Anda di halaman 1dari 49

Ketika Kami Bersama-Sama Lagi

“I miss you, Annie dan saya ingin menjadi bagian hidup Anda. Saya tidak pernah bisa
mengatakan betapa saya sangat menyayangi dan “sorry” untuk menyakiti Anda. Saya hanya
tidak menduga, ini akan terjadi dan mengapa? Dan bagaimana bermaksud untuk minta maaf, dan
memulai dari awal lagi?”

Ada begitu banyak hal yang terjadi dalam hidup saya, bahwa saya harus menyadari ketika
aku akan kencan pertama saya. Saya mengatakan kepada saya tentang bagaimana pasangan
kencan saya dan ketika saya pergi ke tempat kencan pertama. Aku akan kencan pertama dengan
teman kantor saya.

Saya bertemu pacar pertama saya di kantor, namanya adalah Smith. Dia manager baru
disini, senang mengobrol dan jago pidato. Sekarang saya bisa mengatakan tentang bagaimana
seperti Smith? Itu adalah hari pertama di kantor saya.

Dia bicara dengan saya. Mataku melihat waktu yang panjang menjelang sore, terasa
membosankan, tetapi dengan adanya Smith, aku merasa seperti sekarang saya bertemu pasangan
impian saya. Sekarang ia berbicara sehari-hari dengan saya dan sangat membantu.
Satu hari, setengah hari berlalu. Dia berjalan melalui pintu. Aku tidak bisa mengalihkan mata
saya tentang dia. Dia tampak begitu seperti pria innocent dan semacamnya. Kami berbicara
sebentar, aku menyukainya begitu banyak, saya tidak bisa percaya bahwa saya ingin seorang pria
dari pertama kali saya bertemu dengan mereka, ada banyak tetapi kok ini !
Selama hampir dua tahun kami dalam satu kantor, saya mulai mengenal dia, dia adalah
seorang gentlemen. Setiap pagi tiba, saya tidak sabar untuk bertemu dengannya. Aku sangat
mencintainya tapi aku tidak pernah mengatakan kepadanya dan dia begitu baik padaku.
Aku menyimpannya sebagai rahasia, begitu lama. Hatiku kugunakan untuk mengalahkan begitu
banyak keraguan, dalam banyak waktu, saya berpikir telah menemukan apa yang saya cari, dia
memiliki segala sesuatu yang saya inginkan dalam seorang pria. Aku merindukannya ketika dia
tidak ada disini.
Suatu hari.
Telepon berdering dimeja kerjaku. Biasa, kupikir ada salah satu klien kami membutuhkan
bantuan. Dan dia juga meminta bantuan saya untuk mengirimkan foto seorang melalui emailnya,
karena ia ingin tahu bagaimana itu tampak.
Aku mengambil emailnya dan saya mengatakan kepadanya bahwa saya akan melakukan sebaik
mungkin untuknya. Saya memotong sedikit perdebatan ini, karena akan menjadi panjang jika
saya terus menempatkan detail seperti ini seperti yang sama persis di kepalanya.
Hari setelah kami berbicara, saya menerima balasan, sebuah foto untuk dirinya, dan kartu,
juga sepotong cerita dimana mereka menunjukkan apa yang mereka lakukan ditempat kerja, dan
bagaimana mereka bekerja, sementara kartu itu yang dimaksudkan untuk memberikan harapan
dan energi (tentu buat mereka masing-masing).
Awalnya saya senang melihatnya, sebagai sekretaris akan mengabarkan ia telah
mendapatkan pesan balasan, tetapi tidak membayangkan bagaimana aku, aku menyukainya, tapi
tidak lebih, tidak ada yang lebih gila bagaimana saya sering membaca email-email pribadi dia.
Jadi untuk seluruh musim panas, aku hanya memonitor seluruh kegiatan mereka dan menjadi
jembatan karena profesi aku disini …………….. ya mereka saling mengirim kartu, dia
mengirimkan foto-foto, aku tambahkan dengan mengirim gambar-gambar cantik, begitulah,
saya tinggal di negara ini dan tidak terorganisir untuk kehidupan pribadi aku …. itu bukan
seperti sepucuk surat cinta , itu adalah hubungan teman, saling menghormati …
Dia punya apa-apa, berbagi dengan aku, sensasi seksual terjadi dengan dia dan itu lebih
dari itu .. Jadi, kami mencoba untuk bertemu, dan semakin kita bertemu, semakin kami ingin lagi
… dan kami mengirim sesuatu satu sama lain hampir setiap hari dan biasanya lebih dari satu
pada waktu tertentu.
Suatu hari, saya merasa khawatir berlebihan, dari pagi saya menuju ke kantor, sepanjang
jalan terasa kelam, dan hari itu saya bertemu dengannya, dan dia berbicara kepada saya,
sebenarnya, saya mendengarkan dia mengatakan kata-kata, kupikir sedikit menggurui, dan ia
mulai menilai bagaimana saya melihat hidup, dan dia mengingatkan saya akan kekuatan diri
sendiri dan energi.
Hari itu ia membantu saya untuk percaya dan berharap, percaya dalam kehidupan dan
kepercayaan dalam diri saya, dan hari itu, saya ingat, saya pikir, aku bisa jatuh cinta dengan
orang ini, sekali lagi diotakku hanya cinta ….. cinta ….. cinta, aku pun beranjak keluar dari
ruangannya.
“Dear Annie,
Saya belum pernah melakukan ini sebelumnya, saya tidak benar-benar tahu bagaimana
melakukannya atau apa yang harus dikatakan. Jadi tolong jangan tidak keberatan jika saya
terdengar lucu”
Sejak hari saya bertemu Anda, saya tidak bisa berhenti memikirkan Anda bahkan untuk
satu menit, ketika Anda berada di sekitar saya tersenyum dan merasa bahwa saya memiliki
seluruh dunia, jika tidak ada Anda di sekitar saya, saya akan bertanya-tanya di mana Anda, I
miss you dan berharap bahwa Anda bisa datang lebih cepat.
Anda telah mengubah hidup saya, jika Anda memiliki seseorang di dalam hidup Anda,
maka dia sangatlah beruntung. Saya berharap bahwa aku bisa dengan Anda, saya hanya ingin
mendapatkan perasaan nyaman dengan Anda hari demi hari. Tak perduli apa lagi yang harus
dilakukan.
Aku lalui hidupku kali ini dengan sepenggal kata-kata puitis, sederetan puisi cinta dan
aneka cerpen menghiasi seluruh otakku. Terasa janggal dan seperti hidup dalam dunia dongeng.
Mengapa hidup begitu indah ketika disekitar Anda? Anda membuat saya begitu bahagia, Anda
membuat saya tersenyum dan Anda membuat hari saya hari yang lebih baik ………….
Aku sangat jatuh cinta.
Saya mengetahui bahwa tidak akan pernah memiliki dia, disamping wanita-wanita lain selalu
berada di hatinya, saya akan mencintainya selama-lamanya, seatap dengan gedung kantor ini.
Aku seperti orang gila sekarang, saya pikir setiap orang yang saya lihat, saya membayangkan
bahwa itu adalah dia.
Ditambah kehidupan pribadiku, aku telah putus cinta dua kali.
Sementara dia melaju sangat cepat melewati saya dan dia hanya berpura-pura bahwa dia tidak
tahu saya. Seperti biasa, dia mengirimkan saya beberapa email dan memberitahu saya untuk
mengerjakan ini dan itu dengan cepat, dan saya selalu tampak bahagia.
Dia hakimi kehidupan saya lagi dengan sederetan nasehat-nasehat yang kadang membuat
saya menguap lebar dibelakang punggung dia. Dia tidak tahu apa yang terjadi dengan hati saya.
Saya telah mengatakan kepadanya (meski dalam hati) bahwa aku membencinya beberapa kali
tapi ia malah merencanakan ide gila, mengajak kami seluruh karyawan kantor untuk rekreasi ke
sungai, kami pun pergi bersama-sama dan kupikir disinilah tempat menangis yang indah,
kulakukan ditempat yang agak sunyi, aku disana selama sejam. Sementara dia akan
tetap menilai saya dengan bagaimana cara saya melihat dan menjalani hidup.
Jika saya tidak masih mencintai dia, aku akan pindah pada hari berikutnya.
Dia suka menyakitiku, dia mengirimkan saya sebuah pesan offline sekali setiap empat
sampai 6 bulan hanya dua baris mengatakan “Hi, how are you” ketika saya melihat secara offline,
saya menangis dan menangis dan membalas begitu banyak untuk dia tidak pernah menjawab
kembali dan kemudian setelah 3 bulan lagi pesan lain saya dapatkan dari dia, “Hi, how are you”
dan tidak membalas saya.
Setelah sekian lama saya masih menangis memikirkannya, saya adalah orang yang kuat
sebelum aku bertemu dengannya, cinta telah membuat saya begitu lemah.
Aku tahu itu adalah salah untuk mencintainya, ia menikah akhirnya dengan salah satu gadis yang
ada dalam daftar nama-nama temannya diemail dimana aku sering menjadi suruhan dia untuk
keperluan kantor dan sesekali untuk keperluan pribadinya, tapi memang saya merasa sangat sakit
dan kehilangan tanpa dia.
Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Aku hanya mencintainya lebih dan lebih setiap hari dan selalu merindukannya, seperti dia belum
menikah dan diawal dia menjadi managerku dan memperkenalkan namanya, “I’m Smith.”
Kami merayakan 5 tahun kebersamaan kami. Tapi saya akhirnya memutuskan kembali
bekerjasama dengannya. Mengapa? Karena hal-hal konyol, semakin dingin antara kami berdua!
Kita sering berjuang untuk beberapa hal dengan sisa akal sehat dan sedikit diwarnai dengan
kehidupan pribadi.
Tapi jujur, itu tidak benar-benar alasan mengapa saya putus nyambung dengan pacar, dan
mengapa saya harus melupakan pengorbanan yang kita miliki dan dihadapi bersama, seperti
halnya kedua orang tua saya, ibu dan ayah, tidak akan menyukainya.
Mereka membencinya seolah-olah dia orang jahat. Saya tidak pernah mengatakan kepada
mereka bahwa karena saya nggak mau menyakiti perasaannya, saya hanya ingin dia berpikir
bahwa saya menyerah pada dirinya, dalam hati saya, dia selalu menjadi orang yang saya
bermimpi untuk bersama selama sisa hidup saya.
Disamping handsome juga sosok pemimpin yang pintar menjalankan perusahaan. Tapi
untuk saat ini, saya ingin menyelesaikan beberapa kehidupan pribadi saya, dan memberikan
orang tua saya kesempatan untuk menjadi bangga padaku.
Dan ketika saya akhirnya selesai tanggung jawab saya sebagai seseorang, sebagai seorang putri
dan sebagai seorang saudara yang penurut, saya akan kembali padanya dan membuat hal-hal
semua mungkin, untuk kemajuan perusahaan kami.
Bersama-sama kita akan membangun kehidupan impian kita sendiri! Jika kita
dimaksudkan untuk menjadi sepasang rekan kerja yang sempurna!
Saya selalu mengatakan kepadanya diakhir diskusi kami bahwa “Jika kita dimaksudkan untuk
menjadi satu dalam hidup ini, satu hari dalam kehendak Allah, ia akan mengizinkan kita untuk
bersama-sama, selamanya.”
CINTAKU BERTEPUK SEBELAH TANGAN
Cerpen Karya Yunia Ningsih

Cinta membuatku rapuh, lemah, dan terjebak di dalam kebingunganku sendiri. Kawan inilah kisahku
bersamanya.

Saat itu aku duduk di bangku SMP dan aku kelas VIII. Oh.. yah nama aku chaca dan umurku 14
tahun.

Pada saat itu aku membencinya karena sikapnya yang super jutek dan menyebalkan membuatku
kesal. Dan lebih menyebalkannya lagi dia selalu satu kelas denganku.
Akan tetapi setelah aku dekat dengannya ternyata dia orangnya perhatian dan lembut kepada
perempuan. Nama cowo ini adalah Vian. Setelah ku tahu sifat aslinya aku berharap dan ingin
menjadi kekasih hatinya.

Setiap kali aku melihatnya pasti hatiku berbunga-bunga, aku bertanya-tanya “Apakah ini yang
dinamakan cinta?”.

Setelah ku mengetahui dia sudah memiliki pacar hatiku terasa sakit seperti disayat-sayat dan ku tak
mampuh menahan air mataku. Setiap hari aku menangis bersedih hati karena dia. Entah mengapa
setiap aku ingin melupakannya hatiku terasa sakit sekali sehingga aku hanya bisa menangis.
Meski begitu aku masih mengharapkannya kata-kata itu keluar dari lubuk hatiku yang teramamat
dalam. Ketika itu aku melihatnya bergandengan tangan dengan pacarnya hatiku terasa sakit sekali
akupun lari sambil menangis. Salsa sahabatku mengejarku dan bertanya “Kamu kenapa cha kok
nangis?” Chaca sudah tidak mampu menyimpan persaanya dan dia pun bercerita tentang semua
perasaannya ke Vian kepada Salsa sahabatnya.

Di pagi hari aku berangkat ke sekolah dan tiba-tiba Vian memanggilku dan mengajakku untuk
bareng. Entah mengapa aku merasa nyaman sekali berada didekatnya. Setelah masuk ke kelas
semuanya terlihat sedih. Kami bingung dan Vian bertanya kepada Salsa “Sa, ini ada apa?” Salsa
menjawab pertanyaan itu sambil menangis “Pacar kamu.... pacar kamu mengalami kecelakaan tadi
malam dan sekarang meninggal. ” Vian Kaget sekali mendengar berita itu dan tak kuasa menahan
air matanya.

Pada saat itu persaanku campur aduk ada senang dan sedihnya, senang karena Vian pasti akan
membuka hatinya dan sedih karena kehilangan salah satu orang teman. Keesokan harinya Vian
yang biasanya ceria tapi juteknya minta ampun hari ini terlihat murung dan bersedih hati karena
ditinggal pergi tuk selamanya oleh kekasih yang dicintainya. Aku menghapirinya dan berniat ingin
menghiburnya “Hey... udah jangan berlarut dalam kesedihan biarkan dia bahagia di Surga. Kalau
kamu sedih diapun tidak akan tenang di alam sana.” Vian pun mulai tersenyum lagi dan menatap
mataku dalam-dalam hal itu membuatku salting.
Vian mulai ceria lagi dan aku mulai mendekati Vian dan bertanya “Apakah kamu... akan membuka
hatimu untuk orang lain?” vian menjawab “Memang aku akan membuka hatiku untuk orang lain tapi
bukan sekarang-sekarangan lihat saja nanti.”. “ Vian sebenrnya kamu anggap aku itu sebagai
apanya kamu?” tanyaku “Aku menganggap kamu sebagai sahabat terbaiku dan nggak lebih.” Saut
Vian ”Aku ithu sebenarnya suka sama kamu dari dulu tapi kenapa kau tak hiraukan aku??” tanyaku
sambil berlinang air mata “Kamu dengerin aku itu anggap kamu sebagai sahabat terbaik dan nggak
lebih dari itu aku tidak mencintaimu lebih baik kita bersahabat saja. ” jawab Vian. Aku langsung pergi
dan lari sambil berlinangan air mata karena hatiku terasa seperti disayat-sayat.

Ketika aku berlari aku menabrak Salsa. Salsa bertanya ”Kamu kenapa? ” jawabku sambil menangis
“ Tadi aku nyatain perasaan aku ke Vian dan dia menolaku dia menganggapku hanya sebagai
sahabat terbaiknya saja dan nggak lebih dan dia tidak mencintaiku aku merasa sakit sakit sekali. ”

Hari ini Salsa ulang tahun dan mengadakan pesta aku dan Vian diundang di acara ultahnya. Acara
potong kuepun dimulai Salsa memberikan potongan kue pertama bukan kepdaku akan tetapi
kepada Vian. Hal itu membuatku cemburu dan bertanya-tanya kenapa Salsa memberikan potongan
kue pertamanya kepada Vian?

Vian memegang erat tangan Salsa dan menatap mata Salsa dalam-dalam dan menembaknya
dengan setangkai bunga. Dan akhirnya merekapun jadian sebenarnya hatiku pedih pedih sekali
akan tetapi aku juga seneng bisa melihat orang yang aku cinta dan sahabat terbaiku bahagia. Aku
berpura-pura bahagia memberikan ucapan selamat kepada mereka berdua padahal didalam hatiku
yang paling dalam terasa sakit dan pedih.

Kini aku sadar bahwa cintaku itu bertepuk sebelah tangan. Meski mereka membuat aku sakit hati
tapi aku balas dengan senyuman. Inilah akhir dari kisah cintaku kepada Vian.
# Contoh Cerpen Singkat dan Strukturnya
Lintang
karya Ario Sasongko

Aku lahir beriring dengan pijaran bintang berekor di langit sana. Paling tidak demikianlah
Ayahku selalu berujar. Waktu itu sedang kemarau di bulan September, dua tahun sebelumnya
gunung Agung meletus. Hidup memang sedang susah, bukan karena kemarau atau gunung
Agung yang meletus itu penyebabnya, namun memang keadaan negara sedang susah. Paling
tidak rakyat-rakyat seperti keluarga miskin macam kamilah yang mengerti susahnya, ketika
harus mengantri setiap hari untuk sedikit beras sehari, sekedar tempe dan sayur kangkung, atau
air bersih yang hanya dijatah mengucur beberapa jam sehari saja dan upah kerja Ayahku yang
tak kunjung cukup bahkan untuk keperluan alakadarnya.
Di tengah kesusahan itulah, aku lahir, yang konon menurut Ayahku, bintang berekor ikut berpijar
di langit lewat tengah malam dan pijarnya sungguh cemerlang dengan ekor panjang yang
menggemilang sepanjang langit malam. Percayanya ia, bahwa lahirku adalah pertanda
berpijarnya masa depanku kelak, yang lantas menginspirasikan untuk memberiku nama Lintang.
****
Sekitar beberapa hari berselang dari itu, keadaan negara ini berubah mencekam. Orang-orang
hilang, besoknya ditemukan mengapung bergerumul di kali belakang. Kadang saat malam itu,
truk-truk besar berkeliling, mengangkuti orang-orang yang dengan kasar dibangunkan dari tidur,
menggedor-gedor pintu di sana sini. Orang-orang jadi pendiam, tak berani mereka
membicarakan urusan-urusan seperti itu di tengah jalan. Banyak sekali orang-orang yang
bertengkar, dan esok malamnya salah satu dari mereka sudah mengambang di sungai, atau hilang
entah kemana. Negara semakin carut marut dan rakyat-rakyat miskin seperti keluarga kami
makin sengsara saja, diabaikan oleh dewa-dewa yang sibuk berperang di atas sana.
Aku yang kala itu masih orok, tak mengalami langsung peristiwa dan suasana-suasana di atas,
aku hanya diceritakan ketika sudah mulai dewasa. Kisah ini, sama kiranya seperti perang dalam
lakon Bharatayudha, perang saudara. Sama seperti perang Pandawa dan Kurawa di atas tanah
Kurusetra. Kadang kupikirkan, apakah ketika perang Bharatayudha, para anak raja itu berperang
demi nasib rakyat mereka? Ataukah memang hanya murni karena kekuasaan saja? Atau
mungkinkah dalam perang itu ada panah-panah menyasar yang kemudian membawa bencana
luar biasa di atas Bumi ini? Mendengarkan kisah tentang betapa mencekamnya negara kala itu,
rasanya seperti menonton lakon pewayangan tentang kisah dewa di atas sana, dan demikianlah
rakyat jelata sepertiku hanya patut menonton saja ikut bertegang menyaksikan kisruh dewata.
Sementara waktu, para dewata itu memang sibuk berkisruh tanpa memikirkan nasib rakyatnya.
Keadaan ekonomi keluarga kami tak jualah membaik, sehingga Ayah kembali berpulang ke
dusun, saat itu umurku sudah sekitar lima tahun dan aku dititipkan pada kerabat di Jakarta.
Dusun sudah begitu sepi, rupanya di pelosok memencil seperti inipun, tak luput dari
pengangkutan orang-orang di tengah malam seperti yang tadi sudah kuceritakan. Kakekku
termasuk diantara yang diangkut itu, dan nasibnya entah menjadi seperti apa sekarang. Tak
sempat ada kabar yang sampai ke Jakarta, mungkin karena keluarga kami di dusun sudah habis
semua. Demikianlah, Ayahku dipaksa melongo-longo melihat keluarga kami yang seperti rumput
yang dicabut sampai akar, tak menyisakan serumpunpun di atas tanah dusun ini. Mungkin jika
saat itu kami ada di sana, sudah ikut dicabutnya kami dari tanah, dan aku akan disisakan sebagai
bayi sebatang kara.
Orang-orang awam, jika pantas rakyat jelata disebut demikian, mulai menghubungkan
kekisruhan negara ini dengan pemandangan bintang berekor setahun yang lalu. Mereka
menafsirkannya sebagai pertanda bencana. Ayahku, masih percaya bahwa bintang berekor itu
adalah pertanda kegemilangan masa depanku. Sementara, aku menganggapnya sebagai panah
dewata yang menyasar dalam perang Bharatayudha.
****
Seperti apa rasanya pulang ke kampung halaman? Aku tak benar-benar tahu kemewahan
perasaaan semacam itu. Aku tak punya kampung yang bisa kuanggap rumah, karena, kau tahulah
sejak lahir aku sudah tinggal di Jakarta. Kemudian, kini tibalah aku di sini, sebuah dusun tempat
Ayahku dilahirkan. Mendiang Ayahku, lebih tepatnya. Retakan tanah menganga menyambut
kedatanganku serta kerontang pohon-pohon itu, tertancap di tanah, tegak namun seperti mati.
Kabar matinya Ayahku pula, yang membuatku datang.
Orang-orang dusun ini kupandangi asing, tak ada perasaan apapun, karena memang aku tak
mengenal mereka. Ingin rasanya aku pulang ke sebuah tempat, dimana akan kupandangi orang-
orang di tempat itu dengan kerinduan. Tidak seperti ini, ketika di tengah terik aku menyusuri
jalan-jalan bertanah, tanpa ada satupun sapa apalagi peluk cium kerinduan.
Memang karena terlalu miskin, dititipkannya aku dahulu itu ketika kedua orang tuaku pulang ke
dusun ini. Di Jakarta, tumbuh aku dengan Bibiku, yang semakin lama kuanggap Ibuku sendiri.
Karena kebaikan majikan Bibiku, dibiayainya aku sekolah bahkan sampai kuliah karena menurut
mereka aku memiliki potensi untuk jadi orang pintar.
Aku menganggapnya sebagai pelarian, karena pasangan majikan Bibiku itu tak punya anak, dan
tentu mereka ingin merasakan nikmatnya membiayai hidup seorang anak sampai tumbuh
menjadi gadis pintar dan mandiri. Ya, aku berterima kasih akan hal itu.
“Lintang!”
Ibuku berteriak gembira sekaligus sendu ketika dari depan rumah dilihatnya aku datang. Sudah
lamakah aku tak bertemunya? hingga tak sadar lagi bahwa rambutnya mulai memutih. Wajah
Ibuku menunjukkan rindu yang sangat mendalam, dan oh, langsunglah aku sujud di kakinya.
Menangis ia, membelai punggungku dan kemudian menuntunku untuk kembali berdiri serta
dipeluk aku agak terlalu erat. Ya ia merinduku dengan sangat. Entah pula sudah berapa lama
kami tak bertemu, selama itukah hingga aku tak pernah menyadari putih di rambutnya? Entah.
Sore harinya, bersama dengan matahari yang sudah terlalu renta untuk hari ini, kami pergi
melayat makam Ayah. Aku menangis mengiriminya doa. Hanya beberapa warga yang datang
pada hari kematian Ayahku. Dalam remang-remang bulan purnama, ketika kami duduk
menikmati angin malam, Ibu menceritakan ini.
Entah apa dosa Ayah dan Ibuku, hingga kemudian sudah kehilangan kakekkupun, mereka masih
harus dikucilkan oleh sentimen warga dusun. Tak seluruh warga sebenarnya yang bertindak
demikian, masih ada dua atau tiga warga yang berbaik pada mereka. Kakekku dan keluarganya
ditangkap hanya karena menjadi juru atur dalam pembagian bahan pangan cuma-cuma, yang
diatas namakan sebuah partai politik.
Beliau tidak tahu urusan ideologi politik itu, beliau hanya memikir tentang kesejahteraan warga
dusun, dan setuju saja dengan program pembagian bahan pangan tersebut. Kemudian ketika
malapetaka itu terjadi, dimana malam sebelumnya warga dusun terpana dengan pemandangan
kemilau bintang berekor di atas langit sana, berubahlah segala kebaikan itu. Atheis, demikianlah
anggapan dengki warga dusun, melihat kemudian sebagian besar warga kampung diangkut ke
dalam truk pada suatu malam. Ayahku, kemudian pula dianggap anak atheis, walau sejak
pertama datang, Ayah sudah rajin pergi ke masjid. Entah apa mereka ini memang membenci
Ayah dan Ibuku, atau ada ketakutan yang membuat mereka tak berani untuk berdekat-dekat.
Hidup mereka di dusun ini tak kalah susah seperti ketika masih di kota. Itulah mengapa mereka
jarang sekali berkabar padaku. Untunglah masih ada yang berbaik dan mempersilahkan Ayah
untuk bekerja sebagai buruh sawah milik pemuka agama di dusun ini. Namun, tentulah upah dari
memburuh semacam itu tidak terlalu cukup untuk menafkahi kebutuhan sehari-hari. Pernah
mereka pula ditawari untuk ikut dalam transmigrasi, sebagai bagian dari “Repelita II,” namun
Ayah rasanya tak sanggup hidup lebih jauh lagi dariku, walau selama itu pula kami tak pernah
bertemu.
Ayah sangat merindukanku. Sejak perpisahan pertama itu, memang kami tak pernah lagi bertemu.
Ayah tak punya uang untuk sekedar berkunjung ke kota, ia juga segan untuk memintaku datang
menggunakan uang Bibiku. Hanya beberapa kali saja Ibuku seorang yang datang, mungkin uang
mereka hanya cukup untuk sedemikian saja.
Selebihnya, kami hanya bersurat, dan dalam beberapa kesempatan Bibi juga pernah mengirim
mereka fotoku, sekarang terpajang di atas lemari. Beberapa bulan yang lalu, sama seperti malam
semacam ini, Ayah melihat bintang berekor di langit sana. Pijar dan kemilau itu, dan bagaimana
lesatan yang bercahaya sejenak mewarnai langit menjadi jingga kemerahan, membuat ia teringat
padaku. Ia mulai menggumam, “Ah, anak kita akan berkunjung kemari.” Ayah beranggap bahwa
pemandangan itu merupakan pertanda. Berbulan-bulan itu, aku tak jua datang. Kemaraulah yang
datang, membuat sawah dan segala tanah menjadi kering. Air sangat sulit sekali ditemukan.
Ayah meninggal di musim kemarau itu dan kematiannya yang justru membuatku datang.
Seperti ucap Ibuku, hanya sedikit warga yang mendatangi rumah pada hari kematian Ayahku.
Pasti sulit sekali keadaan waktu itu. Beruntunglah, melalui pemahaman agama bahwa sebuah
kewajiban untuk mensholati jenazah muslim yang meninggal, maka cukup ramailah warga yang
datang ketika jenazah itu dibawa ke masjid, dan kemudian dikuburkan di dekat sana.
Adzan isya berkumandang dan selesailah kisah yang diceritakan Ibuku. Aku lelah karena
perjalanan yang cukup jauh. Kamipun kembali masuk ke dalam rumah, sholat berjamaah
kemudian beristirahat. Tidurku malam itu sangatlah tidak tenang. Ya, aku masih merindukan
Ayahku, walau sejak usia satu tahun, aku tak pernah lagi bertemu langsung dengannya. Mungkin
memang rasa cinta itu sudah mendarah daging, sebagaimana darahnya telah mengalir pula di
dalam darahku.
****
Aku hanya menghabiskan beberapa hari saja di dusun itu. Tak banyak memang yang bisa
dilakukan di sini, terlebih musim kemarau belum juga lewat. Tak tega rasanya untuk
meninggalkan Ibuku seorang diri, dan kuboyonglah ia ikut ke kota. Bibiku memang juga
berpesan, “Kalau keadaan di sana terlalu sulit, ajaklah Ibumu ikut kemari.” Demikian pula,
karena itu menjadi amanah Bibiku, akhirnya Ibu tak berkeberatan untuk menyetujui ajakanku.
Dengan modal dari majikan Bibiku, kini Ibu berjualan jus buah di pasar dekat rumah.
Belakangan ini memang tiba-tiba banyak sekali orang yang berjualan jus buah, entah mengapa.
Dagangan Ibuku terhitung lancar, dan sekarang keadaannya menjadi lebih baik.
Suatu malam, aku bermimpi melihat bintang berekor yang selalu dibicarakan oleh Ayahku. Ini
pertama kali aku melihatnya, meski hanya sekedar di dalam mimpi saja. Oh, memang indah
rupanya bintang tersebut, dengan kemilau ekor yang menggemilang panjang, merambah langit
malam dengan kesunyiannya.
Pesona itulah pasti yang membuat Ayah terkagum-kagum padanya. Aku tak memiliki prasangka
atas mimpi itu. Beberapa hari setelahnya, aku mendengar kabar mengenai operasi demi menjaga
stabilitas keamanan yang disebut “operasi clurit.” Esoknya, pamanku ditemukan mati di dalam
karung, tergeletak di pinggir jalan raya. Sejak itu, banyak sekali preman-preman yang mati di
pinggir jalan dengan luka tembakan. Masyarakat menyebutnya “mati dijus.”
************************
Nah itu dia cerpen singkat terbaru, mohon maaf untuk yang contoh cerpen dan strukturnya ke-2
sangat panjang sekali, semoga bermanfaat dan jangan lupa untuk like dan share jika bermanfaat
untuk sobat semua ya. Terima kasih.
TweetPin It

RELATED POSTS
Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama
Pandangan pertama, jatuh cinta aku pada seseorang yang bernama Anis. Aku
mencintainya karena menurutku dia gadis yang sempurna. Ia memiliki rambut lurus dan
panjang, hidung enggak terlalu mancung tapi bagus.

Ia juga mempunyai alis yang tebal dan bulu mata lentik. Terutama yang bikin aku
terpesona ketika pas dia senyum, seperti ada manis-manisnya gitu. Ketika dia senyum
langsung kelihatan lesung pipinya.

Namun waktu itu aku enggak berani untuk mengungkapkan cintaku padanya. Aku takut
ditolak dan yang terpenting aku kurang percaya diri. Aku cuma curhat - curhat sama
temanku kalau aku suka sama Anis.

Karena sering curhat aku malah sering diejek setiap hari kalau simpangan sama anis, “cie
cie cie yang sedang jatuh cinta…”. Waktu itu aku malunya enggak karuan pokoknya.

Apa lagi kalau pas aku di panggil guru suruh maju mengerjakan tugas di papan tulis aku
yang maju tapi teman teman aku memangilnya “Anis Anis Anis….” Wah wah wah…
dalam hati aku bicara marah dan mangkel.

Meski begitu tapi aku seneng juga dengan diejek begitu, siapa tahu orang yang aku taksir
itu merespon bahwa aku suka sama dia. Namun cinta tak kunjung datang, sudah
beberapa minggu pun enggak ada respon atau tanda tanda dari orang yang aku taksir.

Aku sih hampir saja mau buntung di jalan perjuanganku, tapi ada gosip ku dari teman
teman ceweknya sih kalau dia juga suka sama aku.

“Ahhhhh….”, dalam hati aku senang sekali. Siapa tahu dengan menunggu tiga hari pasti
dia merespon juga.

Namun ternyata sudah 1 minggu enggak ada respon kalau dia juga suka sama aku.
Akhirnya, aku beranikan diri walau agak ragu untuk mengatakan cinta. Pas waktu
istirahat olahraga aku dengan malu malu menghampirinya.

Aku ungkapkan semua isi hati aku, aku katakan kalau aku sudah suka sama dia sejak
lama. Dia hanya diam saja, enggak mengeluarkan sepatah dua patah kata pun kepada
aku. ”Mungkin karena malu atau gerogi dan aku pun bilang, “gimana responmu cuntaku
di terima enggak”, ucapku pakai bahasa jawa.

Dia tetap saja masih diam saja. Pas aku kesal, aku mau ninggalin dia, eh dia malah mau
ngomong dan dia bilang kasih waktu 2 atau 3 hari untuk menjawab. Dengan jawaban itu
aku sebenarnya sebel karena enggak dijawab langsung.

Tapi sejak dulu begitulah cinta, aku berpikir mungkin ini adalah perjuangan cintaku.
Sudah menunggu sampai 4 hari baru lah dia menjawab cintaku di ruang perpustakaan.
Saat itu bertepatan pada tanggal 21 Febuari 2016, hari senin. “Alhamdulillah…!”, aku di
terima coy.

Aku diterima dengan syarat enggak boleh kegenitan sama cewek lain. Aku tentu saja
menyanggupi semua itu. Aku disuruh merahasiakan kalau kami itu sudah jadian. Namun
semuanya berjalan sebentar dan status kita ketahuan kalau kita udah jadian.
Semua guru pun tahu kalau kita jadian. Aku jadi malu - malu kucing jadinya. Setiap kali
ketemu pasti aku selalu diejek sama kawan kawanku. Untungnya pas aku udah jadian aku
ketemuan atau jalan hanya berapa kali saja, dapat di hitung.

Hal itu karena setiap kali kita ketemu kita selalu membisukan diri, jarang omongnya.
Tapi sudah berjalan sampai dua bulanan kami saling percaya diri dan biasa saling berbagi
rasa, berbagi cerita dan enggak diam lagi seperti ketika waktu pertama kita ketemuan.

Kita sudah enggak ada rasa minder dan grogi lagi. Teman - teman kita pun sudah tidak
ada yang mengejek lagi, mungkin sudah bosen ngejek kami terus ya?

Aku pacaran sama dia hampir 1 tahunan lebih. Di situ walau sebentar kami mempunyai
banyak kenang - kenangan indah bersama yang mungkin tak akan pernah kita lupakan
selamanya.

Dari yang senang, sedih, gembira pun aku mempunyai kenangan itu semua.

Aku pernah membuat pacar ku itu menangis waktu marah - marah sama dia kalau dia
katanya selingkuh dan aku mau mutusin dia. Dia nangis tak karuan sampai-sampai
temannya ngelabrak aku dengan membela pacar aku.

Namun pikiran aku sudah bulat untuk meninggalkannya (mutusin) dia. Dan sejak itu
kami malah jadi musuhan dan kayak gk pernah saking kenal dan saling mencintai
dulunya.
Kepergianmu

Ingatkah kau saat semua meninggalkan kita di kelas berdua kau mengatakan hal yang
membuatku tersentak ketika aku duduk manis penuh kecemasan. Ingatkah saat kau menuntun
jalan untukku ketika aku tak berdaya. Ingatkah saat aku mengeluh kakiku sakit ketika untuk
pertama kalinya aku menggunakan heels kau rela berjalan tanpa alas karena meminjamkan
sandal yang pakai untukku. Dan ingatkah saat tanganku melingkar di pinggangmu karena
ketakutanku pada anjing. Entah kenapa tiba-tiba aku mengingat semua tentangmu.
“Jangan ngelamun dek” suara itu membuyarkan semua kenangan akan dirinya. Aku menoleh
dan menyunggingkan senyuman lalu kembali menatap lekat ke arah langit
“Apa kau masih mengingat tirta” ucap seorang laki-laki padaku
Yah nama pemuda itu adalah Tirta Putra Dinata ialah pemuda yang memberiku sejuta yang
indah, berlimpah perhatian juga selalu mengingatkanku dengan tutur kata yang lembut meski
seringkali kuabaikan ia tak pernah lelah, hingga akhirnya ia pergi entah kemana bahkan saat aku
menginginkannya kembali ia tak pernah datang sekedar untuk menghibur dan menghapus
airmataku seperti dulu
“Maaf” aku hanya berucap lirih
“Tak apa. Aku mengerti” ucap Aldi sembari duduk di sampingku
Aldi adalah kekasihku meski begitu ia tak pernah melarangku untuk tetap berkutik pada masa
lalu akan kenangan tantang Tirta.
Hari ini seperti biasa aku pergi ke tepian sungai, tapi saat aku tiba Gerimis menyapa dengan
halus seolah gambaran untukku meluapkan isi hati. Beberapa hari terakhir aku tak menerima
kabar dari aldi
“Mungkin ia sibuk” pikirku
Aku kembali duduk termenung di tempat yang sama, melempar batu yang sering dilakukan dua
pemuda yang berbeda. Aldi dan juga Tirta.
Lalu tiba-tiba saja handphoneku berdering tanda ada pesan masuk.
Sejenak aku terdiam saat membaca pesan itu. Iya itu dari aldi
“Liana Sari kekasihku, aku tak pernah melarangmu untuk mengenang masa lalumu. Aku juga tak
pernah membiarkanmu menangis sendiri. Tapi untuk kali ini aku ingin kau menjaga dirimu
sendiri, jadilah wanita yang tangguh, dan jika kau ingin menangis lakukan hal itu saat hujan
turun dengan deras luapka emosimu juga hancurkan tembok besar yang menghalangi
bahagiamu. Dan ingatlah masalalu bukanlah hal yang mesti kau tangisi cukup kau simpan, kau
kenang dan jadikan pelajaran.
Aku pergi bukan karena aku tak mencintaimu melainkan karena takdir tak mengingankan kita
bersama lebih lama. I ALWAYS LOVE YOU.”
Perlahan airmataku terjatuh bersamaan dengan derasnya tetes hujan.
Apa kau akan akan meninggalkanku sama halnya seperti tirta? Apa kau akan membiarkanku
sendiri lagi?
Sekali lagi aku kecewa karena harapan dan sekali lagi semuanya pergi tanpa berpamitan!
Kepergiammu kembali membawa luka yang lebih dalam dari sebelumnya
Yang Ditunggu
“Aku mencintaimu, Val.”
Rival menatap Tasya dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Pengakuan Tasya ini, membuat Rival tak bisa berkutik.
Ingin ia menjawab pernyataan dari Tasya, tetapi lidahnya terasa kelu untuk berbicara. Tasya menghela nafasnya
pelan, tak kuat menahan air matanya ini.
“Sudahlah Val, tidak usah kau pikirkan. Aku hanya gadis bodoh yang tidak seharusnya mengharapkanmu.” Lanjut
Tasya
Keheningan melanda mereka berdua. Hanya bunyi semilir angin yang menemani mereka berdua. Hingga dering
handphone Rival yang memecahkan keheningan mereka.
Rival mengambil handphone dari saku kemejanya dan langsung melihat nama yang tertera di layarnya. Rival sedikit
terkejut melihat nama yang meneleponnya. Dan Tasya tau itu, tapi ia tak peduli. ‘Itu pasti dari pacarnya, Nessa.’
“Aku permisi dulu mau angk—”
“Angkat telepon dari Nessa.”
Rival menggelengkan kepalanya, tetapi Tasya tak melihatnya.
Rival pergi menjauh dari Tasya untuk mengangkat telepon itu. Air mata Tasya langsung meluncur bebas. Dan kali
ini Tasya tak menahannya. Biarkan air mata ini keluar sebebasnya agar hatinya tak terlalu merasa perih.
“Kau yang kutunggu, namun kau bukanlah untukku. Jadi percuma saja penantianku.”
Tasya sesegukan dengan erangan yang terdengar menyahat hati.
Kenapa cinta sesakit ini?
“Tasya?”
Tasya langsung menghapus air matanya dengan cepat, lalu berusaha tersenyum semanis mungkin.
“K-kau tidak apa-apa?” Rival langsung duduk di sebelah Tasya. Raut wajahnya sangat tampak khawatir, dan ia tak
menyembunyikannya seperti biasanya.
‘Kau hanya bisa membuatku kesulitan untuk melupakanmu, Val.’
“Hey, aku tidak apa-apa! Hanya kelilipan saja.”
Rival menatap Tasya sendu. Apa ia harus pergi meninggalkan Tasya sendiri?
“Ak-aku pergi dulu ya sya,” ucap Rival ragu
“Izin dariku tak penting Val. Kalau kamu mau pergi gak apa-apa kok.”
Rival langsung berdiri dari duduknya.
“Ya sudah aku pergi dulu.” “Jaga baik-baik dirimu, Tasya.” lanjut Rival
Rival meninggalkan Tasya lagi disini. Sendirian.
‘Bagaimana aku bisa baik-baik saja, disaat kau meninggalkanku sendirian?’
Tasya pulang kerumahnya dengan wajah yang memerah dan matanya yang sembab. Di kamarnya Tasya langsung
menangis sejadi-jadinya. Tangisan Tasya sedikit mereda setelah ibundanya mengetuk pintunya dengan cepat.
“Tasya, keluar dulu nak, ibu mohon.”
Tasya diam tak menjawab permintaan ibunya.
“I-ini tentang Rival, sya,” ketokan ibu Tasya melemah setelah mengucapkan nama Rival. Tasya langsung membuka
pintu kamarnya dengan cepat.
“Rival kenapa bu?!”
‘Kau tau, aku dari dulu sudah mencintaimu Tasya. Bahkan sejak kita pertama bertemu disaat kamu jadi temen
sebangku aku di sekolah. Dan aku sangat suka melihat senyuman kamu. Maka dari itu, sifat pendiamku berubah
menjadi sifat yang humoris. Karena apa? Karena aku ingin membuatmu selalu tertawa untukku, hanya untukku.
Dan itu karenaku.’
Tasya menutup buku harian berwarna biru dongker tesebut. Buku yang menjadi curahan hati Rival selama ini.
Tasya mencium batu nisan yang bertuliskan nama Rival tersebut. Sudah setahun semenjak kematian Rival yang
dikarenakan kecelakaan. Rival yang saat itu ingin menuju kerumahnya untuk memberi tahu isi hatinya. Tetapi
malah maut yang menghentikannya.
“Apa kau tau? Aku disini masih tetap mencintaimu, Val. Mungkin ada benarnya jika cinta sejati tidak akan
terpisahkan kecuali maut yang memisahkan mereka. Karena apapun yang terjadi, hati ini hanya untukmu. Dan
entah sampai kapan habisnya cinta ini untukmu.”
Air mata tasya keluar dengan sendirinya. Erangan-erangan memilukan membuatnya semakin menyedihkan.
Kenapa cinta harus sesakit ini?
Kenapa?!
Apakah salah jika diriku mencintainya?
Apakah aku harus memendam rasa ini?
Sudahlah, ini semua sudah terlambat.
Karena yang ditunggu kini sudah pergi jauh dariku. Sangat jauh.
TERJEBAK NOSTALGIA
Cerpen Karya Putri Ellennasuha

Cerita ini diambil dari sebuah buku diary seorang mahasiswi yg bernama NERASYA KEZYA PUTRI
atau lebih sering dipanggil dengan sebutan RASYA !!

Waktu begitu cepat berlalu , 3 tahun lamanya rendy meninggalkan diriku dari dunia ini. rendy
kekasihku, orang yang sangat aku cintai dan aku sayangi. Sampai sekarang aku masih belum bisa
menggantikan dirinya dengan orang lain walaupun sebelum kepergiannya ia sempat bilang bahwa
aku harus menggantikan dirinya agar aku bahagia. Namun bagaimana bisa aku menggantikan
dirinya kalau bayangnya selalu terlintas difikiranku ini.

Dimas !aku tau sejak dulu dia memang mencintaiku bahkan sebelum aku pacaran dengan rendy.
Namun dulu dia belum berani untuk menyatakan cintanya padaku. Dan sekarang setelah rendy
tiada dia mencoba mendekatiku lagi dan berusaha menyemangatiku agar aku tidak terpuruk dan dia
selalu berusaha untuk mendapatkan cintaku. Namun begitu sulit rasanya hati ini untuk menerima
dirinya karena hanya rendy yang ada dihatiku ini. Sebetulnya aku kasihan dengan dimas yg mati-
matian berusaha agar aku jadi kekasihnya namun bagaimana lagi, aku tidak mencintainya jadi tidak
mungkin aku jadi kekasihnya.

12 november , ini adalah hari anniversarry ku dengan rendy yang ke-6 tahun. Hari ini aku berniat
untuk mengunjungi makam rendy. Dan pada siang hari nya aku mengunjungi makam rendy sambil
membawa sebuah bunga mawar, bunga kesukaan rendy.

#MAKAMRENDY
“ren,apa kabar kamu disana?? Aku harap baik-baik aja ya, ren aku kangen banget sama kamu. Oya,
kamu masih inget kan dengan tanggal ini, ini hari anniversarry kita ren. Seandainya kamu masih ada
disini pasti aku bahagia banget. Aku gak akan pernah ngelupain moment disaat kita bersama ren,
karna disaat kita berdualah aku merasakan bahagia. makasih untuk segalanya yg pernah kamu
kasih untuk aku. Walaupun kamu udah gak ada didunia ini tapi cinta aku akan selalu ada untuk
kamu. Aku disini slalu sayang kamu ren. I Love you Rendy. ”

Sepulangnya dari makam aku segera menuju ke sebuah danau. Ya, sebuah danau yang menjadi
sejarah dimana hubunganku dengan rendy dimulai dan akan menjadi tempat bersejarah juga karna
disitulah tempat yang paling sering kami lalui bersama. Sesampainya didanau aku hanya bisa
menangis sambil mengingat semua kenanganku bersama rendy, kenangan yang tidak akan pernah
aku lupakan disepanjang hidupku.

Setelah dari danau aku pun segera pulang, dipertengahan jalan aku bertemu dengan dimas. Disitu
dimas menawarkan ku untuk pulang bersamanya. Awalnya aku menolak namun karna dimas terus
membujukku akhirnya aku pun ikut dengannya. Dimas pun mengantarkanku sampai kerumah.

Suatu hari aku menulis dibuku dairy ku, menulis tentang perasaanku terhadap dimas...

“ Dear Diary..
Aku bingung dengan perasaanku ini yang tak pernah bisa menerima dimas dihatiku ini. Dimas yang
aku tau sejak dulu ia telah mencintaiku namun aku tidak pernah mencintainya. Dimas, maafkan aku
yg tak pernah bisa mencintai dirimu, sebisa apapun aku mencoba untuk menerima dirimu dihati ini
tapi hasilnya percuma karna dihati ini masih tersimpan seseorang yg sangat aku cintai walaupun org
itu tlah tiada namun cinta ini slalu ada untuk orang itu,dia adalah rendy. Dan aku yakin kamu pasti
bisa mengerti dengan perasaanku ini. Maafkan aku,dimasss..... “

Suatu hari, tiba-tiba hidungku mengeluarkan darah segar yang cukup banyak. Sudah biasa hal itu
terjadi karna aku memang memiliki sebuah penyakit yang sangat parah namun aku
menyembunyikan penyakitku dari orangtua ataupun teman-temanku, aku mengidap penyakit
leukemia stadium akhir. Penyakit yang mematikan. Entah sampai kapan diriku ini akan bertahan
namun kuyakin tidak lama lagi aku akan pergi dari dunia ini dan akan menyusul rendy disana.
Dokter pun memperkirakan aku hanya bisa bertahan hingga bulan desember nanti.

Bulan desember pun telah tiba. Sekarang aku tinggal menunggu hari dimana aku akan pergi untuk
selama-lamanya dari dunia ini. Setengah bulan telah berlalu dibulan desember ini namun tuhan
belum memanggilku.

pada tanggal 25 desember bertepatan dengan hari natal Rasya menghembuskan nafas terakhirnya
di dunia ini. Dunia yang penuh tangis semenjak kepergian rendy dari hidupnya. Dimas yang sangat
mencintainya pun hanya bisa menangis dan mengikhlaskan kepergian Rasya.
Sedihmu Sedihku
Oleh Gunarto

Sedih rasanya kala membayangkan kejadian itu. Sore itu aku melihat ibu yang sedih
karena beras yang kita punya sudah habis dan ibu tidak memiliki uang lagi untuk membeli
beras lagi.

Aku sendiri merasa terenyuh karena pada saat itu aku juga tidak memiliki uang untuk
membantu ibu membeli beras. Hanya sedih dalam hati ini, ingin membantu tetapi tidak
memiliki apa apa.

Mungkin itu adalah sepenggal cerita ku kala itu. Keluarga kami adalah keluarga yang
kurang mampu dari segi ekonomi, karena kami sekeluarga adalah keluarga yang hanya
mengais rejeki dari buruh tani. Tapi kami tidak pernah mengeluh tapi terkadang memang
ada saja kekurangan dalam keluarga ku.

Aku dan keluarga ku menggantungkan hidup dari bertani dan dari buruh tani. Jangankan
keluarga ku menyekolahkan anak anaknya sampai perguruan tinggi, untuk biaya makan
sehari hari saja kami harus benar benar bisa mengatur pengeluaran dan pendapatan kami
sehari hari.
Keluarga ku bertani dan buruh tani hanya mendapatkan 40 ribu dalam satu hari. Angka itu tidak
mencukupi kebutuhan makan kami setiap hari dari anggota keluarga kami yang berjumlah 6
orang. Perih rasanya hidup ini kala membayangkan semua kenangan yang sudah terjadi.

Pagi itu aku dan ayah ku ingin berangkat bekerja. Seperti biasanya sebelum berangkat bekerja
sarapan atau makan pagi merupakan kewajiban kami.

Karena makan pagi adalah hal yang utama. Hal itu adalah untuk dapat kami bekerja dengan
baik jadi kami harus sarapan pagi. Sebelum sarapan kami bisa minum kopi bersama sama.

Kemudian setelah kami minum kopi kami bergegas menuju ke dapur untuk sarapan pagi.
Betapa terkejut aku melihat ibu aku merasa sedih dan perih karena ibu menangis karena
sudah tidak memiliki beras untuk ibu masak.

Aku merasa terenyuh kala melihat ibu menangis karena tidak memiliki beras untuk ibu
masak. Aku pun bergegas, menghampiri ayah dan membicarakannya kepadanya bahwa
ibu tidak memiliki beras lagi untuk di masak.

Aku bertanya pada ayah apakah ayah memiliki uang untuk membeli beras. Ayah pun
menjawab bahwa ayah tidak memiliki uang sama sekali. Kerja selama seminggu kemarin
belum di bayar oleh tuan tanahnya katanya.

Aku bingung saat itu harus bagaimana aku menyelesaikan masalah ini sedang ku sendiri
terkadang bekerja hanya membantu ayah di ladang. Aku merasa gagal sebagai anak laki
laki kala itu.

Bagaimana tidak, aku melihat ibu menangis karena tidak memiliki beras untuk ibu masak
tetapi aku diam saja karena tidak memiliki uang sepeser pun untuk dapat aku belikan
beras untuk ibu.

Sakit rasanya hati ini kala itu membayangkan ibu ku menangis. Terkadang dalam hati aku
merasa betapa bodohnya aku sebagai anak laki laki tidak dapat memberikan sesuatu yang
berguna bahkan membantu untuk keluarga ku.

Aku merasa bosan di rumah kala membayangkan kejadian itu. aku merasa terpukul aku
harus lebih. Semenjak kejadian itu aku memutuskan untuk selalu bekerja keras dan
menghargai rupiah yang aku dapatkan.
Selang beberapa saat aku berfikir, aku akhirnya memutuskan untuk meminjam uang
kepada teman ku dengan alasan untuk membayar sekolah ku. Tetapi teman ku itu malah
melebihi uang yang aku pinjam.

Akhirnya aku langsung pulang dan memberikan uang itu kepada ibu. Dan alhamdulillah
ibu mau menggunakan uang yang aku pinjam dari teman ku itu dan tidak
mempertanyakan dari mana aku mendapatkan uang itu.

Begitu lega-nya hatiku saat aku melihat ibu baik baik saja tidak sedih lagi. Mungkin saat ini aku
dapat menghentikan kesedihan ibu ku tetapi aku belum bisa jika suatu saat hal itu terulang
kembali.

Sakit rasanya melihat ibu sedih, perih karena aku sebagai anak laki laki belum bisa
membahagiakan ibu ku. Terlebih keluarga ku. Semoga pelajaran ini memberikan ku hal yang
baik untuk hidup ku di masa yang akan datang.

……. Sekian …….


PACAR MAKAN TEMAN
Karya Titin Dewi J.P

Matahari mulai mendaki kaki sang langit. Perlahan-lahan beranjak dari peraduannya, hingga
kehangatannya mulai terasa oleh makhluk-makluk bumi. Tak begitu panas, namun cukup hangat
hingga membuat orang malas keluar rumah lantaran takut kena sinar UV. Namun bagiku itu adalah
anugrah, karena dengan begitu aku bisa nyuci baju yang belum aku cuci seminggu dan menumpuk
di pojok kamar kecil kosan ku.

Aku Vika, sejak awal masuk kuliah di Universitas Jember aku tak pernah punya kenalan cowok yang
cocok di hatiku buat jadi pacar plus driver buatku. Yahhh…. Akhirnya gini deh, kemana-kemana
harus on foot with my soulmate, Tiara. Tapi gag papa, karena temenku yang satu ini gokil banget,
waaupun sebenernya kita udah sahabatan dari awal masuk SMK, tapi kegokilannya jadi makin
parah setelah masuk kuliah ini.

Tak kusangka nomor nyasar dua hari yang lalu menjadi awal dari cerita ini. Awalnya sih dia kirim
message ke aku. Akunya sih biasa aja, kan emang dasarnya cewek cuek-cuek gitu. Padahal kalo’
dicuekin balik pasti gag mau.
“Mau aku jemput gag..?? mau yaa.. yaaa..yaaa… sekalian ketemuan gitu”, katanya lewat sms yang
dikirim ke my cell phone setelah aku bilang kalo’ aku lagi di bus, habis mudik. Dan aku iya’in aja.

Kan lumayan dapet ojek gratis. Hehehe…


Ketika aku turun dari bus aku bingung yang mana orangnya, karena ini adalah pertama kita ketemu
semenjak kita chat lewat message seminggu yang lalu. Dan di seberang jalan tepat arah jam dua
belas aku melihat sesosok tubuh sedang menunggu. Mungkinkah dia..??
“Vika yaaa…,” katanya sambil menghampiriku.
“Iya… kamu Findra ta…??” sahutku kemudian.
Lalu dia menjabat tanganku seperti orang maaf-maafan pas lebaran. Aku tertawa dalam hati.
Akupun berfikir kekonyolan macam apa ini hingga membuatku salah tingkah seperti ini. Tanpa ku
sadari aku senyam-senyum sendiri tak tau apa yang sedang ku fikirkan.
“Thanks ya… dah nganterin jemput and nganterin aku ke kosan..” kataku sesampainya di depan
pintu gerbang kosanku yang agak mewah itu.
“Oke… kalau butuh apa apa hubungi aku, jangan sungkan sungkan…” jawabnya sambil
melontarkan senyuman.

Dan Findra pun berlalu pulang. Namun benakku masih merekan jelas bayangannya. Tak kusangka
dia orangnya baik, enak diajak ngomong, lucu, nyambung, and yang terpenting aku ngerasa
nyaman didekatnya. Duuhhh… kok jadi aneh gini sih aku..
“Kenapa kamu senyam-senyum gitu, kesambet setan darimana loe chuy…”, celetuk sahabatku Tiara
yang tiba tiba muncul di hadapanku.
“Gila loe, aku kaget nie..” sahutku.

Aku pun berlalu meninggalkannya yang masih melongo kayak kebo di depan pintu kamar gara gara
heran lihat aku senyum senyum. Mungkin dia baru sadar kalau senyumanku ini bisa mengalihkan
dunianya. Dan itulah yang terjadi, dunianya beralih menjadi dunia yang penuh tanda tanya.
Lama lama aku kasihan juga melihat sahabatku, dari tadi aku saksikan wajahnya menyimpan
pertanyaan. Akhirnya aku putuskan untuk menceritakan apa yang membuat aku seperti ini. Dan dia
Cuma melongo, dan kali ini dia gag kayak kebo tapi lebih parah lagi, dia kayak sapi ompong yang
gag punya gigi. Namanya aja ompong jelas aja gag punya gigi, dasar oon gue.
Tiga hari kemudian aku diajak nonton sama Findra. Setelah nonton kita berdua dinner, terus muterin
alun-alun gag jelas tujuannya sambil ngobrol gag jelas juga. Lalu kita berhenti di kedai ice cream
cone kesukaanku and Tiara. And disitu dia nyatain perasaannya sama aku. Dia nembak aku. Dan
aku langsung kena tembakannya. Jadi malam itu aku jadian sama dia.
Seminggu berlalu, dan aku punya rencana nyomblangin Tiara sama sepupunya Findra, Herma
namanya. Dua hari kemudian mereka jadian. Dan itu tandannya aku berhasil jadi mak comblang.
Wahh, jadi kayak kontak jodoh aja nih aku.
“Besok mudik gag chuy..??” Tanya Tiara sepulang dinner sama Herma.
“Kasih tau gag yaaa…” celetukku menggodanya.
“Hhhmmm… kalo’ pulang sih ayo bareng aja, soalnya aku mau dianterin Herma, ntar kamu sama
Findra yaaa…” terangnya kemudian.
Aku berpikir sejenak, lalu manggut manggut pertanda setuju.

Waktu mudik pun tiba. Sudah biasa bagi anak kos seperti kami selalu pulang saat week end tiba,
jika nggak punya uang. Tapi kalo’ masih full kantongnya kami hanya menunggu next week end.
Namun mudik kali ini akan lebih panjang karena seminggu full kita libur untuk minggu tenang. Suara
sepeda motor yang berhenti di depan gerbang kosanku membuatku harus cepat cepat keluar,
karena aku tau kalo’ itu Findra and Herma driver and co driver kami. Hehehe.

Dan benarlah bahwa mereka telah siap untuk mengantar para putri ke istana. Akhirnya kamipun
meluncur menuju ke terminal Pakusari, tempat dimana aku dan Tiara biasa menunggu bus.
Sesampainya di terminal kami berempat saling chatting. Findra pacarku, asyik ngobrol dengan
sahabatku Tiara tanpa menghiraukan keberadaanku dan Herma. Namun aku tak curiga sedikitpun,
karena aku percaya sahabatku tak mungkin menyakitiku.

Bus yang kami tunggu-tunggu akhirnya tiba. Dan kami pun berpisah. Setelah aku dan Tiara masuk
ke dalam bus, Tiara cerita tentang apa yang dia omongin sama Findra tadi. Sahabatku ini memang
selalu terbuka denganku. Apapun yang ia rasakan entah itu sedih atau bahagia, pasti dia selalu
menceritakannya padaku.

Suatu sore setelah dua hari aku berada di rumah, Tiara memberi tau aku kalau dia putus sama
Herma. Aku tanyai apa alasannya putus, dan dia menjawab kalau ternyata Herma sudah punya
pacar. Aku jadi ngerasa bersalah sama dia, karena aku yang menyomblangkannya dengan Herma.
Tapi aku berusaha menenangkan diri dan mencoba menghibur sahabatku itu. Akhirnya diapun
merelakan hubungannya yang harus kandas secepat itu.

Tak kusangka kalau putusnya Sahabatku dan Herma akan berimbas padaku. Dua hari kemudian
Tiara memberitahuku sebuah berita yang sebenarnya tak ingin kudengar, karena itu sungguh
membuatku muak. Sebenarnya aku tak mau mengingatnya, tapi karena aku harus bercerita padamu
jadi terpaksa deh ku buka kembali memori otakku untuk mengingat kata kata itu. Dan inilah kata-
katanya lewat message yang dikirimkan padaku..
“Chuy kamu ngerasa aneh gag sih sama Findra..?? masa’ dia bilang gini ke aku… I LOVE YOU..”
Dan setelah itu aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Findra. Walau aku tau
sahabatku tak mungkin menghiraukan kata-kata itu. Namun aku ngerasa Findra memang bukan
untukku dan dia kayaknya gag beneran sayang sama aku. Buktinya dia masih ngelirik sahabatku.
Bahkan disaat statusnya masih pacaran denganku dia berani bilang LOVE pada sahabatku sendiri.
JALAN CINTAKU....!!!!
Karya Rahayu Nur Rahmawati

Gelak tawa dan kebersamaan ini telah terjadi sejak dulu, sejak kita masih kanak-kanak. Kita adalah
sahabat, kita tlah seperti saudara, begitu dekat, dan mengerti satu sama lain. Sebut saja dia dengan
nama Rama. Tak ada sedikitpun angan yang terlintas difikiran ku tuk merasakan cintanya, semua
tlah berubah saat kita beranjak dewasa, disaat kita tlah mengenal apa itu arti sebuah kebersamaan
yang didampingi dengan cinta. Saat dia mengatakan ingin mendampingi aku bukan sebagai sahabat
ataupun saudara, sungguh tak pernah ku sangka, bimbang ku rasakan. Tapi, ku tak mau
membuatnya terluka atau kecewa, ku putuskan untuk menerima permintaannya itu. Sejak saat itu,
ada kebimbangan dalam hatiku, apakah ini semua keputusan yang benar, di satu sisi aku tak mau
mengecewakan Rama, tapi di satu sisi dia baru saja mengakhiri hubungannya dengan salah
seorang sahabatku sendiri, Reina. Hubungan ku ini, awalnya tak ada yang mengetahui, hanya aku
dan Rama. Tapi, seiring berjalannya waktu, semuanya tahu, beegitupun Reina, awalnya aku takut
jikalau dia marah dan membenciku. Tapi ternyata dia tak mengapa, dia tak marah ataupun benci
kepadaku. Hubungan ku dengan Rama, awalnya baik-baik saja, tapi semenjak kita tak lagi satu
sekolah, saat kita memilih sekolah yang berbeda, hubungan ku semakin jauh, dan aku merasa kita
tlah jauh. Saat itu ku akui, hatiku tlah berpaling, dan setelah ku mengetahui hatinya juga tlah
berpaling kepada yang lain, ku putuskan mengakhiri hubungan ini.
‘’ mungkin ini memang jalan terbaik buat kita berdua, kita memang tak bisa satu, sudah tak ada lagi
kecocokan dalam hubungan kita, jadi lebih baik kita berhenti cukup sampai disini”

Sebait pesanku ini diterimanya, dan dia menyetujui keputusan ku ini. Sejak saat itu, aku menjalin
hubungan dengan orang lain. Saat ini kumerasa sangat bahagia, orang tua ku memberi restu
terhadap hubungan ku dengan orang ini, sebut saja Adrian. Aku serasa tak mau melepas dia, ku
selalu berharap hubungan ini tak berakhir sia-sia. Tapi takdir berkata lain, Adrian meninggalkan aku
dengan sebuah luka, hatinya berpaling. Tak kusangka begitu pahit ini semua bagiku, tak kusangka
dirinya tega khianati ku. Ku terpuruk dalam kepedihan, tak sanggup rasanya ku tuk bangkit dari
semua kenyataan pahit ini.
‘’ jika memang kita harus berpisah, aku tlah menemukan seseorang yang lebih mencintaimu dari
pada aku “
Pesannya ini, sampai sekarang tak ku mengerti, tak tau siapa yang dia maksud. Selau ku coba
melupakan dan menepis bayang-bayangnya dalam hidupku, tapi sungguh begitu sulit ku rasa. Sakit
ini semakin terasa, disaat dia tak mau menyapaku, bahkan menyebut nama ku saja sudah tak
pernah ia lakukan.

Beberapa bulan berselang, Rama kembali mendekatiku bukan sebagai sahabat.


‘’ aku menyadari bahwa selama ini aku hanya menyayangi dirimu, meski ku tlah lewati hari dengan
hati yang lain, tapi tak pernah ku rasakan sayang seperti dirimu’’

Ucapannya tak cukup mampu buatku luluh, dan aku katakan tak ingin menjalin hubungan yang
seperti dulu.
‘’kita lebih baik jadi seorang sahabat, kita tak mungkin bisa menjalaini hubungan seperti dulu, aku
sayang kamu sebagai sahabat ku “

Tak pernah ku fikirkan akibat perkataanku itu, menyakitinya atau mengecewakannya, aku tak tahu.
Yang aku tahu, aku melakukan semua ini demi persahabatan ku dengan dia. Tak pernah dia
menyerah tuk meluluhkan hatiku, selalu ia memanjakan dan memberi perhatian penuh terhadapku.
Selalu ia berusaha tuk meyakinkanku, bahwa ia kan selau buatku bahagia.
‘’ aku sangat menyayangimu, beriku kesempatan satu kali lagi, tuk menghapus kesalahan ku dimasa
lalu, aku berjanji tak kan khianatimu, tak kan ku buatmu sakit, percayalah padaku bahwa kasih dan
sayangku buat kamu itu tulus’’

Kata-katanya itu, kian lama buat ku luluh terhadapnya. Hingga pada akhirnya ku putuskan kembali
tuk mencoba menjalin hubungan spesial dengan Rama.
‘’ ku coba mempercayaimu lagi, ku beri kau kesempatan dan ku percaya semua kata-katamu, aku
mohon jangan sakiti dan khianati diriku ini’’
Tanggal 17 januari 2012, kita menjalin hubungan kembali. Hari-hariku dipenuhi dengan perhatian
dan kasih sayangmu, pujian-pujian mu terhadapku jadi menu keseharianku. Tapi, masih ada
kebimbangan dalam hatiku, aku masih bertanya-tanya, sebenarnya apakah aku sayang sama dia??
Tiap dia bilang sayang kepadaku, ku selalu bilang ‘’ aku juga sayang kamu ‘’, aku tak tahu salahkah
ucapanku itu, yang aku tahu, aku akan membuatnya bahagia jika aku mengatakan bahwa aku juga
menyayanginya.

Sikapnya memang tak seperti dulu lagi, sudah lebih dewasa, tapi masih saja ada sikap yang
membuatku jengkel. Ingin selalu ku tegur tapi aku tak mau pertengkaran terjadi diantara kita, aku
Cuma ingin menjalin hubungan yang lebih lama dengannya. Walaupun ku coba hindari
pertengkaran, masih saja ada yang membuatku marah dan ngambek kepadanya, dia selalu
mencoba menenangkanku dan membuatku tersenyum lagi. Kian lama ku jalani hari
bersamanya,kian ku rasakan kebahagian, rasa sayang itu tumbuh dengan seiring berjalannya waktu
dan kebersamaan kita selama ini.
Ditengah kebahagiaan kita, ada masalah yang terjadi, hubunganku ini tanpa diiringi restu kedua
orang tuaku. Sakit saat ku dengar ucapan mereka, bahwa hubungan ku ini harus segera berakhir.
Ku coba bicara hal ini pada Rama, tapi aku nggak berani. Aku takut menyakitinya, aku takut
membuat dia terluka, aku nggak tega ngomong sama dia. Sekarang ku di hampiri kebimbangan, apa
yang harus aku lakukan, menuruti kata orang tua, apakah memperhatakan hubungan ini. Sungguh,
jadi kayak sinetron, hubungan nggak direstui gara-gara masalah yang sepele dan nggak jelas.
Sumprit deh pusing mikirin masalah ini, mau dibawa kemana hubungan ini.

Suatu hari, aku bertemu dengan dia di rumah temenku, sebut saja namanya Putra, karena
kebetulan banget pacarnya Putra adalah temen dekatku sendiri, panggil aja Isna. Jadi, ceritanya
double date gitu deh. Seru juga double date kayak gini, saat itu aku sama Rama duduk berdua, dia
nyuruh aku menutup kedua mataku, aku sempat nggak mau, tapi dia maksa. Ya, okelah aku turutin.
Dan tak lama kemudian aku rasakan ada sesuatu di leherku, ku buka mataku dan ternyata dia telah
memasangkan kalung di leherku. Dia tersenyum padaku dan bilang ‘’ aku sayang kamu’’. Ku balas
senyum manisnya dan ku balas pula ucapannya itu ‘’ aku juga sayang kamu ‘’.

Tak lama kemudian aku berdiri, aku mengatakan sesuatu kepadanya,


‘’ bagaimana nanti seandainya kita tak lagi bersama ya?”

Dia terkejut dengan pertanyaanku itu, serentak ia berdiri dan kembali bertaya kepadaku.
‘’ apa maksud kamu, apa yang kamu katakan?’’

Aku diam sejenak dan menunduk sambil ku pegangi kalung dari dia.
‘’ seandainya hubungan kita nanti berakhir bagaimana?’’
‘’ berakhir? Kenapa kamu berfikir seperi itu?’’
‘’ kamu tahukan, orang tuaku bagaimana, mereka tak merestui kita !’’

Rama terdiam, ia duduk kembali dan menunduk. Sungguh, sedih bangit hati ini ngeliat dia kayak gitu.
Dia kemudian mengajukan pertanyaan kepadaku.
‘’ apa kamu akan mengakhiri hubungan kita ini?’’
‘’ aku nggak tahu?” jawabku dengan lemas
‘’ aku ikhlas, jika memang kamu akan memutuskan hubungan ini, tapi sungguh ku tak kan sanggup
kehilangan kamu ‘’

Rama menatapku, dengan mata yang berkaca-kaca. Oh, tuhan sungguh semakin tak tega aku,
rasanya tubuh ini makin lemas bahkan mau pingsan.
‘’aku, aku nggak tahu, aku nggak tahu harus bagaimana’’
‘’ aku sangat menyayangimu, aku nggak bisa kehilangan kamu’’
‘’ aku juga sayang kamu ‘’

Dia berdiri dan memeluk erat tubuhku, ini untuk pertama kalinya aku dipeluk sama pacar. Dan tak ku
sangka air mata ini menetes begitu deras.
‘’ aku sungguh nggak mau kehilangan kamu , aku menyayangimu’’

Berulang-ulang kali Rama mengucapkan kata-kata itu.


‘’ aku juga sayang kamu, aku nggak mau putus dari kamu’’

Setelah ku ucapkan kalimat itu, air mata ini semakin tak mau berhenti.
‘’ aku nggak mau putus, nggak mau’’
‘’ jangan nangis ya, aku nggak mau liat kamu nangis kayak gini’’
‘’ tapi, aku nggak mau putus, aku sayang kamu’’
‘’ kita nggak akan putus, nggak akan pernah. Percaya lah padaku, pasti suatu hari nanti, kita akan
mendapatkan restu’’
‘’ apa kamu yakin?’’
‘’ aku yakin, sudah ya nggak usah nangis lagi, aku nggak tega ngliat kamu nangis kayak gini’’

Rama mengusap air mataku dengan begitu lembut, kedua tangannya memegang pipiku.
‘’ aku menyayangimu, yakinlah bahwa hubungan kita akan baik-baik saja’’

Dipeluknya kembali tubuhku yang lemah ini, ku ucapkan berulang-ulang kali.


‘’aku sayang kamu, aku nggak mau putus ‘’
Semakin kurasa nyaman dalam pelukannya, terasa sejenak beban ini hilang. Rasanya aku tak ingin
lepas dari pelukan hangatnya. Tapi waktu juga yang akhirnya melepaskan. Aku sempat berfikir hari
ini semuanya akan berakhir begitu saja, tapi ternyata salah , cerita ini masih terus berjalan dan
belum berakhir.
Sejak saat itu, cerita ini semakin indah, banyak moment-moment yang berkesan. Dia selalu
menemani tawaku, dia mengusap air mataku ketika ku menangis, dia selalu di sampingku saat ku
bersedih. Rasanya sayang ini semakin kuat.
Suatu hari saat meeting class, Isna tidur dirumahku, dan kami membuat rencana untuk berangkat
kesekolah esok hari, aku akan berangkat dengan Rama, dan dia akan berangkat dengan Putra dan
kami berencana berangkat agak siang dari pada biasanya.
Keesokan harinya, rasanya begitu semangat untuk memulai hari ini, setelah selesai sarapan aku
dan Isna berangkat, kami janjian bertemu Rama dan Putra di jembatan. Saat sampai di jembatan
baru Rama yang disana, Putra belum nongol ternyata. Rama mengajakku berangkat lebih dulu
karena ia takut telat, tapi Isna nggak mau ditinggal sendirian. Setelah beberapa saat akhirnya Putra
nongol juga, kamipun berangakat tapi kami tak melewati jalan yang sama. Kami memang berbeda-
beda sekaolah, Cuma aku dan Isna yang satu sekolah, aku dan Isna nantinya akan bertemu di
depan gerbang sekolah.

Sepanjang jalan, aku dan Rama bersenda gurau, jikalau bisa tiap hari kayak gini, anganku
melayang tinggi. Dia berkata padaku
‘’ aku ingin tiap hari bisa berangkat ke sekolah dengan kamu, menjemputmu di rumah dan disekolah,
pengen banget “
‘’aku juga pengen kayak gitu, kayak anak-anak yang lain, bisa berangkat dan pulang bareng,tapi
apalah daya itu mustahil terjadi’’

Kami terdiam sejenak, seakan menghentikan angan yang sempat melayang. Saat sampai di depan
sekolahku, ku tengok kanan dan kiri mencari Isna, dan ternyata ia belum datang.
‘’ cepat sana masuk, nanti telat’’
‘’ aku nunggu Isna ‘’
‘’ tunggu di dalam aja, cepat masuk’’
‘’ nggak lah, aku mau nunggu di sini aja’’
‘’ ya uda terserah kamu aja, aku ke sekolahku dulu ya, hati-hati kamu di sini’’
‘’ iya, kamu juga hati-hati ya’’

Aku duduk di depan gerbang sendirian, lalu ada temankku yang baru datang, dan aku mengajaknya
nungguin Isna, aku telfon tak diangkat olehnya, aku sms tapi tak di balas. Sampai akhirnya
gerbangpun ditutup, dan ada salah seorang temanku yang baru datang.
‘’ ngapain kalian berdua disini?’’ tanyanya kepadaku dan temanku
‘’ nunggu Isna, dia belum datang”
‘’lhoh, gerbangnya kok ditutup’’ katanya dengan kaget
‘’ ya uda, disini dulu nunggu Isna ‘’
Aku dan kedua temanku menunggu Isna, cukup lama kami menunggu dan akhirnya dia datang juga.
Dia datang dengan senyum yang lebar tanpa merasa bersalah karena tela membuat kami
menunggu. Saat kami akan masuk, pak satpam menghalangi kami, beliau tak mau membukakan
pintu gerbang. Beliau menyuruh kami menunggu anak-anak yang lain, mungkin ada yang telat lagi.
Dan ternyata benar, ada lebih banyak lagi yang telat. Setelah itu, kami harus berbaris dengan rapi,
dan kamipun dimarahin oleh pak satpam, bahkan kami di video dan wajah kami di potret sama ketua
osis. Wow, kayak teroris aja fikirku, setelah kenyang dengan omelannya pak satpam dan ketua osis,
kami harus berlari keliling lapangan, padahal lagi ada pertandingan futsal. Sumpah, malu banget
deh, diketawain dan dilihat sama anak satu sekolahan, rasanya pengen ku tutup mukaku pakai
kantung kresek.
Tapi, aku akuin deh nggak nyesel hari ini telat dan nggak apa-apalah harus dapat omelan yang
penting bisa bareng sama mas pacar. Heheehehe

Habis itu, aku dan Isna malah ketawa-ketawa sendiri, habis gokil banget deh kejadian ini, mungkin
akan selalu teringat dan nggak terlupakan. Saat pulang sekolah Putra sudah sampai terlebih dulu
menjemput Isna, dan kami menunggu Rama, sampai akhirnya Rama datang menjemputku. Kami
pulang bareng lagi dan kali ini kami pulang melewati jalan yang sama. Rasanya hari ini nggak mau
cepat-cepat berlalu, kapan lagi coba bisa kayak gini. Ada yang lucu sih dari hubungan aku dan
Rama, lalu Isna dan Putra. Jika salah satu dari kami ada yang bertengkar pasti yang satunya juga
bertengkar. Dan kalau lagi seneng dan bahagia-bahagianya, pasti yang satu juga lagi bahagia.
Kalau lagi berantem sama pacar,malah aku dan Isna yang cuek-cuekan, diem-dieman,. Tapi kalau
lagi baikan dan nggak ada masalah sama pacar, kita pasti ngobrol terus, becanda terus. Kalau di
fikir-fikir emang lucu sih, sedih bareng seneng bareng.
Keanehan mulai aku rasakan saat bulan puasa, aku merasa sikap Rama berubah, aku merasa dia
uda nggak perhatian lagi sama aku. Tapi, aku coba untuk hilangkan perasaan ini. Sebenarnya
memang bulan puasa ini menyenangkan, aku dan Rama tak jarang sholat terawih bareng dan sholat
shubuh di mushola bareng.

Suatu malam selepas sholat tarawih, Rama mendatangi aku di rumah, kebetulan saat itu kedua
orang tuaku masih dimushola. Aku kurang mengerti tujuan dia rumahku itu apa, lalu Rama berkata
padaku “ aku sungguh menyayangimu ‘’. Aku tersenyum mendengar ucapannya itu, belum sempat
aku balas ucapannya itu, tiba-tiba ia memegang tanganku dan memasangkan sebuah cincin di jari
manisku.
“ aku sungguh sayang kamu, jangan tinggalkan aku, dan ku mohon jaga cincin ini baik-baik “ ucap
Rama dengan tatapan mata yang sendu
‘’ aku juga sayang kamu, kan ku jaga cincin ini seperti ku menjaga cinta ini “
Ia memeluk tubuhku, sungguh ku rasa begitu nyaman dan ku merasa bahwa ia benar-benar
menyayangi aku. Selepas itu, ia segera pulang. Ku pandangi cincin itu, dan aku berfikir, apakah tak
kan ada nantinya yang memisahkan aku dan dia?? Yah, semoga saja. Aku hanya menginginkan
yang terbaik buat hubunganku dengan Rama ini.

Beberapa hari setelah itu dan pada saat makan sahur, tak ku sangka kalung yag diberikan oleh
Rama putus, dan ku merasa perasaan ku tak menentu, ada kekhawatiran, ada ketakutan, ku
bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi?? Lalu, ku coba mengatakan kepada Rama bahwa
kalung pemberiannya itu putus.
‘’ kenapa, kalung itu bisa putus?’’ tanya Rama
‘’ aku tak tau, tiba-tiba putus begitu saja”
‘’ kamu sih nggak jaga baik-baik “
‘’ aku sudah jaga baik-baik kok ‘’
‘’ ya sudahlah, besok-besok aku belikan lagi “
Untung saja Rama tak marah padaku, tapi jika diingat-ingat barang-barangku dari Rama tak pernah
ada yang tetap utuh atau bagus sampai sekarang ini. Mulai dari boneka yang ia berikan saat
rekreasi waktu SMP dulu uda ada bagian yang sobek, gelang juga putus, lalu bingkai fotonya pecah ,
dan kalungpun putus. Aneh memang dan sempat terfikir dibenakku, apakah ini pertanda bahwa
hubunganku dengan dia tak kan bertahan lama dan kami ditakdirkan tidak untuk bersama. Tapi,
selalu ku coba singkirkan jauh-jauh fikiran buruk itu.

Malam itu, semakin ku rasakan ada yang aneh dari dia, lalu ku beranikan diri untuk menegurnya,
‘’ aku merasakan ada yang aneh dengan kamu akhir-akhir ini “
‘’ aneh bagaimana?”
‘’aku merasa perhatianmu berkurang, tak seperti dulu “
‘’ perhatianku terhadapmu tak pernah berkurang, mungkin hanya perasaanmu saja “
‘’ ini bukan sekedar perasaan semata, kamu benar-benar berubah, tak seperti dulu “
‘’ mungkin karenaku terlalu banyak tugas “
Dan akhirnya semua perkataanku itu menimbulkan pertengkaran di antara kami, aku marah
padanya, dan mungkin ia juga marah padaku.
Keesokan harinya, aku tak memberi kabar padanya dan aku sangat berharap ia mengirimi aku
pesan atau menelfonku seperti biasa. Tapi, dari pagi hingga malam tak satupun pesan ku terima
darinya, semakin jengkel ku rasa, dan kemarahanku semakin besar padanya.

Hari berikutnya, tetap ku coba tuk tak menghubungi dia, aku ingin tau apakah dia akan
menghubungi aku. Tapi, hingga siang hari, tak juga ia menghubungi aku, aku rasanya sudah tak
tahan menahan emosiku. Lalu ku kirimi dia pesan
‘’ kok dari kemarin nggak ada kabar, lupa ya kalau punya pacar, atau uda nganggep kalau uda
nggak punya pacar ?’’
‘’ ngomong apa’an sih, siapa yang lupa kalau uda punya pucar dan siapa juga yang uda nganggep
kalau nggak punya pacar “
‘’ lha trus apa dong namanya, kalau dari kemarin seharian nggak hubungin aku dan sekarang ini aku
kalau nggak ngirim pesan, pasti kamu juga nggak akan ngirimi aku pesan kan??”
‘’ aku Cuma sakit hati aja, karena kamu menganggap kalau aku uda nggak perhatian sama kamu “
‘’emang kenyataannya kayak gitu kok “

Dan pertengkaran kami malam itu pun berlanjut, dan karena aku sudah jengkel aku tak membalas
pesan darinya. Lalu, entah kenapa rasanya saat itu aku ingin sekali membuka jejaring sosial (fb).
Saat itu ku terima pesan, dan anehnya yang ngirim aku pesan adalah Rama, tpi, yang lebih anehnya
di pesan itu ia bertanya
‘’ ini pacarnya Rama?”
‘’iya”
‘’ma’af, aku bukan Rama, kamu masih pacaran sama dia?’’
‘’iya, aku masih pacaran sama dia, ini siapa?’’
‘’beneran kamu masih pacaran sama dia?
‘’ beneran lah, kamu siapa sih sebenarnya kok pake fbnya Rama?’’
‘’tapi dia bilang ke aku kalau kalian uda putus !!’’
‘’uda, uda, hubungin aku di nomer ini ************ ‘’

Lalu aku kasih nomer hp aku ke dia, dan kemudian ada pesan dari anak itu.
‘’kak, beneran ya kamu masih pacaran sama Rama?’’
‘’beneran lah, walaupun sekarang aku lagi berantem sama dia, kami nggak putus kok dan nggak
ada kata-kata putus tuh !!”
‘’ tapi, dia bilang ke aku kalau kalian uda putus !!’’
‘’ kapan dia bilang kayak gitu, dan kamu itu siapa?’’
‘’beberapa hari yang lalu, aku adik kelasnya kak!!’’
‘’nama kamu siapa, dan kenapa sebenarnya kamu nanya kayak gitu sama aku?’’
‘’ aku Febri, aku Cuma mau pastiin aja yang sebenarnya itu bagaimana “
‘’ sumpah ya, aku nggak ngerti maksud kamu itu apa’’
‘’ Rama uda bilang cinta ke aku, dan dia nembak aku kak!!’’
Membaca pesan itu rasanya aku ingin marah, nangis, perasaan ku nggak karu-karuan, tapi aku
masih mencoba untuk tetap tenang.
‘’apa,? nggak mungkin “
‘’ beneran kak, ma’afin aku kalau memang aku merusak hubunganmu dengan Rama “
‘’ kalian uda pacaran?’’
‘’ aku bingung, dia tetap mau jadi pacar aku, aku uda coba nolak dan dia tetap ngotot mau jadi pacar
aku kak !!
‘’ aku tanya, kalian uda pacaran apa belum? Nggak usah muter-muter kalau jawab !!’’
‘’ uda kak, tapi baru beberapa hari saja kok, kalau gitu aku akan mutusin dia kak !!’’

Beberapa saat kemudian


‘’ dia nggak mau putus dari aku kak “
‘’oh, gitu ya..!!’’
‘’ ma’afkan aku kak, aku nggak punya maksud ngrusak hubungan kalian !!’’
Dan febri mengirimkan sebuah pesan dari Rama ke aku yang isinya disitu Rama nggak mau putus
dari Febri.

Lalu, aku mengirim pesan ke Rama, aku coba tetap tenangkan diri aku.
‘’oh ya,aku lupa nanya sama kamu. Kita putus kan?’’
‘’ terserah “
‘’ oke, kita resmi putus, akhirnya aku bisa bebas juga “
‘’ ini kan yang kamu mau, putus dari aku dan kamu bisa dengan cowo’ lain?’’
‘’kalau iya, emang kenapa, masalah buat kamu? Kamu aja bisa dengan cewe’ lain sebelum kita
putus, masa’ aku nggak bisa dengan cowo’ lain, padahal kita uda resmi putus !!
‘’ terserah apa kata kamu aja “
‘’iya, satu pesenku buat kamu, urusin tuh selingkuhan kamu “
Dalam pesan itu, aku berlaga tenang dan santai menghadapi masalah ini, tapi sebenarnya hatiku ini
hancur banget dengan semua kejadian ini, sakit banget rasanya, pengen nangis, pengen teriiak,
pengen marah, tapi rasanya aku nggak tau bagaimana ngungkapin semua perasaan yang ada di
hatiku ini. Tanggal 13 agustus 2012, aku dan Rama resmi putus dan hubungan sudah benar-benar
berakhir, gara-gara perselingkuhannya dengan Febri, 7 bulan kurang 4 hari hubungan ini berjalan
dengan sia-sia, sad ending.

Lalu, aku megirim pesan lagi kepada Febri.


‘’ aku uda putus sama Rama “
‘’ kok putus, ma’afin aku gara-gara aku kalian putus,”
‘’uda lah, nggak apa-apa “
‘’ kalian nggak usah putus ya, biar aku saja yang putus sama Rama, kalian uda saling mengenal
lebih dulu,”
‘’ aku uda terlanjur putus sama Rama, dan mungkin emang uda takdirnya aku putus sama dia !!’’
‘’ ma’afkan aku ya !!’’
‘’ya, moga kalian langgeng!!”
‘’ amin kak, makasih do’anya, dan sekali lagi ma’afin aku “
Sumpah, aku nggak nyangka banget tuh anak bakalan bilang “amin” saat aku bilang “ semoga
kalian langgeng”, muna banget tuh anak, awalnya bilang mau putus sama Rama, tpi akhirnya malah
bilang amin. Rasanya pengen aku mencaci maki mereka semua, pengen aku pukulin sampe babak
belur.
Sempat aku mengajak Febri bertemu dan ngomongin masalah ini baik-baik, tapi ia menghindar dan
menolak, aku kurang tau alasan dia yang sebenarnya menghindar dari aku itu apa, dia Cuma bilang
kalau dia lagi sibuk, tapi menurutku ia takut bertemu denganku, mungkin ia takut aku bakalan
marahin dia, padahal ngga ada maksud ku buat marah atau maki-maki tuh anak, aku kan Cuma
pengen tau lebih jelas dan ngomong secara tatap muka langsung kan lebih enak dari pada Cuma
lewat handphone.

Keesokan harinya aku mengirim pesan ke Febri.


‘’ tolong jaga Rama, seperti aku menjaganya. Tolong sayangi dan cintai dia, seperti aku menyayangi
dan mencintai dia, aku titip dia ke kamu, aku percayakan dia untuk kamu. Jangan buat dia terluka.
Semoga kalian bahagia selalu “

Penuh dengan linangan air mata saat ku tulis dan ku kirim pesan tersebut, ada perasaan tak rela
untuk melepas begitu saja semua yang telah terjadi selama ini. Tapi apalah daya, ini semua sebuah
kenyataan yang harus aku hadapi, air mata ini semakin deras mengalir saat ku kumpulkan semua
barang pemberianmnya. Firasatku ternyata benar, bahwa hubungan ini kan berakhir, dengan semua
pertanda yang ada selama ini.
“ Ya Allah, sakit banget yang aku rasakan sekarang ini, sakit hati ini kembali lagi berpijak dalam
diriku, dia yang telah ku percaya, dia yang telah beriku senyum, dia yang telah beriku mimpi, dia
yang temani tawaku, dia yang hilangkan dukaku. Tapi, kini ia telah pergi tinggalkan aku untuk cinta
yang baru, cinta yang baru saja ia kenal. Kenapa harus terjadi lagi, apa salahku, apa kurangku
hingga dia sakiti aku seperti ini. Ya Allah, tak sanggup rasanya aku mengingat semua kenangan
antara aku dan dia, itu terlalu menyakitkan. Ya Allah, jauhkan aku dari rasa benci, jauhkan aku dari
dendam, berikan hambamu ini keikhlasan dan ketabahan dalam menerima serta menghadapi
semua ini. Ku serahkan semua ini padamu ya allah, ku tahu ini semua rencanamu, ku tahu ini
semua kehendakmu, engkau yang telah menyatukan kami, dan engkau pula yang pisahkan kami ya
allah”
Sebait curahan hatiku itu ku panjatkan kepada Allah dengan semua sakit yang ku rasakan, dengan
semua air mata yang mengalir. Tapi aku coba tersenyum, aku masih mencoba untuk tegar, karena
ku percaya dan aku pasti bisa hadapi semua ini.

Beberapa saat kemudian, ku dengar handphone ku berdering, dan ku lihat ada satu pesan. Saat ku
buka ternyata itu pesan dari Rama.
‘’ andaikan aku bisa memutar waktu kembali, pasti akan ku lakukan. Tapi itu sungguh mustahil, tak
mungkin aku bisa memutar kembali waktu meski hanya satu detik saja. Karena kesalahanku itu, kau
pergi tinggalkan aku. Kini kita tlah berjalan sendiri-sendiri, semoga kita bisa menjalani semua ini
dengan baik.”
Sedikit senyum yang hanya bisa kuberikan setelah membaca pesan itu, aku mencoba tabah dan
tetap tegar, aku tersenyum untuk menahan sakit yang ku rasakan.

Hari-hari ku kini memang sepi setelah ia tak ada lagi dalam kehidupanku ini, aku coba move on,
move on dan move on. Ku coba cari kesenanganku tanpa dia, ku coba cari tawaku saat tak ada dia.
Kini entah apa yang akan terjadi selanjutnya dengan perjalanan cinta ini, apakah suatu saat aku
bisa benar-benar mema’afkan dia dan menghilangkan sakit ini karena dia. Dan mungkin kelak ku
bisa temukan yang lebih dari dia, tak aku mengerti, karena semua itu menjadi rahasia Tuhan dan ku
coba siap menerima semua yang telah di gariskan oehnya, karena jodoh, rezeki dan matiku hanya
Allah yang tahu.

PROFIL PENULIS
Nama : Rahayu Nur Rahmawati
Alamat: Kradenan, Blora
Sekolah: SMA N 1 CEPU
Add facebook: Rahayu N Rahmawati
My blog : rahayunurrahma.blogspot.com
AKU?? GADIS PALING BERUNTUNG!
Karya Aisha

Aku, Kasya Adelia. Nama yang tidak umum? Memang! Biarlah, itu kreasi orangtuaku. Terlahir
dengan wajah innocent, manis, cantik, dan polos. Plus badan mungil dan ramping yang sukses
membuat teman-temanku sirik. Aku termasuk jajaran murid pintar di kelas lho. Hanya saja, aku
memiliki sifat pelupa, PD dahsyat, dan bengal. Love life? Zero. Zero! Aku hanya berharap, ada
seorang prince –yang tidak harus charming– datang kepadaku dengan ketulusan yang tidak dibuat-
buat!

Lagi-lagi aku kena marah guru. Padahal, aku hanya tidak mengerjakan PR. Yah, memang sih sudah
yang kedua kali. Eh, mungkin yang ketiga kali. Pokonya tidak mengerjakan PR deh. Guru itu –Pak
Dudung– memarahiku tanpa ampun. Di depan kelas lagi! Damn. Mau ditaruh dimana muka manisku
ini? Semua teman-temanku hanya bisa tersenyum, berusaha menahan tawa. Tanpa ada yang
berusaha memberikan pembelaan untukku. Huh, teman macam apa mereka? Aku hanya bisa
memasang tampang innocent plus polos plus memelas ketika mendengar omelan Pak Dudung yang
sepeti kereta berlokomotif tidak terhingga. Aku merutuki sifat pelupaku. Mayday mayday..

Entah mungkin Pak Dudung sedang happy, entah tersihir wajah innocentku. Tapi yang pasti, beliau
tidak jadi menghubungi orangtuaku. Aku bersorak dalam hati. Beliau hanya menyuruhku berdiri
diluar kelas. Yeah! Tandanya, aku bisa kabur ke perpustakaan. Sifat bengalku memang susah
dilawan. Aku mana tahan harus berdiri panas-panasan di luar kelas? Segera aku melangkahkan
kaki ke perpustakaan. Tempat paling nyaman di seantero sekolah. Tempat aku bisa merefresh
pikiranku saat ada masalah yang menumpuk. Setiap jalinan kisah yang terdapat dalam sebuah buku,
selalu sukses membuatku lupa diri dan terhanyut bersama tokoh utama tersebut.

Terpaan angin AC yang dingin segera menyambutku. Ah, sudah lama aku tidak kesini. Kegiatanku
di Osis lumayan menyita sedikit waktuku. Yah, walaupun lama dalam kamusku adalah 2 hari. Ibu
Rini –penjaga perpustakaan– menyapaku dengan ramah. Tanpa menanyakan alasanku yang
berada di perpus saat jam pelajaran. Fiuh, big applause for her! Aku segera membalas sapaannya
dengan ramah, dan berlari menuju kubikel favoritku setelah sebelumnya menyambar asal sebuah
buku dari rak. Kubikel favoritku ini, terletak di paling ujung dan paling pojok. Mungkin itu sebabnya
tidak ada murid lain yang menggunakan kubikel ini selain aku. Seram katanya. Padahal, menurutku
kubikel ini paling oke! Disini, aku bisa leluasa membaca buku tanpa ada gangguan dari orang yang
hilir mudik. Tenang pokoknya.

Oh ya, kubikelku ini juga paling banyak coretannya. Maklum, aku tidak tahan untuk tidak mencoret-
coret barang. Bahkan mejaku juga penuh dengan coretan. Dan untuk hal yang satu ini, belum
pernah ada guru yang memarahiku. Sebenarnya sih karena belum ketahuan, hehe. Kembali ke
coretan, aku amat-sangat-sering menulis isi kepalaku di kubikel ini. Rasanya ada yang kurang gitu
kalau belum menulis. Dan dimulailah tulisanku untuk hari ini.

Plis deh Pak! Jangan salahin saya dong. Emang saya bisa milih jadi pelupa apa? Bawaan lahir tao
paak. Bete bete. Kayanya hari ini bakalan kelabu. Huhu.. T-T ada yang nyemangatin dong
someone.. ck..
Aku tertawa sendiri melihat tulisanku itu! Sedikitpun tidak mirip dengan tulisan asliku. Sepertinya
kemampuanku mengubah bentuk tulisan semakin meningkat! Aku pandangi tulisan-tulisanku yang
lain. Hiyaa.. Kok sebagian galau gitu sih? Huahaha.. Aku terbahak-bahak dalam hati. Sekali lagi,
aku melayangkan pandanganku. Tunggu. Ada yang aneh. Tulisan lain. Tercetak jelas di samping
setiap tulisanku. Mengomentari setiap tulisanku! Menyemangati setiap tulisanku! Aku baca perlahan-
lahan tulisan si misterius itu.
Semangat Sya! Kamu pasti bisa melewati hari ini dengan senyuman J
Selalu lihat sisi positifnya Sya! Kasya pasti bisa!
Hey, Kasya Adelia itu terlahir kuat! Dia gak akan putus asa, kan?
Sayang kalau wajah innocentmu tertutup ekspresi amarah. Tertawa dan tersenyum dong :D
Aku peduli, dan akan selalu mendungmu.. :)

Aku terheran-heran sendiri. Begitu banyak tulisan dari orang yang aku sendiri tidak tahu siapa.
Lagipula, bagaimana dia tahu namaku? Jangan-jangan.. Aku dimata-matai! Terburu-buru aku berdiri
dan mengedarkan pandanganku ke sepenjuru perpustakaan. Nihil. Tidak ada siapa-siapa. Yah,
walaupun saat membacanya aku merasa ada yang melumer di dalam hatiku. Karena, dia adalah
orang pertama -yang sepertinya- peduli padaku. Aku menghela nafas panjang. Segera aku menulis
lagi.

Haloo.. Ini siapa yaa? Kok tau aku? Hayo ngakuuu… Jangan bikin orang penasaran dong, dosa tau.
Eh, tapi big thanks for you ya.
Besok, aku harus segera kembali ke perpustakaan! Aku paling tidak tahan dengan yang namanya
penasaran! Awas saja kalau dia sampai tidak membalas. Akan aku cari sampai ke penjuru sekolah
sekalipun.
“Sya, lima menit lagi bel tuh,” suara ibu perpustakaan mengingatkanku.
Oh! Aku harus segera kembali ke depan pintu kelas. Kalau tidak, hiiy.. Kupingku akan semakin
panas mendengar omelan Pak Dudung. Aku segera berlari keluar perpustakaan. Tidak lupa
mengucapkan terimakasih –dengan berlari juga– kepada ibu perpustakaan. Dan beliau hanya bisa
geleng-geleng kepala melihat salah satu murid langganannya.

Pak Dudung memang galak, Sya. Hehe.. Sabar yaa. Oh ya. Anggap saja aku Guardian Angelmu.
Yang akan selalu mendukung, dan ada untukmu.Oke?
Keesokan harinya, aku kembali ke perpustakaan. Dan benar saja, orang itu membalas! Aku melotot
membaca tulisannya. Guardian Angel?! Apaan tuh! Seenaknya bikin aku penasaran. Tapi lagi-lagi,
aku merasa ada yang lumer di hatiku. Duh, masa aku menyukai seseorang yang bahkan aku saja
tidak tahu? Dengan gemas aku menulis lagi.Angel? Ga nyata doong, hii… Ngaku dong, plis banget.
Jangan main-main gini dong. Pengen ngeliat aku marah kali ya?

Oke, aku ini memang orang yang susah buat jatuh suka (well, dalam hal ini aku menghindari kata
‘cinta’). Buktinya, selama 16 tahun hidup aku belum pernah tuh naksir cowok. Yah, kecuali penyanyi
favoritku –Nick Jonas. Suaranya… Wajahnya… Oke, back to the topic. Kenapa ya? Tiap kali aku
baca tulisan-tulisannya, aku merasa ada yang melumer di hatiku. Aku jadi hangat luar dalam. Duh,
what’s wrong with my heart? Tiap baca tulisannya, aku bisa merasakan kepedulian dan
ketulusannya.

Enak aja, aku nyata kok. Manusia, real! Dan aku BENER-BENER ga ada niat MAIN-MAIN. Aku
serius, Sya.Kamu boleh marah kok. Just wait and see.. Keep spirit yaa.

Lama-kelamaan, kegiatan yang kusebut “Coret-Coret-Bikin-Kubikel-Kotor” yang kusingkat “CCBKK”


berlangsung rutin setiap hari. Dan anehnya, aku gak pernah sekalipun ketemuan sama orang itu.
Ibu perpus gak pernah mau ngasih tau siapa orang selain aku yang make kubikel itu. Dan lagi, kalau
ada orang lain yang iseng ngebaca tulisan itu, pasti bingung sendiri. Lha wong isinya macem-
macem. Ada kata semangat, debat kusir, galau dan teman-temannya, sampai tentang pelajaran!
Bisa dibayangin dong gimana kotornya itu kubikel? Dan tanpa aku sadari, CCBKK udah
berlangsung selama lebih dari 3 minggu.

Seperti biasa, aku sedang berjalan menuju perpustakaan. Tapi, rute kelas-perpustakaan yang
kutempuh sedang tidak biasa. Aku harus memutar jalan melewati ruang guru. Pak Dudung tidak
sengaja membawa buku paketku yang dipinjam olehnya. Dasar guru, bukannya mengembalikan
langsung. Huh.

Saat aku sampai di depan pintu ruang guru, aku bersiap membukanya. Tapi tiba-tiba, pintu itu
terbuka sendiri! Kaget? Pastinya! Jangan-jangan… Hantuuu! Husssh. Segera kutepis pikiran
konyolku itu. Ternyata, ada seseorang yang membukanya. Aku hanya melihat wajahnya sekilas,
selain dia yang langsung memalingkan wajahnya, dia juga membawa setumpuk buku perpustakaan
dan beberapa lembar kertas yang hampir menutupi wajahnya. Wajahnya terlihat kaget. Mungkin
akan kecantikanku ini, hehehe. Tapi yang jelas, selembar kertas terbang dari genggamannya saat
dia berjalan menjauh. Dan kertas itu jatuh tepat didepan kakiku. Penasaran, aku memungutnya.
Ternyata kertas ulangan. Dan, wow! Nilai yang sempurna. Amri Affandi, pasti orang yang pintar.
Saat aku melihat tulisan jawabannya, aku terperangah. Jantungku langsung berdebar tak keruan.
Hatiku terasa panas. Tulisan ini.. aku bukan sekadar mengetahuinya. Aku mengenalnya!

Aku langsung berlari mengejarnya. Sia-sia aku berteriak namanya. Sayang, di kertas tersebut tidak
dicantumkan kelasnya. Dia tidak ada. Heran, lari kemana sih? Cepat sekali. Aku memutuskan untuk
menyimpan kertas ulangan tersebut dan pergi ke perpustakaan. Aku harus merefresh pikiranku!
Untuk kesekian kalinya, terpaan dingin AC kembali menyambutku. Ibu perpus entah mengapa
tersenyum penuh arti kepadaku. Aku membalas senyumannya dengan kikuk. Kali ini, aku memilih
buku dengan seksama. Memilah buku mana yang akan membawaku terhanyut dengan cepat dalam
buku itu.
‘City of Bones’ tampaknya pilihan yang cocok. Aku segera melangkahkan kakiku menuju kubikel
favoritku. Otakku benar-benar butuh penyegaran! Aku bahkan berniat bolos jam pelajaran. Ini
semua gara-gara tulisan Amri Affandi! Tenang Kasya.. Keep calm..

Yah, ternyata ‘keep calm’ku tidak berjalan sukses. Aku terkesiap ketika ada seseorang yang sudah
duduk manis di kubikelku. Dalam otakku, sudah terpampang berbagai “naskah” untuk mengusir
orang tersebut. Namun, aku lebih terkesiap lagi ketika melihat wajahnya. Wajah itu.. Walaupun
hanya sekilas melihatnya, aku langsung mengenalinya! Ya, tidak salah lagi. Dia adalah orang yang
kutabrak tadi di depan Ruang Guru! Otakku seakan ditembak sinar pembeku. ‘Brain Freezing Time’-
ku kambuh lagi. Lidahku kelu. Dia hanya tersenyum. Senyuman yang entah mengapa membuat
diriku menghangat.
“Amri Affandi?”Tanyaku dengan takut. Aku menunduk, takut salah orang!
“Kasya Adelia, kan?” Balasnya disertai senyuman mautnya. Uh, aku meleleh di tempat. Aku kaget.
Jantungku berdetak tidak karuan. Inikah orangnya? Orang yang berhasil membuat hatiku berdebar-
debar? Aku hanya mengharapkan seorang ‘Prince’. Tapi, mengapa? Mengapa yang datang ‘Prince
Charming’? Wajahnya begitu tampan. Dengan mata yang jernih dan alis yang teduh. Dihiasi
kacamata tanpa frame yang sukses membuatnya semakin charming. Rambutnya hitam pekat dan
lurus. Dan hal lainnya, sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Aku mengorek ingatanku. Ya, dia adalah peraih peringkat 1 paralel. Dan aku
harus puas berada di peringkat 2 atau 3. Sering disebut, ngg... Ice Prince!
“Ng.. Ak.. Kamu.. Amir –eh! Amri Affandi? Ng.. Yang suka nulis di.. sini?” Tanyaku dengan takut.
Aku hanya tidak ingin harapanku kelewat tinggi. Aku takut.
“Fandi aja. Dan aku sudah memutuskan bahwa sekarang saatnya aku jujur sama Kamu. Kamu
boleh nganggep aku pengecut atau apa. Aku terima. Jujur, karena aku sendiri juga gak berani untuk
ngungkapin secara langsung. Dan sekarang, aku udah mengumpulkan keberanian itu,” jelasnya
panjang lebar. Tapi, wait! Keberanian apa? Duh, makin geer nih!
“Kasya Adelia, Aku suka Kamu. Kamu mau berada di sisiku sekarang dan seterusnya?”,Terang
Fandi dengan suaranya yang jernih. Matanya begitu penuh keyakinan, ketulusan, dan cinta? Ah,
aku tidak yakin ekspresi apa itu. Yang pasti, ekspresi tersebut kontan membuatku panas-dingin,
jantungku berlompatan tidak karuan.

Help! Mayday mayday! Aku meerasa linglung. Ini mimpi? Bukan. Pasti bukan, aku harap. Saat
matanya memandangku, aku langsung membeku lagi. Dan dalam sekejap melumer kembali saat
Fandi menggenggam tanganku. Saat itu juga aku kembali menjadi diriku. Pikiranku melayang ke
tulisan-tulisan di kubikel. Dia tulus. Dia baik. Dia peduli. Dan yang terpenting, aku menyukainya.
Perlahan, aku mengangguk. Dan setelah anggukan itu, aku merasa menjadi gadis paling beruntung
di dunia!
“Ciee.. Ice Prince..” ledekku pada Fandi. Hahaha, ternyata dia tidak menyukai julukan itu. Huu…
Siapa suruh jarang senyum? Walaupun jika terhadapku, dia selalu tersenyum sih, hehehe. Aku
memperhaikan wajahnya. Gawaat, sepertinya Fandi bete akan ledekanku yang tidak berhenti-
berhenti. Hahaha, tapi aku tidak terlalu peduli. Meledeknya adalah hal yang menyenangkan buatku.
“Cieee pasangan jenius..” ledekku lagi. Kali ini, adalah julukan buat kami berdua. Terus terang, aku
menyukai julukan itu. Dan lagi-lagi, Fandi tidak menyukainya. Aku baru akan meledek lagi, saat
jeweran mengenai kupingku.
“Nona kubikel, aku laporin ke guru ya kalau kamu suka mencoret-coret properti sekolah.” Balas
Fandi dengan senyuman mautnya.
Tentu saja aku langsung meleleh dan diam melihat senyumannya. Fandi yang melihatku diam,
menyangka aku marah dan langsung mengecup dahiku tanda permintaan maaf.

Sekali lagi, aku merasa menjadi ‘Gadis Paling Beruntung di Dunia’.


JALAN CINTAKU....!!!!
Karya Rahayu Nur Rahmawati

Gelak tawa dan kebersamaan ini telah terjadi sejak dulu, sejak kita masih kanak-kanak. Kita adalah
sahabat, kita tlah seperti saudara, begitu dekat, dan mengerti satu sama lain. Sebut saja dia dengan
nama Rama. Tak ada sedikitpun angan yang terlintas difikiran ku tuk merasakan cintanya, semua
tlah berubah saat kita beranjak dewasa, disaat kita tlah mengenal apa itu arti sebuah kebersamaan
yang didampingi dengan cinta. Saat dia mengatakan ingin mendampingi aku bukan sebagai sahabat
ataupun saudara, sungguh tak pernah ku sangka, bimbang ku rasakan. Tapi, ku tak mau
membuatnya terluka atau kecewa, ku putuskan untuk menerima permintaannya itu. Sejak saat itu,
ada kebimbangan dalam hatiku, apakah ini semua keputusan yang benar, di satu sisi aku tak mau
mengecewakan Rama, tapi di satu sisi dia baru saja mengakhiri hubungannya dengan salah
seorang sahabatku sendiri, Reina. Hubungan ku ini, awalnya tak ada yang mengetahui, hanya aku
dan Rama. Tapi, seiring berjalannya waktu, semuanya tahu, beegitupun Reina, awalnya aku takut
jikalau dia marah dan membenciku. Tapi ternyata dia tak mengapa, dia tak marah ataupun benci
kepadaku. Hubungan ku dengan Rama, awalnya baik-baik saja, tapi semenjak kita tak lagi satu
sekolah, saat kita memilih sekolah yang berbeda, hubungan ku semakin jauh, dan aku merasa kita
tlah jauh. Saat itu ku akui, hatiku tlah berpaling, dan setelah ku mengetahui hatinya juga tlah
berpaling kepada yang lain, ku putuskan mengakhiri hubungan ini.
‘’ mungkin ini memang jalan terbaik buat kita berdua, kita memang tak bisa satu, sudah tak ada lagi
kecocokan dalam hubungan kita, jadi lebih baik kita berhenti cukup sampai disini”

Sebait pesanku ini diterimanya, dan dia menyetujui keputusan ku ini. Sejak saat itu, aku menjalin
hubungan dengan orang lain. Saat ini kumerasa sangat bahagia, orang tua ku memberi restu
terhadap hubungan ku dengan orang ini, sebut saja Adrian. Aku serasa tak mau melepas dia, ku
selalu berharap hubungan ini tak berakhir sia-sia. Tapi takdir berkata lain, Adrian meninggalkan aku
dengan sebuah luka, hatinya berpaling. Tak kusangka begitu pahit ini semua bagiku, tak kusangka
dirinya tega khianati ku. Ku terpuruk dalam kepedihan, tak sanggup rasanya ku tuk bangkit dari
semua kenyataan pahit ini.
‘’ jika memang kita harus berpisah, aku tlah menemukan seseorang yang lebih mencintaimu dari
pada aku “
Pesannya ini, sampai sekarang tak ku mengerti, tak tau siapa yang dia maksud. Selau ku coba
melupakan dan menepis bayang-bayangnya dalam hidupku, tapi sungguh begitu sulit ku rasa. Sakit
ini semakin terasa, disaat dia tak mau menyapaku, bahkan menyebut nama ku saja sudah tak
pernah ia lakukan.

Beberapa bulan berselang, Rama kembali mendekatiku bukan sebagai sahabat.


‘’ aku menyadari bahwa selama ini aku hanya menyayangi dirimu, meski ku tlah lewati hari dengan
hati yang lain, tapi tak pernah ku rasakan sayang seperti dirimu’’

Ucapannya tak cukup mampu buatku luluh, dan aku katakan tak ingin menjalin hubungan yang
seperti dulu.
‘’kita lebih baik jadi seorang sahabat, kita tak mungkin bisa menjalaini hubungan seperti dulu, aku
sayang kamu sebagai sahabat ku “

Tak pernah ku fikirkan akibat perkataanku itu, menyakitinya atau mengecewakannya, aku tak tahu.
Yang aku tahu, aku melakukan semua ini demi persahabatan ku dengan dia. Tak pernah dia
menyerah tuk meluluhkan hatiku, selalu ia memanjakan dan memberi perhatian penuh terhadapku.
Selalu ia berusaha tuk meyakinkanku, bahwa ia kan selau buatku bahagia.
‘’ aku sangat menyayangimu, beriku kesempatan satu kali lagi, tuk menghapus kesalahan ku dimasa
lalu, aku berjanji tak kan khianatimu, tak kan ku buatmu sakit, percayalah padaku bahwa kasih dan
sayangku buat kamu itu tulus’’

Kata-katanya itu, kian lama buat ku luluh terhadapnya. Hingga pada akhirnya ku putuskan kembali
tuk mencoba menjalin hubungan spesial dengan Rama.
‘’ ku coba mempercayaimu lagi, ku beri kau kesempatan dan ku percaya semua kata-katamu, aku
mohon jangan sakiti dan khianati diriku ini’’
Tanggal 17 januari 2012, kita menjalin hubungan kembali. Hari-hariku dipenuhi dengan perhatian
dan kasih sayangmu, pujian-pujian mu terhadapku jadi menu keseharianku. Tapi, masih ada
kebimbangan dalam hatiku, aku masih bertanya-tanya, sebenarnya apakah aku sayang sama dia??
Tiap dia bilang sayang kepadaku, ku selalu bilang ‘’ aku juga sayang kamu ‘’, aku tak tahu salahkah
ucapanku itu, yang aku tahu, aku akan membuatnya bahagia jika aku mengatakan bahwa aku juga
menyayanginya.

Sikapnya memang tak seperti dulu lagi, sudah lebih dewasa, tapi masih saja ada sikap yang
membuatku jengkel. Ingin selalu ku tegur tapi aku tak mau pertengkaran terjadi diantara kita, aku
Cuma ingin menjalin hubungan yang lebih lama dengannya. Walaupun ku coba hindari
pertengkaran, masih saja ada yang membuatku marah dan ngambek kepadanya, dia selalu
mencoba menenangkanku dan membuatku tersenyum lagi. Kian lama ku jalani hari
bersamanya,kian ku rasakan kebahagian, rasa sayang itu tumbuh dengan seiring berjalannya waktu
dan kebersamaan kita selama ini.

Ditengah kebahagiaan kita, ada masalah yang terjadi, hubunganku ini tanpa diiringi restu kedua
orang tuaku. Sakit saat ku dengar ucapan mereka, bahwa hubungan ku ini harus segera berakhir.
Ku coba bicara hal ini pada Rama, tapi aku nggak berani. Aku takut menyakitinya, aku takut
membuat dia terluka, aku nggak tega ngomong sama dia. Sekarang ku di hampiri kebimbangan, apa
yang harus aku lakukan, menuruti kata orang tua, apakah memperhatakan hubungan ini. Sungguh,
jadi kayak sinetron, hubungan nggak direstui gara-gara masalah yang sepele dan nggak jelas.
Sumprit deh pusing mikirin masalah ini, mau dibawa kemana hubungan ini.

Suatu hari, aku bertemu dengan dia di rumah temenku, sebut saja namanya Putra, karena
kebetulan banget pacarnya Putra adalah temen dekatku sendiri, panggil aja Isna. Jadi, ceritanya
double date gitu deh. Seru juga double date kayak gini, saat itu aku sama Rama duduk berdua, dia
nyuruh aku menutup kedua mataku, aku sempat nggak mau, tapi dia maksa. Ya, okelah aku turutin.
Dan tak lama kemudian aku rasakan ada sesuatu di leherku, ku buka mataku dan ternyata dia telah
memasangkan kalung di leherku. Dia tersenyum padaku dan bilang ‘’ aku sayang kamu’’. Ku balas
senyum manisnya dan ku balas pula ucapannya itu ‘’ aku juga sayang kamu ‘’.

Tak lama kemudian aku berdiri, aku mengatakan sesuatu kepadanya,


‘’ bagaimana nanti seandainya kita tak lagi bersama ya?”

Dia terkejut dengan pertanyaanku itu, serentak ia berdiri dan kembali bertaya kepadaku.
‘’ apa maksud kamu, apa yang kamu katakan?’’

Aku diam sejenak dan menunduk sambil ku pegangi kalung dari dia.
‘’ seandainya hubungan kita nanti berakhir bagaimana?’’
‘’ berakhir? Kenapa kamu berfikir seperi itu?’’
‘’ kamu tahukan, orang tuaku bagaimana, mereka tak merestui kita !’’

Rama terdiam, ia duduk kembali dan menunduk. Sungguh, sedih bangit hati ini ngeliat dia kayak gitu.
Dia kemudian mengajukan pertanyaan kepadaku.
‘’ apa kamu akan mengakhiri hubungan kita ini?’’
‘’ aku nggak tahu?” jawabku dengan lemas
‘’ aku ikhlas, jika memang kamu akan memutuskan hubungan ini, tapi sungguh ku tak kan sanggup
kehilangan kamu ‘’

Rama menatapku, dengan mata yang berkaca-kaca. Oh, tuhan sungguh semakin tak tega aku,
rasanya tubuh ini makin lemas bahkan mau pingsan.
‘’aku, aku nggak tahu, aku nggak tahu harus bagaimana’’
‘’ aku sangat menyayangimu, aku nggak bisa kehilangan kamu’’
‘’ aku juga sayang kamu ‘’

Dia berdiri dan memeluk erat tubuhku, ini untuk pertama kalinya aku dipeluk sama pacar. Dan tak ku
sangka air mata ini menetes begitu deras.
‘’ aku sungguh nggak mau kehilangan kamu , aku menyayangimu’’

Berulang-ulang kali Rama mengucapkan kata-kata itu.


‘’ aku juga sayang kamu, aku nggak mau putus dari kamu’’

Setelah ku ucapkan kalimat itu, air mata ini semakin tak mau berhenti.
‘’ aku nggak mau putus, nggak mau’’
‘’ jangan nangis ya, aku nggak mau liat kamu nangis kayak gini’’
‘’ tapi, aku nggak mau putus, aku sayang kamu’’
‘’ kita nggak akan putus, nggak akan pernah. Percaya lah padaku, pasti suatu hari nanti, kita akan
mendapatkan restu’’
‘’ apa kamu yakin?’’
‘’ aku yakin, sudah ya nggak usah nangis lagi, aku nggak tega ngliat kamu nangis kayak gini’’

Rama mengusap air mataku dengan begitu lembut, kedua tangannya memegang pipiku.
‘’ aku menyayangimu, yakinlah bahwa hubungan kita akan baik-baik saja’’

Dipeluknya kembali tubuhku yang lemah ini, ku ucapkan berulang-ulang kali.


‘’aku sayang kamu, aku nggak mau putus ‘’
Semakin kurasa nyaman dalam pelukannya, terasa sejenak beban ini hilang. Rasanya aku tak ingin
lepas dari pelukan hangatnya. Tapi waktu juga yang akhirnya melepaskan. Aku sempat berfikir hari
ini semuanya akan berakhir begitu saja, tapi ternyata salah , cerita ini masih terus berjalan dan
belum berakhir.
Sejak saat itu, cerita ini semakin indah, banyak moment-moment yang berkesan. Dia selalu
menemani tawaku, dia mengusap air mataku ketika ku menangis, dia selalu di sampingku saat ku
bersedih. Rasanya sayang ini semakin kuat.
Suatu hari saat meeting class, Isna tidur dirumahku, dan kami membuat rencana untuk berangkat
kesekolah esok hari, aku akan berangkat dengan Rama, dan dia akan berangkat dengan Putra dan
kami berencana berangkat agak siang dari pada biasanya.
Keesokan harinya, rasanya begitu semangat untuk memulai hari ini, setelah selesai sarapan aku
dan Isna berangkat, kami janjian bertemu Rama dan Putra di jembatan. Saat sampai di jembatan
baru Rama yang disana, Putra belum nongol ternyata. Rama mengajakku berangkat lebih dulu
karena ia takut telat, tapi Isna nggak mau ditinggal sendirian. Setelah beberapa saat akhirnya Putra
nongol juga, kamipun berangakat tapi kami tak melewati jalan yang sama. Kami memang berbeda-
beda sekaolah, Cuma aku dan Isna yang satu sekolah, aku dan Isna nantinya akan bertemu di
depan gerbang sekolah.
Sepanjang jalan, aku dan Rama bersenda gurau, jikalau bisa tiap hari kayak gini, anganku
melayang tinggi. Dia berkata padaku
‘’ aku ingin tiap hari bisa berangkat ke sekolah dengan kamu, menjemputmu di rumah dan disekolah,
pengen banget “
‘’aku juga pengen kayak gitu, kayak anak-anak yang lain, bisa berangkat dan pulang bareng,tapi
apalah daya itu mustahil terjadi’’

Kami terdiam sejenak, seakan menghentikan angan yang sempat melayang. Saat sampai di depan
sekolahku, ku tengok kanan dan kiri mencari Isna, dan ternyata ia belum datang.
‘’ cepat sana masuk, nanti telat’’
‘’ aku nunggu Isna ‘’
‘’ tunggu di dalam aja, cepat masuk’’
‘’ nggak lah, aku mau nunggu di sini aja’’
‘’ ya uda terserah kamu aja, aku ke sekolahku dulu ya, hati-hati kamu di sini’’
‘’ iya, kamu juga hati-hati ya’’

Aku duduk di depan gerbang sendirian, lalu ada temankku yang baru datang, dan aku mengajaknya
nungguin Isna, aku telfon tak diangkat olehnya, aku sms tapi tak di balas. Sampai akhirnya
gerbangpun ditutup, dan ada salah seorang temanku yang baru datang.
‘’ ngapain kalian berdua disini?’’ tanyanya kepadaku dan temanku
‘’ nunggu Isna, dia belum datang”
‘’lhoh, gerbangnya kok ditutup’’ katanya dengan kaget
‘’ ya uda, disini dulu nunggu Isna ‘’
Aku dan kedua temanku menunggu Isna, cukup lama kami menunggu dan akhirnya dia datang juga.
Dia datang dengan senyum yang lebar tanpa merasa bersalah karena tela membuat kami
menunggu. Saat kami akan masuk, pak satpam menghalangi kami, beliau tak mau membukakan
pintu gerbang. Beliau menyuruh kami menunggu anak-anak yang lain, mungkin ada yang telat lagi.
Dan ternyata benar, ada lebih banyak lagi yang telat. Setelah itu, kami harus berbaris dengan rapi,
dan kamipun dimarahin oleh pak satpam, bahkan kami di video dan wajah kami di potret sama ketua
osis. Wow, kayak teroris aja fikirku, setelah kenyang dengan omelannya pak satpam dan ketua osis,
kami harus berlari keliling lapangan, padahal lagi ada pertandingan futsal. Sumpah, malu banget
deh, diketawain dan dilihat sama anak satu sekolahan, rasanya pengen ku tutup mukaku pakai
kantung kresek.
Tapi, aku akuin deh nggak nyesel hari ini telat dan nggak apa-apalah harus dapat omelan yang
penting bisa bareng sama mas pacar. Heheehehe

Habis itu, aku dan Isna malah ketawa-ketawa sendiri, habis gokil banget deh kejadian ini, mungkin
akan selalu teringat dan nggak terlupakan. Saat pulang sekolah Putra sudah sampai terlebih dulu
menjemput Isna, dan kami menunggu Rama, sampai akhirnya Rama datang menjemputku. Kami
pulang bareng lagi dan kali ini kami pulang melewati jalan yang sama. Rasanya hari ini nggak mau
cepat-cepat berlalu, kapan lagi coba bisa kayak gini. Ada yang lucu sih dari hubungan aku dan
Rama, lalu Isna dan Putra. Jika salah satu dari kami ada yang bertengkar pasti yang satunya juga
bertengkar. Dan kalau lagi seneng dan bahagia-bahagianya, pasti yang satu juga lagi bahagia.
Kalau lagi berantem sama pacar,malah aku dan Isna yang cuek-cuekan, diem-dieman,. Tapi kalau
lagi baikan dan nggak ada masalah sama pacar, kita pasti ngobrol terus, becanda terus. Kalau di
fikir-fikir emang lucu sih, sedih bareng seneng bareng.
Keanehan mulai aku rasakan saat bulan puasa, aku merasa sikap Rama berubah, aku merasa dia
uda nggak perhatian lagi sama aku. Tapi, aku coba untuk hilangkan perasaan ini. Sebenarnya
memang bulan puasa ini menyenangkan, aku dan Rama tak jarang sholat terawih bareng dan sholat
shubuh di mushola bareng.

Suatu malam selepas sholat tarawih, Rama mendatangi aku di rumah, kebetulan saat itu kedua
orang tuaku masih dimushola. Aku kurang mengerti tujuan dia rumahku itu apa, lalu Rama berkata
padaku “ aku sungguh menyayangimu ‘’. Aku tersenyum mendengar ucapannya itu, belum sempat
aku balas ucapannya itu, tiba-tiba ia memegang tanganku dan memasangkan sebuah cincin di jari
manisku.
“ aku sungguh sayang kamu, jangan tinggalkan aku, dan ku mohon jaga cincin ini baik-baik “ ucap
Rama dengan tatapan mata yang sendu
‘’ aku juga sayang kamu, kan ku jaga cincin ini seperti ku menjaga cinta ini “
Ia memeluk tubuhku, sungguh ku rasa begitu nyaman dan ku merasa bahwa ia benar-benar
menyayangi aku. Selepas itu, ia segera pulang. Ku pandangi cincin itu, dan aku berfikir, apakah tak
kan ada nantinya yang memisahkan aku dan dia?? Yah, semoga saja. Aku hanya menginginkan
yang terbaik buat hubunganku dengan Rama ini.

Beberapa hari setelah itu dan pada saat makan sahur, tak ku sangka kalung yag diberikan oleh
Rama putus, dan ku merasa perasaan ku tak menentu, ada kekhawatiran, ada ketakutan, ku
bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi?? Lalu, ku coba mengatakan kepada Rama bahwa
kalung pemberiannya itu putus.
‘’ kenapa, kalung itu bisa putus?’’ tanya Rama
‘’ aku tak tau, tiba-tiba putus begitu saja”
‘’ kamu sih nggak jaga baik-baik “
‘’ aku sudah jaga baik-baik kok ‘’
‘’ ya sudahlah, besok-besok aku belikan lagi “
Untung saja Rama tak marah padaku, tapi jika diingat-ingat barang-barangku dari Rama tak pernah
ada yang tetap utuh atau bagus sampai sekarang ini. Mulai dari boneka yang ia berikan saat
rekreasi waktu SMP dulu uda ada bagian yang sobek, gelang juga putus, lalu bingkai fotonya pecah ,
dan kalungpun putus. Aneh memang dan sempat terfikir dibenakku, apakah ini pertanda bahwa
hubunganku dengan dia tak kan bertahan lama dan kami ditakdirkan tidak untuk bersama. Tapi,
selalu ku coba singkirkan jauh-jauh fikiran buruk itu.

Malam itu, semakin ku rasakan ada yang aneh dari dia, lalu ku beranikan diri untuk menegurnya,
‘’ aku merasakan ada yang aneh dengan kamu akhir-akhir ini “
‘’ aneh bagaimana?”
‘’aku merasa perhatianmu berkurang, tak seperti dulu “
‘’ perhatianku terhadapmu tak pernah berkurang, mungkin hanya perasaanmu saja “
‘’ ini bukan sekedar perasaan semata, kamu benar-benar berubah, tak seperti dulu “
‘’ mungkin karenaku terlalu banyak tugas “
Dan akhirnya semua perkataanku itu menimbulkan pertengkaran di antara kami, aku marah
padanya, dan mungkin ia juga marah padaku.
Keesokan harinya, aku tak memberi kabar padanya dan aku sangat berharap ia mengirimi aku
pesan atau menelfonku seperti biasa. Tapi, dari pagi hingga malam tak satupun pesan ku terima
darinya, semakin jengkel ku rasa, dan kemarahanku semakin besar padanya.

Hari berikutnya, tetap ku coba tuk tak menghubungi dia, aku ingin tau apakah dia akan
menghubungi aku. Tapi, hingga siang hari, tak juga ia menghubungi aku, aku rasanya sudah tak
tahan menahan emosiku. Lalu ku kirimi dia pesan
‘’ kok dari kemarin nggak ada kabar, lupa ya kalau punya pacar, atau uda nganggep kalau uda
nggak punya pacar ?’’
‘’ ngomong apa’an sih, siapa yang lupa kalau uda punya pucar dan siapa juga yang uda nganggep
kalau nggak punya pacar “
‘’ lha trus apa dong namanya, kalau dari kemarin seharian nggak hubungin aku dan sekarang ini aku
kalau nggak ngirim pesan, pasti kamu juga nggak akan ngirimi aku pesan kan??”
‘’ aku Cuma sakit hati aja, karena kamu menganggap kalau aku uda nggak perhatian sama kamu “
‘’emang kenyataannya kayak gitu kok “

Dan pertengkaran kami malam itu pun berlanjut, dan karena aku sudah jengkel aku tak membalas
pesan darinya. Lalu, entah kenapa rasanya saat itu aku ingin sekali membuka jejaring sosial (fb).
Saat itu ku terima pesan, dan anehnya yang ngirim aku pesan adalah Rama, tpi, yang lebih anehnya
di pesan itu ia bertanya
‘’ ini pacarnya Rama?”
‘’iya”
‘’ma’af, aku bukan Rama, kamu masih pacaran sama dia?’’
‘’iya, aku masih pacaran sama dia, ini siapa?’’
‘’beneran kamu masih pacaran sama dia?
‘’ beneran lah, kamu siapa sih sebenarnya kok pake fbnya Rama?’’
‘’tapi dia bilang ke aku kalau kalian uda putus !!’’
‘’uda, uda, hubungin aku di nomer ini ************ ‘’

Lalu aku kasih nomer hp aku ke dia, dan kemudian ada pesan dari anak itu.
‘’kak, beneran ya kamu masih pacaran sama Rama?’’
‘’beneran lah, walaupun sekarang aku lagi berantem sama dia, kami nggak putus kok dan nggak
ada kata-kata putus tuh !!”
‘’ tapi, dia bilang ke aku kalau kalian uda putus !!’’
‘’ kapan dia bilang kayak gitu, dan kamu itu siapa?’’
‘’beberapa hari yang lalu, aku adik kelasnya kak!!’’
‘’nama kamu siapa, dan kenapa sebenarnya kamu nanya kayak gitu sama aku?’’
‘’ aku Febri, aku Cuma mau pastiin aja yang sebenarnya itu bagaimana “
‘’ sumpah ya, aku nggak ngerti maksud kamu itu apa’’
‘’ Rama uda bilang cinta ke aku, dan dia nembak aku kak!!’’

Membaca pesan itu rasanya aku ingin marah, nangis, perasaan ku nggak karu-karuan, tapi aku
masih mencoba untuk tetap tenang.
‘’apa,? nggak mungkin “
‘’ beneran kak, ma’afin aku kalau memang aku merusak hubunganmu dengan Rama “
‘’ kalian uda pacaran?’’
‘’ aku bingung, dia tetap mau jadi pacar aku, aku uda coba nolak dan dia tetap ngotot mau jadi pacar
aku kak !!
‘’ aku tanya, kalian uda pacaran apa belum? Nggak usah muter-muter kalau jawab !!’’
‘’ uda kak, tapi baru beberapa hari saja kok, kalau gitu aku akan mutusin dia kak !!’’

Beberapa saat kemudian


‘’ dia nggak mau putus dari aku kak “
‘’oh, gitu ya..!!’’
‘’ ma’afkan aku kak, aku nggak punya maksud ngrusak hubungan kalian !!’’
Dan febri mengirimkan sebuah pesan dari Rama ke aku yang isinya disitu Rama nggak mau putus
dari Febri.

Lalu, aku mengirim pesan ke Rama, aku coba tetap tenangkan diri aku.
‘’oh ya,aku lupa nanya sama kamu. Kita putus kan?’’
‘’ terserah “
‘’ oke, kita resmi putus, akhirnya aku bisa bebas juga “
‘’ ini kan yang kamu mau, putus dari aku dan kamu bisa dengan cowo’ lain?’’
‘’kalau iya, emang kenapa, masalah buat kamu? Kamu aja bisa dengan cewe’ lain sebelum kita
putus, masa’ aku nggak bisa dengan cowo’ lain, padahal kita uda resmi putus !!
‘’ terserah apa kata kamu aja “
‘’iya, satu pesenku buat kamu, urusin tuh selingkuhan kamu “
Dalam pesan itu, aku berlaga tenang dan santai menghadapi masalah ini, tapi sebenarnya hatiku ini
hancur banget dengan semua kejadian ini, sakit banget rasanya, pengen nangis, pengen teriiak,
pengen marah, tapi rasanya aku nggak tau bagaimana ngungkapin semua perasaan yang ada di
hatiku ini. Tanggal 13 agustus 2012, aku dan Rama resmi putus dan hubungan sudah benar-benar
berakhir, gara-gara perselingkuhannya dengan Febri, 7 bulan kurang 4 hari hubungan ini berjalan
dengan sia-sia, sad ending.

Lalu, aku megirim pesan lagi kepada Febri.


‘’ aku uda putus sama Rama “
‘’ kok putus, ma’afin aku gara-gara aku kalian putus,”
‘’uda lah, nggak apa-apa “
‘’ kalian nggak usah putus ya, biar aku saja yang putus sama Rama, kalian uda saling mengenal
lebih dulu,”
‘’ aku uda terlanjur putus sama Rama, dan mungkin emang uda takdirnya aku putus sama dia !!’’
‘’ ma’afkan aku ya !!’’
‘’ya, moga kalian langgeng!!”
‘’ amin kak, makasih do’anya, dan sekali lagi ma’afin aku “
Sumpah, aku nggak nyangka banget tuh anak bakalan bilang “amin” saat aku bilang “ semoga
kalian langgeng”, muna banget tuh anak, awalnya bilang mau putus sama Rama, tpi akhirnya malah
bilang amin. Rasanya pengen aku mencaci maki mereka semua, pengen aku pukulin sampe babak
belur.
Sempat aku mengajak Febri bertemu dan ngomongin masalah ini baik-baik, tapi ia menghindar dan
menolak, aku kurang tau alasan dia yang sebenarnya menghindar dari aku itu apa, dia Cuma bilang
kalau dia lagi sibuk, tapi menurutku ia takut bertemu denganku, mungkin ia takut aku bakalan
marahin dia, padahal ngga ada maksud ku buat marah atau maki-maki tuh anak, aku kan Cuma
pengen tau lebih jelas dan ngomong secara tatap muka langsung kan lebih enak dari pada Cuma
lewat handphone.

Keesokan harinya aku mengirim pesan ke Febri.


‘’ tolong jaga Rama, seperti aku menjaganya. Tolong sayangi dan cintai dia, seperti aku menyayangi
dan mencintai dia, aku titip dia ke kamu, aku percayakan dia untuk kamu. Jangan buat dia terluka.
Semoga kalian bahagia selalu “

Penuh dengan linangan air mata saat ku tulis dan ku kirim pesan tersebut, ada perasaan tak rela
untuk melepas begitu saja semua yang telah terjadi selama ini. Tapi apalah daya, ini semua sebuah
kenyataan yang harus aku hadapi, air mata ini semakin deras mengalir saat ku kumpulkan semua
barang pemberianmnya. Firasatku ternyata benar, bahwa hubungan ini kan berakhir, dengan semua
pertanda yang ada selama ini.
“ Ya Allah, sakit banget yang aku rasakan sekarang ini, sakit hati ini kembali lagi berpijak dalam
diriku, dia yang telah ku percaya, dia yang telah beriku senyum, dia yang telah beriku mimpi, dia
yang temani tawaku, dia yang hilangkan dukaku. Tapi, kini ia telah pergi tinggalkan aku untuk cinta
yang baru, cinta yang baru saja ia kenal. Kenapa harus terjadi lagi, apa salahku, apa kurangku
hingga dia sakiti aku seperti ini. Ya Allah, tak sanggup rasanya aku mengingat semua kenangan
antara aku dan dia, itu terlalu menyakitkan. Ya Allah, jauhkan aku dari rasa benci, jauhkan aku dari
dendam, berikan hambamu ini keikhlasan dan ketabahan dalam menerima serta menghadapi
semua ini. Ku serahkan semua ini padamu ya allah, ku tahu ini semua rencanamu, ku tahu ini
semua kehendakmu, engkau yang telah menyatukan kami, dan engkau pula yang pisahkan kami ya
allah”
Sebait curahan hatiku itu ku panjatkan kepada Allah dengan semua sakit yang ku rasakan, dengan
semua air mata yang mengalir. Tapi aku coba tersenyum, aku masih mencoba untuk tegar, karena
ku percaya dan aku pasti bisa hadapi semua ini.
Beberapa saat kemudian, ku dengar handphone ku berdering, dan ku lihat ada satu pesan. Saat ku
buka ternyata itu pesan dari Rama.
‘’ andaikan aku bisa memutar waktu kembali, pasti akan ku lakukan. Tapi itu sungguh mustahil, tak
mungkin aku bisa memutar kembali waktu meski hanya satu detik saja. Karena kesalahanku itu, kau
pergi tinggalkan aku. Kini kita tlah berjalan sendiri-sendiri, semoga kita bisa menjalani semua ini
dengan baik.”
Sedikit senyum yang hanya bisa kuberikan setelah membaca pesan itu, aku mencoba tabah dan
tetap tegar, aku tersenyum untuk menahan sakit yang ku rasakan.

Hari-hari ku kini memang sepi setelah ia tak ada lagi dalam kehidupanku ini, aku coba move on,
move on dan move on. Ku coba cari kesenanganku tanpa dia, ku coba cari tawaku saat tak ada dia.
Kini entah apa yang akan terjadi selanjutnya dengan perjalanan cinta ini, apakah suatu saat aku
bisa benar-benar mema’afkan dia dan menghilangkan sakit ini karena dia. Dan mungkin kelak ku
bisa temukan yang lebih dari dia, tak aku mengerti, karena semua itu menjadi rahasia Tuhan dan ku
coba siap menerima semua yang telah di gariskan oehnya, karena jodoh, rezeki dan matiku hanya
Allah yang tahu.

PROFIL PENULIS

Nama : Rahayu Nur Rahmawati


Alamat: Kradenan, Blora
Sekolah: SMA N 1 CEPU
Add facebook: Rahayu N Rahmawati
My blog : rahayunurrahma.blogspot.com

Share This To :





Artikel Terkait Dengan Jalan Cintaku - Cerpen Cinta Remaja

 Dua Tahun Karya Samuel Gabriel Siburian


TRUE LOVE

Karya Dina Pertiwi

Cinta sejati. Apakah kalian percaya akan itu? Akan "Cinta Sejati" yang konon katanya dimiliki oleh
semua orang? Cinta yang katanya sangat indah dan menyenangkan? Mitos cinta sejati yang terus
menerus melolong dihatiku.
***

Kupandangi bingkai biru di tepi tempat tidurku. Aku tersenyum menatap benda yang ada didalam
bingkai itu.

Bukan sebuah foto ataupun lukisan. Hanya sebuah kertas lusuh. Kertas catatan PKN yang aku
robek dari buku miliknya 2 tahun lalu saat perpisahan SMP. Dia sama sekali tidak tahu aku merobek
buku catatanya. Bahkan, mungkin dia tidak mengenalku. Aku hanya satu dari ratusan
penggemarnya di sekolah.

Dia bukan artis. Dia adalah siswa tampan dan cerdas di sekolahku. Dia kaya dan pintar dalam
bidang olahraga. Sifatnya yang cuek justru menjadi daya tarik bagi para kaum hawa, termasuk aku.
Tapi, bisa dibilang, aku tidak terlalu menunjukkan diri bahwa aku menyukainya. Terbukti. Aku tidak
pernah menyapa ataupun menegurnya. Aku menyukainya lewat diam.

Bahkan, robekan catatan PKN itu aku ambil diam- diam untuk kenang- kenanganku karena aku tahu
dia akan melanjutkan study ke L.A.

Aku kembali tersenyum manis saat melihat robekan catatan itu. Orang bilang, apapun itu, jika
memang jodoh, maka dia akan kembali lagi dan lagi. Dan aku percaya dia akan kembali kulihat.

Aku mengeluarkan kertas itu dari bingkainya. Kupeluk- peluk dan kubelai. Ku ajak tertawa dan
tersenyum.

Gila. Konyol memang. Setelah puas dengan kegiatanku itu, aku meletakkan kertas itu di atas meja
belajarku. Dan...
Syuuuut...
Angin bertiup menerbangkan kertas kenangan itu keluar jendela dan jatuh dipekarangan. Dengan
sigap aku keluar rumah dan mengejar kertas itu. Itu adalah satu- satunya milikku yang mampu
membuatku mengingatnya.

Saat aku hampir mendapatkanya, angin kembali meniupnya menjauhiku. Argh! Angin ini! Batinku
kesal.

Aku kembali mengejar kertas itu. Dan saat aku hampir mendapatkannya kembali...
"Argh!! Sial banget sih?! Malah keinjek lagi!" seruku kesal saat tahu kertas itu di injak seseorang.
Orang itu mengambil kertas yang ada di injakannya itu. Aku masih menatap jalanan berdebu
dengan kesal.
"Jadi, daritadi kamu ngejar kertas ini ya?" ucap orang itu. Suara bariton yang ku kenal. Ku
tengadahkan kepalaku menatap wajah dari si pemilik suara.

DEG!!!
Di... Diakan? Diakan pemilik kertas itu sebenarnya? Vigo. Cowok tampan, keren dan pintar itu...
Bagaimana bisa?
"Ma... af. Aku ngerobek kertas itu...."
"gapapa kok Dina. Beneran deh gapapa. Karena, aku juga udah foto kamu diam- diam waktu itu."
akunya padaku. Dia... Tau namaku?
"foto?! Diem- diem?"
"Lebih baik, kita nostalgianya ditaman aja deh." ucapnya sambil menarik tanganku ke taman.
***

Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Fotoku ada dalam dompet Vigo?
"Aku dulu suka banget sama kamu Dina. Karena, kamu itu satu- satunya cewek yang gak pernah
negur aku. Kamu cuek dan aku suka itu." ucapnya sambil tersenyum.
"Dulu, aku berharap bisa kenal dan pacaran sama kamu. Tapi, dekat kamu aja aku udah gemetaran,
apalagi ngobrol sama kamu..." ucap Vigo lagi. Lalu dia menatap robekan kertas itu.
"Aku tau kok, kamu ngerobek kertas ini. Cuma aku pura- pura gatau aja. Aku seneng banget waktu
kamu robek kertas ini. Karena itu artinya, kamu juga suka sama aku. Iyakan?" ucapnya yang
membuatku tersipu malu.
"Ikh... Kok diem aja?" ujarnya sambil mencubit pipiku pelan.
"aku bingung mau ngomong apa..."
"Kamu percaya mitos True Love gak?"
"True Love? Emang ada?" tanyaku.
"mulanya, aku juga gak percaya. Tapi malem ini aku percaya. True Love aku udah aku temuin lagi.
Aku suka kamu." ucapnya sambil natap bintang.
"udah jam 12 belom?" tanyanya.
"udah. Udah jam 12 tepat."
"Happy Birthday Dina :). Will you be My True Love?"

Apakah dia menyatakan perasaannya. Tanpa sadar, aku mengucapkan


"yes. I will."
***

Percaya atau tidak, itulah faktanya. True love akan datang. Sejauh dan sesulit apapun, Cinta Sejati
akan mencari jalan lagi dan lagi untuk kita temukan. :)

PROFIL PENULIS

Nama: Dina Pertiwi


Tempat lahir: Sumut
Tanggal lahir: 22 Agustus 1996

Add fb: dinapertiwi69@ovi.com


Follow twitter: @dinapertiw1_

Share This To :





Artikel Terkait Dengan True Love - Cerpen Cinta Romantis

 Rasa Yang Tertinggal Karya Sri WahyuniRASA YANG TERTINGGAL Karya Sri Wahyuni “Aku juga
dong, aku kan duluan” “Aduuhhh, antri dong kalau mau foto, aku juga mau ta ... Baca Selengkapnya >>

 Melukis Cinta Karya Santy AlansyahMELUKIS CINTA Karya Santy Alansyah Pagi yang cerah tidak
secerah hatiku.ku ayuh sepeda mengelilingi komplex perumahan baru k ... Baca Selengkapnya >>

 Hanya Sebatas Sahabat Karya Ani MaryaniHANYA SEBATAS SAHABAT Karya Ani Maryani Siang
itu memancarkan sinarnya begitu panas, ada sepasang kekasih yang sedang menedu ... Baca
Selengkapnya >>

 Mawar Putih Karya Betry SilvianaMAWAR PUTIH Karya Betry Silviana Sore kali ini terasa begitu
sepi. Sejak tadi hujan turun tanpa henti membasahi bumi. Dari b ... Baca Selengkapnya >>

 Bola Basket Pembawa Cinta Karya Veronica PutriBOLA BASEKT PEMBAWA CINTA Karya
Veronica Putri Hari ini adalah hari spesial bagi sekolah ku, karena hari ini ada final perta ... Baca
Selengkapnya >>
Ditulis Oleh: Gyan Pramesty - Published at : January 13, 2013

Label: Cerpen Cinta, Cerpen Remaja, Cerpen Romantis


KISAH MANIS YANG TERKENANG
Karya Tazkiyatun Nisa

Namaku Syla. Aku anak tunggal di keluargaku. Ayah dan Ibu sangat sayang kepadaku. Jika aku
menginginkan sesuatu, pasti terpenuhi. Ayah dan Ibu selalu mengontrol apa saja kegiatan yang aku
lakukan di luar rumah, seperti les piano, berlatih tennis, dan kegiatan lainnya. Kadang aku kesepian
di rumah, kalau ayah dan ibu belum pulang dari kantornya. “Seperti ini tah rasanya tak punya
saudara kandung, tak bisa curhat, bercanda, nonton film dan karaokean bareng?” gumamku.

Menjelang Pagi
Pagi pun datang, alarm sudah berbunyi. Aku membuka mata perlahan-lahan, mengambil alarm yang
ada di meja, samping tempat tidur, dan aku langsung menghentikannya. Walau mataku belum
sepenuhnya terbuka, tapi aku segera bergegas ke kamar mandi. Kuambil handuk yang berwarna
kuning dari dinding samping kamar mandi, lalu kurasakan dinginnya air yang mengalir di tubuhku,
membangunkan jiwa ragaku. Makanya aku langsung membuka mata selebar mungkin. Setelah
mandi dan Shalat Shubuh, aku langsung bersiap memakai pakaian seragam sekolahku. Sambil
memasang ikat pinggang, kubuka tirai jendela kamarku yang berbalut warna biru muda itu. Kubuka
jendela kamar, dan ku hirup udara segar di pagi hari, benar-benar menyejukkan dan menyehatkan.
Aku kembali ke cermin, berdandan, memakai kerudung warna putih, dan bros pink yang aku jepitkan
pada dada kiriku. Tak lupa aku memakai jam tangan dan kacamata berbalut warna cokelat yang
tergeletak di meja ungu samping tempat tidurku.

Aku segera mengambil tas dan memakai sepatu. Aku keluar dari kamar, buru-buru menuruni anak
tangga. Di bawah, ibuku yang memakai baju kantor dan berkerudung itu sudah menyiapkan sarapan
pagi di meja makan. Kulihat ayah dan ibu sedang sarapan bersama. “Selamat Pagi!” sapaku pada
Ayah dan Ibu. “Pagi anak Ibu yang cantik,” jawab Ibu sambil tersenyum manis. “Hari ini kami pulang
agak sore ya, Nak!” kata Ayah. “Iya cantik, maaf ya.. kamu gapapa kan sendirian di rumah?”
sambung Ibu. “Tidak apa-apa kok Bu! hehe” jawabku. Lalu aku duduk di kursi, mengambil roti dan
memilih selai cokelat untuk memanjakan mulutku di pagi ini. Sesudah sarapan, aku berpamitan
kepada Ayah dan Ibu. “Ibu, Ayah, aku berangkat dulu ya.. Assalamu’alaikum.” sambil mencium
tangan Ayah dan Ibu. “Wa’alaikumsalam warahmatullah, hati hati ya, Nak” jawab Ayah dan Ibu
serentak. Karena jalan ke sekolahku dan kantor mereka tidak searah, aku berangkat sendiri ke
sekolah, tidak diantar Ayah & Ibu. Tapi aku pernah diantar oleh ayah, saat ayah sedang libur. Aku
membuka pintu, lalu keluar, kudorong gerbang berwarna cokelat emas yang ada di halaman
rumahku. Aku segera mencari taksi untuk mempermudah transportasi ke sekolah.

Pulang Sekolah
Aku pulang sekolah menjelang Maghrib. Aku turun dari mobil temanku, Salsha. “Pak. Aji & Salsha,
makasih udah nganterin Syla pulang ke rumah” ucapku. “sama –sama Syla, kami langsung pulang
ya, Assalamu’alaikum!” jawab Pak. Aji ayah Salsha. “Hati hati Pak.. Wa’alaikum salam
warahmatullah” Aku langsung membuka gerbang, dan memasuki rumah. Kunaiki satu persatu anak
tangga menuju kamar. Kubuka pintu kamar dan bruuk !! Aku langsung telentang di tempat tidurku.
Sekitar 5 menit, aku lepas kerudungku dan bros pink nya. Selanjutnya aku pergi ke kamar mandi.
Setelah mandi, Shalat Maghrib dan mengaji tubuhku terasa segar sekali. Tapi kok tiba-tiba aku ingin
mendengarkan radio, tidak tahu kenapa. Aku mendengarkan Radio di HP-ku. Aku tak peduli itu
stasiun apa, yang jelas aku ingin sekali mendengarkan radio. Baru ku buka, si penyiar radio di
stasiun tersebut memutarkan sebuah lagu, itu lagu slow, enak didengerin deh pokoknya. Setelah
selesai diputar, si penyiar itu berkata “Oke, buat para Greysonators dimanapun berada. Tadi itu lagu
yang tak asing lagi buat kalian, yaitu dari GREYSON CHANCE - Home Is In Your Eyes atau biasa
disebut HIIYE”. Waaw, artis itu suaranya keren sekali, aku baru tau itu artis. Waaa, good good good.
Ya Allah indah sekali deh pokoknya. Aku jadi pengen liat profil artis itu. Pasti ganteng dan keren,
huahaha. Besok hari Minggu, hari libur sekolah. Mungkin besok adalah saat yang tepat buat cari
tahu artis itu. “Yang penting sekarang aku Shalat Isya’ dulu dan tidur, baru deh besok melanjutkan
pencarian” kataku lirih. Aku membersihkan badan di kamar mandi. Setelah membersihkan badan di
kamar mandi aku bergegas untuk tidur. Suara gerbang terdengar diselingi suara mobil. “Pasti itu
ayah dan ibu” ucapku. Huh, aku menarik selimutku dan mematikan lampu kamar. #It’s time to sleep

Pagi Hari Sekitar Jam 8


Akhirnya waktu yang ditunggu tunggu. Aww, kucari profil lengkap juga fotonya. Aku senyum-senyum
sendiri ketika melihat foto Greyson Chance. Memang benar dugaanku, dia ganteng dan keren. Dia
penyanyi dari Amerika Serikat, dan hebatnya lagi dia bisa berbahasa Indonesia ya walaupun belum
selancar orang Indonesia {ya iyalah}. Dia beragama Kristen, memang sih umumnya artis luar itu
beragama non Islam. Ku unduh semua foto dan lagunya ke laptop. Hm, mungkin sekarang aku udah
jadi GREYSONATOR.

Beberapa Minggu Kemudian


Hari ini hari Kamis, tanggal merah yang artinya sekolah libur. Hampir seminggu sekali aku menulis
pengalamanku tentang Greyson di jejaring sosial blog. Setiap orang di negara manapun bisa melihat
catatan yang aku tulis di blog, karena aku ingin berbagi pengalaman dengan every people. Hari ini,
aku menulis catatan di blog. Setelah aku lihat pemberitahuan, ada seseorang yang membaca blog
aku. Dia mengomentari “Waw, it’s a amazing. I agree with you”. Aku sengaja setiap mencatat di blog
menggunakan dua bahasa, yaitu Bhs. Indonesia dan Inggris. Jadi memudahkan siapapun untuk
membacanya. Aku berfikir, pasti itu orang luar yang baca blog aku. Eh, ternyata benar. Tapi,
dikomentar dia, tidak tercantum nama pengirim. Jadi aku balas “Thanks, someone. BTW what’s your
name?”. 3 menit kemudian dia juga membalas “You’re welcome Syla. My name? Mm, Greyson
Chance”. Hah, gimana ya? tuh orang ngaku-ngaku aja. Ga berpendidikan, mana mungkin Greyson
baca blog aku. “Hey you, really? But, I can’t beleive.” balasku. Tapi, kalo memang benar?? Aneh,
pasti ini Cuma rekayasa dia aja. Hm, dia balas “I really, I’m Greyson Michael Chance !! You need
evidence?? I can Syla, wait me”. Jiaa, dia pengin aku percaya sama omongannya. Dia berani sekali
untuk membuktikan yang sebenarnya. “Ok someone, I’m waiting” jawabku lagi.

Tak lama kemudian, ternyata dia ngirim semacam video ke aku. Dan itu ......., memang Greyson
Chance yang lagi mengatakan sesuatu ke aku. Aku merasa bersalah sama dia. Ya Allah, ampuni
hamba-Mu ini. Lalu dia menyambung percakapan “You can beleive?”. Aku menjawab “I can, I’m
sorry Grey. I feel guilty”. Kayaknya Greyson marah sama aku deh, huhuhu. Dia Cuma balas “Ok, no
problem. Bye”. Dia memutus pembicaraan begitu saja. Okelah tidak apa-apa. Ini pengalaman yang
tak terlupakan bagi aku. Walau terlihat sekilas.
-- THE END --
THE MEANING OF LOVE

Karya Grace Nandalena

Braakkk!!!!
Aku memukul meja karena kesal. Berbekal muka kusut dan bibir cemberut berhasil membuat mama
berdecak melihatku.
“kenapa kok mukanya kaya di tekuk gitu?” Tanya mama dengan lembut. Ku balas dengan masuk ke
kamar tanpa menghiraukan pertanyaan mama. Mama hanya menggelengkan kepalanya. Mungkin
heran dengan tingkah laku anak pertamanya ini yang pulang dari sekolah membawa suasana
badmood.
“uuh! Kenapa sih harus kaya gini ceritanya!! Aku selalu dapat masalah setiap aku menginginkan
sesuatu. Termasuk menyukainya!!! Argh!” gurutuku kesal.
Aku mungkin salah satu dari sekian banyak orang yang mempunyai nasib sial. Ya, setiap ada yang
perhatian ke aku, aku selalu membiarkannya sampai 1 minggu, jika tetap perhatian, kesimpulan
sememtaraku adalah dia suka kepadaku. Setidaknya simpatik padaku.
Tetapi, setelah 1 bulan ku rasa perhatiannya semakin sering menimpaku. Yang di status facebook
sering kaya bales-balesan, sering sindir-sindiran, dsb. Jadi, statusku sama si-doi nyambung kalo
digabungin. Jelas dan ketara banget.

Tapi aku gak GR dulu. Dan selama 3 bulan begitu mulu. Lama-lama hatiku ke bawa juga. Yang
semulanya gak suka dan nganggep temen biasa, eh, malah suka.
Dan yang lebih parahnya lagi, ternyata temen yang sering curhat sama aku juga suka sama si-doi.
Gila!!!
*Aku harus gimana ni?* kata yang selalu ku ucapkan ketika temenku akan mengawali curhatannya.
Padahal, temen yang suka sama si-doi gak cuma satu. Dan kebanyakan yang curhat sama aku. Ya
Tuhan, kenapa engkau memberi hamba cobaan berat seperti ini.
Aku meletakkan tasku dan membuang badanku ke kasur untuk merebahan diri sembari berfikir.
*Kenapa aku dulu terjebak di hatinya!!* batinku.
Tok tok tok
“masuk” ujarku. Krreeeekk! “sayang, makan dulu yuk! Kamu belum makan siang, mama sudah
siapin makaman kesukaan kamu” ajak mama dengan nada lembut.
“nggak ah ma” meniarapkan tubuhku di kasur dan menyembunyikan kepalaku di bawah bantal. “aku
ngantuk! Aku tidur dulu ya ma…”
“ya sudah, jangan lupa pakai selimutnya” saran mama. Aku hanya mangut-mangut membalasnya.
Aku tak mau tidur. Aku sebenarnya tak bisa tidur. Aku tak bisa melupakan dia. Aku hanya beralasan
kepada mama seperti itu karena aku tak ingin melakukan apapun kecuali satu. Berfikir.
Tar! Jedyaaaaarrrrrr!!
Suara halilintar membangunkan lamunanku. Aku terkejut dan menutup telingaku. Aku ambil
selimutku dan ku tutupi seluruh badanku dengan selimut.

Tapi setelah aku sadar. Aku bangun dari tempat tidurku. Mangambil baju baby doll-ku dan bergegas
menuju ke kamar mandi. Hujan tidak menaklukkan-ku untuk tidak segera mandi.
“Sudah bangun sayang? Kok cepet bangun? Biasanya lama kalau tidur?” ujar mama ketika
melihatku keluar dari kamar. “aku nggak bisa tidur ma. Panas!” jawabku sambil berlalu.
Mungkin sebagian anak menganggapku kurang ajar dan durhaka kepada orang tua karna tidak
menjawab pertanyaan orang tua dengan sikap yang baik tetapi sambil berjalan begitu saja.
Hari ini cuaca begitu panas. Entah kenapa, tiba-tiba aku teringat akan dia. Si-doi pernah duduk
berdapingan denganku saat aku menunggu jemputan. Teman si-doi berdiri di sampingnya. Mereka
mengobrol layaknya ibu-ibu yang sedang arisan. Topiknya berbeda dan ribet menurutku.
Ternyata 3 menit kemudian, jemputanku datang. Ah, senangnya! Aku dapat terbebas darinya.
Tapi ternyata, setelah aku naik, si-doi masih tetap memperhatikan aku sampai di ujung jalan. Dan
bodohnya aku, aku juga memperhatikannya. Duh!
Aku memukul jidatku sendiri dengan telapak tanganku setelah meletakkan baju di kamar mandi
karna memikirkan peristiwa itu. Ternyata aku tak dapat melupakannya.
Suara tetesan showerku mengiringi suara derasnya hujan. *ternyata sudah hujan, akhirnya suhu
kembali dingin lagi* batinku.
Keluar dari kamar mandi, aku bergegas masuk ke kamar. Melewati mama yang sedang membaca
majalah kesukaannya. Tetapi aku berhenti di tengah jalan. Terlintas di benakku untuk mencurahkan
isi hatiku kepada mama.
Aku membalikkan badan dan menghampiri mama. “ada apa? Kok tumben duduk di sebelahnya
mama?” tanya mama terheran-heran.

Aku diam.
Berfikir mencari dan menyusun kata-kata untuk memberi tahu mama semuanya. “lho? Kenapa
diam?” Tanya mama sekali lagi.
“em, apa jangan-jangan ada masalah di sekolahmu sampai kamu mau cerita sama mama tapi dak
berani? Ada apa sayang?” ujar mama sambil menutup majalahnya dan mengalihkan perhatiannya
kepadaku.
“eumm, mah. Mama waktu suka sama papa mulai kapan?” tanyaku perlahan. Mama hanya
tersenyum. Sepertinya mama mengerti mengapa aku datang mendekati mama.
“anak mama mulai suka sama orang lain ya?” Aku mangut-mangut dengan perlahan. Aku malu
mengatakannya pada mama. Tidak ada yang tahu perasaanku.
“nggak papa kamu suka sama lawan jenis. Itu wajar. Mama memakluminya” Mama seperti
meneguhkan hatiku. Aku mulai memberanikan diri bercerita pada mama tentang semuanya.
Mama mendengarkannya dan sesekali tersenyum karena senang. Entah apa yang ada di hati mama,
aku tak tahu.

Akhirnya, aku selesai bercerita pada mama. Mama diam sejenak, lalu berkata
“Sayang, menyukai lawan jenis itu wajar. Tetapi jangan kamu terjebak di dalamnya. Banyak orang
yang mengenal hal itu hingga mereka terjebak sendiri di dalam lingkaran kelam itu. Sebenarnya
cinta itu suci, murni dan penuh kasih sayang. Tapi, cinta bisa jadi bumerang kita untuk menuju
kematian”
Aku mengerutkan dahi. Kata-kata mama mulai tidak ku mengerti, tetapi sungguh sulit ku ungkapkan.
*kenapa bisa di ujung kematian?* tanyaku dalam hati.

Sepertinya mama tahu maksud expresi yang tak berbentuk ini.


“cinta itu bisa membutakan banyak orang. Sehingga kebanyakan orang tidak mau menggunakan
logikanya untuk berfikir tentang cinta. Bila mereka patah hati, mereka bisa melakukan hal yang fatal
untuk menyalurkan kekecewaannya. Jangan sampai hal itu terjadi padamu nak”

Aku mulai faham. Mama menasehatiku agar aku tak terjebak dalam lubang cinta.
“mengagumilah sewajarnya. Jangan berlebihan. Mama tidak melarang kamu. Tapi sebaiknya kamu
fikirkan dulu baik-baik bagaimana dengan masa depan kamu” mama munutup nasehatnya dengan
mengelus pelan rambutku dan meninggalkanku sendiri termenung.
Aku mulai berfikir tentang hal itu.

Dan aku mulai sedikit melupakan dia. Meskipun dia masih ada di hatiku. Aku mendengar kabar
bahwa dia sedang menjalin hubungan lain dengan seorang gadis.

Aku tak menangis maupun patah hati. Ketika berita burung itu datang dan menyebar, aku tahu suatu
saat akan menjadi benar berita itu. Aku tahu dari awal.
“hehf “ aku tersenyum kecil sambil menghebuskan nafas.
Aku sudah tahu. Jangan pertahankan cinta ketika cinta itu hanya bertepuk sebelah tangan. Karna
nasehat mama, aku tahu segalanya.
Entah sekarang berita burung itu benar atau salah. Hanya dia dan gadis itu yang tahu. Senyuman
kecil menghiasi wajahku.

PROFIL PENULIS
Nama : N Grace Nandalena
Twitter : @grace_gnl ~> follow me ya.. ^^` *Promosi*
Just mention after reading
Tolong kritik dan sarannya ya.. Arigatou! ^^`

-----------------------------

No. Urut : 60

Tanggal Kirim : 27/11/2012 14:14:42

Share This To :





Artikel Terkait Dengan The Meaning Of Love - Cerpen Remaja

 Untitle Karya Indah Nur AmaliaUNTITLE Karya Indah Nur Amalia Seorang perempuan berlari
dengan kecepatan sedang membuat rambutnya yang di kuncir bergerak ... Baca Selengkapnya >>

 Senyum Seorang Gadis Karya Purwiyan Wicaksana

Anda mungkin juga menyukai