Anda di halaman 1dari 22

TOMBOL INPUT DAN OUTPUT PADA PLC

1.Perangkat Dasar Masukan pada Otomasi Industri

Perangkat masukan adalah sebuah perangkat keras yang digunakan sebagai pemberi signal atau
pemicu kepada sistem kendali. Perangkat masukan berfungsi sebagai pemberi perintah berupa
signal elektrik kepada perangkat logika. Perangkat ini bekerja dengan menyambungkan atau
memutuskan aliran arus dalam sirkuit elektrik, dan mengirimkan sinyal ke perangkat kontrol.
Perangkat masukan dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu Masukan Digital dan maukan Analog.
Masukan Digital adalah perangkat masukan yang memiliki kondisi On/Off, 1/0 atau High/Low.
Sedangkan masukan Analog adalah perangkat yang memiliki nilai lebih rinci seperti seberapa
besar, seberapa tinggi, seberapa cepat dan lainnya. Kali ini saya batasi bahwa kita hanya akan
membahas perangkat masukan digital. Perangkat masukan digital yang paling umum digunakan
adalah berupa Operation Switch dan Detection Switch.

1. Operation Switch

Operation Switch adalah sakelar yang dioperasikan oleh manusia seperti operator di pabrik.
Sakelar ini paling umum ditemui pada perangkat semi otomatis hingga perangkat otomatis dalam
sistem otomasi industri. Awalnya switch ini memiliki minimal satu kontak yang berfungsi sebagai
penyambung atau pemutus arus listrik. Kontak tersebut adalah Kotak NO (Normally Open) atau
Kontak NC (Normally Closed). Namun saat ini beberapa switch memiliki dua jenis kontak
ini. Kontak NO memiliki kondisi awal terbuka hingga switch DIAKTIFKAN. Pada saat itu, kontak
akan menutup dan menyambungkan suatu sirkuit elektrik. Kontak NC memiliki kondisi awal
tertutup hingga switch DIAKTIFKAN. Pada saat itu, kontak akan terbuka dan memutus sirkuit
elektrik.
Berikut ini adalah contoh dari operation switch:

> Push Button (tombol tekan)

Tombol tekan berfungsi sebagai saklar untuk menghidupkan atau mematikan kontrol listrik. Cara
pengoperasiannya dengan menekan knop tombol tekan. Tombol tekan umumnya mempunyai
dua jenis kontak yaitu kontak NO dan NC. Gambar 1 adalah symbol Push Button.
Berdasarkan cara kerjanya ada dua jenis tombol tekan :

 Momentary contact yaitu tombol tekan yang bekerja pada saat knop ditekan dan apabila
knop dilepas maka tombol akan kembali normal.
 Maintain contact yaitu tombol tekan yang akan mengunci setelah knop ditekan.

> Selector Switch dan Toggle switch

Selector Switch atau tombol pemilih adalah sakelar yang dapat digunakan untuk memilih 2
kondisi atau lebih. Tombol ini memiliki 1 common yang bisa dianggap sebagai sumber signal listrik
utama dan beberapa pilihan kemana signal tersebut akan diteruskan. Gambar di
samping menunjukkan contoh dari selector switch.
Toggle switch adalah sakelar yang dilengkapi dengan pengunci dan memiliki 2 pilihan posisi.
Gambar di bawah menunjukkan contoh sakelar toggle.

> Limit Switch

Limit Switch digunakan untuk mengetahui ada tidaknya suatu obyek di lokasi tertentu. Limit
switch akan aktif jika mendapatkan sentuhan atau tekanan dari suatu benda fisik. Gambar di
bawah menunjukkan contoh Limit switch dan pengunaanya.
2. Detection Switch

Detection Switch adalah sakelar yang dioperasikan dengan kontak langsung atau tidak baik oleh
manusia, benda kerja maupun material lain pendukung proses kerja pada industry. Produk yang
bergerak pada konveyor, magnet yang dipasang pada titik – titik tertentu, anggota tubuh
manusia, lengan robot dan benda – benda lain adalah contoh objek yang digunakan untuk
mengaktifkan detection switch. Detection Switch umumnya memiliki Kontak Changeover.
Beberapa literatur komponen kontrol, Kontak changeover juga disebut sebagai kontak SPDT
(Single Pole Double Throw). Kontak changeover adalah kontak yang memiliki Kontak NO dan
Kontak NC secara bersamaan. Dalam satu detection switch minimal terdapat satu Kontak
changeover yang mengontrol aliran arus.

3. Sensor

Sensor adalah salah satu bentuk dari detection switch. Sensor adalah sesuatu yang digunakan
untuk mendeteksi adanya perubahan lingkungan fisik atau kimia. Sensor dapat mendeteksi
variable berupa sentuhan, gaya, tekanan, cahaya, suhu dan lain-lain. Berbagai variabel yang
dideteksi tersebut akan diubah menjadi besaran listrik berupa tegangan atau arus listrik. Sensor
mengontrol aliran arus elektrik menggunakan perangkat solid state (solid state/ device) seperti
transistor dan bukannya unit mekanis dalam proses kontak atau proses penyaklarannya. Karena
menggunakan transistor, sensor memiliki respons berkecepatan sangat tinggi dalam melakukan
proses penyambungan atau pemutusan terhadap perubahan input dan memiliki masa pakai yang
sangat lama bila dibandingkan dengan unit kontak switching yang dioperasikan secara mekanis.

Switching transistor (lingkaran merah) pada gambar di atas tergantung dari signal dari Main
circuit. Main circuit inilah yang berfungsi sebagai pendeteksi perubahan. Saat terjadi signal, maka
transistor melakukan penyambungan dari kabel Brown (+V) melalui kabel Black, kemudian Load
(modul input perangkat kendali) hingga ke Blue (0V).

Ada beberapa sensor untuk mengontrol aliran arus elektrik dan sensor-sensor tersebut
diklasifikasikan berdasarkan cara yang digunakannya untuk mendeteksi perubahan masukan.
Jenis sensor paling umum yang ada di sistem otomasi industry adalah sensor Photoelectric dan
Proximity.

> Sensor Photoelectric

Sensor Photoelectric adalah sensor yang berfungi untuk mendeteksi objek jika intensitas cahaya
yang ditangkapnya berubah. Contoh – contoh sensor berbasis fotoelektrik antara lain
ditunjukkan seperti pada gambar di bawah :
Photoelectric sensor bisa berupa Diffuse
Reflective, yaitu sensor memiliki transmitter (pemancar cahaya) sekaligus reciever (penerima
cahaya). Objek yang akan dideteksi berfungsi sebagai pemantul cahaya, sehingga cahaya dapat
diterima pada reciever dan diolah menjadi signal masukan. Bentuk lain dari Photoelectric
sensor adalah Retro Reflective, secara prinsip kerja sama dengan jenis sebelumnya, namun
memiliki relfektor khusus. Sensor jenis ini umunya digunakan untuk pendeteksian objek pada
jarak yang relatif dekat. Dan yang terakhir adalah Trough Beam, transmitter dan reciever
terpisah, objek yang akan dideteksi harus melintas di antara transmitter (sender) dan reciever.
Sensor jenis ini biasa digunakan untuk jarak yang lebih jauh.

> Sensor Proximity

Sensor Proximity adalah sensor yang berfungi untuk mendeteksi keberadaan benda pada jarak
tertentu. Saat benda tertentu berada didekatnya, maka proximity switch akan memmberikan
signal. Terdapat 2 jenis proximity, yaitu Proximity Induktif untuk mendeteksi benda logam dan
Proximity Kapasitif untuk mendeteksi benda logam maupun non logam. Gambar di bawah
adalah prinsip kerja Proximity Sensor dan penggunaanya.
Gambar sebelah kanan adalah penggunaan Proximity sensor sebagai pendeteksi objek non
logam (wood/kayu) maupun logam (gergaji).

Demikian pembahasan tentang perangkat input pada Sistem Otomasi Industri. Artikel
selanjutnya akan mengupas tentang bagian – bagian lain dari sistem ini.

2.Perangkat Kendali Dasar : Relay, Timer dan Counter

Relay

Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan dengan tenaga listrik dan merupakan komponen
Elektromekanikal (kombinasi elektrik dan mekanik) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni
Elektromagnet (Coil/lilitan magnet) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Sebuah
relay minimal memiliki 1 pasang Kontak NO dan Kontak NC. Prinsip kerja relay adalah
menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar tersebut. Sehingga,
posisi Kontak NO dan Kontak NC dapat diubah tanpa langsung disentuh oleh manusia.
Sumber: Omron

Gambar di atas adalah konstruksi sebuah relay. Sebuah Besi (Iron Core) dililit oleh sebuah
kumparan Coil yang berfungsi untuk memberi medan Elektomagnet. Saat Switch ditutup,
kumparan Coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang kemudian
menarik Contact untuk berpindah dari Posisi sebelumnya, sehingga Kontak NC akan menjadi
Open dan Kontak NO akan menjadi Close. Coil yang digunakan oleh Relay untuk menarik Contact
Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya membutuhkan arus listrik yang relatif kecil.

Dalam istilah yang lebih umum, relay adalah perantara untuk menjembatani 2 kondisi berbeda
yang ingin saling berinteraksi. Sebagai contoh, saya memiliki perangkat kendali yang keluarannya
adalah 5V DC dengan arus 50mA, namun saya ingin mengendalikan Lampu dengan tegangan
kerja 220V AC dan arus 0.4A. Maka relay dapat saya gunakan sebagai perantara pengendalian
tersebut seperti pada gambar di atas.
Gambar di atas adalah bentuk relay yang ada di pasaran dan simbol relay. Relay merupakan salah
satu jenis dari Saklar, dimana kondisi umum sebuah Saklar juga berlaku. Umumnya saklar
memiliki istilah Pole dan Throw. Pole adalah banyaknya Kontak yang dimiliki oleh sebuah relay,
sedangkan Throw adalah Banyaknya kondisi yang dimiliki oleh sebuah Kontak (NO/NC).

Berdasarkan jumlah Kontak dan Jumlah Kondisi yang memungkinkan, relay dikelompokkan
sebagai berikut :

 Single Pole Single Throw (SPST): Relay ini sedikitnya memiliki 4 Terminal, 2 Terminal
sebagai sumber tegangan untuk Coil dan 2 terminal lain adalah untuk penyaklaran. Relay
ini hanya memiliki NO atau NC saja.
 Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay ini memiliki 5 Terminal, 2 Terminal sebagai
sumber tegangan untuk Coil dan 3 terminal lain adalah untuk penyaklaran.
 Double Pole Single Throw (DPST): Relay ini memiliki 6 Terminal, diantaranya 2 terminal
sebagai sumber tegangan untuk Coil dan 4 terminal lain adalah untuk penyaklaran. Relay
DPST dapat dijadikan 2 Saklar yang dikendalikan oleh 1 Coil.
 Double Pole Double Throw (DPDT): Relay ini memiliki Terminal sebanyak 8 Terminal,
diantaranya 2 Terminal sebagai sumber tegangan untuk Coil dan 6 Terminal lainnya yang
merupakan 2 pasang Relay SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single) Coil.

Dengan adanya lebih dari 1 kontak dalam 1 relay, hal ini membuat relay dapat mengendalikan 2
beban atau lebih secara bersamaan. Gambar di bawah adalah Penggolongan Relay berdasarkan
Jumlah Pole dan Throw.
Fungsi relay yang secara umum digunakan pada Otomasi Industri adalah sebagai berikut :

1. Relay digunakan untuk menjalankan Fungsi Logika (Logic Function)


2. Relay digunakan untuk mengendalikan Sirkuit Tegangan tinggi dengan bantuan dari Signal
Tegangan rendah.
3. Ada juga Relay yang berfungsi untuk melindungi Motor ataupun komponen lainnya dari
kelebihan Tegangan ataupun hubung singkat (Short).
4. Relay digunakan untuk memberikan Fungsi penundaan waktu (Time Delay Function)

Timer

Secara keseluruhan, prinsip kerja Timer sangat mirip dengan relay, yang membedakan hanyalah
adanya waktu tunda antara waktu Timer diaktifkan dengan Coil Timer aktif. Di bawah ini adalah
ilustrasi dari kontruksi sebuah Timer.
Sumber : Omron

Timer terdiri dari tiga bagian, yaitu Unit Penghitung Waktu (Timer Counter), Unit Koil, dan Unit
Kontak. Timer Counter berfungsi untuk menunda pengaktifan Coil sesuai dengan pengaturan
wantu yang diberikan. Timer memiliki 2 kelompok terminal utama sebagai sumber tegangan dan
beberapa terminal lain sebagai Kontak. Berikut ini adalah contoh timer yang berasa di pasaran
dan diagram terminalnya.

Pada gambar di atas, terminal yang harus diberi tegangan saat Timer akan diaktifkan adalah
nomor 13 dan 14. Timer memiliki 4 pasang kontak dengan Common di nomor 9, 10, 11 dan 12,
NO berada di nomor 5, 6, 7, dan 8, kemudian NC berada di nomor 1, 2, 3 dan 4.

Counter
Counter adalah rangkaian elektronika yang befungsi untuk melakukan penghitungan angka
secara berurutan baik itu perhitungan maju ataupun perhitungan mundur. Yang dimaksud
dengan perhitungan maju adalah di mana rangkaian akan menghitung mulai dari angka yang kecil
menuju angka yang lebih besar dan sebaliknya untuk perhitungan mundur. Perintah perhitungan
pada suatu Counter dikendalikan oleh masukan signal yang masuk pada terminal input signalnya.
Contoh Counter dan Diagram terminal Counter ditunjukkan seperti pada gambar di bawah:

Counter secara umum digunakan sebagai alat penghitung dalam sebuah proses, seperti halnya
menghitung jumlah benda yang melewati sebuah jalur produksi pada gambar di bawah.

Sumber : Omron

Sistem tersebut menggunakan counter untuk menghitung jumlah botol yang melintas pada
konveyor. Counter akan memiliki nilai target tertentu untuk dicapai,saat nilai tersebut tercapai
counter akan memutuskan bagaimana dan kapan menyesuaikan outputnya berdasarkan
beberapa opsi yang dipilih oleh pengguna.

Pada artikel kali ini kita telah mempelajari perangkat kendali paling dasar dalam sistem Otomasi
Industri. Perangkat Kendali lain yang terdapat dalam Otomasi Industri diantaranya adalah
Temperature Control, Solenoid valve dan PLC. Masing – masing akan dibahas secara khusus
dalam artikel berbeda.

3.Perangkat Keluaran Dasar pada Otomasi Industri

Lampu

Lampu adalah salah satu perangkat output yang digunakan sebagai tanda dari suatu kondisi.
Secara umum lampu yang digunakan dalam otomasi di industry adalah lampu dengan tegangan
aktiv 24V DC, namun tidak menutup kemungkinan terdapat lampu dengan spesifikasi yang lain.
Warna dan cara menyalakan lampu dapat dijadikan tanda proses kerja apa yang sedang
berlangsung dan tanda kondisi sistem yang sedang terjadi seperti running, idle, error dan
lainnya.

Gambar di atas merupakan contoh penggunaan lampu pada sistem otomasi. Lampu-lampu yang
terpasang pana panel dapat dijadikan indicator perangkat output yang sedang bekerja.
Lampu pada tower lamp dijadikan indicator kondisi mesin yang sedang berlangsung. Setiap
warna lampu dapat memberikan kode tentang status operasional mesin.

Display Panel

Display panel dapat memberikan informasi sebuah kondisi yang lebih rinci daripada lampu.
Display panel memungkinkan untuk menampilkan nilai dari sebuah besaran seperti suhu,
tekanan dan lain – lain dalam angka. Display panel juga memungkinkan kita menampilkan
informasi grafis seperti grafik, chart, atau trend sebuah nilai pengukuran.

Pada umumnya display panel juga dapat difungsikan sebagai input dengan menambahkan
beberapa soft button atau touchscreen panel.

Motor Listrik
Motor listrik adalah sebuah mesin listrik yang berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi
energi mekanik. Motor Listrik merupakan aktuator paling banyak digunakan di dunia industri
karena mudah dioperasikan, dikendalikan dan mudah dalam penyediaan sumber tenaga listrik.
Berikut ini adalah pengelompokkan motor listrik yang ada di industri :

 Motor AC 1 atau 3 phasa atau disebut juga dengan motor induksi digunakan untuk
sistem dengan putaran relative konstan dengan tidak mengutamakan kepresisian
jumlah putaran maupun kecepatan putaran. Umumnya digunakan pada konveyor,
blower dan lain – lain. Pemilihan jumlah phasa didasarkan pada beban yang
dikendalikan oleh motor tersebut. Pengaturan kecepatan motor AC contohnya pada
konveyor dapat dilakukan dengan menambahkan Inverter sebagai pengatur frequensi

sumber.
 Motor DC Magnet Permanent, Motor DC jenis ini adalah yang paling banyak digunakan,
karena mudah dalam pengendalian seperti kecepatan putaran, mampu menghasilkan
torsi yang besar dan relative lebih murah daripada motor DC yang lain. Motor DC
magnet permanent digunakan pada beban dengan torsi yang cukup besar seperti pada
extruder, spindle pada mesin, pemutar mixer, pengangkat beban pada Crane dan lain –

lain. Solenoid
Solenoid adalah salah satu jenis kumparan terbuat dari kabel panjang yang dililitkan secara
rapat. Saat diberi arus listrik, kumparan tersebut akan memiliki medan magnet sehingga
mampu mendorong atau menarik benda logam. Jika terdapat batang logam dan ditempatkan
sebagian panjangnya di dalam solenoid, batang tersebut akan bergerak masuk ke dalam
solenoid saat arus dialirkan. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan tuas, membuka
pintu, atau mengoperasikan komponen lain. Aplikasi solenoid paling luas ada pada
pengendalian valve pada pneumatic dan hindrolik. Gamar di bawah adalah penerapan Solenoid
pada valve, yang selanjutnya secara umum dikenal dengan Solenoid Valve.

Heater

Heater merupakan elemen pemanas yang berfungsi untuk menaikkan suhu zat atau menaikkan
volume gas. Penggunaan heater biasanya akan dipasangkan dengan sensor suhu dan perangat
kendali Temperature Control.
Sumber : Omron

Heater banyak digunakan pada sistem Industri yang memerlukan pengkondisian suhu suatu zat,
material atau ruangan. Penggunaan Temperatur Control adalah sebagai perantara untuk
mempermudah penilaian suhu High atau Low.

Setelah mengetahui komponen – komponen dasar pada Otomasi Industri, maka selanjutnya
akan dibahas mengenai rangkaian kendali dan logika dasar yang umum berada pada sebuah
sistem Otomasi Industri, baik konvensional maupun menggunakan PLC.

Penyambungan Input PLC

Perangkat input ini fungsinya memberi perintah atau signal pada PLC yang berkaitan dengan kerja
sistem. Beberapa perangkat input yang paling sering digunakan adalah Push Button, Sakelar,
Limit Switch, Sensor Proximity, Sensor Photoelectric dan lain – lain. Tahap penyambungan input
ini sangat penting untuk dipelajari sebelum membuat program karena pemilihan jenis kontak
pada program PLC akan sangat tergantung pada bagaimana input tersebut disambungkan.

Perangkat – perangkat input tersebut akan disambung ke PLC melalui pin pada terminal modul
input, sehingga nantinya dapat mengaktifkan alamat input yang bersesuaian pada PLC. Prinsip
utama dalam penyambungan input PLC adalah memberi tegangan (umumnya 24 V, bisa jadi ada
PLC dengan nilai tegangan lain) kepada pin modul input. Tegangan 24 Volt dapat tercapai jika
sebuah loop tertutup telah terbentuk, lihat Gambar di bawah. Field Device adalah perangkat
input yang kita gunakan (Push Button), main path dan return path adalah terminal pada modul
input PLC.
Gambar di atas menunjukkan 1 loop untuk 1 buah perangkat masukkan saat Push Button ditekan,
mulai dari kutub positif sumber tegangan, Push Button, pin terminal input (I/O input), rangkaian
dalam modul Input PLC dan kembali ke sumber tegangan pada kutub negative melalui return
path. Boleh jadi PLC menerima lebih dari 1 masukan. Oleh karena itu, Return Path umumnya
digabung menjadi 1 terminal yang disebut Common, sedangkan Main Path tetap terpisah-pisah
untuk memungkinkan penyambungan masing-masing Push Button, Gambar berikut.

Dari gambar di atas bisa dilihat bahwa setiap input sudah terhubung dengan sumber tegangan
dan pin modul input PLC. Contohnya, jika input 2 ditekan maka aliran arus listrik mengalir mulai
dari +24V pada sumber tegangan, Input 2, pin input, modul input, Common dan kembali ke 0V
catu daya.

Langkah penting dalam proses penyambungan input PLC adalah menentukan sambungan catu
daya pada Common. Common Input dapat dipilih pada referensi positif (24V) atau pada referensi
negative (0). Penentuan ini bisa berdasarkan pertimbangan standard Common yang berlaku
dalam perusahaan atau tipe sensor yang digunakan. Setiap perusahaan umumnya mengacu
kepada standard tertentu dalam melakukan instalasi atau penyambungan kabel (wiring),
terutama control. Jika sudah ditentukan standard yang digunakan adalah common negative,
maka sebaiknya kita menyesuaikan. Hal ini akan berkaitan dengan pandangan aspek
keselamatan, keseragaman dalam wiring dan ketersediaan sensor. Untuk pembahasan kaitan
antara sensor dengan common akan dibahas pada artikel khusus tentang penyambungan sensor
digital pada PLC.

Perusahaan yang berpegang pada standard dengan common input positive berpendapat bahwa
kabel memiliki kemungkinan akan terkelupas atau kontak dengan body panel. Sehingga jika kabel
bertegangan 24V harus disambungkan pada sejumlah tombol dan sensor lalu ke pin – pin input,
maka akan lebih meningkatkan resiko 24V short circuit terhadap body panel (ground), lihat
Gambar 3 dengan tanda silang merah. Atau saat Push button ditekan, memungkinkan short
circuit terhadap body panel pada kabel bertanda silang hijau.

Perusahaan yang berpegang pada standard dengan common input negative berpendapat akan
lebih berbahaya jika kabel 0V harus disambungkan pada sejumlah tombol dan sensor dan ke pin
– pin input, karena jika kabel bertanda hijau terkelupas atau kontak dengan body panel (ground)
maka akan terbentuk loop semu sehingga pin input seolah – olah mendapatkan tegangan 24 V.
Dengan kata lain PLC akan mendapatkan perintah yang tidak benar. Kesalahan seperti ini
cenderung lebih sulit dideteksi daripada short circuit pada pemilihan common sebelumnya. Lihat
Gambar 4 dengan tanda silang biru.
Tidak ada yang sepenuhnya salah atau sepenuhnya benar, karena ini kembali kepada kebijakan
masing – masing. Sebagai contoh, sebagian besar industry Jepang memilih opsi pertama (com
positive) sedangkan sebagian besar industry Jerman memilih opsi ke dua (com negative). Namun
saya pribadi lebih cenderung menggunakan common negative dalam penyambungan input.
Alasan lain selain kemungkinan adanya signal input palsu adalah kemudahan dalam menerapkan
logika High/Low saat pengajaran. Sebagai contoh, saat input 1 pada Gambar 3 ditekan, maka
terminal 0 pada PLC akan memiliki logika High (24V). Hal ini akan lebih mudah dipahami dengan
menganalogikan “Ditekan” dengan kondisi “High” daripada dengan kondisi “Low” seperti halnya
pada common Positive.

Penyambungan Perangkat Output PLC

Output bisa berupa signal/kode saja seperti lampu dan buzzer. Output juga bias berupa actuator,
untuk aktuator memungkinkan PLC untuk mengendalikan sebuah gerakan pada suatu proses
tertentu. Berikut ini adalah output yang paling sering digunakan pada Otomasi industri:

Solenoid Valves – output logic yang dapat mengendalikan arah aliran hidrolik atau pneumatik.
Biasanya dipasangkan dengan system hidrolik atau system pneumatic.

Lampu – output yang sering digunakan sebagai indicator, dapat dipasang langsung pada terminal
output PLC.

Relay – Relay adalah output logic yang sering dipakai untuk penyambungan pada motor listrik.
Untuk menyalakan motor listrik biasanya sering menarik sejumlah arus yang besar saat pertama
kali berputar, sehingga mereka membutuhkan sumber yang terpisah dengan output PLC.
Sebagaimana prinsip penyambungan input PLC, signal output PLC juga memerlukan 1 loop penuh
untuk dapat mengaktifkan output tertentu. Perhatikan gambit di bawah ini :

Dalam contoh ini, common digital output standard terhubung ke 0V DC dan signal output pada
alamat PLC terhubung ke lampu dan kumparan relay. Pada contoh ini lampu dpaat secara
langsung disambungkan karena memiliki tegangan 24V DC, dan umumnya lampu tidak terlalu
besar mengonsumsi arus listrik. Ketika output 07 pada PLC aktif, maka arus dapat mengalir dari
24V DC melalui lampu ke output 07 untuk kemudian ke COM, sehingga menyelesaikan loop nya
saat memasuki COM catu daya, sehingga lampu dapat menyala. Jika output 07 dimatikan (off),
arus tidak dapat mengalir, dan lampu tidak akan menyala. Output 03 untuk relay dihubungkan
dengan cara yang sama. Ketika output 03 aktif, maka arus akan mengalir melalui koil relay hingga
COM catu daya, sehingga relay aktif. Relay akan menutup kontak dan pasokan 120V AC segera
disalurkan ke motor.

Anda mungkin juga menyukai