Anda di halaman 1dari 3

Bullying

Aku adalah perempuan berumur tujuh belas tahun. bertubuh


tidak tinggi dan memiliki pipi yang bulat, aku perempuan yang
tidak terlalu aktif namun juga tidak kaku. Didalam keluargaku,
aku adalah anak kedua dari tiga bersaudara, aku tidak memiliki
kemiripan dengan kedua saudaraku, dikarenakan mereka
memiliki tubuh yang lumayan tinggi. Kegemaranku adalah
menonton anime, membaca manga, dan juga bermain pemainan
virtual. Aku bercita cita menjadi seseorang yang berprofesi di
bidang kesehatan, namun aku memiliki sifat yang buruk seperti
selalu memikirkan perkataan orang lain dan juga masa depan. Ya
inilah aku oktavia rahmdhan ginting.

Dengan hobiku yang sering menonton dan bermain game di


gadget, pastinya akan berdampak negatif, dampaknya seperti
mata menjadi mines, maupun menjadi malas. Dari kemalasan ku
itu membuat semua berantakan, seperti aku yang sering
kesiangan saat bangun, mudah lelah, dan juga tugas yang
menumpuk, semua itu sangat berdampak negatif. aku menjadi
bodoh dan semakin malas. Banyak sekali kata kata yang tidak
enak di dengar telinga ku, itu pun berdampak buruk padaku, aku
menjadi sering menangis dan overthingking. Saat itu juga aku
memutuskan akan berubah menjadi lebih baik, agar aku tidak
mendengar lagi omongan yang tidak enak di dengar, akan aku
buktikan bahwa aku bisa dan aku bukan lah orang yang seperti
itu.

Saat dimana aku masih menjadi siswa sekolah menengah


pertama, aku memiliki teman bernama salwa dia adalah temanku
satu satunya dikelas, kami seperti adik dan kakak saat itu
dikarenakan ia yang memiliki tubuh yang tinggi. Ia memiliki
fisik yang bisa di bilang hampir sempurna. Kami memiliki
kegemaran yang sama yaitu suka mengomentari hidup
seseorang, Kami mempunyai teman satu kelas bernama bianca
ia sering kali kami jahili entah dikarekan ia cadel dan tidak
memiliki teman. Saat itu salwa memiliki ide untuk menjahili
bianca.

“haaaloowww biancaaaa sendirian ajaa nieeehh” ucapku dan


salwa sekaligus memvideokan.

“a-ada apa?” ucap bianca.

“gausa kaku gitu dong sama kita santai ajaa caa, yakan ta” ucap
salwa.

“Iya ca santai aja, kita cuma mau suruh lo ngomong R doang


ko” ucapku.

“ga!, Pergi kalian!” ucap bianca sambil mendorongku dan salwa.

“santai dong lo mau gue kasarin? sini ikut gue” ucap salwa
sekaligus membawa bianca ke belakang sekolah.

Setelah kejadian tersebut bianca mengadu kepada guru dan


ayahnya, aku dan salwa dipanggil oleh guru bp untuk
menjelaskan apa yang sudah dilakukan kami berdua. Salwa
tidak takut atas kejadian tersebut, lain halnya dengan diriku
yang takut sekali orangtua ku di panggil oleh sekolah. Setelah
menjelaskan semua, ayah bianca tidak terima jika aku dan salwa
hanya dikasih surat peringatan, ayah bianca mengancam akan
melaporakanya ke polisi atas tuduhan pembullyan. Keesokan
paginya aku dan salwa di panggil lagi oleh guru bp untuk
mengambil surat pemanggilan orangtua, saat itu aku bingung
harus bagaimana dikarenakan aku memiliki orangtua yang
sibuk, mereka tidak akan bisa mengahadiri pemanggilan
tersebut, namun ibuku memilih untuk bisa menghadiri
pemanggilan tersebut. Setelah ibuku dan orangtua salwa
bertemu mereka masih belum mengetahui apa tujuan mereka di
panggil kesekolah, guru bpku menjelaskan apa maksud dan
tujuan sekolah memanggil orangtua kedua murid untuk datang
kesekolah. Setelah di jelaskan orangtua kami marah besar, kami
dikenakan skors selama seminggu. Dirumah orangtuaku sangat
marah mereka menjelaskan betapa buruknya sikapku mereka
mengancam akan memindahkan aku jika aku masih bersikap
seperti itu, mereka juga menasehati jika yang aku perbuat adalah
perbuatan yang tidak baik. Dan setelah saat itu aku mendatangi
rumah bianca bersama kedua orang tuaku untuk meminta maaf,
semenjak saat itu aku,salwa, dan bianca menjadi teman dekat.

Anda mungkin juga menyukai