Anda di halaman 1dari 6

Nama : Sukmawati

NIM 2230001
Prodi : S1 Keperawatan

Mata kuliah : Komunikasi


Terapeutik

REMAJA 1 (Vidio)
Pada suatu hari saya melihat remaja yang tidak lain tetangga saya sendiri ia bernama Vivi,
Seorang remaja perempuan SMA Kelas 3 sedang merenung sendirian di depan kursi gang
rumah, ia tampak sedih serta melamun dan akhirnya pun saya mencoba mendekati dan
membuka topik obrolan.
Saya : “Haii nonong, Bagaimana kabarnya? Sudah lama yah kita ga ketemu terus
ngobrol berdua kaya gini.”
Nonong : “Haii kak, alhamdulillah sehat kak, iya sudah lama semenjak kaka masuk
kuliah terus aku masuk SMA sudah pada sibuk. Paling kadang ga sengaja ketemu di
jalan”
Saya : “Iya ya, Bagaimana perasaannya setelah masuk SMA?”
Nonong : “Senang si kak karna aku masuk SMA Negeri yang aku mau, terus
dapet teman-temennya juga baik baik.”
Saya : “Terus ada Culture shock apa saja yang kamu rasain setelah masuk SMA?”
Nonong : “Ada sihh beberapa yang bikin aku kaget kak kaya di SMA kita di suru
persentasi, pas SMP itu aku gk pernah namanya persentasi. Karna aku masuk jurusan
IPA, pelajaran Fisika Biologi Kimia bikin aku pusing, belum lagi kadang ada prakteknya
terus bikin laporan praktikumnya. Aduhhhh bikin aku pusing”
Saya : “Hahaha ga apa apa nanti juga sudah terbiasa. Nanti di kuliah kamu juga
bakal sering banget bikin makalah, persentasi, terus kalau kamu milih jurusan yang ada
praktek lab nya harus bikin laporan praktikum juga.”
Nonong : “Ohh begitu ya kak”
Saya : “Iya. . .nanti pas kamu kuliah udah terbiasa, terus kamu jadi gampang
beradaptasinya. Ohh iya kamu sudah milih mau masuk universitas negeri atau swasta?”
Nonong : “Aku sihh pengennya masuk PTN kak, tapi aku gak yakin bakal masuk.”
Saya : “Lohh kenapa? coba cerita sama aku.”
Nonong : “Sebenernya aku mau masuk lewat jalur SNBP tapi di angkatan aku
banyak yang pintar kak, aku jadi minder.”
Saya : “Gak boleh minder dong. Setiap orang sudah punya rezekinya masing
masing. Walaupun teman kamu pinter banget tapi kalau allah gak berkehendak dia
masuk PTN, ehh malah kamu yang masuk PTN.”
Nonong : “Iya sih kak”
Saya : “Yang penting kamu harus berusaha, belajar yang maksimal. Terus
jangan lupa berdoa minta sama allah supaya kamu masuk ke PTN yang kamu mau.”
Nonong : “Iya kak aku selalu berdoa kok.”
Saya : “Kamu harus bisa buat nilai kamu stabil kalau bisa harus meningkat
setiap semesternya, jangan sampai ada yang turun.”
Nonong : “Iya kak aku selalu belajar terus biar aku bisa masuk PTN lewat jalur SNBP”
Saya : “Kalau menurut aku kamu gak perlu khawatir kalau gak masuk lewat jalur
SNBP, karna masih ada jalur SNBT dan Mandiri.”
Nonong : “Iya kak aku juga bakal ikut jalur yang lainnya supaya bisa masuk PTN, tapi
aku berusaha buat masuk jalur SNBP.”
Saya : “Emangnya kamu maunya masuk PTN saja atau mau masuk PTS?”
Nonong : “Aku maunya masuk PTN kak”
Saya : “Kenapa gak mau masuk PTS? Kan kesuksesan orang gak dilihat dia
dari lulusan PTN atau PTS.”
Nonong : “Iya sih kan, tapi aku gak mau ngebebanin orang tua, kalau aku masuk negeri
bayarannya gak terlalu besar kaya di swasta.”
Saya : “Ohh kalau begitu kamu harus semangat belajarnya jangan sampai minder
harus percaya sama diri sendiri kalau kamu bisa masuk PTN.”
Nonong : “Iya kak, terimakasih ya kak karna kak mau dengerin kekhawatiran aku.”
Saya : “Iya sama-sama. Terimakasih juga mau cerita ke aku, sudah lama kita gak
ngobrol kaya gini. Kalau kamu mau cerita bisa cerita sama aku, aku ga bakal cerita ke
yang lain kok tenang.”
Nonong : “Iya kak”
Saya : “Bagaimana sudah lebih tenang belum? Inget yahh harus yakin kalau kamu
bisa masuk PTN.”
Nonong : “Sudah kak, iya aku yakin kak kalo aku pasti bisa masuk PTN”
Saya : “Kalau kamu masih mau bingung mau tanya-tanya tentang PTN bisa tanya
saja ke aku”
Nonong : “Iya kak”
Evaluasi : Setelah teman saya bercerita ia merasa lebih tenang dan lebih percaya diri kalau ia
bisa masuk PTN yang diinginkannya. Saya sebagai teman mendengarkannya dengan baik dan
memberikan saran untuk mencoba melalui jalur masuk PTN yang lainnya lalu
meyakinkannya untuk lebih pecaya diri dan tidak perlu khawatir lagi.

REMAJA 2
Saya memiliki saudara bernama Intan Safitri berusia 17 tahun, sekarang ia kelas 2 SMA. Ia
memiliki permasalahan saat ia naik kelas 2 SMA, ia pindah sekolah karena di suru oleh orang
tuannya. Setelah pindah sekolah ia menjadi sedikit berubah sikapnya. Ia menjadi lebih
pendiam. Di karenakan ia sulit beradaptasi di lingkungan baru dan orang baru. Ia merasa
khawatir nanti ia memiliki teman atau tidak, ia bisa tidak mengikuti proses belajar di sekolah
barunya. Karena kekhawatirannya ia menjadi pendiam dan murung.
Saat kita pergi berdua ia jadi lebih pendiam dari sebelumnya. Karena saya merasa ia sedikit
berubah dan saya menebak kalau ia memiliki satu kekhawatiran. Saya bertanya ke dia , apa
dia lagi ada masalah. Awalnya ia tidak ingin cerita tapi setelah beberapa hari ia ingin bertemu
dengan saya karena ia ingin cerita sesuatu. Lalu di hari selanjutnya kita pergi ke salah satu
tempat makan.
Saya : “Intan kamu lagi kenapa sihh kok kayanya murung terus diem begitu?”
Intan : “Iya nihh kak, aku mau cerita sesuatu sama kakak.”
Saya : “Mau cerita apa? Kakak bakal dengerin kok.”
Intan : “Di sekolah SMA yang baru aku takut gak punya teman kak, kakak kan tahu
aku susah deket sama orang baru”
Saya : “Iya kakak tahu kalau kamu emang susah deket sama orang baru tapi kamu harus
rubah sifat kamu karena nanti kamu bakal ketemu sama orang yang berbeda-beda
kedepannya, terus kamu juga bakal membutuhkan orang lain. Kamu gak bisa hidup
menyendiri atau Cuma sama keluarga dan teman-teman yang sudah kamu kenal
lama. Intan : “Iya kak aku sudah mencoba berubah tapi memang gak bisa, susah
kak.”
Saya : “Bukannya kamu gak bisa, tapi dari diri kamunya sendiri gak mau mencoba untuk
ngajak ngobrol duluan. Coba deh kamu gabung sama teman-teman yang sebangku kamu,
kaya kalo ketemu teman kamu nyapa duluan atau kamu pura-pura saja tanya pelajaran.
Intan : “Iya kak aku bakal coba gabung dan ngobrol duluan sama teman aku.”
Saya : “Kamu harus percaya diri gak boleh malu-malu begitu. Nanti kamu di lingkungan
kerja harus banyak teman, agar kamu punya koneksi. Di lingkungan kuliah pun kamu harus
punya banyak teman biar kamu gak ketinggalan informasi tentang pelajaran atau informasi
yang lain.”
Intan : “Iya bener juga sih kak, di sekolah juga kadang aku suka ketinggalan informasi.”
Saya : “Bener dong karna kakak juga pernah kaya kamu tapi setelah kakak kelas 3 SMA
sampai sekarang kuliah sudah berubah dan menyadari pentingnya banyak teman.”
Intan : “Sebenernya aku juga takut kak kalau aku nanti gak bisa ngikutin proses belajar di
SMA baru aku.”
Saya : “Bukannya karna kamu takut gak bisa mengikuti proses belajarnya, tapi kamunya
saja harus bisa lebih mudah beradaptasi sama lingkungan sekolah kamu. Karena setiap proses
belajar itu sama semua.
Intan : “Tapi cara belajar dan mengajarnya itu loh kak yang aku takut.”
Saya : “Setiap guru kan memang berbeda-beda cara mengajarnya, di sekolah lama kamu
juga setiap guru pasti berbeda-beda kan cara belajarnya.
Intan : “Iya sihh kak berbeda.”
Saya : “Kamu pasti terbiasa di SMA baru kamu dan pasti bisa punya banyak teman.
Kalo untuk jadi teman tempat kamu curhat kamu juga harus pilih-pilih, yang bisa kamu
percaya cukup 1 atau 2 orang saja, agar bisa menjaga rahasia kamu.
Intan : “Itu pasti kak aku bakal pilih-pilih untuk jadi teman dekat dan teman curhat aku.”
Saya : “Bagaimana perasaannya sekarang?, Masih ada gak yang mau di ceritain atau
tanyain?”
Intan : ”Sudah lebih tenang kak. Sudah gak ada lagi sih kak.”
Saya : “Ingat ya harus lebih berani ngajak ngobrol duluan. Gak boleh berfikiran negatif
kamu gak punya teman atau gak bisa beradaptasi di sekolah baru kamu.”
Intan : “Iya kak.”
Saya : “Kalau ada yang kamu mau ceritain bisa cerita ke kakak, jangan kamu pendam
sendiri. Kamu jadi pendiem murung kaya tadi.
Intan : “Iya kak terimakasih sudah mau dengerin aku terus ngasih tips ke aku.”
Saya : “Iya sama-sama. Santai saja.”

Evaluasi : Setelah saudara saya bercerita ia sudah tidak terlalu menjadi pendiam. Ia juga
berusaha ingin mengubah sifatnya yang pemalu dan sulit beradaptasi di lingkungan baru dan
orang baru. Saya sebagai saudaranya mendengarkannya dengan baik dan memberikan saran
untuk ia lebih mudah beradaptasi di lingkungan baru dan orang baru, dengan memberikannya
tips agar mudah beradaptasi di lingkungan baru.

REMAJA 3
Remaja yang bernama Novianti berusia 18 tahun, sekarang ia kelas 3 SMA. Ia sedang
bingung karena berbeda pendapat dengan orang tuanya. Ia ingin memilih kuliah di luar kota
tetapi orang tuanya tidak mengizinkan, orang tuanya menginginkan dia kuliah di Jakarta saja
karena ia anak tunggal. Sampai sekarang ia masih bingung dan belum tahu ingin masuk
kuliah di mana. Karena itu iya ingin meminta saran kepada saya.
Kami berdua bertemu di sebuah tempat makan yang biasa kami kunjungi. Disana ia
menceritakan alasannya ingin kuliah di luar kota dan alasan orang tuanya menginginkan ia
kuliah di Jakarta saja.
Saya : “Haii Nov, Bagaimana kabarnya?”
Novi : “Haii kak, alhamdulillah sehat kak”
Saya : “Bagaimana sudah milih mau kuliah
dimana?” Novi : “Belum ini kak masih bingung”
Saya : “Sudah berdiskusi sama orang tua kamu?”
Novi : “Sudah kak tapi orang tua aku tetap gak bolehin aku kuliah di luar kota.
Tetap maunya aku kuliah di Jakarta saja.”
Saya : “Memang kenapa kamu gak mau kuliah di Jakarta maunya di luar kota?”
Novi : “Aku ingin lebih mandiri saja kak, terus ingin dapat banyak teman baru dari
berbagai daerah.”
Saya : “Kalau kamu ingin mendapatkan banyak teman baru kan bisa di Jakarta.
Walaupun kamu kuliah di Jakarta kan kamu masih bisa dapet banyak teman dari berbagai
kota.”
Novi : “Pokoknya kaya aku mau menantang diri aku begitu kak supaya lebih mandiri, bisa
mengatur waktu dan keuangan. Kan selama ini aku masih bergantung sama orang tua.
Pokoknya beda deh kak kalo kuliah di luar kota.”
Saya : “Kalau alasan mama kamu pengennya kamu di Jakarta kenapa?”
Novi : “Alasannya biar bisa ngawasin aku, terus takut mama aku kesepian di rumah.”
Saya : “Nahhh iya benar kasihan mama kamu sendirian di rumah.”
Novi : “Tapi kan ada ayah di rumah.”
Saya : “Kan ayah kamu kerja, paling libur hari minggu doank.”
Novi : “Iya sihh kak.”
Saya : “Coba deh kamu bicarakan lagi dengan orang tua kamu, kamu jelasin kenapa ingin
banget kuliah di luar kota, kasih alasan yang bisa meyakinkan orang tua kamu”
Novi : “Iya sih kak aku masih belum jelasin alasan aku ingin banget kuliah di luar kota.”
Saya : “Lebih baik kamu jelaskan dulu, dan dengarkan juga pendapat orang tua kamu,
mungkin orang tua kamu punya alasan yang lain.”
Novi : “Iya kak.”
Saya : “Jelasin juga kalo kamu pasti bisa jaga diri kalau di luar kota. Mungkin saja orang
tua kamu takut kamu sakit gak bisa jaga diri.”
Novi : “Iya juga ya kak, nanti aku diskusi serius sama orang tua aku.”
Saya : “Kamu janji juga sama orang tua kamu kalo kamu bakal tiap hari ngabarin, supaya
mama kamu gak kespian.”
Novi : “Iya kak nanti aku bilang begitu ke orang tua aku.”
Saya : “Tapi kamu jangan ingkar janji, nanti orang tua kamu sudah memperbolehkan kamu
kuliah luar kota, kamunya malah jarang kasih kabar. Kalau kamu ada waktu chat atau telpon
mama kamu, minimal kamu foto kasih kabar kalau kamu makan apa. Karena orang tua sudah
seneng cuma kamu ngasih tahu kabar kamu. Kalau kamu sibuk banget karna tugas kamu bisa
kabarin, nanti kamu telefon mama kamu sebelum tidur.
Novi : “Iya kak, makasih ya sarannya, nanti aku bakal diskusiin sama orang tua aku dan
jelasin sesuai saran kak.
Saya : “ Iya sama-sama, semoga berhasil ya yakinin orang tua kamu.”

Evaluasi : Setelah teman saya bercerita ia menjadi tidak bingung lagi. Ia akan mencoba
untuk berdiskusi lagi dengan orang tuanya agar ia bisa kuliah di luar kota. Saya sebagai
temannya mendengarkannya dengan baik dan memberikan saran untuk berdiskusi serius
dengan orang tuanya dan mendengarkan alasan orang tuanya tidak memperbolehkan ia kuliah
di luar kota. Saya juga memberikan tips untuk meyakinkan orang tuanya agar ia bisa kuliah di
luar kota

Anda mungkin juga menyukai