Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Dosen Pembina : Meidi Saputra, S.Pd., M.Pd

Oleh:
Andrian Kurnia Triutama 170523627146

PROGRAM S1 TEKNIK SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


2020
Unsur Intrinsik

1. Tema : Bullying
2. Tokoh : Roy, Aldo, Marcell, Fano, Ricky, Bams, Noven
3. Alur : Alur Mundur
4. Latar : Pondok Pesantren Annur 02 Bululawang
a. Latar tempat : Sekolah SMP ,rumah, Parkiran, Lapangan,
Sekolah SMA
b. Latar waktu : 2012-2017
c. Latar suasana : Sedih, Bimbang, Bahagia
5. Sudut Pandang : Sudut pandang orang pertama
6. Gaya Bahasa :
a. Litotes : Biar pun ada saja teman atau orang yang baru
saya kenal mengkritik tubuh saya, tidak sama sekali mengurang mental
saya untuk berteman, berkumpul, dan saya tidak minder sama sekali.
Alhamdulillah aku selalu merasa nyaman dengan badanku. Karena
sudah dari nasib keluarga ku tidak ada yang berbadan gemuk.
b. Tautologi : Sebenarnya semua perempuan itu terlahir cantik
dan berpotensi untuk menjadi baik. Cantik itu relative, namun bentuk
tubuh bukan menjdi tolak ukur apakah orang tersebut cantik atau tidak.

7. Amanat : Jangan biarkan keadaan merubah dirimu menjadi


Orang yang bukan dirimu sebenarnya.

Inilah Aku
Karena sebagai manusia tidak bisa memilih untuk terlahir dengan fisik
seperti apa, dengan latar keluarga seperti apa. Mau menyalahkan keadaanpun juga
tidak akan merubah apapun yang sudah diberikan oleh Sang Pencipta.Terlahir dari
keluarga campuran Tionghoa, Jawa, Saya berasal dari keluarga dimana Kakek
dari Ayah saya adalah orang Tionghoa, sedangkan nenek dari ayah adalah orang
Jawa. Ibu saya lahir dari keluarga Jawa. Secara tidak langsung keluargaku harus
mengikuti dua tradisi yang ada.
dan dengan latar belakang pekerjaan keluarga yang sering melanggar
hukum. Perkenalkan aku Roy. Aku anak ke tiga dari 4 bersaudara, Meskipun
seharusnya enam bersaudara, karena kakak pertamaku lahir dengan kondisi
memiliki penyakit liver dan hanya bertahan 16 jam, sedangkan adikku yang
mengalami keguguran saat kandungan berusia enam bulan.
Semua berawal ketika aku smp, aku bersekolah di salah satu smp swasta
yang cukup terkenal di Kota Malang. Di awal masuk, aku tidak suka menjadi anak
yang aktif dalam berbagai kegiatan. Mendapat teman baru yang memang cukup
berbeda dengan temanku semasa SD, Dimana rata-rata temanku adalah anak dari
orang-orang ber “uang”, yang akhirnya membawaku menuju pergaulan yang
memang berdasarkan uang. Hingga ku ikut dalam suatu geng dan di situlah aku
mulai mendapat perlakuan yang tidak nyaman. karena dalam satu geng hanya saya
yang bukan benar-benar dari keluarga Tionghoa. Mulai dari sering di jadikan
jongos oleh teman-teman lain, di masukkan kedalam bak sampah, bahkan di
ludahi. Akupun tidak pernah marah kepada mereka, karena ku menganggap itu
hanya sebatas bercandaan. Tetapi hal itu terus berlanjut sampai aku kelas dua
SMP.
Mungkin apakah karena aku terlalu sabar? Akupun tidak marah karena aku
menganggap ini suatu bercandaan, Akupun tidak menggap hal itu sebgaia bully
ing pada saat itu, dari anggota geng yang berisikan 8 orang, mereka selalu
meledekku, menyuruh-nyuruhku. Tapia apa yang bisa ku lakukan? Aku juga tidak
ingin kehilangan “Teman” pada saat itu.
Aku yang tidak sadar dan tidak mengerti apa itu Bullying atau
perundungan saat itu, Aku tetap menanggap mereka teman, Akupun belum
menyadari bahwa bullying memang tidak dipolehkan, dan pada sat itu akupun
hanya bisa berpasrah dan hanya ada pertanyaan dalam kepala “Memang apa
salahnya lahir dari keluarga campuran?”. Memang bullying tidak bisa di
benarkan, karna meskipun “lucu” bagi yang melakukan tetapi berbeda dengan
yang merasakan.
Saat Pertengahan SMP kelas 2, Akupun memutuskan keluar dari golongan
yang selalu memaksaku untuk melakukan apa yang diminta. Saat aku
memutuskan keluar lalu ketua geng yang bernama Aldo pun mendatangiku
sepulang sekolah. Saat itu ada di parkiran untuk mengambil sepeda, dan disana
lah aku mulai di pukul, di ludahin dan di katai dengan kalimat “He anak ampyang,
culun, kamu kalau sampe keluar awas tak hajar kamu.” Setelah kejadian itupun
aku tetap tidak peduli dan akhirnya aku keluar untuk mencari teman baru bahkan
aku merasa lebih baik tidak berteman juga tidak masalah, karena untuk apa
berteman jika akhirnya aku yang tidak nyaman. Hingga 2 hari setelah aku
menjauhi kelompok itu, Aldo dan teman gengnya Marcell mendatangiku lalu
memukuliku di parkiran, saat itu sudah sore setelah kegiatan extrakulikuler. Aku
pun tidak melawan mereka karena untuk apa juga aku melawan. Lalu aku pulang
dengan lebam di tangan dan kaki. Sesampainya di rumahpun mama sempat kaget
dan bertanya “Loh kakimu kenapa kok lebam parah?” aku yang tidak ingin
adanya keributan, aku hanya menjawab “Gapapa ma abis latian futsal persiapan
turnamen.”
Beberapa hari setelah kejadianpun aku tetap tidak mempedulikan ancaman
mereka, akupun tidak melawan dan tidak melapor, karena untuk apa juga? Yang
ada hanya menimbulakn ketibutan dan menambah masalah. Bukan karena takut
tapi memang aku tidak suka mencari masalah saja. Akupun mendapat teman-
teman yang memang baik kepadaku, mereka adalah Fano, Noven, Bams, dan
Ricky. Kita berlima selalu bersama-sama, entah saat istirahat sekolah, sepulang
sekolah maupun saat diluar jam sekolah. Kami menajdi teman ang cukup akrab.
Waktu itu ketika ada kegiatan classmeeting sekolah, Kami berlima ikut menjadi
satu tim dalam pertandingan futsal, Tim kami berhasil menajdi juara 2 setelah
kalah di final dengan kakak tingkat. Meskipun mendapat juara 2 kami senang
karena bisa semakin kompak.
Beberapa hari setelah. Classmeeting, Aldo dan gengnya datang
menghampiriku lalu menarik tas yang kupakai, membuang semua isi tasnya dan
berteriak “Ampyang tolol, ngga malu apa keluargamu sok-sokan Cina.” Akupun
hanya diam, lalu saat ku mengemasi barangku tiba-tiba mereka meludahiku lalu
sambal ketawa mereka pergi. Setelah kejadian itu aku mulai berfikir, “yang
menjadi masalah etnis keluargaku atau memang didasari ketidak sukaan?” tetapi
aku tetap tidak mempedulikan mereka dan aku masih sabar. Akupun tetap
melakukan kegiatan seperti yang biasa ku lakukan, hingga saat itu terjadi
perkelahian, Kita anak yang masih SMP kelas 3 mengadakan perkelahian, dimana
geng Aldo berkelahi dengan salah satu temanku Ricky, Perkelahian terjadi di
belakang sekolah, siang hari setelah kegiatan pramuka, Temanku di hajar oleh
satu golongan, akupun tidak mengerti permasalahn apa yang sedang terjadi.
Hingga setelah perkelahian itu, sekolah mendapat laporan dari warga jika ada
beberapa murid SMP berkelahi, dan sekolahpun memanggil beberapa anak yang
memang ikut terlibat. Kami ber empat kecuali Ricky tidak ikut dalam perkelahian
tetapi Aldo dan gengnya terkena masalah. Setelah kejafdianpun Ricky belom
masuk ke sekolah. Kami mulai terheran-heran kemana Ricky? Dan bagimana
keadannya?. Setelah selang seminggu setelah kejadian, ternyata Ricky Mengalami
patah tulang fibula. Dan setelah kejadian itupun aku mendengar kabar bahwa
Aldo dan teman gengnya sudah di keluarkan dari sekolah.
Setelah semua kejadian yang sudah berlalu kami berlima lulus, meskipun
tidak dengan nilai yang begitu bagus, Kamipun melanjutkan mimpi-mimpi kita,
dan dari kami berlima, hanya aku dan fano yang memilih masuk SMA yang sama.
Kami masuk disalah satu SMA swasta yang cukup terkenal juga, terutama
terkenal dengan Es dan Pangsit yang di miliki. Masa SMA berjalan dengan sangat
seru, aku menikmati masa-masa SMA dimana mulai jatuh cinta dengan salah satu
gadis beretnis Tionghoa dan ditolak karena aku yang campuran. Meskipun begitu
aku awalnya tidak merasakan dampak bullying yang ku dapat saat SMP selama
aku menjalani masa-masa SMA. Hingga aku lulus dan berkuliah disalah satu
kampus Negeri yang ada di Kota Malang.
Semakin bertambahnya usia entah kenapa aku lebih sering membenci
orang dan tidak percaya dengan orang lain, Aku mulai merasa apakah ini dampak
dari perundungan yang terjadi?, akupun sering merasa ingin membalas orang yang
menurutku melakukan tindakan jahat kepadaku, bukanya aku bisa menjadi
penyabar seperti dulu, tetapi aku merasa semakin susah untuk mengontrol.
Bahkan yang sebelumnya aku tidak pernah terlibat dalam perkelahian akhirnya
aku terlibat dan bahkan semakin merasa senang jika ada perkelahian yang terjadi.
Setelah mengalami masa sulit di awal perkuliahan, meskipun masih sering muncul
perasaan dendam kepada oranglain terutama yang mencampuri urusan pribadi.
Mungkin ini dampak dari bullying yang dulu ku alami. Karena aku merasa apa
yang menjadi diriku sekarang ini bukanlah diriku yang sesungguhnya.
Lembar Check Plagiarisme

Anda mungkin juga menyukai