Anda di halaman 1dari 4

HIJRAHKU

Kita tidak akan pernah tahu skenario seperti apa yang Allah berikan kepada kita,
peran seperti apa dan berapa lama waktu kita untuk memerankannya. Satu hal yang harus
kita sadari adalah skenarioNya begitu indah. Ya, itulah yang aku rasakan. Skenario yang
membuatku semakin cinta kepadaNya.
Namaku Cantika Mentari Khairunnisa, saat ini aku sedang kuliah di semester akhir di
sebuah perguruan tinggi di Lampung. Orang-orang biasa memanggilku Cantika. Menurutku,
inilah nama terindah pemberian kedua orang tuaku. dan aku mensyukurinya. Meski aku tidak
tinggi seperti para model dengan tubuh yang sedikit gemuk, aku tetap mensyukurinya. Aku
terlahir sebagai anak kedua dari dua bersaudara, dengan seorang kakak perempuan yang telah
bersuami dan memiliki anak, Mbak Gita namanya.
Aku ingin bercerita tentang kehidupanku yang menurutku sangat berubah sekarang
ini. Terkadang aku masih tidak percaya dengan perubahan yang terjadi pada diriku, aku
merasa ini seperti bukan diriku. Aku yang dulu bisa dikatakan sebagai cewek tomboy, namun
sekarang aku berubah seratus delapan puluh derajat. Celana jeans ku yang biasa kukenakan
kini telah kutanggalkan, entah kusimpan dimana. Bukan hanya itu saja, kini koleksi rok dan
gamisku makin banyak, dan aku sekarang tidak lagi menggunakan jilbab dengan model yang
sedang hits saat ini, ah aku telah melupakannya! Malam ini aku sedang menatap foto-foto di
notebook merah kesayanganku, kulihat bagaimana aku yang dulu. Tiba-tiba handphone-ku
berbunyi, sebuah bbm dari seseorang yang pernah hadir di masa laluku.
Assalamualaikum Cantika, apakabarnya?

Ya Allah, mengapa dia datang lagi?? Susah payah aku melupakannya, namun
semudah itu dia datang untuk meruntuhkannya! Biar saja di bbmnya hanya R, tidak ku balas.
Aku takut hatiku kembali rapuh dan teringat semuanya, aku tidak mau. Kulanjutkan
aktifitasku melihat foto-foto di notebook merahku. Aku jadi teringat kisah cintaku di masa
lalu. Aku masih mengingat semuanya, bagaimana perjalananku mencari cinta, sebelum aku
menjadi seperti sekarang ini.
Aku mengenal apa itu pacaran saat aku duduk di kelas 2 SMP. Aku malu mengingat
masa laluku, tapi aku yakin ini adalah pembelajaran bagiku di masa kini. Dulu saat aku masih
duduk di kelas 2 SMP, aku berpacaran dengan tetanggaku, yang 4 tahun lebih tua dariku, aku
memanggilnya kak Eri. Dulu aku masih sangat polos, aku takut ketahuan oleh kedua orang

tuaku dan dimarahi mereka jika mereka tahu aku berpacaran. Oleh karena itu, aku dan dia
pacaran secara backstreet. Pacaran itu berlangsung selama lebih kurang 4 bulan, walau hanya
melalui handphone. Meski rumah kami tidak berjauhan, aku tidak berani untuk bertemu
dengannya apalagi berjalan berdua dengannya.

Entah belajar darimana, saat aku masih

berpacaran dengan kak Eri, aku berpacaran lagi dengan teman satu sekolahku yang bernama
Satria. Aku baru tahu, ini yang dinamakan selingkuh. Aku berpacaran dengan Kak Eri, tapi
aku juga berpacaran dengan Satria. Ceritanya pun sama, aku tidak punya cukup banyak
kekuatan untuk berjalan berdua, hanya melalui sms saja, dan akhirnya hubungan dengan
keduanya pun berakhir sia-sia karena aku sudah mulai bosan.
Betapa bejatnya aku, masih kecil aku sudah berani berselingkuh. Ya, sekarang aku
berani mengatakan Cantika di masa lalu begitu bejat, bodoh dan tidak tahu diri. Lepas dari
Kak Eri dan Satria, aku berpacaran lagi. Kala itu aku berpacaran dengan Kak Dani, yang
kukenal saat sekolahku dan sekolahnya melakukan kemah bersama. Dia 2 tahun lebih tua
dariku. Kala itu aku sudah menginjak di kelas 3 SMP dan Kak Dani kelas 2 SMA. Sama
seperti Kak Eri dan Satria, aku berpacaran dengannya hanya melalui telepon dan SMS. Aku
tidak pernah mau memenuhi ajakannya setiap kali Kak Dani mengajakku jalan-jalan, aku
masih takut saat itu. 2 bulan aku berpacaran dengan Kak Dani dan aku mengenal apa itu
karma. Setelah sebelumnya aku berselingkuh, sekarang aku harus merasakan yang namanya
diselingkuhi. Sakiiittttt !!!!!!!!!
Aku benar-benar sakit hati dan membenci Kak Dani karena dia telah menduakan
pacarnya dan berpacaran denganku. Akhirnya aku mundur, dan aku mengalami status jomblo.
Status yang bagiku begitu menyengsarakan, ga keren banget! Pikirku saat itu. Yah
selanjutnya aku berpacaran hanya sebagai status saja, agar ada teman SMS dan telepon.
Setiap kali aku bosan, aku memutuskannya begitu saja. Tidak jarang aku juga diputuskan
beberapa kali oleh mantan-mantanku tanpa alasan yang jelas. Padahal saat itu aku telah
mengenakan jilbab, ya meski jilbab yang kupakai belum syari. Aku sudah mengenakan
jilbab sejak kelas 2 SD. Cantika yang dulu adalah Cantika yang tomboy, aktif di banyak
kegiatan di sekolah, supel dan energik. Aku memiliki banyak teman dari berbagai sekolah,
dan karena itu juga mantan pacar yang kumiliki juga tidak sedikit. Total lelaki yang pernah
kupacari sejak kelas 2 SMP hingga aku kuliah di semester 3 adalah 18 mantan! Ya Allah
ampuni hambaMu ini.
Belasan kali pacaran, ternyata aku mulai jenuh dengan hubungan yang begitu-begitu
saja. Pacarku yang terakhir adalah Bagas, teman satu kampusku namun berbeda jurusan.
Dengan Bagas aku merasa kebebesanku terbatas. Dia banyak melarangku melakukan ini itu,

dan dia juga melarangku bergabung dengan kegiatan-kegiatan sosial, karena dia takut aku
jatuh cinta dengan lelaki lain. Tidak terima dengan caranya, aku pun memutuskannya. Aku
menyayangi Bagas, menurutku dia yang terbaik diantara semua mantan-mantanku, tapi aku
lebih menyayangi diriku sendiri. Hubungan dengan Bagas hanya bertahan 3 bulan, dan
akhirnya aku sendiri lagi.
Aku bergabung dengan banyak kegiatan sosial, bergabung menjadi volunteer sebuah
komunitas yang peduli terhadap dunia pendidikan dan disinilah duniaku berubah. Dengan
bergabungnya aku dengan berbagai komunitas-komunitas tersebut, aku mengenal banyak
orang dan sering bertukar fikiran. Tanpa disadari, diskusi dengan teman-teman baruku itu
banyak mengubah pola pikirku terutama soal asmara, cinta dan tentunya jodoh. Aku baru
memahami apa yang Allah katakan dalam surat An Nur, bahwa lelaki yang baik hanya untuk
wanita yang baik, begitu juga sebaliknya. Ditambah lagi dengan lirik dalam sebuah lagu yang
menyatakan bahwa jodoh tidak dijemput dengan cara berpacaran. Astaghfirullahalazim....
Air mataku menetes perlahan membasahi pipiku. Betapa bodohnya Cantika, yang mau
saja berpacaran, bahkan gonta-ganti pacar. Aku menghujati diriku kala itu. Rasa tidak terima
dan penuh penyeselan menggelayut di fikiranku. Cantika bodoh!!!!!!!!!!!!! Itu yang
kuteriakkan saat aku berada di pinggiran lapangan bola di kampusku. Aku tidak peduli
dengan orang-orang yang melihatku. Aku benar-benar bodoh! Kala itu, hampir seminggu aku
mengurung diri di kamar, menyesali semua kebodohanku di masa lalu.
Setelah hampir seminggu aku mengurung diri, aku pun mencoba bangkit. Seorang
temanku mengirimkan kata-kata mutiara. Ya memang itu hanya broadcast BBM. Tapi aku
merasa sangat menusuk hatiku. Inti dari bbm itu adalah jika kita sedang dalam proses
memperbaiki diri, inshaa Allah jodoh kita pun demikian, dia sedang memperbaiki diri juga.
Entah kenapa itu bagaikan pelipur laraku selama ini, jawaban Allah untukku, bukti
sayangNya padaku. Aku bangkit dari tempat tidurku, kutatap wajahku di cermin, dan aku
bertekad untuk memperbaiki diri. Hal pertama yang kulakukan dalam proses memperbaiki
diriku adalah dengan memperbaiki penampilanku. Aku menjadi rajin googling dan mencari
referensi mengenai wanita sholehah. Akhirnya kudapati sedikit mengenai kriteria wanita
sholehah. Ya! Aku harus memperbaiki penampilanku. Aku belajar mengenakan jilbab lebar.
Kucari tutorialnya dan dengan susah payah aku belajar mengenakan jilbab lebar itu.
Dengan skenario indahNya, seperti dimudahkan jalan bagiku untuk berjilbab lebar.
Salah satu dosenku mewajibkan para mahasiswinya untuk mengenakan jilbab lebar dan tidak
transparan pada saat mata kuliahnya. Setiap kali aku akan masuk mata kuliah dosenku itu,
sambil merapikan jilbabku, aku berdoa di cermin,

Ya Allah, mungkin saat ini aku berjilbab seperti ini karena makhlukMu. Aku mohon agar
suatu saat nanti aku berjilbab seperti karenaMu.

Doa itu kulantunkan setiap hari dan alhamdulillah Dia kabulkan. Aku mulai terbiasa dengan
penampilan baruku. Pelan-pelan aku belajar untuk berjilbab syari dan ternyata aku bisa. Kini
aku tengah membiasakan diriku untuk terus tampil bersahaja seperti ini. Kemudahan yang
diiringi dengan ujian hati. Saat aku tengah berbenah diri, tidak berpacaran, menutup aurat
dengan sempurna, menjadi wanita yang tidak tomboy, hatiku diuji.
***
Fadlan Marwan Ahmad, begitulah aku mengenalnya. Perkenalan yang konyol
sebenarnya, karena aku hanya mengenalnya melalui media sosial. Aku lupa siapa yang
memulai pertambahan pertemanan itu, tapi aku menganggapnya sangat berarti bagiku kala
itu. Setiap hari kami berkomunikasi dengan menggunakan Line. Namun kemudian entah
bagaimana ceritanya, komunikasi kami pindah di WhatsApp.

Sekarang aku sangat

membenci salah satu nada dering yang ada di Line, bukan karena nada deringnya jelek, tapi
aku tidak sanggup mengingat masa laluku, saat aku rajin berkomunikasi dengan Kak Fadlan.
Kak Fadlan yang bekerja di sebuah perusahaan yang bekerja di bidang sumber daya manusia,
menjadikannya sering mengisi training dan menjadi motivator. Tidak jarang Kak Fadlan
memberikan nasihat dan masukan untukku. Kami memang belum pernah berjumpa secara
langsung, tapi hampir setiap hari aku berkomunikasi dengannya. Ahh itulah jika komunikasi
semakin mudah, mendekatkan yang jauh. Entah mengapa dengannya aku merasa bermakna,
aku merasa hidupku berarti. Dia selalu mendukungku, mendengarkan semua keluh kesahku,
bahkan aku merasa dialah pendengar setiaku. Hampir satu tahun kedekatanku dengannya, dan
tibalah hari itu, hari dimana aku merasa terkhianati. Dia menyatakan perasaannya kepadaku.
Dia mengatakan bahwa dia menyukaiku dan ingin menjadikanku istrinya. Aku tidak bisa
menerimanya, bukan saja karena aku belum pernah bertemu dengannya, tapi juga karena aku
sudah terlanjur nyaman menganggapnya seperti kakakku sendiri. Aku tidak bisa
menerimanya, dan aku memilih untuk menjauhinya. Sulit bagiku melepaskan diri dari
kebiasaan dengan adanya dirinya setiao hari. Apapun yang kulakukan, selalu kuceritakan
padanya, dan kini dia datang lagi?? Tidak !! Aku tidak ingin kembali membuka masa indah
dengannya. Aku hanya takut aku tidak dapat memenuhi harapannya, aku takut dia hanya akan
terluka karena aku. Lebih daripada itu semua, aku tidak ingin menduakan Tuhanku. Aku
tidak ingin hijrahku ini ternodai karena hati ini belum memurnikan cinta untukNya. Delete
contact. Kuhapus engkau dari hidupku, demi hijrahku, demi Tuhanku.

Anda mungkin juga menyukai