Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK 

   : 5
KELAS        : 2B

NAMA/ NIM    :
1. Athaya Duscha Dypa        (P17311203038)
2. Niken Dwi Hayati            (P17311203043)
3. Sabrina Arum Hakiki        (P17311204049)
4. Novia Putri Hapsari        (P17311204054)
5. Dian Fitriani            (P17311204059)
6. Nadya Ihfina Kartikasari        (P17311204066) 

NASKAH ROLEPLAY TENTANG MASALAH EKONOMI KELUARGA 

 Nama Pemeran   
1. Bidan (Konselor 1)    : Nadya
2. Bidan (Konselor 2)    : Dian
3. Istri (Bu Ita)        : Niken
4. Suami (Pak Agus)    : Athaya
5. Mertua             : Sabrina
6. Anak             : Novia

 Naskah

Di sebuah rumah tinggallah keluarga sederhana yaitu Pak Agus yang berumur 49 tahun dan
Bu Ita istri Pak Agus yang berumur 45 tahun. Mereka dikaruniai 1 anak perempuan yang
sudah berumur 18 tahun yang hendak akan memasuki bangku perkuliahan yang bernama
Novia

            Pak Agus berprofesi sebagai Sopir tebu dan Bu Ita sebagai ibu rumah tangga. Rumah
tangga mereka pun seperti keluarga pada umumnya, kadang ada masalah keluarga yang harus
mereka hadapi.

Usia pernikahan Pak Agus dan Bu Ita sudah memasuki 20 tahun. Di tahun ini mereka
merasa beban mereka tambah berat, yaitu tahun Novia ingin masuk kuliah. Sedangkan
mereka sedang mengalami permasalahan ekonomi yang berangsur-angsur tidak membaik
hingga memiliki banyak tagihan yang belum terselesaikan.

Keadaan ekonomi mereka tidak tertata yang membuat Pak Agus dan Bu Ita sering
bertengkar karena tuntutan tagihan dan kebutuhan anak yang semakin banyak. Sebenarnya,
Pak Agus sudah memberikan uang bulanan kepada Bu Ita, tetapi uang itu untuk makan pun
biasanya masih kurang dan sisanya untuk membayar tagihan.

Disamping itu, Novia juga sangat ingin masuk kuliah dengan jurusan yang
diinginkannya. Tetapi Novia tidak berani berbicara kepada ayahnya, ia hanya mengutarakan
kepada Ibunya. Lalu, Bu Ita memberanikan diri untuk berbicara kepada Pak Agus.

Latar : Rumah
(sepulang sekolah Novia meminta uang untuk iuran pendalaman sekolah kepada Pak Agus
dan Bu Ita)

Novia                  :”Assalamualaikum ayah, ibu.”

(Pak Agus dan Bu Ita sedang berbincang-bincang memikirkan uang untuk membayar tagihan
bulan ini)

Pak Agus dan bu Ita   : “Wa’alaikumsalam anakku, kok udah pulang  jam segini?”

Novia            : “Iya yah, bu. Hari ini dibebaskan, karena besok sudah mulai ada pendalaman
di Sekolah.”

Bu Ita                          : “Loh, udah mulai pendalaman aja  kamu nak, sebentar lagi kuliah.”

Pak Agus                    : “Iya ya cepat sekali anak kita mau kuliah, terus itu pendalamannya
tetap online atau ke sekolah nak?”

Novia                          : “Pendalamannya hybrid yah, jadi yang masuk ditentukan jam nya.”

Bu Ita                          : “Ohh gitu ya nak.”

Novia                          : “Yah, bu, sebenarnya novia juga mau membicarakan biaya untuk
pendalaman ini.”

Bu Ita                          : “Loh, pendalaman itu nggak ditanggung sekolah nak?”

Novia                          : “Enggak bu, karena pendalaman itu tambahan di luar jam sekolah dan
ada buku nya juga yang harus dibayar.”

(Pak Agus dan Bu ita tertegun, dan mulai memikirkan uang untuk memenuhi kebutuhan
anaknya)

Pak Agus         : ”Bikinkan ayah teh bu”

Bu Ita                  : ”Iya yah siap”

(Lalu bu Ita bergegas pergi ke dapur untuk membuatkan teh Pak Agus, sementara itu yang
tersisa di ruang tamu hanya Pak Agus dan Novia)

Pak Agus         : ”Berapa ya nak biaya pendalaman itu? Apa bisa dicicil ya?”

Novia                 : ”Tadi di pengumuman bayar 300 ribu yah, itu belum bayar buku
pendamping 50ribu. Kalau dicicil sih kayaknya nggak bisa ya yah, karena di sekolah kan
sistemnya lunas di awal baru bisa ikut kegiatan”

Pak Agus         : ”Oke nak, nanti ayah usahakan ya. Sudah sana ganti baju terus bantu-bantu
ibu. Ayah mau siap-siap berangkat kerja dulu ya”

Novia                  : ”Baik yah”

(Novia langsung pergi meninggalkan ayahnya dan masuk ke kamarnya untuk ganti baju.
Setelah ganti baju Novia menyusul ibunya di dapur)
Bu Ita                 : ”gimana nak? Sudah bilang ayah untuk biaya pendalaman?”

Novia                  : ”Sudah ibu, ayah mengusahakannya”

Bu Ita                  : ”baiklah kalau begitu nak”

Novia                 : ”Oh iya bu, di sekolah tadi itu udah pencatatan nama dan kampus serta
jurusan yang diinginkan loh bu. Aku isi di UB jurusan Kebidanan bu. Ibu kan udah tau dari
dulu cita-citaku sebagai bidan”

Bu Ita                  : ”Biaya masuk kuliah kan mahal nak”

Novia                  : ”Iya sih bu, tapi Novia tidak berani bilang ke Ayah soal perkuliahan. Tapi
Novia janji akan belajar yang rajin, dan masuk ke kampus dengan jurusan yang Novia
inginkan”

Bu ita merenungkan keinginan Novia yang ingin kuliah, di batinnya uang dari mana
sebanyak itu sedangkan penghasilan suaminya pun pas-pasan. Tetapi memikirkan semangat
dan kegigihan Novia ingin berkuliah di kesehatan maka Bu Ita memberanikan diri
membicarakan ini kepada Pak Agus.

Sepulang dari kerjanya mengantar tebu ke pabrik-pabrik, pastinya Pak Agus


kelelahan. Tetapi di samping itu bu ita harus berbicara tentang keinginan Novia kuliah.

(Bu Ita menghampiri pak Agus yang sedang duduk di sofa sembari menonton TV)

Bu Ita                  : ”Yah, ada yang harus ibu bicarakan”

Pak Agus         : ”Bicara apa bu? Sini bu duduk sambil bercerita”

Bu Ita                  : ”Jadi tadi Novia cerita sama ibu kalau di sekolahnya sudah mendaftar
nama dengan kampus serta jurusan yang diinginkan”

Pak Agus           : ”Wah sudah cepat sekali, lalu bagaimana bu?”

Bu Ita                 : ”Novia mengisinya di UB jurusan Kebidanan. Memang tidak murah yah,
menyekolahkan di kesehatan. Tetapi, Novia punya semangat dan kegigihan atas
keinginannya”

Pak Agus           : ”Bu, ibu kan tau kita masih punya banyak tagihan yang belum lunas,
sedangkan ibu masih nekat mau menguliahkan Novia di kampus favorit dengan jurusan yang
mahal pula. Uang dari mana bu? Barang apa yang harus kita jual lagi?” (dengan nada yang
sedikit tinggi)

Bu Ita                  : ”Apa ibu ikut kerja ya yah? Nanti ibu ikut Agen lagi biar dikirim ke luar
negeri kalau enggak ibu kerja di pabrik yah”

Pak Agus         : ”Nggak bu, ibu harus dirumah mengurus rumah dan mengurus Novia. Kalau
ibu kerja siapa yang mengurus rumah ini?”

Bu Ita                 : ”Ya tapi yah, Novia sudah besar semakin banyak pula biaya yang harus
kita keluarkan”
(Pak Agus merasa terbantah dengan perkataan Bu Ita, dengan kondisi Pak Agus yang lelah
sepulang kerja dan ditambah dengan pikiran yang lain membuat Pak Agus marah kepada Bu
Ita)

Pak Agus            : ”Terserah ibu, kalau ibu mau pergi lagi keluar negeri, aku tidak
menyuruhmu”

Setelah itu terjadilah pertengkaran hebat suami dan istri. Pak Agus yang sudah
tersulut emosi tidak bisa mengendalikannya yang menyebabkan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga.

Latar    : Rumah Mertua

Bu Ita pun sudah tidak kuat dengan perlakuan Pak Agus yang main tangan saat
menyelesaikan masalah. Bu Ita pun mengadu kepada mertuanya tentang hal tersebut.
Mertuanya pun menyarankan untuk membicarakan hal ini kepada bu Nadya yaitu bidan yang
dipercaya di daerah itu dan tak sedikit perempuan/ibu-ibu juga menceritakan masalahnya
kepada bidan Nadya dan mendapatkan jalan keluarnya.

Bu ita        : “assalamualaikum bu” (bu ita datang menemui mertuanya sambil menangis)

Mertua    : “waalaikumsalam ita, kamu kenapa nak?” (dengan sedikit khawatir)

Bu ita        : “saya capek bu, saya capek dengan kelakuan mas agus yang setiap ada masalah
dia selalu main tangan sama saya”

Mertua    : “emang kamu dengan agus ada masalah apa ita?”

Bu ita        : “sekarang kan novia sudah mau masuk kuliah bu, novia itu pengen banget masuk
kuliah di UB jurusan kebidanan sedangkan mas agus menolak karena masalah biaya. Padahal
sebesar apapun biaya nya kan orang tua tetep harus bisa mengusahakannya bu. Apalagi novia
anak satu-satu kami, harapan kami bu. Saya pingin novia meraih cita-cita nya menjadi orang
yang sukses bu. Saya juga rela bu bekerja lagi demi menyekolahkan novia tapi mas agus
selalu menolak dan marah”.

Mertua    : “kalau itu masalahmu maaf ibu belum bisa kasih solusi, tapi saran ibu lebih baik
kamu datang saja ke bidan nadya, karna bidan nadya juga biasa nya di percaya orang-orang
untuk menyelesaikan permasalahan rumah tangga, besok ibu antar ke sana ya”

Bu ita        : “ iya baik terima kasih bu”

Latar    : PMB

Keesokan harinya setelah bu ita mengadu ke mertuanya, Bu ita dan mertuanya pergi
ke Bidan Nadya di daerah dekat rumahnya. Kebetulan di Bidan Nadya juga ada Bidan Dian
yang ingin menjadi konselor untuk membantu menyelesaikan permasalahan rumah tangga ibu
ita tersebut. 

Bu ita dan mertua: “Assalamualaikum bu bidan”

Bidan nadya : “waalaikumsalam ibu, mari silahkan duduk ibu, perkenalkan bu saya bidan
nadya dan kebetulan ini juga ada bidan dian yang bertugas pada pagi hari ini”
Bidan dian    : “mari apa kabar hari ini bu, kelihatannya ibu sedikit sedih ya bu, apa ada yang
bisa saya bantu bu?”

Mertua    : “begini bu ini menantu saya ingin berkonsultasi mengenai masalah rumah tangga
nya yang sekarang sedang ada masalah bu”

Bidan nadya : “baik ibu bisa di tenangkan dulu ya sebelum cerita” (dengan melihat wajah ibu
ita yang sedih dan sedikit menangis).

Bidan dian    : “tarik nafas dulu ya ibu, ibu disini bisa cerita semua nya insyaallah kami akan
carikan solusinya ya bu”

Bidan dian    : “sebelumnya dengan ibu siapa ya bu”

Bu ita        : “nama saya ita bu”

Bidan dian    : “Baik, bagaimana bu ita apakah ibu sudah siap untuk bercerita tentang masalah
ibu kepada kami bu?”

Bu ita        : “iya bu saya sudah siap”

Bidan dian    : “baik ibu silahkan cerita pelan-pelan saja ya bu tentang masalah ibu”.

Bu ita        : “jadi begini bu, yang pertama saya sedih karena masalah ekonomi kami yang
kurang baik. Anak kami sebentar lagi masuk kuliah dan itu membutuhkan biaya yang sangat
besar bu. Anak kami ingin sekali kuliah untuk meraih cita-cita nya sedangkan suami saya
selalu menentang karena alasan kami tidak punya biaya untuk menguliahkan anak kami. Saya
dan suami sering sekali bertengkar karena masalah ini bu”

Bidan dian    : “kalau boleh tau anak ibu rencana nya kuliah dimana ya bu?”

Bu ita        : “di UB jurusan kebidanan bu, sangat besar sekali bu biaya yang diperlukan untuk
masuk ke universitas tersebut”

Bidan dian    : “lalu apakah ibu kemarin juga memberikan solusi kepada suami ibu mengenai
masalah ini kemarin bu?”

Bu ita        : “iya bu, saya bilang ke suami saya kalau memang kita tidak mampu saya rela bu
buat bekerja lagi ke luar negeri tapi suami saya selalu menolak, padahal saya ingin sekali bu
menguliahkan anak tunggal saya agar ia bisa jadi orang yang sukses dengan meraih cita-
citanya.”

Bidan dian    : “apakah ibu ita sebelumnya pernah bekerja di luar negeri ya bu, kok ibu ingin
memutuskan bekerja di luar negeri?”

Bu ita        : “dulu saya pernah bu saat anak saya masih sd”

Bidan dian    : “kalau boleh tau dulu bekerja di luar selama berapa lama ya bu”

Bu ita        : “saya dulu 2 tahun bu bekerja di luar negeri sebagai TKW lalu saya sudah tidak
lagi bekerja disana karena saya dulu diperlakukan seenaknya oleh majikan saya, suami saya
tau saya diperlakukan seperti itu maka sejak itu saya sudah dilarang untuk bekerja”
Bidan dian    : “mm baik, lalu tanggapan suami ibu mengenai solusi ibu ita yang ingin bekerja
ke luar negeri kembali seperti apa ya bu?”

Bu ita        : “ya itu bu suami saya selalu menolak dan kita selalu bertengkar saat
membicarakan masalah ini. Suami saya juga sering main tangan bu kepada saya jika kami
bertengkar.”

Mertua    : “memang suami nya ita atau anak saya itu sifat nya terlalu keras bu, dari dulu
kalau emosi suka main tangan”

Bidan dian    : “nah, mungkin yang masalah bekerja, sebab nya suami ibu melarang ibu untuk
tidak bekerja lagi karena suami ibu takut kalau ibu tidak di perlakukan adil oleh majikan ibu
seperti dulu bu.”

Bidan nadya : “baik, saya paham mengenai perasaan bu ita saat ini, untuk solusi dari saya,
kita mengambil jalan tengah saja ya bu, karena bu ita tidak diperbolehkan oleh suami untuk
bekerja di luar negeri, karena dengan alasan takut kejadian di tahun kemarin terulang
kembali, ibu bisa belajar dengan membuka usaha online saja, nah nanti disamping usaha
tersebut ibu juga bisa mengurus rumah dan juga novia. Tetapi untuk keputusan tetap harus
dimusyawarahkan dengan suami dan keluarga ya bu.

Bu ita : kalau buka usaha online kan harus punya modal dulu bu 

Mertua : nah, itu bu bidan kalau harus punya modal dulu, pasti suami nya kurang setuju

Bidan nadya : begini bu, untuk zaman saat ini, ibu tidak harus mengeluarkan uang untuk
memulai bisnis online, banyak pengusaha yang membuka peluang untuk pedagang yang ingin
bekerjasama. Jadi, tanpa modal pun ibu bisa mulai membuka bisnis online, tetapi biasanya
bisnis online mempunyai 1 syarat yaitu harus memiliki handphone.

Bu ita : oh, saya paham bu, kalau syaratnya hanya handphone alhamdulillah saya sudah
punya bu. inshaAllah akan saya bicarakan kembali dengan suami saya 

Mertua : terima kasih banyak bu bidan atas solusi jalan keluarnya, jika hanya itu syaratnya
inshaAllah anak saya setuju, kan hanya online saja jadi bisa sambil mengurus anak dan
rumah

Bidan nadya : baik ibu sama-sama, semoga masalah bu ita cepat selesai ya bu,  jika ada yang
ingin dikonsultasikan lagi, bisa menghubungi saya melalui telfon atau langsung datang
kembali ya bu.

Bu ita : baik, terima kasih bu bidan, saya pamit pulang dulu bu. Ayo bu (mengajak ibu
mertua) Assalamualaikum

Bu bidan Nadya dan Dian : Waalaikumussalam. hati - hati di jalan ya bu.

Keesokan hari nya bu ita menghubungi bu nadya melalui telepon untuk memberitahukan,
bahwasannya masalah yang ia alami kemarin sudah mendapatkan titik terang dari suami dan
keluarga yaitu dengan membuka usaha bisnis online, sesuai dengan saran dari bu bidan.
Akhirnya selang beberapa hari bu ita mulai mengunggah story beberapa baju dan barang
usaha online nya. TAMAT.

Anda mungkin juga menyukai