Anda di halaman 1dari 8

Nama : Ni Ketut Maura Santi

No Absen : 24
Kelas : IX C

Tema : Percintaan

Aku Dan Dia

Ini kisahku dan dia. Namaku Ara, usiaku 14 tahun. Aku mempunyai salah satu hobi yang
paling aku senangi, membaca wattpad dan novel adalah keseharianku, menulis wattpad juga
salah satu hobiku. Dari kecil hingga sekarang aku ingin menjadi dokter, entah apa yang
membuatku begitu terobsesi menjadi seorang dokter. Dan dia namanya al, usianya sama
sepertiku tetapi dia lebih muda dariku. Dia tak terlalu tinggi, dan aku akui dia tampan, dia
memiliki tubuh yang gagah dan kekar. Dia seorang anak yang gymers dan suka lari. Dia
memiliki cita cita menjadi seorang abdi negara. Aku dan dia dulu mempunyai kisah cinta yang
mungkin terbilang sangat rumit dan aku pun tak mengerti seperti apa.

Awal pertemuanku dengan dia bisa di bilang sangat tidak terduga. Kita bertemu di tempat
sampah, maksudku adalah, disuatu hari tepatnya di sekolah di dalam kelas, aku ingin membuang
sampah, tetapi pada saat aku membuka pintu dan tiba tiba aku melihatnya duduk di atas tempat
sampah itu, aku dengan sopan memintanya beranjak dari tempat itu, aku melihat raut wajah dia
yang melihatku dengan malu malu, aku pun tidak menghiraukan hal itu.

Dan ada saat dimana aku tidak tau perasaan apa yang aku rasakan saat melihatnya. Pada saat itu
dia maju ke tengah lapangan menerima piagam penghargaan, saat melihatnya sudut bibirku
tertarik dan membentuk senyuman kecil yang akupun tidak tahu itu perasaan apa, apakah aku
akan menaruh hati padanya? Entahlah saat itu dia berhasil membuat pikiranku menjadi tak
karuan. Dan saat itu aku belum mengetahui namanya.

Waktu terus berjalan dan aku tak peduli perasaanku waktu itu. Tiba suatu sore notifikasi hp ku
berbunyi yang menandakan ada seseorang yang menghubungi ku, aku mengecek ponselku dan
membuka aplikasi berwarna hijau (WhatsApp) dan disana tertara nomor yang tak ku kenali. Dia
memperkenalkan dirinya dan dia pun bertanya namaku siapa. Dia adalah pria yang menatapku
dengan malu malu saat itu dan dia adalah pria yang berhasil membuat perasaanku menjadi tak
karuan. Ya itu pria yang bernama al.

Dia mulai sering menanyakan bagaimana kabarku dan apa yang sedang aku lakukan., disana
pastinya aku sudah mulai merasa janggal dengan sikapnya yang terlihat peduli padaku, timbul di
dalam benakku, apakah dia menaruh perasaan padaku?jawabannya mungkin.
Dan pada akhirnya aku mengetahui perasaanku yang sebenarnya. YA! Aku menyukainya dan
menaruh hati padanya, aku tak tahu mengapa secepat itu. Dan suatu malam aku mendapatkan
notifikasi dari aplikasi tik tok dengan username yang tak asing bagiku. Di dalam chat itu terdapat
kalimat singkat yang membuat diriku syok, jantungku terasa berhenti berdetak, kupu kupu di
dalam perutku terasa terbang dan keringat dingin mencucuri area wajahku. “aku suka kamu”
begitulah kalimat yang tertara dalam chat yang di ketik oleh pria yang berhasil membuatku jatuh
hati padanya.

Mulai saat itu kita memutuskan untuk menjadi teman dekat yang melibatkan perasaan. Di
hubungan itu kita bertanya bagaimana kabar kita satu sama lain. Berbagi pengalamaan saat
berada di sekolah dan kitapun mengikuti organisasi yang sama yang tak lain OSIS dan ternyata
kita lulus dalam seleksi pemilihan OSIS. Dan kita bersatu dalam organisasi yang sama. Tak
terasa 2 bulan pun sudah lewat dan tepat saat itu kita menjalin hubungan menjadi 2 insan yang
saling menaruh hati satu sama lain. Huh memang ya percintaan masa smp itu sangat amat alay.
Kita seperti sahabat yang setiap hari saling tukar cerita sepulang sekolah dan lain lain. Kita
belum berani untuk berbicara secara langsung di sekolah karena tidak ada yang tahu tentang
hubungan kita. Tiba pada suatu saat aku mendengar berita yang tidak enak untuk ku dengarkan
dan seharusnya memang tidak perlu untuk ku ketahui. Disana aku mengetahui bahwa teman
sekelasku bernama ale menaruh perasaan pada al dan ale berusaha untuk mendekati al. Cemburu,
itu yang ku rasakan saat itu, tak tahu bagaimana cara memberi tahu ale bahwa orang yang dia
sukai adalah orang yang sedang bersamaku saat itu. Dan ale ternyata sempat menghubungi al
hanya untuk save back, tetapi di sisi lain aku bahagia karena al tidak merespon ale. Tiba tiba
timbul pikiran buruk dalam diriku, apakah aku menjauh saja dari dia demi ale? Aku tidak ingin
merusak pertemananku dengan ale, aku tidak ingin aku dan ale bertengkar dan musuhan hanya
perihal merebutkan laki laki. Jika seperti itu bagaimana harga diriku dan harga diri ale? Tetapi di
satu sisi aku berfikir apakah aku mempermainkan hati al? aku merasa jahat pada al.

Hari berganti hari akupun mulai menjauh dari dirinya. Dia selalu menanyakan mengapa diriku
menjauh dari dirinya, namun aku tak bisa menjelaskannya. Mulai saat itu dia suka memfitnah
aku mempunyai laki laki lain selain dirinya di belakangku, begitu sakit. Dan pada akhirnya
akupun tak kuasa lagi menahannya dan aku mengatakan segalanya. Dia bersedih, dia
mengatakan padaku bahwa yang dia inginkan itu aku bukan ale, dan akupun sadar dan
membenarkan hal tersebut, aku tak punya hak untuk memaksa dirinya untuk menyukai ale
sedangkan orang yang dia inginkan adalah aku. Akupun mulai merenungkan kesalahanku itu.

Hari di mana dia berani mengajakku untuk berbicara di area sekolah. Aku begitu takut, namun
dia meyakinkan diriku bahwa semua akan baik baik saja. Kita memilih berbicara di depan ruang
BK tepatnya di bawah pohon dan dekat dengan kantin yang di mana saat itu sedang jam istirahat
dan banyak mata yang memandang kita, ada yang salah tingkah melihat kita, ada dengan tatapan
tidak suka dan masih banyak lagi yang tak bisa aku jelaskan dari arti pandangan mereka masing
masing tentang kita berdua. Itulah pertama kalinya kita duduk berdua, bicara berdua, hanya aku
dan dia, di dekatnya aku merasakan semua yang tak pernah aku rasakan, begitu nyaman sekali.
Lalu tak berselang lama 2 orang teman ale turun menuju kantin, disaat itu aku sudah benar benar
pasrah dan aku akan menerima konsekuensinya. Dan benar saja saat bel masuk berbunyi, aku
melihat ale menangis dan semua teman ale yang juga termasuk teman sekelasku menatapku
dengan sinis, saat itu aku tak berani untuk masuk ke dalam kelas, namun 2 orang temanku
memaksaku untuk masuk, mereka menenangkan diriku, tetapi aku tetap menyalahkan diriku
sendiri. Aku pergi ke toilet, tangisku pecah, perasaanku tak karuan, sedih, marah, kasian, dan
merasa bersalah pada ale. Saat aku sedang menangis di dalam toilet tiba tiba terdengar suara
seseorang yang mengetuk pintu toiletku, suara yang tak asing bagiku, suara yang menenangkan,
itu dia. aku membuka pintu toilet itu, dan wajah pertama yang ku lihat adalah wajah dirinya, raut
wajah yang menunjukkan dia sangat khawatir padaku. Pastinya aku langsung di landa pertanyaan
darinya, mengapa aku menangis, siapa yang membuatku menangis. Tenang disana tidak hanya
kita berdua tapi banyak temanku juga disana, tanpa menjawab 1 pertanyaan darinya, aku
menyuruhnya untuk masuk kelas karena guru yang terkenal killer di sekolahku itu sedang
mendapat jadwal mengajar di kelasnya.

Sepulang sekolah aku menatap ponselku yang sudah jelas terdengar notifikasi yang sengaja aku
bedakan dari yang lain, disana terlihat kalimat yang tak pernah aku lihat sebelumnya, kalimat
yang begitu menunjukkan kekhawatiran dan kepedulian. Hari begitu cepat berlalu dan ale pun
ternyata tidak terlalu mempermasalahkan itu, dia hanya sedih karena belum bisa mendapatkan
seseorang yang dia sukai.
Bulan berganti bulan sudah banyak hal yang kita temui dan banyak juga konflik yang tak bisa
aku jelaskan semua disini. Namun pada suatu saat dimana ada permasalahn yang membuat dia
menanyakan tentang tulusku pada dirinya. Aku menjawab dengan hati hati pertanyaannya agar
aku tidak menorehkan luka pada dirinya, namun ternyata salah, kita menorehkan luka satu sama
lain. Aku yang tak pernah menyangka bahwa dia akan berkata seburuk itu padaku. Memang
salahku dari awal, aku menjawab pertanyaannya dengan membawa bawa masa laluku, memang
aku yang bersalah, tetapi apakah harus dia mengatakan kalimat yang begitu menyakitkan,
kalimat yang bahkan akupun tidak membenarkan hal itu, kalimat yang tidak sesuai dengan
diriku, “cewek murahan” 2 kata yang hanya terdiri dari 12 huruf itu begitu menyayat perasaanku,
ternyata aku begitu rendah di matanya. Apa yang dia ketahui tentang cewek murahan? Aku ingin
sekali bertanya pada dirinya, definisi cewek murahan menurutnya dia itu seperti apasih?
Perdebatan di antara kita pun terjadi, kita sama sama marah, sedih, kecewa dan sama sama egois,
keras kepala dan ingin menang. Itu yang kita rasakan.

Hari terus berjalan semenjak kejadian itu aku memutuskan untuk tidak menghubunginya
sementara sedangkan dia masih mencoba menghubungiku, tetapi aku tak menghiraukannya, aku
hanya fokus untuk menenangkan pikiran dan perasaanku. Tak terlintas sama sekali dalam
benakku untuk mengakhiri hubungan itu, aku hanya berfikir di setiap hubungan pasti memiliki
konflik dan konflik tidak harus di selesaikan dengan mengakhiri hubungan. Tepat pada suatu saat
pikiran dan hatiku sudah terasa tenang dan saat itu juga aku menghubungi dia, aku meminta maaf
padanya dan pada malam itu kita kembali deeptalk dan membicarakan letak kesalahan kita
masing masing dan kita memutuskan untuk memperbaiki semuanya. Dan kitapun kembali seperti
semula.

Tapi ternyata tidak, hal itu terus terulang dan lebih banyak masalah dan pertengkaran yang sering
kita hadapi. Kita tak pernah saling mengerti satu sama lain disetiap perdebatan, kami tak ada
yang mengalah dan semuanya hanya mementingkan ego. Dia sangat menyayangiku, dia sangat
posesif, dia tak ingin kehilangan diriku begitupun juga aku, aku sangat menyayanginya bahkan
lebih, namun dia tak mengetahuinya karena aku tak pernah mengungkapkan kata sayang
padanya, tak pernah mengatakan kata kata romantis padanya, karena aku ingin mencintainya
dengan cara yang berbeda. Aku takut jika aku berkoar koar mengungkapkan rasa sayangku,
maka itu akan terlihat bohong, maka dari itu biarkanlah hanya aku dan tuhan yang tau isi hatiku.
Dia sangat sering mengira bahwa perasaanku tak pernah tulus padanya. Tidak jarang dia
memfitnahku memiliki laki laki lain selain dirinya, dia selalu mengira bahwa aku akan sangat
mudah di ambil oleh laki laki lain. Aku marah, sangat marah dan juga merasakan rasa lelah, lelah
bagaimana caranya menepis pikiran pikiran negative dari dirinya. Aku sudah sangat berusaha
untuk menjaga perasaannya dengan tidak pernah bercanda dengan lawan jenisku, selama
bersamanya aku tak pernah memposting diriku di social media, aku hanya memperlihatkan
postingan wajahku pada dirinya saja dan teman teman perempuanku. Dia tak pernah merasa
cukup dengan rasa sayangku, bahkan mungkin dia mengira aku tak sayang padanya, aku tak
mengerti pola pikirnya, kadang A kadang B entahlah. Dunia seperti terbalik, yang seharusnya
perempuan yang akan sering memfitnah laki lakinya seperti itu, tapi pada hubunganku aku
merasa bahwa aku lah pemeran laki lakinya. Aku tau mengapa dia sering berfikir negative
tentangku, karena sebelum dengan dia aku pernah berpacaran 2 kali sedangkan dia sebelumnya
tak pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Banyak kali dia merendahkan diriku, memang
dengan tidak bicara secara langsung, namun aku mengerti dari kode typing chatnya dan lain lain.
Balik lagi ke awal, tak pernah sekalipun terlintas dalam pikiranku untuk meninggalkan dirinya
ataupun mengakhiri hubungan itu, yang mungkin menurutku sudah tergolong hubungan yang
toxic dengan tidak pernah mempercayai pasangannya sendiri. Dan mau bagaimanapun hubungan
ku dan dia tetap berlanjut.

Tak terasa sudah 7 bulan hubunganku dengan dia. Dan tepat pada bulan juni adalah bulan yang
paling di tunggu tunggu oleh murid di sekolahku, karena pada bulan juni tepatnya tanggal 24 juni
sekolahku melaksanakan program studytour bepergian ke kota jogja dan malang. Aku pastinya
sangat excited, namun kebahagiaanku pudar dalam sekejap. Dari perjalanan sekolah menuju
pelabuhan aku sudah merasa jika sikap dia berbeda, namun aku tak terlalu menghiraukannya.
Saat kita berhenti untuk sembahyang, ketika aku berpapasan dengannya dia sama sekali tak
menyapaku, sedikit kaget tapi aku tak mengambil pusing hal itu, kita berbeda bus, aku di bus 3
sedangkan dia dibus 4. Pada saat berhenti di rumah makan aku duduk bersama teman temanku
dan dia bersama teman temannya. Satu persatu dari siswa sekolahku mulai beranjak dari tempat
duduk nya dan kembali ke dalam bus, tapi dia sama sekali tak melihatku ataupun menyapa
diriku, begitu aneh. Dan pada akhirnya di lanjutkan dengan perjalanan menuju pelabuhan
gilimanuk. Di kapal itu aku duduk sendirian dengan di suguhi pemandangan laut dan bukit,
jangan tanyakan mengapa aku sendirian, karena kedua temanku sedang menikmati pemandangan
indah itu bersama pacarnya, menyebalkan sekali. Dan jangan tanyakan dia dimana, sudah jelas
dia bersama temannya. Aku tak bisa bohong, aku ingin dia duduk disampingku saat itu, entah
mengapa saat itu moodku tiba tiba rusak, rasanya ingin menangis. Namun aku mendapatkan
notifikasi dari aplikasi warna hijau itu, manis sekali pesannya, jangan harap itu dia, itu kakakku,
entah mengapa kakakku bisa tahu jika adiknya ini sedang badmood, dan dia mengingatkan ku
agar selalu happy disana, karna pengalaman itu tak terulang 2 kali. Waktu pun sudah terasa lama,
tapi harapanku tak kunjung di kabulkan oleh tuhan, aku ingin dia duduk di sampingku, aku
melihatnya tertawa dengan temannya, jaraknya tak jauh dari tempat aku duduk, aku sengaja tak
melihatnya. Dan notifikasi yang sengaja aku bedakan dari yang lain dan yang aku harapkan
akhirnya muncul, dia mencari keberadaanku, dan bola matanya menangkap keberadaanku dan
dia menghampiriku dengan raut wajah yang tak merasa bersalah, huft!. Pada saat itu aku ingin
cerita hal yang menurutku penting, baru ingin berbicara tapi sayang jam berlalu begitu cepat dan
pada akhirnya pembicaraan terpotong. Dia dengan cepat meninggalkan diriku dan kembali pada
temannya. Namun disisi lain aku bahagia karena saat itu aku sudah menginjakkan kaki di tanah
jawa. Setelah itu kita pergi ke salah satu pura disana, disanapun kita tak ada sama sekali tegur
sapa. sorepun mulai hadir menyelimuti kota banyuwangi, sebelum melanjutkan perjalanan, kita
beristirahat di rumah makan untuk makan dan membersihkan diri. Lagi dan lagi kita tak ada
sama sekali berbicara atau sekedar menyapa, namun aku masih bisa memaklumi, awalnya aku
mengajak untuk foto sebentar di rumah makan itu dan dia mengiyakan ajakanku namun ternyata
dia masih sibuk bersama temannya dan sembari menunggu dirinya aku berfotoan seorang diri,
tapi saat itu aku marah pada waktu, mengapa begitu cepat berjalan? Waktu dirumah makan pun
sudah selesai dan kita di perintahkan untuk kembali masuk ke bus masing masing. Baru saja aku
mulai duduk di bus, tiba tiba notifikasi hp ku berbunyi yang menandakan dia mengirimku sebuah
pesan, di pesan itu dia seolah menyalahkan diriku, mengapa tidak jadi untuk foto bersamanya,
dan aku malah sibuk berfoto sendiri. Jelas jelas saat itu dia bersama temannya, dan mana
mungkin aku berani untuk mengganggunya. Maaf, kataku yang sebenarnya aku tidak merasa
diriku salah.

Malam itu, perjalanan ke jogja kita hanya berbincang singkat di chat, sangat singkat setelah itu
kita kembali sibuk dengan urusan masing masing, entah dia beristirahat atau apapun. Dan aku
hanya bisa menikmati gelapnya malam dan dinginnya bus saat itu dengan di temani video call
oleh keluargaku. Malam itu aku bernyanyi nyanyi ria bersama teman temanku hingga waktu
istirahat pun tiba, aku dan yang lain tertidur dengan pulas dan terbangun tepat pada jam 00.00 di
rest area. Kita keluar dan semua meregangkan badan mereka masing masing dan kita
menunaikan hajatan kita dan di lanjutkan makan cemilan di malam hari, bus ku adalah bus paling
pertama sampai di rest area karena ya walaupun bapak sopirnya sudah tua jangan ragukan
kemampuan balapnya, bahkan bapak itu berhasil membuat seisi bus ketar ketir. Jam terus
bergerak dan satu persatu bus sudah mulai berdatangan, dan ada satu bus yang sudah lama ku
tunggu tunggu, ya! Itu bus 4, aku sengaja tidak berbelanja bersama temanku demi menunggu dia
dan berharap ketika dia datang aku bisa berbicara berdua dengannya. Tapi harapan itu pudar, di
saat bus 4 sudah sampai, aku tak melihat batang hidungnya keluar dari bus itu, aku
menunggunya keluar tapi tak kunjung ku temukan dia, aku berfikir apakah dia tertidur di dalam
bus? Tapi dugaanku salah besar. Aku bertanya pada temanku yang satu bus dengannya dan
temanku mengatakan dia sedang nongkrong di depan minimarket bersama teman temannya. Aku
sudah tak tau harus berkata apa, jika di Tanya sedih atau tidak, jelas jawabanku sedih.
Disaat itu aku ingin sekali marah padanya tapi tidak bisa. Perjalananpun di lanjutkan hingga
waktu terasa berjalan begitu cepat dan tepat pada pukul 5.00 WIB aku sudah menginjakkan kaki
di kota yang di juluki sebagai kota pelajar, YAH! Jogja, tempat dimana aku ingin masuk
Universitas Gadjah Mada. Kita semua sibuk dengan urusan masing masing, Setelah sarapan kami
semua di beri waktu untuk berfotoan dan lain lain. Saat aku sedang berfotoan dengan teman
temanku tiba tiba notifikasi hp ku berbunyi dan kalian sudah pasti tau pesan itu dari siapa. Dia
mengajak aku berfoto dan aku mengiyakan ajakan itu. Singkat cerita acara foto fotoan pun sudah
selesai dan di lanjutkan perjalan ke tempat oleh oleh khas jogja. Dan wisata yang selanjutnya
kami datangi adalah Keraton Yogyakarta, disana kembali lagi aku dan dia sedikit menghabiskan
waktu di tempat itu, dia mengajakku untuk jalan bersama mengelilingi Keraton itu namun
herannya aku selalu di tinggal dan berakhir dia bersama temannya dan aku bersama temanku,
mungkin dia tak sadar karna meninggalkan diriku tapi tak masalah bagiku.

Setelah dari Keraton, kita menuju wisata Taman Pintar Yogyakarta, dan disinilah awal
kesabaranku telah habis dan emosiku pun memuncak pada dirinya. Berawal dari baru saja kita
memasuki taman pintar aku melihat sebuah batu yang berisi 2 telapak tangan, muncul ide di
pikiranku bagamaimana kalau tanganku dan tangannya di tempelkan pada batu itu dan
mengambil foto tangan ku dan dia, namun saat dia bersama temannya dan aku memanggil nya
sembari berkata “al sini sebentar” kataku dengan halus sambil menunjukan senyum yang
merekah, tapi senyumku seketika berubah menjadi keheranan dan sangat terasa sakit ketika aku
melihat raut wajahnya yang terlihat malas saat ku panggil, saat sudah selesai mengambil gambar
itu tanpa basa basi lagi aku meninggalkannya dan masuk menuju isi dalam taman pintar itu. Saat
aku masuk, aku merasa ada yang kurang di sampingku, ya! Dimana kedua temanku? Saat itu aku
setengah panik, namun tak berselang lama aku melihat mereka yang ternyata oh ternyata sedang
jalan menelusuri taman pintar yang sangat amat luas itu bersama pacarnya, sangat menyebalkan,
apakah mereka tak melihat bahwa temannya sedang sendiri? Tapi aku tak mengambil pusing hal
itu. Saat aku berjalan sendiri dengan disuguhi berbagai ilmu pengetahuan yang tak henti ku baca
yang tergantung di dinding bercorakkan warna biru itu. Tiba tiba….. postur tubuh yang tak asing
bagiku lewat begitu saja dengan merangkul temannya sambil tertawa bahagia, aku yang melihat
dia berjalan tanpa melirik diriku sedikit pun dan tak ada dia bertanya mengapa aku sendirian dan
dia dengan enteng meninggalkan diriku. Tanpa aba aba lagi air bening yang sudah berlinang di
mataku meluruh sebelum aku mengizinkannya, seperti banyak anak panah yang terpleset dan
mengenai hatiku, memang terlihat alay, namun itu benar benar terasa sakit. Marah, kecewa, sakit
itu yang aku rasakan, saat aku melihat satu temanku bersama pacarnya aku meminta tolong
padanya agar menemaniku ke toilet, dan di dalam toilet itu aku menangis sejadi jadinya.
Temanku saat itu ngeh bahwa aku sedang tidak baik baik saja, aku hanya ingin temanku yang
sudah lama tak terlihat batang hidungnya, aku berfikir bahwa aku sudah tertinggal dengan teman
temanku, sepanjang mencari teman temanku aku menangis sejadi jadinya namun tak ada yang
tahu sampai pada akhirnya aku bertemu guruku yang bisa di bilang sudah ku anggap seperti
teman, namanya pak wira, dia bertanya dengan raut wajah yang khawatir mengapa mataku
terlihat merah dan dengan cepat dia peka bahwa diriku sedang menangis akibat laki laki yang
sudah hilang dan entah pergi kemana. Pak wira dengan hati hati bertanya padaku dan berusaha
menenangkan diriku, saat aku berjalan padanya banyak sekali teman temanku yang sedang
bersenang senang bersama pasangannya, tertawa sangat bahagia, air mataku turun kembali, aku
membenci situasi ini. Saat aku membuka hp ku dan melihat room chat tersebut, tak ada sama
sekali pesan dari dirinya yang menanyakan keberadaanku bahkan hal yang paling menyakitkan
adalah dia membuat sebuah story dia berfoto dengan teman temannya, bersenang senang
bersama temannya, di dalam benakku adalah, apakah dia tak ada niat sama sekali menghubungi
ku? Pak wira sedang berusaha mencari keberadaan temanku putri, tepat pada saat itu putri datang
bersama pacarnya dan putri langsung melandaku dengan banyak pertanyaan, aku menjelaskan
dari awal dan tanpa basa basi lagi putri, pacarnya, aku dan temanku ana segera membawa ku
keluar dari taman pintar itu, ternyata sebagian siswa sudah berhasil keluar dari taman pintar itu.

Saat aku sudah berada di dalam bus ternyata belum banyak anak anak di sana, hanya sedikit
bahkan hanya 5-6 orang, lagi dan lagi aku menangis, menangis karena tak bisa menikmati
moment yang berharga itu, aku marah sekali. Tak berselang lama notifikasi hp ku berbunyi,
tanpa melihat siapa yang mengirim pesan aku sudah tau dia siapa, aku yang masih dalam
keadaan menangis sesunggukan terpaksa membuka chat tersebut, saat membukanya air mataku
kembali meluruh tanpa aba aba, di dalam chat tersebut berisi kalimat “raa, dimana? Main yuk”
aku bertanya Tanya mengapa? Mengapa baru sekarang dia menanyakan diriku?. Tanpa
membalas pesan dari dirinya aku menangis sejadi sejadinya dalam diam karena aku tak mau
semua orang tau kalau aku sedang menangis, tapi jelas mataku tak bisa berbohong, disana
menyiratkan bahwa memang semenyakitkan itu. Satu persatu siswa mulai masuk ke dalam bus
dan hitungan menit semua siswa pun sudah sepenuhnya berada dalam bus itu, benar kata ku pasti
mereka semua akan tahu jika aku sedang menangis dengan hanya melihat mataku. Aku lelah
menangis, aku pergi ke dalam toilet bus itu dan aku melirik ke kaca yang memang benar mataku
seperti di sengat lebah, hidungku pun terlihat seperti buah tomat, saat aku keluar toilet, banyak
orang memasang mata padaku. Kembali terdengar notifikasi dari aplikasi tersebut, namun aku
enggan membukanya, tapi aku tak bisa bohong, aku ingin melihat apa isi dari chat tersebut dan
ternyata tanpa ku duga dia mengetahui bahwa diriku sedang menangis, tanpa ku ketahui teman
satu bus ku yang merupakan sahabat dari dia memberitahu bahwa aku sedang menangis.
Sebelum melanjutkan perjalanan menuju wisata selanjutnya, kita berhenti di salah satu rumah
makan disana, satu persatu siswa mulai menggambil makan yang yang telah disuguhi dan
menempatkan satu persatu kursi yang ada disana. Saat makanan ku sudah setengah habis, bus 4
yang tak lain adalah bus yang di tumpangi dia. Dia mencariku? Tidak! Dia sama sekali tidak
mencari ku saat itu, sekedar ingin menanyakan mengapa aku menangis pun tidak sama sekali.
Kecewa? Jelas sekali, dia menunjukkan bahwa dirinya memang tak peduli padaku, saat itu
memang dia bersama teman temannya, tapi tak adakah niat sama sekali untuk menghampiriku
walau sebentar saja dan menanyakan kondisiku?. Setelah makan tanpa menunggu apalagi aku
menyolonong begitu saja di depannya dengan menunjukkan ekspresi marah tanpa meliriknya
sedikit pun. Di dalam bus aku kembali menangis, tak tau harus bagaimana, sangat hancur,
mengapa dia seperti itu? Apa yang membuat dia seperti itu? Sebelumnya dia tak pernah seperti
itu. Bus pun segera melaju meninggalkan rumah makan itu, singkat cerita kita sudah tiba di
wisata yang penuh dengan sejarah, Candi Borobudur (candi Buddha terbesar di Indonesia).
Setelah melewati moment berfoto fotoan, di lanjutkan melihat lihat candi dan lain lain. Beda
halnya denganku, masker dan kaca mata hitam dengan setia melekat di wajahku dan menutupi
tangisanku yang semakin menjadi jadi. Dia? Dia sama sekali tak mengetahui apapun soal diriku,
dia hanya sibuk dengan teman temannya. Sepanjang perjalanan menuju kembali ke bus, air mata
ini tak henti hentinya turun, tanganku lelah menyeka air mata itu. Posisiku saat itu sudah berada
di dalam bus, kepalaku terasa berdenyut kencang, dadaku terasa sesak saat itu, masih sangat
teringat jelas peristiwa yang begitu menyakitkan itu, sebelumnya aku tak pernah menangis
sedalam ini akibat dirinya, akibat orang yang belum genap setahun aku mengenalnya. Aku ingin
menghubungi kakakku namun ku urungkan dikarenakan dia mengirimku sebuah pesan yang
membuat diriku semakin muak dengannya. “kalau di panggil itu nyaut, bukan menghindar”
katanya dan tepat saat itu aku mengatakan segalanya, dari yang mengapa aku menangis dan siapa
orang yang membuatku menangis, aku tak kuasa lagi menahan tangis tapi memang tangisku tak
henti henti, apakah dia mengetahui semua itu? Tidak! Apakah dia berfikir jika sikapnya melukai
hatiku? Tidak! Dia mengatakan bahwa masih tersisa 3 hari lagi bersamaku, dan dia ingin
bersenang senang bersama temannya, aku sama sekali tidak melarang itu, tapi apakah dia sadar
bahwa sikapnya padaku sangat berbeda dan sangat menyakiti hatiku? Jika aku tidak berbicara
dan mengungkapkan segalanya, mungkin dia akan melakukan hal yang sama sampai study tour
itu berakhir.

Singkatnya, pada sore hari kami sudah sampai di salah satu hotel jogja dan sangat dekat dari
malioboro, tempat yang ingin di kunjungi sejuta umat hanya ingin melihat indahnya malioboro di
malam hari. Aku, putri, ana dan ledis sudah sampai di kamar yang akan kita tempati selama 1
hari, saat aku memandang kaca, terlihat pantulan wajahku dengan mata yang begitu
menyorotkan kesakitan dan kelelahan di dalam sana, mata yang sedari pagi hingga sore hari di
temani air mata yang tak henti hentinya mengalir dan mengenai pipiku, menyesali mengapa aku
tidak menikmati semuanya bersama temanku, mengapa aku fokus pada dia yang tak peduli
padaku. Hari mulai gelap, aku dan teman sekamarku sedang bersiap siap untuk menikmati
malamnya jogja dan berkeliling malioboro, di tengah temanku yang sedang bersiap siap, aku
dengan takut mengatakan pada mereka bahwa al mengajakku untuk jalan bersamanya ke
malioboro, teman temanku dengan cepat menolak hal itu, putri tanpa aba aba segera menoyor
kepalaku, ana dan ledis hanya bisa tercengang melihat kebodohan temannya ini, sedangkan aku
hanya bisa cengar cengir saat itu, gantian ledis yang berbicara padaku dan berkata “jangan
jangan ra, kamu udah di buat nangis sampai kaya gitu terus masih mau di ajak jalan?” putri dan
ana serentak mengiyakan perkataan ledis, aku juga merasa sangat bodoh saat itu, seketika aku
melupakan kejadian tadi hanya karena aku merasa luluh saat dia mengucapkan kata ‘maaf’
padaku dan begitu gampangnya aku menerima permintaan maaf itu. Singkatnya kami para siswa
siswi beserta guru guru pun ikut menikmati indahnya jogja pada malam itu, tanpa kusangka saat
itu tangan yang sangat asing bagiku menautkan jari jemarinya di jari jemariku dan tempat itu lah
menjadi saksi siapa laki laki pertama dan berani menggenggam tanganku. Dia, dia adalah laki
laki yang sangat mudah mengambil hatiku. Seketika aku melupakan kesedihanku dan malam itu
aku begitu bahagia, sangat bahagia akhirnya aku bisa berada di dekatnya, banyak hal yang kita
temui disana, banyak lampu lampu gantung, becak dimana mana dan delman, sangat
menggambarkan ekpetasiku tentang jogja, jogja yang begitu ramai, begitu sangat indah, mataku
sangat di manjakan oleh indahnya malam itu, tak henti hentinya aku di buat kagum dan dengan
adanya dia di sampingku menyempurnakan segalanya. Jam sudah menunjukkan pukul 20.30
yang sudah mengharuskan kita untuk kembali ke hotel dan beristirahat.

Hari berganti hari tak terasa sudah hari kepulangan kita. Jika aku disuruh menyebutkan seberapa
bahagiaku mungkin aku akan menjawab hanya 6/10, namun tak bisa ku pungkiri aku juga sangat
bahagia bisa menghabiskan waktu sepenuhnya dengannya, karena aku merasa tidak akan pernah
lagi bisa jalan jalan berdua dengan dia mengingat orang tuaku yang begitu mengekang dan tidak
pernah mengizinkan diriku keluar bermain kecuali memang ada hal yang sangat penting.
Sepulang study tour aku sangat merindukan moment bersama dia dan bersama teman temanku,
benar benar rindu, tak henti hentinya aku memandang foto di layar hp ku saat bersama teman
temanku. Bisakah moment itu di ulang kembali?. Hari terus berjalan, aku dan dia semakin dekat,
tak sungkan lagi bicara padanya bahkan menyapanya duluan. Tapi balik seperti hari kemarin lagi
yang tak luput dari masalah, konflik dan lain lain, namun kita tetap bersama.

Dan tepat saat hubunganku sudah berjalan selama 9 bulan dan pada akhirnya ada saat dimana
aku merasa benar benar lelah dan aku mengambil keputusan yang sama sekali tak pernah
terbayang dalam benak dan hatiku. Hari dimana hatiku benar benar hancur, begitu sakit, dan
bingung apakah aku bisa melepaskan dia? Apakah aku akan kuat menghadapi kerinduan yang
akan setia melandaku setiap malam?. Aku melepaskannya bukan karena aku memiliki laki laki
selain dirinya, namun begitu banyak hal yang membuatku bisa sangat berani melepaskan dirinya.
Dia yang memiliki sifat sangat posesif pada diriku, aku tau dia ingin yang terbaik untuk diriku,
namun berbeda dengan orang lain, posesifnya begitu menyakiti perasaanku. Dan aku yang
memang notebennya memiliki sifat yang sangat friendly, seminggu berturut turut aku dan dia
selalu bertengkar karena hal yang sama berulang kali, dia tak suka aku terlalu dekat dengan
lawan jenis, dia tak suka melihatku bercanda dengan lawan jenis. Dari saat dia sering
memfitnahku tentang hal yang tidak tidak, aku memutuskan untuk mengembalikan sikap friendly
ku karena aku merasa untuk apalagi menjaga perasaanya jika dia sudah berulang kali memfitnah
hal sama berulang kali padaku, apakah perempuan friendly begitu terlihat sangat murahan di
matanya? Serendah itukah dia memandangku sebagai perempuan friendly?.

Tepat pada saat itu juga aku memutuskan hubunganku dengannya namun dia menolak mentah
mentah, dia terus memohon padaku agar tidak meninggalkan dirinya, mengajakku untuk
memperbaiki semuanya, namun aku juga bersikeras menolak semua ajakannya, aku sudah begitu
sakit, aku juga tak tau apa yang dia rasakan, apakah dia juga merasa kesakitan? Apakah kita
menyakiti satu sama lain?, aku berusaha menyuruhnya agar tidak mohon mohon denganku.
Dan ya! Aku memutuskan tidak akan lagi kembali pada dirinya. Hatiku tak bisa berbohong, aku
belum sepenuhnya mengiklaskan dirinya, aku sangat merindukannya. Waktu terus berjalan,
setiap malam aku selalu mengingatnya, aku selalu memandangi album yang sudah ku buatkan
khusus untuk dirinya, memandang foto kita, mengingat begitu bahagianya saat aku bersama
dengan dia, mata yang meneduhkan, sikap yang begitu menunjukkan jika dia memang begitu
tulus padaku, namun dia juga yang menorehkan luka yang begitu dalam pada diriku. Setiap
malam aku benar benar merasa jika ada yang kurang. Merasa sangat terpuruk tanpa kehadiran
dirinya.

Namun diriku harus cepat bangkit, aku tak bisa terus berlarut dalam kesedihan, aku selalu
mencari cari kesibukan agar aku tak selalu mengingat kembali bayang bayang wajahnya. Wajah
yang begitu menenangkan terus menghampiri diriku dalam mimpi seolah olah menarikku untuk
kembali. Selama aku dalam kondisi seperti ini tak ada sama sekali orang baru yang menemaniku,
perlahan aku sembuh dengan caraku sendiri, aku belajar untuk menghapus dia dari memoriku
dengan menghapus semua social media yang berkaitan dengannya, menghapus foto dirinya dan
foto kita saat bersama secara permanen, aku harus belajar iklas atas semua yang sudah hilang
dariku, teman temanku yang dengan setia membantu dan meyakinkan diriku bahwa aku pasti
akan bisa melewati hal yang begitu menyakitkan ini, aku berusaha memperbaiki apa yang salah
dari diriku.

1 bulan pun berlalu, waktu demi waktu keadaanku sudah semakin membaik, tapi aku belum
yakin dan belum bisa membuka hatiku untuk orang baru. Dia seperti sudah memiliki ruang
khusus di hatiku yang membuat aku untuk menghapusnya saja mati matian, dan sangat menguras
tenaga, apakah aku akan membutuhkan waktu sampai berbulan bulan atau bahkan bertahun
tahun hanya untuk melupakan semua hal tentang dirinya? Semua rasaku seperti sudah habis
semua di dia, aku ingin membuka hatiku kembali, namun aku tak mau menjadikan orang baru
sebagai pelampiasanku.

Dan kini sifat friendlyku sudah kembali, aku kembali menjadi diriku sendiri, perlahan aku sudah
mulai sembuh, aku yang dulu telah kembali, ternyata tanpa dirinya tak seburuk yang aku
fikirkan, tanpa dirinya aku bahagia, tanpa dirinya aku mengetahui bagaimana caranya lebih
menghargai diriku sendiri. Dulu aku benar benar takut jika dia tidak ada disampingku, aku dulu
tak berani melepaskannya. Aku berharap aku tak akan pernah lagi bertemu dengan dia di versi
apapun, aku akan benar benar mengiklaskannya. Inilah akhir dari semua kisah cintaku, kisah
cinta terindah yang pernah aku temui dan setidaknya aku pernah menatapnya dengan penuh
cinta, dan kini hidupku bahagia tanpa adanya cinta. Dari kisahku ini, jangan pernah takut
melepaskan seseorang sekalipun kita sangat mencintainya, jika dia sudah berani menghina kita,
lepaskanlah karena dengan itu lah bentuk kita mencintai diri kita sendiri dengan tidak
membiarkan siapapun menghina harga diri kita. Dan kini dia telah abadi dalam cerita yang ku
tulis.

Anda mungkin juga menyukai