Anda di halaman 1dari 2

Cyberbullying

Pengalaman cyberbullying saya terjadi ketika SMA. Berawal dari suatu grup di Facebook
dengan judul ABC yang diakhiran saya tahu bahwa ABC merupakan singkatan “Aku Benci
Caca” (Caca nama panggilan saya).

Grup ini berisi sekelompok orang yang diakhiran saya tahu merupakan teman sekelas saya
yang merasa tidak suka dengan saya. Di sana mereka bergosip tentang saya: Saya lesbi, saya
ansos, saya perempuan genit, dan semacamnya.

Mereka mengundang semua perempuan di kelas untuk kemudian bergabung di sana. Hampir
semua perempuan di kelas tergabung di grup itu. Gosip dan omongan jelek pun makin marak
beredar. Saya sempat tidak punya teman selama beberapa bulan. Saya harus pindah duduk di
kelompok laki-laki. Bermain dengan hanya teman laki-laki. Kemudian teman laki-laki saya
yang curiga menanyai beberapa anak, “Ada masalah apa sih ama dia?”, “Ada gosip apa
sih?”. Anak perempuan yang tidak suka mulai mengompori anak laki-laki, selain menyindir
saya beberapa orang juga bahkan sampai berkomentar di akun sosial media saya beberapa
bahkan berkomentar jauh daripada kenyataannya, bahkan teman saya juga berkomentar hal
yang sama seperti mereka. Hal itu cukup membuat saya sakit hati bahkan tidak ingin pergi ke
sekolah karena takut di maki oleh orang-orang tersebut.

Saat mengetahui mereka yang semakin menjadi-jadi kepada saya, saya mulai mengurung diri
di rumah lebih tepatnya di ruangan yang saya rasa aman, yaitu kamar saya. Saat pagi hari ibu
membangunkan saya seperti biasa dan menyuruh saya untuk pergi ke sekolah namun saya
menolak dengan alasan saya sakit dan tidak bisa mengikuti kegiatan belajar. Namun saya
sadar, sudah 3 hari saya absen sekolah dengan alasan sakit bahkan guru pun sudah bertanya
kepada orang tua saya saya sakit apa hingga tidak masuk 3 hari hingga guru bertanya “sakit
parah hingga harus di rawat inap di rumah sakit?”. Ibu saya yang tidak mengetahui saya
kenapa juga bingung karna saya yang tak ingin keluar kamar, makan pun saya merasa enggan
karna terus menerus terfikir hal apa yang akan mereka lakukan ketika saya masuk ke sekolah
nanti, apakah saya akan di caci maki oleh kata-kata yang kurang pantas untuk di dengar?
Atau saya akan di permalukan di depan teman-teman yang lain? Ataukah saya akan di fitnah
hingga saya harus keluar dari sekolahan itu?. Saat memikirkan hal tersebut membuat saya
sangat tersiksa dan mulai ingin menyakitindiri sendiri. Saat akan melakukan hal tersebut ibu
masuk kedalam kamar dan kaget melihat saya yang akan menyakiti diri sendiri. Ibu menangis
saat itu saya sadar bahwa bukan ini yang seharusnya saya lakukan.

Saya mulai memperbaiki diri dibantu oleh ibu. Saya ingin membuktikan kepada orang-orang
yang berkata demikian bahwa saya bukan orang yang seperti apa yang mereka pikirkan. Saya
mulai masuk sekolah dan yaa benar, apa yang saya pikirkan terjadi, mereka mulai mengejek
saya dan berkata yang bukan-bukan. Namun untuk sekarang saya tidak akan tinggal diam dan
hanya mendengarkan apa yang mereka katakan. Saya mulai melaporkan kegiatan mereka
kepada guru BK dan jelas orang tua saya. Hingga tiba saatnya dimana.. akhirnya beberapa
anak perempuan mengaku bahwa ada grup ABC. Singkat cerita masalah selesai, beberapa
anak mengaku bergabung di grup hanya karena tidak ingin jadi seperti saya. Beberapa
mengaku tidak tahu kalau grup ABC adalah Aku Benci Caca, mereka kira “Aku Benci Cinta”.
Dan alasan-alasan lain.

Singkat cerita, saat ini saya memiliki sedikit trauma dan krisis kepercayaan pada teman
perempuan. Semenjak kelas 1 SMA, teman-teman perempuan saya hanya bisa dihitung
dengan satu tangan, yakni 5 jari.

Saya menutup koneksi dengan perempuan, sangat memperhatikan penampilan saya karena
takut mendapat hinaaan lagi, menghindari kontak dengan perempuan, dan semacamnya.

Dari cerita diatas kita bisa menyimpulkan bahwa harus berhati-hati dengan apa yang kita
lakukan, zaman sekarang sudah bukan hanya mulutmu harimaumu namun juga dengan jari-
jari mu juga lah harimaumu. Kalian tidak tau seberapa besar dampak yang akan kalian
berikan dengan hanya mengetik 1 kata dampak yang kalian berikan sungguh sudah sangat
besar bagi seseorang yang kalian komentari. Hati-hati dengan apa yang kalian ketik, kalian
ucapkan karena itu yang akan menjadi senjata makan tuan bagi kalian sendiri.

Anda mungkin juga menyukai