuh wajah

a. Program Pelatihan dan Pengembangan Pada Kecerdasan Emosional


a. Pemetaan Emosional
Membantu memilah dan memetakan semua emosi itu,
menamainya, memahami sebab dan akibatnya, dan mengetahui
bagaimana emosi itu memengaruhi pikiran, perasaan, dan
perilaku.
b) Diagnosis Pola Emosional
Memberikan pemahaman yang jelas kepada peserta tentang
kepribadian emosional mereka.
c) Otentikasi Emosional
Mampu melihat biaya dan manfaat dari setiap tindakan dan
pilihan, serta mampu menyelaraskan tindakan dengan motif dan
tujuan.
d) Navigasi Emosional
Membantu melibatkan hati dan pikiran secara hati-hati, dan
dengan demikian menghasilkan solusi yang kreatif dan unggul
secara intelektual.
e) Membangun Empati
Fondasi emosional memperkuat hubungan sosial mereka
f) Mempengaruhi Bangunan
Penguasaan seseorang terhadap berbagai keterampilan
interpersonal seperti kepemimpinan, komunikasi, ketegasan,
negosiasi, dan sejenisnya.

Daftar Pustaka

MinionNonMore. 2017, 3 Agustus. IQ vs Emotional Intelligence - Daniel


Goleman Emotional Intelligence Book Summary [video]
https://www.youtube.com/watch?v=LzZD5akvxYw

Bagi Ilmu. 2017 , 16 November. APA ITU KECERDASAN EMOSIONAL : kuliah


hak segala bangsa#12. [video] https://www.youtube.com/watch?
v=HBf0oqeA7C8

Bigitacaraka Suci. 2014, 29 Juni. ESQ (Ari Ginanjar)-IQ, EQ, SQ. [video]
https://www.youtube.com/watch?v=acg45qepAD0

Bigitacakara Suci. 2014, 27 Juni. ESQ (Ari Ginanjar)-IQ, EQ, SQ. [video]
https://www.youtube.com/watch?v=kDAC4o18MNI
Satu Persen. 2020, 29 Oktober. Mengenal Emosi Dasar dari Inside Out (Belajar
Psikologi) [video]. https://www.youtube.com/watch?v=v0_zTaLoZ4o

Marthin Antony. 2020, 19 Agustus. Inilah 10 Tanda Orang Yang Rendah


Kecerdasan Emosi (EQ)-nya! [video]. https://www.youtube.com/watch?
v=22BaFPBs5r4

Marthin Antony. 2018, 6 Agustus. Tips 4 Tangga EQ Untuk Meningkatkan


Kecerdasan Emosi Anda! [VIDIO]. https://www.youtube.com/watch?
v=GWccoNxdasg

Motivasi Hebat. 2016, 17 November. Teknik On The Spot dari ESQ Ary
Ginanjar Agustian [video]. https://www.youtube.com/watch?
v=FvicDEXdD4A

Anis Su’diyah. Oktober 2017. Pengaruh Kecerdasan Intelektual (Iq),


Kecerdasan Emosional (Eq),Dan Kecerdasan Spiritual (Sq) Terhadap
Sikap Etis Mahasiswa
Akuntansi.jurnal.umsb.ac.id/index.php/menarailmu/article/download/324
/271 (Diakses pada 7 Agustus 2021)

Lilik Supriati. Juni 2017. Hubungan Tingkat Kecerdasan Emosional Dengan


Tingkat Stres Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit
Tentara Dr.Soepraoen
Malang.https://majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/128
(Diakses pada 7 Agustus 2021)

James Thomas Kunnanatt. March 2018. Emotional Intelligence: The New


Science of Interpersonal
Effectiveness.https://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/summary?
doi=10.1.1.390.3615&rank=6&q=Emotional%20Intelligence:%20The
%20New%20Science%20of%20Interpersonal
%20Effectiveness&osm=&ossid (Diakses pada 8 Agustus 2021)

Ely Manizar. Desember 2016. Mengelola Kecerdasan Emosi.


https://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/549734 (Diakses pada 7
Agustus 2021)

Atiyah Suharti. 1 Juni 2018. Emotional Inquiry Learning Model On Adults In


Religious Education And Training Center Of Bandung.
http://blajakarta.kemenag.go.id/journal/index.php/penamas/article/view/
234 (Diakses pada 7 Agustus 2021)

Goleman, Daniel.(2007). Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama

Anda mungkin juga menyukai