Anda di halaman 1dari 8

UTS PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

PENGALAMAN PRIBADI TENTANG DESKRIMINASI

NAMA : AMANDA PATRICIA YAPARTO

NRP : 13031616

KP : C5

FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA

UNIVERSITAS SURABAYA

2018
Pengalaman Pribadi tentang Diskriminasi

 Keluarga
Pengalaman saya dalam keluaga ada tiga, yaitu yang pertama
karena papa saya anak ke 7 dari 8 bersaudara. Saya menjadi anak yang
paling kecil dari semuanya karena kebetulan papa saya juga paling akhir
saat menikah dengan mama saya. Saya pernah mengalami diskiminasi
karna mempunyai umur yang paling muda. Pada saat ada keluarga saya
yang menikah, saya ikut pergi bersama mama dan papa untuk pergi ke
acara pernikahan. Setelah acara pernikahan selesai, semua sepupu-sepupu
saya ingin jalan-jalan karena kebetulan bias berkumpul semuanya. Yang
awalnya beda kota dapat kumpul karena acara pernikahan tersebut.
Pada saat mereka ingin pergi jalan-jalan. Awalnya mereka tidak
ingin membawa saya karena menganggap saya tarlalu kecil dan masih
anak bawang. Pada saat itu saya masih SMP kelas 2. Saya sangat
mengingat kejadian tersebut karena itu pengalaman pertama saya
berkumpul dengan mereka semua, jadi saya sangat senang pada saat itu.
Yang awalnya saya tidak ingin di bawa oleh sepupu-sepupu saya menjadi
di bawa karena orang tua mereka juga menyuruh untuk membawa saya.
Tetapi pada saat pergi dengan sepupu-sepupu saya. Saya merasa sangat
berbeda dengan mereka. Saya masih tidak tau apa-apa mengenai sepupu-
sepupu saya. Saya bahkan tidak tau harus berbicara apa kepada sepupu-
sepupu saya. Mereka membahas mengenai study mereka dan saya belum
mengerti akan hal itu karena saya masih SMP kelas 2 sedangkan sepupu-
sepupu saya itu SMA akhir dan sudah kuliah. Disitu saya merasakan
adanya diskriminasi, karena saya merasa tidak dapat masuk dalam topik
yang mereka bicarakan. Dan juga saya tidak di ajak untuk berbicara yang
dapat saya mengerti dengan mereka.
Yang kedua baru-baru saja terjadi pada saat saya kuliah. Pada saat
itu saya ke rumah keluarga saya untuk menginap karena mau bertemu
dengan oma(nenek) saya dan juga karena itu dekat dengan teman-teman
saya. Pada saat itu kebetulan saja teman saya yang dari Jakarta datang ke
Surabaya. Jadinya pada saat itu kita mengumpul bersama karena sudah
lama tidak bertemu. Tapi pada saat itu, saat saya ingin keluar bareng
temen saya. Tiba-tiba saya di suruh untuk jaga oma saya di rumah.
Katanya harusnya datang ke sini itu buat jaga oma, bukan untuk jalan-
jalan. Tapi di sana ada sepupu saya yang lebih besar dan tidak berbuat apa-
apa. Tapi tidak di suruh untuk menjaga oma saya. Katanya karena saya
pling kecil jadi harusnya jaga oma saya di rumah. Dan juga pada saat
pulang rumah harus cepat. Bahkan jam 8 malam pun sudah di telepon dan
di sruh pulang. Sedangkan sepupu saya yang di rumah itu pulang jam 11
dan jam 12 pun tidak apa-apa. Di situ saya merasa deskriminasi, karena
saya diperlakukan tidak adil. Dan saya saat itu sudah bias di katakana
sudah besar dan bukan anak kecil lagi. Sudah bias menjaga diri dan tau
batas. Tapi masih di perlakukan tidak adil.
Yang ketiga itu pada saat saya dirumah bersama mama, papa dan
adik-adik saya. Kebetulan saya adalah anak pertama jadi semua tugas yang
ada di rumah kebanyakan harus saya yang mengerjakan. Kadang-kadang
pada saat di rumah saya merasa dibeda-bedakan dengan adik cowok saya.
Dikatakan bahwa perempuan itu harus tau masak, mencuci, membersihkan
rumah, dan sebagainya. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa cowok
tidak dapat melakukan hal tersebut. Pada saat di rumah, kadang-kadang
saya disuruh untuk membersihkan semuanya dan adik cowok saya hanya
diam dan duduk saja. Adik cowok saya yang paling kecil diperlakukan
seperti seorang raja dan sangat di manja oleh mama saya. Semua yang ia
lakukan selalu dianggap benar dan tidak pernah salah. Walaupun adik saya
yang salah tetapi saya harus tetap mengalah dan tidak boleh membantah
mama saya.
Dan juga dengan adik perempuan saya yang hanya melihat saya
membersihkan. Mama saya selalu mengatakan karena saya yang paling tua
makanya saya yang harus melakukan semuanya. Padahal pada saat saya
seumuran dengan adik perempuan saya itu, saya sudah melakukan tugas
itu semua. Tetapi sekarang saya diberikan semua tugas itu hanya karena
saya merupakan anak tertua dan yang harus melakukan hal tersebut. Hal
tersebut membuat saya merasa di deskriminasi karena saya di bandingkan
dengan adik saya dan saya harus melakukan semuanya sendiri karena
paling tua. Dan juga merasa tidak nyaman karena adik laki-laki saya yang
tidak melakukan apapun yang merupakan deskriminasi gender. Dan juga
pada adik saya yang paling kecil, yang selalu kemauannya diikuti oleh
mama saya dan tidak pernah salah walupun ia salah. Hal tersebut
merupakan deskriminasi umur, karena yang paling tua harus mengalah dan
harus selalu menerima keputusan yang sudah di berikan mama saya.

 Sekolah
Pengalaman saya saat di sekolah itu ada pada saat saya masih SD
(Sekolah Dasar). Pada saat saya di sekolah dulu saya sering di bully oleh
teman-teman saya, karena pada saat di sekolah dasar itu saya gendut dan
pendek. Banyak teman yang mengejek dan memperlakukan saya tidak
adil. Pada waktu itu saya sempat ikut ekskul dance pada saat di sekolah
dasar. Terus kami itu ada ikut lomba di sekolah dan mendapatkan juara 1.
Tetapi pada saat kami juara, kami di panggil untuk tampil di sebuah acara.
Pada saat itu berita tampil itu hanya di beritahu ke teman saya yang ketua
tim. Dan saya tidak di panggil untuk tampil itu.
Saya mengetahui bahwa mereka tampil karena saya melihat
mereka tampil dan tanpa saya. Temen saya memanggil orang lain dan
mengisi tempat saya. Dan pada saat saya melihat hal itu mereka langsung
menghindari saya. Dan ternyata pada saat saya bertanya pada teman saya,
dia memberi tahu saya bahwa teman saya yang ketua tersebut tidak ingin
memanggil saya karena alasan saya gendut dan kata teman saya tidak ada
baju yang muat kalau saya ikut. Hal tersebut membuat saya merasa
diskriminasi karena fisik saya.
Saya juga pernah mengalami waktu di sekolah dasar di tuduh
melakukan hal yang tidak saya lakukan karena saya tidak dapat melawan
mereka. Hal tersebut sangat tidak adil buat saya, karena saya tidak
melakukan apapun tetapi saya dituduh melakukan hal tersebut. Dan pada
saat itu saya tidak ada bersama teman-teman saya. Pada saat hal itu tejadi
saya sudah pulang sekolah dan sudah tidak ada bersama mereka.
Saya di tuduh melukai teman saya sampai badannya biru (memar).
Padahal pada saat itu saya tidak ada bersama mereka. Mereka mengatakan
bahwa hal itu terjadi karena meja yang saya atur pada saat piket itu salah.
Alasan mereka pun tidak masuk akal dan sangat tidak bermutu untuk
menjadikan alasan bahwa saya bersalah. Saya merasa tidak melakukan
suatu hal yang salah sama sekali. Hal tersebut membuat saya merasa
sangat tidak adil. Saya di perlakukan dengan sangat buruk pada hal yang
tidak saya lakukan. Dan mereka mengatakan hal tersebut sambil
mengolok-olok karena saya gendut. Selalu hanya menyinggung soal fisik
saya.
Saya pernah merasakan ada perbedaan saat saya di bandingkan
dengan orang lain. Sering kali kita dibandingkan antara kelas IPS dan IPA.
Teman saya pada saya saat saya mau mengambil jurusan IPA bahwa saya
mengambil jurusan IPA hanya untuk pencitraan dan hanya untuk dilihat
oleh orang lain. Hal tersebut membuat saya sedikit tersinggung karena itu
sangat menyinggung perasaan saya. Saya mengambil jurusan tersebut
bukan karena ingin di puji atau lain hal. Tetapi karena saya merasa lebih
mudah untuk mengambil jurusan IPA karena saya memiliki kemampuan
hafalan yang rendah. Saya susah dalam menghafal tetapi saya merasa
mudah dalam berhitung. Hal tersebut yang membuat saya mengambil
jurusan IPA dan hal tersebut juga membuat saya merasa di deskiriminasi
karena di perlakukan tidak adil dengan di tuduh mengambil jurusan IPA
hanya untuk pencitraan.
Saya juga pernah mengalami pada saat di sekolah mengenai
seorang guru. Guru saya hanya memperhatikan murid-murid yang pintar
dan memperlakukan mereka dengan sangat baik. Padahal kami bukan
ingin menjadi orang yang tidak cepat dalam mengerti sebuah pelajaran.
Tetapi saya memang kurang mampu untuk menerima dengan cepat suatu
materi. Banyak guru saya sewaktu sekolah yang selalu mengspesilakan
teman-teman saya yang mempunyai nilai tinggi yang dianggap pintar oleh
guru saya. Apapun yang mereka lakukan di kelas diperbolehkan.
Sedangkan saya hanya bergerak sedikit saja langsung ditegur oleh guru
saya. Padahal saya tidak melakukan apapun yang salah. Hal tersebut
membuat saya merasa di deskriminatif juga karena perlakuan guru yang
tidak adil antara murid yang pintar dan murid yang biasa-biasa saja seperti
saya.

 Masyarakat Luas
Pengalaman saya pada masyarakat luar itu karena kebetulan saya
orang chiness maka banyak orang yang kadang memperlakukan saya
dengan tidak benar. Pengalaman saya pada saat SMA saat saya mengikuti
ajang perlombaan DBL. Pada saat saya berlomba ada penonton atau
supporter dari tim lawan yang berteriak mengatakan “cina, cina, cina”.
Sangat sering para penonton atau supporter tersebut berteriak soal itu dan
sering membandingkan warna kulit. Hal tersebut membuat saya merasa di
deskriminasi oleh masyarakat, karena pada saat kita bertanding harusnya
kita saling menjungjung rasa sportivitas dan saling menghargai satu sama
lain. Tetapi penonton atau supporter malah melakukan hal yang
sebenarnya tidak patut di tiru.
Saya sebagai orang chiness juga bukan berharap terlahir seperti
sekarang, tetapi saya bersyukur dengan apa yang di berikan oleh Tuhan.
Saya bersyukur terlahir seperti sekarang, tetapi banyak orang yang
beranggapan bahwa hal tersebut merupakan perbedaan yang dapat
memecah belahkan apa yang sudah ada menjadi hal yang buruk. Hal
tersebut dapat membuat saya merasa sedih dan merasa di perlakukan tidak
adil karena sebuah ras yang berbeda. Kita sebagai ciptaan yang hidup di
dunia ini harusnya saling mengasihi dan saling melindungi satu sama lain,
bukan malah memperenggang hubungan yang sudah ada dan baik menjadi
buruk atau jauh.
Saya juga pernah mengalami pada saat saya masuk ke dalam
sebuah club basket. Dulu saya di berikan peringkat bersama teman-teman
saya. Saya diberikan peringkat tiga dari tiga orang. Dan kami bertiga
merupakan anggota termuda yang berada di club tersebut. Kami semua
seangkatan pada saat itu. Pada saat itu saya diurutkan nomer tiga. Awalnya
saya tidak merasakan hal yang aneh pada hal itu. Tetapi saya diurutkan
berdasarkan tinggi badan. Bukan berdasarkan skill atau kemampuan kami
dalam bermain basket. Hal tersebut membuat saya merasa sangat di
deskriminasi karena fisik saya yang lbih kecil di bandingkan dengan
teman- teman saya yang lain. Hal tersebut membuat saya sangat kecewa
dan sangat terpukul pada saat itu. Saya sering mengajak teman-teman saya
agar bergabung bersama saya di club itu. Tetapi perlakuan mereka kepada
saya sangat tidak adil.
Saya pernah mengajak teman-teman sekolah saya untuk masuk di
club itu. Saat saya membawa teman-teman saya di club itu. Saya di suruh
oleh pelatih saya untuk memanggil teman saya itu untuk bergabung di club
dan mulai bergabung latihan bersama. Tetapi alasan yang ia katakana pada
saat itu karena teman saya tinggi. Pada saat itu saya merasa sangat tidak
nyaman akan hal itu. Bukan karena saya merasa tersaingi atau apapun.
Tetapi saya merasa sangat tidak adil karena kami hanya di lihat oleh tinggi
badan. Tidak selamanya orang yang tinggi itu lebih baik. Tetapi kalimat
tersebut selalu di keluarkan oleh pelatih saya. Disitu saya merasa sangat
tidak adil karena kami dinilai berdasarkan tinggi badan atau fisik saya.
Bukan karena kemampuan saya.
Dan juga saya pernah di bandingkan dengan senior-senior. Katanya
senior itu harus diperlakukan dengan lebih baik dan harus lebih banyak
mainnya dibandingkan dengan yang lebih muda. Bukannya saya iri dengan
hal itu karena lebih banyak waktu mainnya dalam lapangan. Tetapi hal
tersebut tidak memperlakukan saya dengan adil. Hal tersebut artinya hanya
mengutamakan senior-senior yang lebih tua. Sedangkan yang junior harus
terus mengalah kepada senior. Hal tersebut membuat saya merasa
deskriminasi karena umur saya dan juga merasa tidak adil di perlakukan
seperti itu.

Kesimpulan

Menurut pendapat saya dalam pengalaman pribadi saya mengenai


deskriminasi yang saya alami. Seharusnya masyarakat sekarang lebih
memperhatikan lingkungan sekitarnya. Karena apa yang dilakukan belum tentu
hal yang baik dan membuat seseorang lebih baik. Tetapi dapat membuat
seseorang menjadi minder dan merasa tidak adil. Contohnya seperti pengalaman
yang saya ceritakan mengenai perbedaan umur, ras, fisik, dan sebagainya.
Seharusnya kita pada masa sekarang itu saling menghargai satu sama lain dan
bukannya saling menjelekkan satu sama lain.

Kita seharusnya lebih menghargai orang lain dengan memperlakukan


seseorang dengan adil dan tidak membeda-bedakan. Dengan tidak membeda-
bedakan kita dapat membantu seseorang terbebas dari masalah yang ia hadapi.
Banyak orang yang menjadi kurang percaya diri karena diskriminasi seperti ini.
Contohnya di katakana jelek, gendut, pendek, dan sebagainya. Sebagai sesama
manusia seharusnya kita saling menjaga perasaan masing-masing. Bukannya
malah menjatuhkan kepercayaan diri seseorang dengan mengtakan hal-hal yang
menyakiti perasaan sesorang.

Anda mungkin juga menyukai