Anda di halaman 1dari 134

Perangkat Dasar Masukan pada Otomasi

Industri

Di sini tidak akan dibahas apa itu sistem otomasi industri secara harfiah. Kami akan lebih
banyak mengulas penerapan dan hal – hal apa saja yang terdapat dalam sistem otomasi industri.
Sebagian besar sistem otomasi industri menggunakan kendali elektrik di dalamnya yang dapat
diilustrasikan seperti pada gambar berikut.

Sistem pengendalian pada otomasi industri dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu kelompok
masukan (input), kelompok logika (logic) dan kelompok keluaran output). Dalam bab ini hanya
akan dibahas tentang kelompok masukan, sedangkan kelompok yang lain dibahas pada bab
selanjutnya.

Perangkat Masukan Dasar

1
Perangkat masukan adalah sebuah perangkat keras yang digunakan sebagai pemberi
signal atau pemicu kepada sistem kendali. Perangkat masukan berfungsi sebagai pemberi
perintah berupa signal elektrik kepada perangkat logika. Perangkat ini bekerja
dengan menyambungkan atau memutuskan aliran arus dalam sirkuit elektrik, dan mengirimkan
sinyal ke perangkat kontrol.

Perangkat masukan dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu Masukan Digital dan masukan
Analog. Masukan Digital adalah perangkat masukan yang memiliki kondisi On/Off, 1/0 atau
High/Low. Sedangkan masukan Analog adalah perangkat yang memiliki nilai lebih rinci seperti
seberapa besar, seberapa tinggi, seberapa cepat dan lainnya. Kali ini kami batasi bahwa kita
hanya akan membahas perangkat masukan digital. Perangkat masukan digital yang paling umum
digunakan adalah berupa Operation Switch dan Detection Switch.

1. Operation Switch

Operation Switch adalah sakelar yang dioperasikan oleh manusia seperti operator di
pabrik. Sakelar ini paling umum ditemui pada perangkat semi otomatis hingga perangkat
otomatis dalam sistem otomasi industri. Awalnya switch ini memiliki minimal satu kontak yang
berfungsi sebagai penyambung atau pemutus arus listrik. Kontak tersebut adalah Kotak NO
(Normally Open) atau Kontak NC (Normally Closed). Namun saat ini beberapa switch memiliki
dua jenis kontak ini. Kontak NO memiliki kondisi awal terbuka hingga switch DIAKTIFKAN.
Pada saat itu, kontak akan menutup dan menyambungkan suatu sirkuit elektrik. Kontak NC
memiliki kondisi awal tertutup hingga switch DIAKTIFKAN. Pada saat itu, kontak akan terbuka
dan memutus sirkuit elektrik.

2
Berikut ini adalah contoh dari operation switch:

> Push Button (tombol tekan)

Tombol tekan berfungsi sebagai saklar untuk menghidupkan atau mematikan kontrol
listrik. Cara pengoperasiannya dengan menekan knop tombol tekan. Tombol tekan umumnya
mempunyai dua jenis kontak yaitu kontak NO dan NC. Gambar 1 adalah symbol Push Button.

Berdasarkan cara kerjanya ada dua jenis tombol tekan :

 Momentary contact yaitu tombol tekan yang bekerja pada saat knop ditekan dan apabila
knop dilepas maka tombol akan kembali normal.
 Maintain contact yaitu tombol tekan yang akan mengunci setelah knop ditekan.

> Selector Switch dan Toggle switch

3
Selector Switch atau tombol pemilih adalah sakelar yang dapat digunakan untuk memilih 2
kondisi atau lebih. Tombol ini memiliki 1 common yang bisa dianggap sebagai sumber signal listrik
utama dan beberapa pilihan kemana signal tersebut akan diteruskan. Gambar di samping menunjukkan
contoh dari selector switch.

Toggle switch adalah sakelar yang dilengkapi dengan pengunci dan memiliki 2 pilihan
posisi. Gambar di bawah menunjukkan contoh sakelar toggle.

> Limit Switch

Limit Switch digunakan untuk mengetahui ada tidaknya suatu obyek di lokasi tertentu.
Limit switch akan aktif jika mendapatkan sentuhan atau tekanan dari suatu benda fisik. Gambar
di bawah menunjukkan contoh Limit switch dan pengunaanya.

4
2. Detection Switch

Detection Switch adalah saklar yang dioperasikan dengan kontak langsung atau tidak
baik oleh manusia, benda kerja maupun material lain pendukung proses kerja pada industry.
Produk yang bergerak pada konveyor, magnet yang dipasang pada titik – titik tertentu, anggota
tubuh manusia, lengan robot dan benda – benda lain adalah contoh objek yang digunakan untuk
mengaktifkan detection switch. Detection Switch umumnya memiliki Kontak Changeover.
Beberapa literatur komponen kontrol, Kontak changeover juga disebut sebagai kontak SPDT
(Single Pole Double Throw). Kontak changeover adalah kontak yang memiliki Kontak NO dan
Kontak NC secara bersamaan. Dalam satu detection switch minimal terdapat satu Kontak
changeover yang mengontrol aliran arus.

3. Sensor

Sensor adalah salah satu bentuk dari detection switch. Sensor adalah sesuatu yang
digunakan untuk mendeteksi adanya perubahan lingkungan fisik atau kimia. Sensor dapat
mendeteksi variable berupa sentuhan, gaya, tekanan, cahaya, suhu dan lain-lain. Berbagai
variabel yang dideteksi tersebut akan diubah menjadi besaran listrik berupa tegangan atau arus
listrik. Sensor mengontrol aliran arus elektrik menggunakan perangkat solid state (solid state/
device) seperti transistor dan bukannya unit mekanis dalam proses kontak atau proses
penyaklarannya. Karena menggunakan transistor, sensor memiliki respons berkecepatan sangat
tinggi dalam melakukan proses penyambungan atau pemutusan terhadap perubahan input dan
memiliki masa pakai yang sangat lama bila dibandingkan dengan unit kontak switching yang
dioperasikan secara mekanis.

Switching transistor (lingkaran merah) pada gambar di atas tergantung dari signal dari
Main circuit. Main circuit inilah yang berfungsi sebagai pendeteksi perubahan. Saat terjadi
signal, maka transistor melakukan penyambungan dari kabel Brown (+V) melalui kabel Black,
kemudian Load (modul input perangkat kendali) hingga ke Blue (0V).

Ada beberapa sensor untuk mengontrol aliran arus elektrik dan sensor-sensor tersebut
diklasifikasikan berdasarkan cara yang digunakannya untuk mendeteksi perubahan masukan.

5
Jenis sensor paling umum yang ada di sistem otomasi industry adalah sensor Photoelectric dan
Proximity.

> Sensor Photoelectric

Sensor Photoelectric adalah sensor yang berfungi untuk mendeteksi objek jika intensitas
cahaya yang ditangkapnya berubah. Contoh – contoh sensor berbasis fotoelektrik antara lain
ditunjukkan seperti pada gambar di bawah :

Photoelectric sensor bisa berupa Diffuse Reflective, yaitu sensor memiliki transmitter
(pemancar cahaya) sekaligus reciever (penerima cahaya). Objek yang akan dideteksi berfungsi
sebagai pemantul cahaya, sehingga cahaya dapat diterima pada reciever dan diolah menjadi
signal masukan. Bentuk lain dari Photoelectric sensor adalah Retro Reflective, secara prinsip
kerja sama dengan jenis sebelumnya, namun memiliki relfektor khusus. Sensor jenis ini umunya
digunakan untuk pendeteksian objek pada jarak yang relatif dekat. Dan yang terakhir adalah
Trough Beam, transmitter dan reciever terpisah, objek yang akan dideteksi harus melintas di
antara transmitter (sender) dan reciever. Sensor jenis ini biasa digunakan untuk jarak yang lebih
jauh.

> Sensor Proximity

Sensor Proximity adalah sensor yang berfungi untuk mendeteksi keberadaan benda pada
jarak tertentu. Saat benda tertentu berada didekatnya, maka proximity switch akan memmberikan
signal. Terdapat 2 jenis proximity, yaitu Proximity Induktif untuk mendeteksi benda logam dan

6
Proximity Kapasitif untuk mendeteksi benda logam maupun non logam. Gambar di bawah
adalah prinsip kerja Proximity Sensor dan penggunaanya.

Gambar sebelah kanan adalah penggunaan Proximity sensor sebagai pendeteksi objek
non logam (wood/kayu) maupun logam (gergaji). Demikian pembahasan tentang perangkat input
pada Sistem Otomasi Industri. Artikel selanjutnya akan mengupas tentang bagian – bagian lain
dari sistem ini.

7
Perangkat Keluaran Dasar pada Otomasi
Industri
Setelah Perangkat masukan Dasar dan Perangkat Kendali Dasar, bagian ke tiga adalah
Perangkat Keluaran Dasar. Perangkat keluaran adalah sebuah perangkat keras yang digunakan
untuk merubah signal keluaran menjadi sebuah kondisi sesuai dengan keinginan pengguna.
Berikut ini pengelompokan jenis keluaran berdasarkan kegunaannya.

 Berfungsi untuk memberitahukan operator atau menunjukkan status pengoperasian


mesin. Contohnya Lampu Indikator, tower Lamp, Digital Panel Indicator dan HMI.
 Berfungsi untuk mengubah volume panas sistem target. Contohnya Heater dan Inverter
 Berfungsi untuk menggerakkan, memutar, atau mengatur produk target pada kecepatan
yang lebih tinggi dan lebih akurat. Contohnya Motor, Pneumatik, dan Solenoid.
Perangkat keluaran yang dapat mengasilkan sebuah gerakan secara umum disebut dengan
aktuator.

Baik hanya berupa tampilan maupun actuator, perangkat keluaran memiliki jenis digital
dan analog. Keluaran digital adalah keluaran dengan 2 kemungkinan kondisi yaitu On /Off,
High/Low, atau 1/0. Sedangkan keluaran analog dapat mengeluarkan beberapa kondisi seperti
seberapa terang lapu menyala, seberapa cepat motor berputar dan lain-lain. Berikut ini akan
dijelaskan mengenai beberapa keluaran digital yang digunakan dalam Otomasi Industri.

Lampu

Lampu adalah salah satu perangkat output yang digunakan sebagai tanda dari suatu
kondisi. Secara umum lampu yang digunakan dalam otomasi di industry adalah lampu dengan

8
tegangan aktiv 24V DC, namun tidak menutup kemungkinan terdapat lampu dengan spesifikasi
yang lain. Warna dan cara menyalakan lampu dapat dijadikan tanda proses kerja apa yang
sedang berlangsung dan tanda kondisi sistem yang sedang terjadi seperti running, idle, error dan
lainnya.

Gambar di atas merupakan contoh penggunaan lampu pada sistem otomasi. Lampu-lampu yang
terpasang pana panel dapat dijadikan indicator perangkat output yang sedang bekerja.

Lampu pada tower lamp dijadikan indicator kondisi mesin yang sedang berlangsung.
Setiap warna lampu dapat memberikan kode tentang status operasional mesin.

9
Display Panel

Display panel dapat memberikan informasi sebuah kondisi yang lebih rinci daripada
lampu. Display panel memungkinkan untuk menampilkan nilai dari sebuah besaran seperti suhu,
tekanan dan lain – lain dalam angka. Display panel juga memungkinkan kita menampilkan
informasi grafis seperti grafik, chart, atau trend sebuah nilai pengukuran.

Pada umumnya display panel juga dapat difungsikan sebagai input dengan menambahkan
beberapa soft button atau touchscreen panel.

Motor Listrik

Motor listrik adalah sebuah mesin listrik yang berfungsi untuk mengubah energi listrik
menjadi energi mekanik. Motor Listrik merupakan aktuator paling banyak digunakan di dunia
industri karena mudah dioperasikan, dikendalikan dan mudah dalam penyediaan sumber tenaga
listrik. Berikut ini adalah pengelompokkan motor listrik yang ada di industri :

 Motor AC 1 atau 3 phasa atau disebut juga dengan motor induksi digunakan untuk sistem
dengan putaran relative konstan dengan tidak mengutamakan kepresisian jumlah putaran
maupun kecepatan putaran. Umumnya digunakan pada konveyor, blower dan lain – lain.
Pemilihan jumlah phasa didasarkan pada beban yang dikendalikan oleh motor tersebut.
Pengaturan kecepatan motor AC contohnya pada konveyor dapat dilakukan dengan
menambahkan Inverter sebagai pengatur frequensi sumber.

10
 Motor DC Magnet Permanent, Motor DC jenis ini adalah yang paling banyak digunakan,
karena mudah dalam pengendalian seperti kecepatan putaran, mampu menghasilkan torsi
yang besar dan relative lebih murah daripada motor DC yang lain. Motor DC magnet
permanent digunakan pada beban dengan torsi yang cukup besar seperti pada extruder,
spindle pada mesin, pemutar mixer, pengangkat beban pada Crane dan lain – lain.

Solenoid

Solenoid adalah salah satu jenis kumparan terbuat dari kabel panjang yang dililitkan
secara rapat. Saat diberi arus listrik, kumparan tersebut akan memiliki medan magnet sehingga
mampu mendorong atau menarik benda logam. Jika terdapat batang logam dan ditempatkan
sebagian panjangnya di dalam solenoid, batang tersebut akan bergerak masuk ke dalam solenoid
saat arus dialirkan. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan tuas, membuka pintu, atau
mengoperasikan komponen lain. Aplikasi solenoid paling luas ada pada pengendalian valve pada
pneumatic dan hindrolik. Gamar di bawah adalah penerapan Solenoid pada valve, yang
selanjutnya secara umum dikenal dengan Solenoid Valve.

11
Heater

Heater merupakan elemen pemanas yang berfungsi untuk menaikkan suhu zat atau
menaikkan volume gas. Penggunaan heater biasanya akan dipasangkan dengan sensor suhu dan
perangat kendali Temperature Control.

Heater banyak digunakan pada sistem Industri yang memerlukan pengkondisian suhu
suatu zat, material atau ruangan. Penggunaan Temperatur Control adalah sebagai perantara untuk
mempermudah penilaian suhu High atau Low.

Setelah mengetahui komponen – komponen dasar pada Otomasi Industri, maka


selanjutnya akan dibahas mengenai rangkaian kendali dan logika dasar yang umum berada pada
sebuah sistem Otomasi Industri, baik konvensional maupun menggunakan PLC.

12
Perangkat Kendali Dasar : Relay, Timer dan
Counter
Setelah mempelajari Perangkat Masukan Dasar bagi sistem otomasi industri, maka
selanjutnya kita akan mempelajari Relay, Timer dan Counter sebagai Perangkat Kendali Dasar.
Perangkat Kendali akan mengolah signal yang diberikan oleh Perangkat Masukan Dasar untuk
mengendalikan Perangkat Keluaran Dasar sesuai dengan aturan, instruksi pengoperasian,
rangkaian logika atau program yang telah dibuat sebelumnya. Untuk Perangkat Keluaran Dasar
akan dibahas pada artikel berikutnya. Berikut ini adalah Perangkat Kendali Dasar yang paling
umum digunakan di Otomasi Industri :

Relay

Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan dengan tenaga listrik dan merupakan
komponen Elektromekanikal (kombinasi elektrik dan mekanik) yang terdiri dari 2 bagian utama
yakni Elektromagnet (Coil/lilitan magnet) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch).
Sebuah relay minimal memiliki 1 pasang Kontak NO dan Kontak NC. Prinsip kerja relay adalah
menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar tersebut. Sehingga,
posisi Kontak NO dan Kontak NC dapat diubah tanpa langsung disentuh oleh manusia.

Gambar di atas adalah konstruksi sebuah relay. Sebuah Besi (Iron Core) dililit oleh
sebuah kumparan Coil yang berfungsi untuk memberi medan Elektomagnet. Saat Switch ditutup,
kumparan Coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang kemudian
menarik Contact untuk berpindah dari Posisi sebelumnya, sehingga Kontak NC akan menjadi
Open dan Kontak NO akan menjadi Close. Coil yang digunakan oleh Relay untuk menarik
Contact Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya membutuhkan arus listrik yang relatif kecil.

Dalam istilah yang lebih umum, relay adalah perantara untuk menjembatani 2 kondisi
berbeda yang ingin saling berinteraksi. Sebagai contoh, saya memiliki perangkat kendali yang

13
keluarannya adalah 5V DC dengan arus 50mA, namun saya ingin mengendalikan Lampu dengan
tegangan kerja 220V AC dan arus 0.4A. Maka relay dapat saya gunakan sebagai perantara
pengendalian tersebut seperti pada gambar di atas.

Gambar di atas adalah bentuk relay yang ada di pasaran dan simbol relay. Relay
merupakan salah satu jenis dari Saklar, dimana kondisi umum sebuah Saklar juga berlaku.
Umumnya saklar memiliki istilah Pole dan Throw. Pole adalah banyaknya Kontak yang dimiliki
oleh sebuah relay, sedangkan Throw adalah Banyaknya kondisi yang dimiliki oleh sebuah
Kontak (NO/NC).

Berdasarkan jumlah Kontak dan Jumlah Kondisi yang memungkinkan, relay dikelompokkan
sebagai berikut :

 Single Pole Single Throw (SPST): Relay ini sedikitnya memiliki 4 Terminal, 2 Terminal
sebagai sumber tegangan untuk Coil dan 2 terminal lain adalah untuk penyaklaran. Relay
ini hanya memiliki NO atau NC saja.
 Single Pole Double Throw (SPDT) : Relay ini memiliki 5 Terminal, 2 Terminal sebagai
sumber tegangan untuk Coil dan 3 terminal lain adalah untuk penyaklaran.
 Double Pole Single Throw (DPST): Relay ini memiliki 6 Terminal, diantaranya 2
terminal sebagai sumber tegangan untuk Coil dan 4 terminal lain adalah untuk
penyaklaran. Relay DPST dapat dijadikan 2 Saklar yang dikendalikan oleh 1 Coil.
 Double Pole Double Throw (DPDT): Relay ini memiliki Terminal sebanyak 8 Terminal,
diantaranya 2 Terminal sebagai sumber tegangan untuk Coil dan 6 Terminal lainnya yang
merupakan 2 pasang Relay SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single) Coil.

Dengan adanya lebih dari 1 kontak dalam 1 relay, hal ini membuat relay dapat
mengendalikan 2 beban atau lebih secara bersamaan. Gambar di bawah adalah Penggolongan
Relay berdasarkan Jumlah Pole dan Throw.

14
Fungsi relay yang secara umum digunakan pada Otomasi Industri adalah sebagai berikut :

1. Relay digunakan untuk menjalankan Fungsi Logika (Logic Function)


2. Relay digunakan untuk mengendalikan Sirkuit Tegangan tinggi dengan bantuan dari
Signal Tegangan rendah.
3. Ada juga Relay yang berfungsi untuk melindungi Motor ataupun komponen lainnya dari
kelebihan Tegangan ataupun hubung singkat (Short).
4. Relay digunakan untuk memberikan Fungsi penundaan waktu (Time Delay Function)

Timer

Secara keseluruhan, prinsip kerja Timer sangat mirip dengan relay, yang membedakan
hanyalah adanya waktu tunda antara waktu Timer diaktifkan dengan Coil Timer aktif. Di bawah
ini adalah ilustrasi dari kontruksi sebuah Timer.

15
Timer terdiri dari tiga bagian, yaitu Unit Penghitung Waktu (Timer Counter), Unit Koil, dan Unit
Kontak. Timer Counter berfungsi untuk menunda pengaktifan Coil sesuai dengan pengaturan wantu
yang diberikan. Timer memiliki 2 kelompok terminal utama sebagai sumber tegangan dan beberapa
terminal lain sebagai Kontak. Berikut ini adalah contoh timer yang berasa di pasaran dan diagram
terminalnya.

Pada gambar di atas, terminal yang harus diberi tegangan saat Timer akan diaktifkan
adalah nomor 13 dan 14. Timer memiliki 4 pasang kontak dengan Common di nomor 9, 10, 11
dan 12, NO berada di nomor 5, 6, 7, dan 8, kemudian NC berada di nomor 1, 2, 3 dan 4.

Counter

Counter adalah rangkaian elektronika yang befungsi untuk melakukan penghitungan


angka secara berurutan baik itu perhitungan maju ataupun perhitungan mundur. Yang dimaksud
dengan perhitungan maju adalah di mana rangkaian akan menghitung mulai dari angka yang
kecil menuju angka yang lebih besar dan sebaliknya untuk perhitungan mundur. Perintah
perhitungan pada suatu Counter dikendalikan oleh masukan signal yang masuk pada terminal
input signalnya. Contoh Counter dan Diagram terminal Counter ditunjukkan seperti pada
gambar di bawah:

16
Counter secara umum digunakan sebagai alat penghitung dalam sebuah proses, seperti
halnya menghitung jumlah benda yang melewati sebuah jalur produksi pada gambar di bawah.

Sistem tersebut menggunakan counter untuk menghitung jumlah botol yang melintas
pada konveyor. Counter akan memiliki nilai target tertentu untuk dicapai,saat nilai tersebut
tercapai counter akan memutuskan bagaimana dan kapan menyesuaikan outputnya berdasarkan
beberapa opsi yang dipilih oleh pengguna.

Pada artikel kali ini kita telah mempelajari perangkat kendali paling dasar dalam sistem
Otomasi Industri. Perangkat Kendali lain yang terdapat dalam Otomasi Industri diantaranya
adalah Temperature Control, Solenoid valve dan PLC. Masing – masing akan dibahas secara
khusus dalam artikel berbeda.

17
Rangkaian Kendali Dasar Sistem Otomasi
Rangkaian kendali adalah bagian paling dasar dari sebuah sistem otomasi. Pemahaman
tentang rangkaian – rangkaian ini mutlak diperlukan sebelum beranjak lebih jauh untuk belajar
PLC atau kendali yang lain. Pada artikel ini anda akan belajar bagaimana membuat sebuah
rangkaian kendali dasar pada sistem otomasi industri.

Mulai dari menentukan jenis komponen, jumlah komponen hingga cara merangkainya
menjadi sistem yang diinginkan. Komponen yang akan selalu diperlukan adalah Power supply
(sumber tegangan) sebagai penyedian arus listrik, beberapa Push Button sebagai alat untuk
mengatur buka atau tutup rangkaian dan Lampu yang berperan sebagai beban yang sedang
dikendalikan. Di sini akan diperkenalkan rangkaian – rangkaian yang umum digunakan pada
Otomasi Industri.

Rangkaian Logika Kendali

Rangkaian yang pertama adalah mengendalikan beban dengan menggunakan 1 tombol.


Rangkaian ini dapat dibuat dengan memanfaatkan Kontak NO yang ada pada Push Button.
Gambar di bawah menunjukkan gambar rangkaian On/Off beban dengan 1 tombol.

Ketika tombol belum ditekan, belum terdapat arus listrik yang mengalir sehingga lampu
masih mati. Ketika tombol ditekan, maka rangkaian akan membentuk loop tertutup sehingga arus
dapat mengalir dan menyalakan lampu, namun lampu akan kembali mati saat tombol tidak
ditekan lagi. Rangkaian ini sangat umum digunakan untuk menyambung aliran arus listrik pada
sebuah sistem kendali.

Rangkaian berikutnya adalah NOT, yaitu kebalikan dari rangkaian di atas. dengan
memanfaatkan Push Button yang memiliki sakelar NC. Perhatikan gambar berikut :

18
Kebalikan dari rangkaian yang pertama, rangkaian NOT menghasilkan Logika Keluaran
yang berkebalikan dengan rangkaian pertama. Lampu sudah menyala sebelum Push Button
ditekan dan saat Push Button ditekan lampu justru padam. Rangkaian ini biasa digunakan untuk
memutus aliran arus pada sebuah sistem kendali.

Rangkaian selanjutnya dalah kombinasi 2 tombol untuk mengendalikan 1 beban.


Kombinasi yang pertama adalah dengan Logika AND atau DAN. Perhatikan gambar di bawah
ini :

19
Dengan memperhatikan gambar dari kiri atas hingga kanan bawah, kita dapat mengerti
bahwa pada rangkaian dengan Logika AND atau DAN mensyaratkan bahwa semua Push
Button harus ditekan atau aktif agar lampu dapat menyala. Kedua Push Button harus ditekan
bersamaan untuk dapat menyalakan lampu. Rangkaian ini disebut juga dengan hubungan seri
pada kontak sehingga jika terdapat salah satu atau lebih tombol tidak ditekan/tidak aktif maka
lampu tidak akan menyala.

Kombinasi yang ke dua adalah rangkaian dengan Logika OR atau ATAU. Perhatikan
gambar di bawah ini:

20
Dengan memperhatikan gambar dari kiri atas hingga kanan bawah, kita dapat mengerti
bahwa pada rangkaian dengan Logika OR atau ATAU mensyaratkan bahwa salah satu Push
Button saja yang ditekan, maka lampu sudah dapat dinyalakan. Jika pun kedua Push Button
ditekan, maka lampu tetap akan menyala. Sehingga, rangkaian 2 kontak ini berperan sebagai
alternatif, satu sama lain dapat saling menggantikan untuk dapat menyalakan lampu. Rangkaian
ini disebut juga dengan hubungan paralel pada kontak sehingga jika terdapat salah satu atau lebih
tombol tidak ditekan/tidak aktif maka lampu tidak akan menyala.

Rangkaian Selfholding

Pada penerapannya, rangkaian logika tersebut di atas digunakan sebagai pendukung


rangkaian aplikasi yang lain yang lebih rumit dengan komponen kendali tambahan misalkan
rangkaian Selfholding dengan bantuan relay. Sebagai contoh, Saya ingin menyalakan sebuah
lampu dengan menggunakan Push Button hanya dengan menekan Push Button On sesaat, lalu

21
mematikan dengan tombol Off. Jika saya hanya menggandalkan logika – logika di atas, maka
saya harus selalu menekan Push Button agar lampu tetap menyala.

Pada rangkaian di atas, relay digunakan sebagai perantara untuk menyalakan lampu AC
220V. Jika relay dinyalakan, maka kontak relay akan menghubungkan lampu ke sumber
tegangan AC. Relay hanya akan menyala jika Push Button ditekan, dan akan kembali mati jika
Push Button dilepaskan.

Di sini lah dibutuhkan rangkaian selfholding. Mula – muka kita akan memanfaatkan
kontak relay yang lain untuk dihubungkan secara paralel (OR) terhadap Push Button.

22
Sehingga, saat Push Button ditekan, arus lisrik akan mengalir dari baterai menuju relay
melalui kontak Push Button atau kontak relay. Dalam kondisi ini, relay dapat menyala sehingga
lampu juga menyala.

Saat Push Button dilepaskan (tidak ditekan), arus listrik akan tetap mengalir ke relay
melalui kontak relay sehingga lampu tetap menyala. Prinsip mempertahankan status nyala relay
dengan menggunakan kontaknya sendiri ini lah yang disebut dengan Selfholding.

23
Untuk dapat mematikan lampu, kita harus mematikan aliran arus listrik yang menuju
relay. Push Button ke dua dengan kontak NC dapat ditambahkan pada rangkaian sebagai berikut.

Saat Push Button NC ditekan, maka arus listrik ke relay dapat diputus sehingga relay
mati, begitu juga lampu. Dengan matinya relay, maka kontak relay akan kembali ke posisi
semula (Open) sehingga holding dilepaskan. Maka seluruh rangkaian akan kembali ke kondisi
semula, Normal.

24
Pada rangkaian ini,nyala lampu dapat dipertahankan kondisinya hanya dengan menekan
Push Button 1 (On) sesaat (singkat) dan dimatikan dengan Push Button 2 (Off).

Itulah rangkaian kendali dasar yang paling sering digunakan pada Sistem Otomasi di
Industri. Rangkaian kendali yang lebih kompleks akan diulas pada artikel lain dengan
menyesuaikan perangkat keluaran yang ingin dikendalikan.

25
Sistem Bilangan dan Data pada
Pemrograman PLC
Mempelajari bentuk-bentuk sistem bilangan dalam pemrograman bisa dikatakan
hukumnya wajib. Kenapa demikian? karena hal ini akan berkaitan dengan data – data yang
nantinya akan kita olah. Artikel sebelumnya yang membahas tentang pemetaan memory adalah
garis besar penyebaran data pada PLC. artikel kali ini menjelaskan lebih detil pada tipe bilangan
dan data yang ada pada setiap memory tersebut.

TIPE BILANGAN

Sistem Bilangan Desimal

Bilangan Decimal/ desimal adalah bilangan paling umum kita gunakan. Bilangan ini
memiliki basis 10, yang artinya setelah hitungan ke sepuluh (dimulai dari nol) nilainya akan
kembali ke nol dengan menaikkan satu angka di depannya.

Sistem Bilangan Biner

Bilangan biner adalah bilangan berbasis 2. Jika hitungan dimulai dari nol, maka bilangan
biner yang berulang setiap 2 hitungan hanya akan memiliki angka 0 dan 1. Cara mengkonversi
bilangan biner ke desimal adalah dengan mengalikan satu per satu bilangan dengan 2 (basis
biner) pangkat 0 atau 1 atau 2 dst dimulai dari bilangan paling kanan. Kemudian hasilnya
dijumlahkan. Misal,

11001(biner) = (1x20) + (0x21) + (0x22) + (1x2) + (1x22)

= 1+0+0+8+16 = 25(desimal).

Sistem Bilangan Hexadecimal

Bilangan ini adalah berbasis 16, dari hitungan 0 – 9 adalah angka namun setelah angka 9
dilanjutkan dengan huruf yaitu A, B, C, D, E, F.

Sistem Bilangan BCD (Binary Coded Decimal)

Bilangan desimal pada setiap tempat dapat terdiri dari 10 bilangan yang berbeda-beda.
Untuk bilangan biner bentuk dari 10 elemen yang berbeda beda memerlukan 4 bit. Sebuah BCD
mempunyai 4 bit biner untuk setiap tempat bilangan desimal.

Berikut ini adalah ilustrasi penyetaraan antar bilangan :

26
TIPE DATA

Bool (Bit)

Bit atau boolean memiliki nama lain yaitu “Binary digit” . Binary digit adalah satuan unit
terkecil dalam komputasi digital. Nilainya cuma 1 dan 0 walau kelihatannya sederhana, tapi dua
angka inilah yang mengalir terus didalam PC, berputar dari processor, Motherboard, chip
memory sampai ke perangkat-perangkat penyimpanan data dan output lainnya atau sebaliknya.

Komputer hanya menggunakan dua angka desimal untuk menyimpan data ya bisa
dinyatakan satu bit, entah nilai 0 atau nilai 1. Tegangan yang dialirkan diubah ke dalam bentuk
angka, jika On maka bernilai 1, dan saat Off bernilai 0.

Nibble

Nibble adalah satu kelompok yang berisi 4 buah bit yang berurutan. Di bawah ini adalah
contoh data dala 1 nibble. data yang dapat ditampung antara 0 (saat 4 bit berisi 0) hingga 15 (saat
semua bit berisi 1).

27
Byte

Byte adalah satuan informasi yang lebih besar dari nibble. Istila byte ini pertama kali
ditemukan dan digunakan oleh Dr. Werner Buccholz di tahun 1956. Satu byte terdiri dari 8
satuan bit yang digabung menjadi satu. Byte biasa digunakan dalam penggunaan istilah kapasitas
perangkat penyimpanan data seperti kapasitas HDD (Hard Disk Drive) mempunyai kapasitas 1
GB (Giga Bytes) yang artinya 1 milyar byte atau 8 milyar bit. Sebuah byte mewakili angka
desimal dari 0 hingga 255.

Word

Word adalah satuan informasi yang lebih besar dari bit dan byte. Namun, jumlah bit yang
digunakan dalam word tidak tetap. Besar sebuah word dapat ditetapkan oleh besarnya register
dalam CPU komputer. Secara umum, 1 word berisi 2 byte atau setara dengan 16 bit.

Tipe data ini juga disebut dengan integer, suatu integer dapat direpresentasikan dengan
angka yang mempunyai range dari nilai negatif atau positif, atau angka yang hanya bernilai
positif saja. Dengan kata lain, integer dapat menjadi sign atau unsigned. Sign integer dapat
bernilai positif atau negatif, sedangkan unsigned integer hanya dapat bernilai positif saja. Sebuah
word terdiri dari 16 bit, dan dword (Double Word) terdiri dari 32 bit.

Dalam pemrogramman PLC, bit-bit ini berperan penting dalam alokasi memory pada
Input/Output dan Relay – relay bantu. Misalnya alamat memori input PLC Omron CP1E dengan
20 I/O yang terdiri dari 12 bit, yaitu 0.00, 0.01, 0.02 hingga 0.11. Sedangkan untuk alamat
Output terdiri dari 8 bit, yaitu 100.00, 100.01, 100.02 hingga 100.07.

Sebagai contoh, pada PLC Omron tipe Compact memiliki iput dengan kapasitas 1 word
berisi 12 bit, sehingga penamaan alamat Input nya adalah 0.00 – 0.11, angka di depan titik (.)
adalah menunjukkan word ke 0 (nol), sedangkan angka di belakang titik adalah urutan bit-nya.
Jadi input itu berada pada alamat word ke nol dengan jumlah 12 bit. Sedangkan pada tipe PLC
Modular, input dan output PLC memiliki kapasitas 1 word berisi 16 bit. Berikut ini adalah
alamat – alamat memory yang menggunakan sistem word 16 bit yang tiap bit dapat bekerja
secara On/Of.

28
 Memory CIO Area (R/W): menyimpan kondisi ON/OFF peralatan input dan output
 Memory WORK AREA (R/W): menyimpan kondisi ON/Off tapi tdk terhubung modul
I/O, memory ini sering disebut dengan internal relay atau virtusl relay.
 Memory holding : sama denganWork area tapi isi memory tidak hilang ketika power off,
prinsip relay ini digunakan untuk mejaga sebuah kondisi tetap aktif atau ON walau power
pada PLC dimatikan.

Dengan menghitung 16 bit yang ada dalam sebuah word, maka 1 word juga mewakili angka
desimal dari 0 sampai 65535. Data ini yang digunakan menjadi angka hitungan dalam sebuah set
value timer atau counter. Namun untuk mempermudah tampilan timer dan counter, set value
pada Omron menggunakan sistem BCD, sehingga nilai maksimal yang dapat ditempilkan dalam
1 word (4 nibble) adalah 9999. Nilai ini lah yang menjadi batas maksimal set value timer dan
counter. Berikut ini adalah alamat – alamat memory yang menggunakan sistem word 16 bit
tetapi tiap bit tidak bekerja secara On/Off.

 Data Memory : penyimpanan data dlm bentuk Word (16 bit) nilai maksimalnya adalah
65535.
 Memory TIMER :menyimpan nilai timer saat ini (present value/PV) dan flag dalam
bentuk bilangan BCD
 Memory COUNTER : menyimpan nilai counter saat ini (PV) & flag bilangan BCD

Jumlah yang lebih besar dari word adalah long word. Suatu long word umumnya dianggap
sebagai 4 byte atau 32 bit. Digunakan jika menggunakan angka yang besar. juga ada signed dan
unsigned. untuk signed punya range -2,147,483,648 sampai 2,147,483,647. dan untuk yang
unsigned punya range dari 0 sampai 4,294,967,295.

29
Konfigurasi PLC : Programmable Logic
Controller
Bab ini membahas tentang Konfigurasi PLC secara hardware mulai dari Power Supply,
Modul Input dan Output, Memory hingga sistem Komunikasi. Sistem Otomasi terutama otomasi
industri memiliki pokok bahasan yang cukup luas yang meliputi komponen elektrik baik input
maupun output, software dan lain-lain. Pada artikel – artikel sebelumnya telah dibahas mengenai
komponen perangkat input dasar, perangkat output dasar dan perangkat kendali dasar serta
rangkaian kendali dasar.

Bahasan kali ini adalah tentang perangkat kendali yang dapat diprogram karena merupakan
bagian utama dari sebuah sistem otomasi industri. Ada bermacam – macam jenis perangkat
pengendali yang dapat diprogram seperti Personal Computer (PC), Microcontroller dan
Programmable Logic Controller (PLC), namun yang paling lazim digunakan pada sistem otomasi
di industri adalah PLC. Beberapa alasan mengapa PLC paling lazim digunakan adalah:

 PLC memiliki ketahanan yang baik terhadap lingkungan industri, dibanding PC atau
Microcontroller
 Hampir pada semua jenis PLC menggunakan bahasa pemrogramman Ladder, yaitu
bahasa pemrograman berbasis rangkaian instalasi berisi kontak, relay, timer dan lainnya.
Jenis bahasa ini jauh lebih mudah dipelajari daripada bahasa Codding pada
microcontroller yang umumnya berbasis bahasa C atau Basic. Hal ini tentu akan
memudahkan teknisi atau maintenance yang umumnya memiliki pengetahuan rangkaian
listrik dasar, baik lulusan SMK maupun D3.
 Program yang tersimpan dalam PLC dapat dengan mudah disalin ke PC untuk kemudian
dimodifikasi atau dimasukkan ke dalam PLC lain untuk melakukan duplikasi.

Pada hampir setiap lini produksi, fungsi mesin atau proses dapat dikendalikan secara
otomatis menggunakan PLC. Kecepatan dan ketepatan dari operasi dapat ditingkatkan
menggunakan jenis sistem kontrol ini.

Selanjutnya akan dijelaskan tentang prinsip kerja dan Konfigurasi PLC sebagai salah satu
perangkat kendali dalam otomasi industri. PLC dapat bekerja terus – menerus untuk memantau
keadaan perangkat input, kemudian membuat keputusan berdasarkan program khusus yang telah
dibuat, untuk selanjutnya mengontrol keadaan perangkat yang terhubung sebagai output.

30
Gambar di atas adalah Scan proses sebagai ilustrasi prinsip kerja PLC, yaitu dengan
melakukan siklus operasi yang berulang. Pertama, sekuensial PLC memindai kondisi perangkat
input dan melakukan update tabel memori untuk menunjukkan status mereka. Selanjutnya, PLC
mengeksekusi program berdasarkan logika yang telah disimpan. Dari hasil proses logika
pemrograman tersebut PLC melakukan update tabel memori yang menunjukkan apakah
perangkat output harus ON atau OFF. Akhirnya, PLC menggunakan status tabel output untuk
benar-benar mengubah kondisi perangkat output.

Tahap awal untuk dapat mempelajari PLC adalah mengenali konfigurasi perangkat
kerasnya (hardware). Gambar di bawah menunjukkan konfigurasi PLC secara umum.

Dan berikut penjelasan tiap koomponen pada perangkat keras PLC:

Power Supply

Power Supply adalah penyedia tegangan bagi PLC yang berasal dari sumber listrik utama
(PLN). Tegangan yang dihasilkan oleh power supply tergantung dari kebutuhan. Untuk PLC
biasanya mendapat sumber tegangan 24 volt dari power supply.

31
CPU

Setiap komponen dalam PLC memiliki fungsi yang berbeda seperti perangkat komputer
lainnya. Komponen utama yang mengontrol seluruh sistem yang dikenal sebagai central
processing unit. Prosesor pada PLC ini berfungsi untuk mengatur tugas pada keseluruhan sistem
PLC. Selain itu, pada sistem ini dilakukan operasi-operasi matematis, manipulasi data, tugas-
tugas diagnostik, dan lain sebagainya. Mikro prosesor yang digunakan PLC dapat dikategorikan
berdasarkan panjang atau ukuran jumlah bit dari register-register prosesor tersebut. Ukuran
standar jumlah bit yang umum digunakan adalah 8, 16, dan 32 bit. Semakin panjang ukuran
jumlah bit, semakin cepat proses yang terjadi pada PLC tersebut.

Memori

Memori digunakan untuk menyimpan data dan instruksi program pengguna. Area ini
dapat dibagi menjadi beberapa bagian penting, pembahasan tentang pemetaan memori akan
diulas khusus pada artikel tentang Memori

Modul Input/Output

Pada modul perangkat input pada PLC terdiri dari beberapa jumlah alamat tergantung
jenis PLC, misalnya sebuah PLC memiliki 16 alamat input. Alamat tersebut mempunyai nilai
logika baik 0 atau 1. Alamat tersebut dihubungkan dengan komponen-komponen yang berperan
sebagai input, seperti pushbutton, limit switch, sensor atau perangkat masukan yang lain melalui
terminal yang ada pada PLC. Komponen input tersebut akan mengaktifkan input pada memori
sesuai dengan alamat yang tersambung. Misalnya, pushbutton A dihubungkan ke alamat 0.00
pada modul perangkat PLC.

Seperti pada modul input, alamat pada modul output juga dapat ditentukan tergantung
jenis PLC yang digunakan. Modul output dihubungkan dengan jenis komponen-komponen,
seperti relay, motor, lampu, buzzer dan lain sebagainya. Komponen-komponen yang
dihubungkan dengan modul output dapat berfungsi atau aktif jika program yang ada sudah
dieksekusi oleh prosesor.

Hubungan antara modul input/output terhadap PLC dapat dilihat pada Gambar di bawah.

32
Modul Komunikasi

Terminal komunikasi memungkinkan bagi PLC untuk mendapatkan upload program dari
PC atau perangkat pemrograman lain. Beberapa perangkat komunikasi juga memungkinkan PLC
melakukan komunikasi adalah dengan menggunakan serial, Profibus, DeviceNet, Ethernet atau
beberapa protokol komunikasi dengan perangkat lain.

Demikian prinsip kerja dan konfigurasi PLC yang utama secara umum. Dengan
pemahaman yang baik pada bagian utama ini akan lebih memudahkan untuk mempelajari PLC
pada tahap berikutnya. Untuk selanjutnya akan dibahas mengenai pemetaan Memori pada PLC.

33
Pemetaan Memory PLC dengan Study Kasus
PLC Omron.
Kali ini kita akan membahas mengenai pemetaan memory PLC. Pada artikel sebelumnya
sudah dibahas mengenai prinsip kerja dan konfigurasi hardware PLC secara umum, kemudian
dasar pemrogramannya. Secara kasat mata, mengukur memory PLC bisa kita lihat dari jenisnya,
karena dari jenis ini dapat langsung kita lihat jumlah input dan outputnya. PLC memiliki 2 jenis
yang paling sering digunakan di industri, yaitu PLC Compact dan PLC Modular.

PLC Compact sering juga disebut dengan jenis “based” dimana komponen – komponen
Processor, I/O, dan Catu daya melekat menjadi 1 bagian pada 1 unit yang tidak terpisahkan.
Jumlah bit pada Tabel Input maupun Output adalah tetap (kecuali ditambah dengan I/O
extension). Perbandingan jumlah input dan jumlah output umumnya adalah 60:40. Misalkan PLC
Omron tipe CP1E dengan 40 I/O, maka akan memiliki 24 bit input dan 16 bit output. Lihat
Gambar di bawah ini.

PLC Sistem Modular yang sering disebut juga dengan sistem “rack” merupakan jenis
PLC yang memiliki kapasitas memory PLC yang besar dan lengkap instruksi pemprogramannya.
Dimana konfigurasi hardware dapat dipisahkan satu sama lainnya dengan sistem penempatan
tetap pada satu modul yang besar, misal Prosessor tersendiri, I/O tersendiri, komuniakasi
tersendiri, bahkan catu dayanya juga dapat dipisahkan. Jumlah I/O yang dapat diinstal terhadap
CPU akan beragam sesuai dengan kapasitas memory PLC tersebut. Sebagai contoh PLC Omron
CJ2M mampu menangani lebih dari 5 modul input mau pun output, jika 1 modul berisi 16 bit,
maka akan ada lebih dari 80 bit input/output yang bisa dimiliki PLC tersebut. Lihat Gambar PLC
Modular di bawah ini.

34
Kenapa penting mengetahui pemetaan memory PLC? Karena dari pemetaan memori
tersebut kita bisa tau jumlah input dan output yang dapat dipasang pada PLC, alamat input dan
output tersebut, dan mengetahui alamat – alamat special yang nanti kita perlukan saat proses
pemrograman.

Pemetaan memori PLC secara lebih detil adalah sebagai berikut:

Area Executive

Memori ini sifatnya permanen karena area ini umumnya tersimpan program BIOS PLC
untuk mengatur keseluruhan operasi. Dapat dikatakan, area ini tidak dapat dimanipulasi dan
diakses oleh pengguna PLC.

Area Aplikasi

Yaitu memori yang digunakan untuk menyimpan data dan instruksi program pengguna.
Area ini bisa dibagi menjadi beberapa bagian penting, seperti berikut:

1. Tabel Input dan Tabel Output

Tabel input adalah bit – bit yang menyimpan status masukan dari modul input PLC.
Jumlah bit pada tabel pada dasarnya sama dengan jumlah input pada modul input PLC tersebut.
Sebagai contoh, PLC Omron CP1E yang memiliki jumlah input 24 terminal akan membutuhkan
tabel input 24 bit. Setiap input yang terkoneksi dengan PLC akan memiliki bit asosiasinya pada
tabel. Alamat perangkat input yang terhubung dengan modul input pada dasarnya adalah lokasi
word dan bit pada tabel input. Misalnya, limit switch yang dikoneksikan dengan modul input
yang memiliki alamat 0.04. Alamat ini berasal dari lokasi word 000 pada posisi bit 04.

Untuk table output, lokasi ini adalah bit – bit yang menyimpan status sinyal kontrol dari
program untuk mengendalikan status modul keluaran PLC. Jumlah bit pada tabel pada
dasarnya sama dengan jumlah output pada modul output PLC. Misalnya, PLC yang
memiliki jumlah output 16 akan membutuhkan tabel output sejumlah 16 bit. Setiap
perangkat output yang terkoneksi dengan PLC akan memiliki bit asosiasinya pada tabel.

35
Sama seperti pada tabel input, alamat perangkat output adalah lokasi word dan bit pada
tabel output. Misalnya, lampu yang dikoneksikan dengan antarmuka output yang
memiliki alamat 100.02. Alamat ini berasal dari lokasi word 100 pada posisi bit 02.
Penjelasan mengenai apa itu Word akan dibahas pada artikel lain.

2. Bit – Bit Internal

Lokasi ini berfungsi menyimpan bit atau data koil – koil internal relay. Jika prosesor
mengevaluasi program kontaktor dan sebuah internal relay ter-energize (1) maka kontaktor-
kontaktor referensi sinyal (kontaktor-kontaktor dengan alamat yang sama dengan koil internal
relay tersebut) akan berubah kondisinya. Jika kontaktor tersebut NO maka kontaktor tersebut
akan menutup (closed), sedangkan jika NC, maka kontaktor tersebut akan membuka (open).
Pada PLC Omron CP1E, bit yang dapat digunakan contohnya adalah Working Relay, dari alamat
W0.00 hingga W99.15.

3. Bit – Bit Khusus

Lokasi ini digunakan untuk menyimpan bit-bit yang memiliki kekhususan(spesial), misal
bit yang selalu berubah setiap detiknya, bit yang nilainya selalu nol, bit yang akan bernilai satu
ketika scanning pertama, dan seterusnya. Selain itu, pada bagian lokasi ini tersimpan berbagai
macam flag atau status hasil operasi matematika dan logika. Pada PLC Omron terdapat kontak
Always On (P_On), kontak berkedip 1 detik (P_1s) dan lain – lain.

4. Register/Word

Lokasi ini untuk menyimpan data dalam ukuran byte atau word. Nilai atau data yang
disimpan pada area ini dapat berupa data masukan dari berbagai macam sumber input, seperti
36
input analog, thumbwheel switch, dan lain sebagainya. Selain itu, lokasi ini digunakan untuk
menyimpan data output, misalnya untuk data seven segment, meter analog, control valve dan lain
sebagainya. Contoh yang dapat dipakai di PLC Omron adalah Data Memori, yaitu D0 hingga
D2047. Lokasi pada register ini juga digunakan untuk menyimpan data-data yang berkaitan
dengan Timer dan Counter, masing masing memiliki alamat 0 – 255.

5. Memori Program Pengguna

Lokasi ini digunakan untuk menyimpan program kontrol PLC. Semua intruksi PLC yang
digunakan untuk mengontrol mesin atau proses disimpan pada lokasi ini. Ketika PLC
mengeksekusi program, prosesor menginterpretasikan informasi dalam memori program
pengguna dan mengontrol data-data bit referensi pada tabel data yang berkaitan dengan
input/output internal atau input/output real.

Perlu ditekankan disini bahwa beberapa manual PLC, istilah relay lebih sering digunakan
dibandingkan istilah bit. Misalnya, istilah input relay sama saja artinya dengan input bit (tabel
input), spesial relay sama dengan spesial bit, dan seterusnya.

37
Logika Dasar Pemrograman PLC
Bab ini membahas tentang logika dasar pemrograman PLC dengan menggunakan bahasa
ladder diagram. Setidaknya 5 jenis bahasa pemrograman pada pemrogamman PLC yaitu :

 Ladder diagram
 Function Block Diagram
 Structure Text
 Sequential Function Chart
 Instruction List

Kami tidak akan membahas semua bahasa pemrograman dalam artikel ini. Jika anda bertanya
bahasa apa yang paling sering dipakai untuk pemrograman PLC, tiap orang mungkin akan
berbeda-beda, tapi khusus saya bisa menjawab ladder diagram. Bahasa ini yang paling umum
dipakai di PLC dan hamper selalu ada pada semua jenis PLC. Perlu anda ketahui bahwa
beberapa PLC dapat diprogram dengan lebih dari 1 bahasa pemrograman. Lalu kenapa ladder
paling banyak digunakan? Membuat program dengan ladder tidak jauh berbeda dengan
merangkai instalasi listrik. Saya pikir instalasi listrik adalah materi paling dasar yang hampir
dimiliki oleh semua yang terjun di bidang kelistrikan, bahkan beberapa mekanik.

Diagram Ladder atau diagram tangga adalah skema khusus yang biasa digunakan untuk
mendokumentasikan sistem logika kontrol di lingkungan industri. Disebut “tangga” karena
mereka menyerupai tangga, dengan dua rel vertikal kanan – kiri (power supply) dan banyak
“anak tangga” (garis horizontal) yang mewakili rangkaian kontrol.

Anda bisa melihat gambar di atas yang menampilkan bagaimana sebuah rangkaian listrik
sederhana ditulis menggunakan diagram ladder. Gambar (a) sebelah kiri menunjukkan rangkaian
untuk menyalakan atau mematikan sebuah motor listrik. Kita dapat menggambar ulang rangkaian
pada gambar kiri ini dengan cara yang berbeda, yaitu menggunakan dua garis vertikal untuk
mewakili rel daya input dan menambahkan kontak dan relay di antara mereka. Gambar (b)
sebelah kanan menunjukkan hasilnya. Kedua sirkuit memiliki saklar seri dengan relay yang akan
mengkatifkan motor saat saklar ditutup. Jika terdapat belasan atau puluhan rangkaian seperti ini,
maka akan lebih jelas menggambarkan menyerupai tangga.

38
Untuk menggambar ladder ada beberapa hal yang menjadi acuan dasar, di antaranya adalah
sebagai berikut:

1. Pada diagram ladder, garis vertikal sebelah kiri bisa kita analogikan sebagai sisi positif
dari sumber tegangan, sedangkan garis vertikal sebelah kanan adalah sisi negative dari
sumber tegangan. Arus listrik akan mengalir dari kiri ke kanan melalui rangkaian logika
pada setiap baris.
2. Setiap baris mewakili satu rangkaian logika proses control.
3. Cara membaca diagram ini adalah dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah.
4. Saat PLC diaktifkan, proses scanning berkerja pada semua baris program sampai selesai.
Dimulai dari kiri ke kanan baris paling atas, lalu turun ke baris di bawahnya kemudian
dilanjutkan dari kiri ke kanan seterusnya hingga ujung kanan baris terbawah. Proses ini
sering disebut dengan cycle dan waktu yang diperlukan untuk 1 kali proses adalah cycle
time atau scan time.
5. Setiap baris umumnya harus dimulai dengan input dan diakhiri setidaknya oleh 1 buah
output. Seperti yang sudah kita bahasa pada artikel – artikel sebelumnya, input yang akan
memberi perintah pada PLC melalui kontak, sedangkan output memberi
perintah/mengendalikan perangkat yang dihubungkan pada PLC.
6. Input dan output diidentifikasi berdasarkan alamatnya, setiap penamaan alamat
tergantung dari produsen PLC. Alamat ini yang akan digunakan sebagai penyimpanan
kondisi pada memori PLC.
7. Beberapa kontak dapat muncul lebih dari satu kali pada baris – baris berbeda, mereka
akan aktif secara bersamaan jika memiliki alamat yang sama. Tetapi tidak demikian
dengan output atau relay yang disebelah kiri. Mereka hanya boleh ditulis 1 kali.

Gambar di bawah adalah alur pembacaan program PLC pada program yang telah dibuat.

KONTAK DAN RELAY PADA LADDER DIAGRAM

Kontak umumnya berfungsi sebagai penyambung atau pemutus arus listrik. Seperti
halnya sakelar, Kontak memiliki 2 kondisi utama, yaitu NO (Normally Open) dan NC (Normally
Closed). Kontak NO dalam kondisi belum diaktifkan dalam keadaan terbuka, sedang NC dalam

39
keadaan tertutup. Dalam progam PLC dengan Ladder diagram, kontak sebagai penyambung atau
pemutus logika program ke sisi sebelah kanannya.

Coil/Relay pada Ladder secara umum sama dengan relay fisik yang telah kita bahas pada
komponen kendali industry. Dalam program PLC, relay umumnya disimbolkan dengan bentuk
bulatan. Contoh kontak dan relay dalam diagram Ladder adalah sebagai berikut:

Gambar di atas adalah kontak dari Input dengan alamat 0.00 yang digunakan untuk
mengendalikan relay 1.00 dan 1.01. Baris pertama adalah kontak NO sedangkan baris kedua
adalah Kontak NC. Dalam kondisi Input belum diaktifkan, kontak NC sudah tersambung
sehingga menyalakan relay 1.01. Saat Input diaktifkan, maka yang terjadi adalah :

Saat ini Relay 1.00 aktif karena Kontak 0.00 diaktifkan. Dari gambar dapat diketahui
apabila relay dengan nama tertentu dikatifkan, maka semua kontak dengan nama yang sama akan
aktif, dalam hal ini semua kontak pada relay 1.00 akan aktif.

LOGIKA DASAR PEMROGRAMAN PLC

Ada banyak kondisi pengendalian yang menyaratkan beberapa keadaan yang harus
dipenuhi, sehingga kondisi output – output tertentu dapat aktif sesuai dengan yang diharapkan.
Sebagai contoh, untuk mesin bor otomatis, mungkin ada kondisi bahwa motor bor hanya dapat
diaktifkan bila limit switch tertekan yang menunjukkan adanya benda kerja dan posisi bor
sebagai pada permukaan benda kerja. Situasi semacam ini akan melibatkan logika DAN sebagai
fungsi logika, dimana kondisi A dan kondisi B keduanya terpenuhi sehingga output dapat
diaktifkan. Bagian ini akan membahas tentang logika – logika tersebut.

40
Logika DAN (AND)

Gambar di bawah menunjukkan bahwa output tidak dapat diaktifkan kecuali kedua
kontak aktif. Kombinasi kontak semacam ini disebut dengan logika DAN atau AND Logic.
Dengan demikian, jika hanya salah satu input A atau B saja yang aktif, maka output tidak akan
menyala.

Salah satu contoh penerapan logika dasar pemrograman PLC ini adalah pada
pengoperasian beberapa mesin industry misalnya pada proses stamping produk. Saat akan
melakukan stamping, operator harus menekan 2 tombol yang berada di dekat tangan kanan dan
kirinya, sehingga dapat dihindari kecelakaan kerja.

Logika ATAU (OR)

Gambar di bawah menunjukkan bahwa output dapat diaktifkan hanya dengan


mengaktifkan salah satu kontak saja, baik A mapun B. Kombinasi kontak semacam ini disebut
dengan logika ATAU atau OR Logic.

Contoh penerapan logika dasar pemrograman PLC ini adalah pada pengoperasian motor
konveyor, motor dapat diaktifkan dari beberapa tempat dengan menggunakan beberapa tombol
berbeda. Karena fungsinya ini lah logika ATAU sering disebut sebagai logika alternative.

41
Logika TIDAK (NOT)

Perhatikan gambar di bawah. Sebelum kontak A ditekan, output sudah menyala. Namun
sebaliknya saat kontak A ditekan, output akan mati. Logika ini disebut dengan TIDAK atau NOT
Logic. Logika ini sering digunakan untuk memutus aliran arus listrik atau digunakan sebagai
instruksi OFF.

Tiga logika dasar pemrograman PLC ini yang untuk selanjutnya akan digunakan sebagai
dasar membuat program di PLC. Secara umum PLC memiliki metode logika yang sama, apa pun
yang membedakan adalah tentang notasi pengalamatannya. Instruksi dan fitur dalam
pemrograman PLC akan dibahas lebih lanjut pada artikel berikutnya.

42
Instruksi Start/Stop dengan Selfholding dan
Set/Reset
Otomasi memiliki salah satunya adalah memiliki fungsi memudahkan pekerjaan manusia.
Misalkan ada operator ingin menyalakan motor listrik, dia bisa dengan menekan Push Button
tertentu, yang sudah didesain dengan sistem kendali tertentu. Dengan sekali tekan saja dia sudah
bisa mengatur kerja motor listrik, harus putar ke arah mana, dengan kecepatan berapa, kapan
harus berhenti dan sebagainya. Tentu saja tergantung bagaimana sistem kendalinya dirancang.

Pada sistem kendali yang memakai PLC, banyak sekali instruksi – instruksi yang bisa
digunakan. Salah satu instruksi yang paling sering digunakan pada sistem otomasi adalah
instruksi Start dan Stop. Contohnya untuk menjalankan Perintah Start digunakan untuk
menyalakan sebuah relay/koil atau bisa digunakan untuk memulai sebuah proses, sedangkan
perintah Stop digunakan untuk mematikan relay/koil atau menghentikan sebuah proses. Perintah
tersebut dapat kita berikan pada PLC melalui 2 alamat input melalui 2 Push Button.

Di bawah ini adalah diagram waktu untuk instruksi Start/Stop:

Selfholding

Kita sudah belajar prinsip kerja Push Button, untuk menyambungkan sebuah signal dapat
digunakan Push Button NO. Tapi signal hanya akan tersambung dan memberi instruksi pada
input PLC saat Push Button ditekan, saat dilepas signal terputus sehingga input PLC tidak aktif
lagi. Sehingga koil hanya menyala sesaat kemudian mati.

Koil menyala saat Push Button yang terhubung pada input 0.00 ditekan.

43
Koil mati saat Push Button yang terhubung pada input 0.00 berhenti ditekan. Untuk bisa
mempertahankan kondisi output terus menerus menyala walau signal pada input tidak lagi diberi,
maka logika program memerlukan jalur alternatif.

Kita bisa menambahkan kontak cabang parallel OR di bawah Kontak Input 0.00
sebelumnya dan memberi alamat kontak sesuai output yang akan dipertahankan kondisi nyala-
nya. Jadi, saat kontak input 0.00 aktif dan koil 1.00 aktif, kontak output juga akan aktif.
Sehingga dapat kita lihat pada gambar aliran arus dapat melalui 2 jalur, yaitu kontak 0.00 dan
kontak 1.00.

Saat Kontak 0.00 dimatikan/diputus, output 1.00 masih menyala karena arus masih dapat
mengalir melalui kontak-nya sendiri yaitu 1.00. Ini lah yang disebut Selfholding.

Untuk mematikan output 1.00, kita bisa menambahkan kontyak NC sebagai pemutus
arus.

Ketika kontak NC 0.01 ditekan, maka arus listrik terputus dan output 1.00 akan mati.
Karena Output 1.00 mati maka kontaknya pun akan kembali ke kondisi semua yaitu Open.
Sehingga saat 0.01 tidak lagi ditekan, semua kontak dan output kembali ke kondisi semua.

44
Set Reset

Selain dengan menggunakan prinsip Selfholding, instruksi Start/Stop juga bisa kita buat
dengan menggunakan Set Reset.

Set adalah perintah untuk merubah kondisi koil/output dari Off atau On menjadi kondisi
ON (1), kemudian kondisi ini dipertahankan selama PLC masih dalam status Run.

Kondisi koil 1.00 ON saat 0.00 ditekan

Kondisi koil tetap ON walau 0.00 sudah dilepas

Untuk mematikannya, kita menggunakan Reset. Reset adalah kebalikan dari Set,
berfungsi untuk merubah kondisi koil/output dari Off atau On menjadi kondisi OFF (0).

45
Ditambahkan perintah Reset untuk mematikan koil 1.00. Saat 0.01 ditekan, koil 1.00 di-
Reset atau dimatikan. Saat 0.01 dilepas, maka kontak dan koil akan kembali ke kondisi awal
mula-mula.

KEEP

Sama persis seperti Set/Reset, KEEP memiliki kaki input Set yang akan mengaktifkan
koil tertentu saat diberi signal dan Reset yang akan mematikan koil saat diberi signal.

Kesalahan umum yang sering dilakukan pemula saat menggunakan instruksi


Set/Reset atau KEEP adalah memutus instruksi Set untuk mematikan koil, yaitu memberi kontak
NC di sebelah kanan kontak 0.00. hal ini sudah pasti sia-sia, karena tanpa kontak NC pun arus
sudah terputus dengan dilepaskannya tombol pada kontak 0.00.

46
Instruksi di atas baik Selfholding mau pun Set/Reset bisa anda terapkan untuk
mengendalikan Motor Listrik secara sederhana. Push Button Input 1 dan Input 2 disambungkan
pada alamat input 0.00 dan 0.01 pada PLC sebagai Instruksi Start Stop, sedangkan alamat output
1.00 disambungkan pada Relay, untuk berikutnya relay yang akan menyambungkan sumber
tegangan untuk menjalankan Motor Listrik.

47
Pemrograman Timer pada PLC Omron
Anda tentu pernah melihat lampu lalu lintas yang bisa kita jumpai di jalan raya. Setiap set
lampu lalu-lintas memiliki 3 lampu utama yaitu Merah, Kuning dan Hijau. Ketiga lampu tersebut
menyala secara bergantian dengan durasi waktu tertentu. Hal ini berarti ada sebuah sistem
kontrol/kendali yang membuat mereka menyala sebagai contoh seperti ini, Merah menyala
sekian detik, kemudian Merah mati dan Kuning menyala sekian detik, kemudian kuning mati dan
Hijau menyala sekian detik. Terdapat perbedaan pengaturan waktu jeda setiap lampu, dalam
pemgrogramman sering disebut dengan delay atau penundaan. Begitu juga pada PLC
terdapat instruksi untuk menunda untuk menyalakan atau mematikan sebuah relay/coil yang
disebut dengan Timer.

Timer sebenarnya bisa dikatakan bentuk modifikasi dari relay/coil. Silakan baca pada
Perangkat Kendali Dasar Sistem Otomasi. Perbedaan mendasarnya, jika relay diberi
tegangan/perintah maka akan akatif saat itu juga, demikian juga dengan kontak-kontak yang
terdapat pada relay tersebut. Pada Timer, saat diberi tengangan atau perintah maka tidak serta-
merta aktif, tetapi menunggu dulu selama beberapa waktu (sesuai dengan nilai setting/pengaturan
yang diberikan). Setelah jeda nilai pengaturan tersebut tercapai, coil Timer akan aktif sehingga
kontak-kontak pada Timer juga akan aktif. Berikut adalah Diagram waktu sebuah Timer yang
paling umum.

Setiap brand PLC memiliki cara pengalamatan dan metode tersendiri dalam penggunaan
instruksi Timer. Pada tutorial PLC ini akan mengambil contoh penggunaan Timer pada PLC
Omron tipe CP1E CPU E20. Saya sengaja mengambil contoh spec terendah dengan asumsi
pemanfaatan yang paling sederhana. Untuk spec yang lebih tinggi moleh jadi memiliki fitur-fitur
yang lebih lengkap. Tipe PLC ini memiliki 256 register Timer mulai dari 000-255. Jumlah yang
saya rasa cukup untuk digunakan dalam pemrograman sistem sederhana.

Berikut ini adalah blok pengaturan instruksi Timer pada PLC Omron CP1E.

48
SET Value yang umum digunakan pada Timer adalah tipe BCD, sehingga nilai
pengaturan dapat diatur mulai 0000 hingga 9999. Pengaturan nilai ini bersifat konstan atau fix.
Tidak banyak tutorial PLC yang membahas bahawa jika kita menginginkan nilai Set Value yang
dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan, kolom Set value bisa kita isi dengan alamat register
tertentu seperti DM (Data memory). Sehingga dengan mengubah nilai yang terdapat pada DM
tersebut, kita bisa mengubah-ubah pengaturan Timer. Pembahasan mengenai Data Memory akan
ada pada artikel – artikel berikutnya.

Pada PLC Omron terdapat 2 jenis Timer dasar yang paling sering digunakan, setidaknya
dalam proses belajar. Karena jika sudah sering menangani project dengan kerumitan yang tinggi,
jenis Timer yang lain boleh jadi juga digunakan. 2 jenis Timer dasar tersebut adalah TIM dan
TIMH. Anda bisa membuka Help pada bagian atas CX Programmer, kemudian pilih tipe PLC
yang sesuai. Pada layar Instruction List silakan pilih Timer and Counter. Berikutnya buka TIM
lalu TIMH.

Keduanya memiliki fungsi dan pengalamatan yang sama, perbedaanya ada pada time
base (pengali) pada Set Value. TIM memiliki pengali 100ms (0.1s) yang artinya, nilai yang anda
masukkan ke dalam Set Value akan dikalikan dengan 0.1s. Sehingga jika anda ingin menunda

49
Timer selama 5 detik, maka set value nya adalah 50. Dengan melihat set value 0 – 9999, maka
TIM memiliki pengaturan waktu penundaan antara 0,1 s hingga 999,9 s. Sedangkan TIMH
memiliki Set value yang lebih rinci yaitu 10ms (0,01s). TIMH bisa dijadikan alternatif saat ingin
memberikan penundaan waktu di bawah 0,1 s.

50
Instruksi Counter untuk Pemula
Dalam belajar PLC, selain Timer terdapat pula instruksi Counter. Sistem penghitung
(Counter) sebenarnya telah ada dalam bentuk hardware tersendiri seperti halnya dengan Relay
dan Timer, lihat gambar di bawah. Counter adalah Salah satu loncatan besar yang dilakukan oleh
sistem otomasi industri atau otomatisasi industri yang membantu salah satunya dalam poses
pengemasan barang.

Sebagai contoh, dalam satu box tertentu ingin diisi sejumlah produk. Saat masih
menggunakan tenaga manusia boleh jadi kesalahan jumlah produk yang masuk dalam box masih
dapat dihindari, namun faktor kelelahan pada manusia bisa menyebabkan kecepatan kerjanya
berkurang.

Yang akan dibahas di sini adalah tutorial PLC tentang bagaimana pengoperasian Counter
yang ada pada PLC. Sebagai bahan diskusi, pembahasan tentang counter mengambil contoh
instruksi counter pada PLC Omron. Sebetulnya ada 2 jenis counter utama pada PLC Omron,
yaitu Counter hitungan menurun dan Rewersible Counter. Dari 2 jenis counter tersebut dapat
dibedakan lagi menjadi counter dengan pengaturan Set value BCD dan Set value Binary.

Instruksi counter yang paling sering dipelajari baik pada Training PLC maupun buku-
buku Tutorial PLC adalah jenis counter menurun dengan pengaturan BCD. Hal ini dipilih karena
paling mudah digunakan dan diajarkan. Berikut ini adalah blok pengaturan instruksi Counter
pada PLC Omron CP1E :

51
Gambar di atas adalah instruksi paling umum untuk counter, yaitu menggunakan Set
value tipe BCD, dengan demikian nilai yang dapat dimasukkan adalah #0000 hingga #9999. Jika
anda menghendaki nilai pengaturan counter dapat diubah-ubah selama proses operasi sistem,
anda dapat memberi alamat Data Memory tertentu (misal D100) pada Set Value sehingga berapa
pun nilai yang terdapat pada D100, maka itu lah yang akan menjadi Set Value counter. Namun
pengaturan counter dengan variabel belum disinggung saat belajar PLC dasar. Gambar di bawah
ini menunjukan prinsip kerja Counter.

Mula-mula PV akan bernilai sama dengan Set Value yang telah diberikan. Nilai PV akan
turun sebanyak 1 satuan setiap kali Input Counter berubah dari OFF menjadi ON. Counter akan
aktif (ON) saat nilai PV mencapai 0. Begitu counter aktiv, maka counter akan mempertahankan
kondisinya (terus ON) hingga Reset Counter diaktifkan (ON). Penting untuk diperhatikan bahwa
counter tidak akan mulai menghitung saat Input Counter diaktifkan jika Reset Counter masih
ON.

Nilai PV dari sebuah counter akan terus disimpan walaupun supply daya nya dimatikan,
ini yang kadang tidak/belum dipahami oleh programmer PLC pemula, sehingga membingungkan
saat hitungan dianggap belum mencapai Set Value ternyata counter telah aktif. Untuk
menghindari hitungan lanjutan dari data lama yang masih tersimpan, counter harus direset
terlebih dahulu sebelum memulai hitungan baru, seperti ditunjukkan pada gambar di atas. Atau
dengam menggunakan First Cycle Flag (A200.11) secara paralel pada Reset Counter.

52
Demikian pembahasan tentang instruksi counter, semoga memberi manfaat bagi anda
yang ingin atau sedang belajar PLC, atau sebagai dasar sebelum anda memutuskan mengikuti
Pelatihan PLC. Silakan hubungi admin jagootomasi.com jika ada yang ingin ditanyakan atau
didiskusikan lebih lanjut tentang otomasi industri terutama tentang tutorial PLC.

53
Contoh Program PLC Tentang Relay dan
Kontak DIFU dan DIFD
Saat anda belajar PLC biasanya akan mempelajari kontak atau relay saat diaktifkan/diberi
supply akan segera ON dan akan terus ON selama diberi supply, lalu akan segera OFF saat
supply dihentikan. Namun dalam kondisi tertentu kita memerlukan kontak yang hanya aktif
dalam waktu singkat. Atau kita memerlukan suatu signal segera setelah sebuah proses berakhir.
Signal dan kontak yang sifatnya seperti ini dapat kita temukan pada Relay dan Kontak
Differential.

Prinsip switching Differential adalah switching yang terjadi saat adanya perubahan
kondisi suatu relay atau kontak. Karena perubahan ini terjadi pada kontak, maka hanya ada 2
kondisi perubahan yang dapat berlaku yaitu dari 0 menjadi 1 atau sebaliknya dari 1 menjadi 0.

Sesuai dengan namanya yang berarti perubahan, maka kondisi berubah itu sendiri hanya
berlangsung sangat singkat. Misalnya saat sebuah kontak ditekan, durasi kontak berubah dari 0
menjadi 1 itu terjadi sangat singkat karena setelah menjadi 1 kontak akan mengalami kondisi
stabil yaitu 1 (selama masih ditekan). Perubahan akan kembali terjadi saat kontak dilepaskan,
yaitu perubahan dari 1 menjadi 0. Hal ini juga terjadi sangat singkat, selanjutnya tidak ada lagi
perubahan karena kondisi stabil kontak yaitu 0. Durasi switching yang sangat singkat itu terjadi
hanya dalam 1 Scan time. Anda dapat membaca ulang tentang Scan time pada bagian awal
belajar PLC tentang prinsip kerja PLC.

Oleh karena itu terdapat 2 jenis Differential, yaitu Differential Up (DIFU) dan
Differential Down (DIFD). Selanjutnya akan dibahas tiap relay dan kontak differential dengan
mengambil contoh pada PLC Omron. Panduan tentang pengoperasian DIFU dan DIFD dapat

54
anda buka pada Help – Instruction Reference – (pilih PLC) misalnya CP1E, kemudian pilih
Sequence Output. Jika anda kesulitan menemukan, silakan baca penjelasan berikut :

Relay DIFU (Differential Up)

Differential Up atau juga dikenal dengan Perubahan Positif atau Transisi positif adalah
prinsip switching kontak Relay yang terjadi saat Relay tersebut berubah kondisi dari 0 menjadi 1.
Untuk mengaktifkan DIFU pada pemrogramman Ladder, tempatkan kursor pada halaman
program yang anda kehendaki, lalu klik New PLC Instruction (atau ketik I).

Pada Kotak instruksi Ketik [DIFU W20.00]. Pada contoh ini saya mengaktifkan bit relay
internal W20.00, anda bisa menganti dengan bit yang lain.

Relay DIFD (Differential Down)

Differential Down atau juga dikenal dengan Perubahan Negatif atau Transisi Negatif
adalah prinsip switching Relay yang terjadi saat Relay atau Kontak tersebut berubah kondisi dari
1 menjadi 0. Sama halnya mengaktifkan DIFU, untuk mengaktifkan DIFD pada pemrogramman
Ladder, tempatkan kursor pada halaman program yang anda kehendaki, lalu klik New PLC
Instruction (atau ketik I). Pada Kotak instruksi Ketik [DIFU W20.01].

55
Pada gambar di atas, saat kontak I 0.00 ditekan, maka bit W20.00 akan aktif secara
singkat, sehingga dapat mengaktifkan Output Q100.00. Saat Kontak I 0.01 ditekan, bit W20.01
tidak segera aktif melainkan menunggu sampai kontak I 0.01 selesai ditekan baru aktif, sehingga
Output Q100.00 dimatikan.

KONTAK DIFFERENTIAL

Anda dapat langsung menerapkan prinsip differential langsung pada kontak tanpa harus
menggunakan relay. Cara nya adalah dengan merubah kondisi kontak yang anda gunakan.

Cara 1, saat anda memasukkan New Contact, setelah memasukkan nama Kontak Klik Detail.

Lalu pilih Mode Differential, None untuk Kontak biasa, Up untuk DIFU dan Down untuk
DIFD.

56
Maka akan tampil hasilnya seperti ini

Cara 2, saat anda ingin mengubah kondisi kontak sudah lebih dulu ada, Klik kanan pada
Kontak lalu pilih Differentiate, pilih None, Up atau Down.

Gambar di bawah ini salah satu contoh yang prinsip kerja nya sama namun menggunakan
2 metode berbeda. Saat kontak I 0.02 ditekan, maka Output Q100.02 akan aktif. Saat Kontak I
0.01 ditekan, bit Output 100.3 tidak segera mati melainkan menunggu sampai kontak I 0.01
selesai ditekan.

57
58
Instruksi Perbandingan dengan Program
PLC Omron
Instruksi perbandingan pada program PLC disediakan untuk membandingkan dua nilai
data, baik data dengan panjang 1 word maupun 2 word (long data). Yang perlu dipastikan adalah
2 jenis data yang dibandingkan memiliki panjang data yang sama dan type data yang sama.

Jika tipe data yang dibandingkan tidak sama atau tidak memiliki panjang data yang sama,
maka instruksi perbandingan tidak dapat dikerjakan sehingga sebaiknya kita perlu melakukan
konversi data ke dalam tipe yang sesuai. Berikut ini adalah instruksi – instruksi perbandingan
yang umum digunakan:

Instruksi Perbandingan memiliki 2 komponen utama yaitu Perintah pembanding (Sama


Dengan, Tidak Sama Dengan, dll) dan Output. Output tersebut akan ON saat logika program dari
instruksi perbandingan itu bernilai benar. Perhatikan gambar berikut ini :

Gambar di atas adalah penggunaan instruksi perbandingan dengan kondisi < (kurang
dari). S1 berlaku sebagai Data Pertama sedangkan S1 sebagai Data Kedua. Logika perbandingan
tersebut akan bernilai benar (True) jika S1<S2, sehingga perintah akan dilanjutkan ke logika
program yang ada di belakangnya atau sebelah kanannya. Baik S1 maupun S2 dapat berupa
konstanta nilai seperti #200, &23, +45 atau berupa alamat Data Memory yang memuat nilai
seperti D12, D200.

59
Untuk memanggil Instruksi tersebut:

1. letakkan kursor pada tempat yang diingikan


2. Klik New PLC Intruction
3. Masukkan perintah [> D0 D1], dalam contoh ini saya membandingkan nilai pada Data
Memory 0 dengan Data Memory 1.
4. Buat Ouput, misalkan W100.00

Maka hasilnya program PLC nya akan seperti berikut :

Output W100.00 hanya akan menyala jika logika Instruksi Perbandingan bernilai benar,
yaitu nilai D0 lebih besar dari D1, selain itu W100.00 akan tetap mati.

Instruksi perbandingan juga dapat dikombinasikan dengan instruksi logika dasar


pemrogramman dasar seperti AND dan OR. Gambar berikut contohnya :

60
Gambar di atas menunjukkan Logika perbandingan digabungkan dengan logika yang lain
dengan hubungan AND, sedangkan gambar berikut adalah dengan menggunakan hubungan OR.

Contohnya, saya memiliki sistem pengujian yang fungsinya untuk menyeleksi benda
berdasarkan ketinggiannya. Ketinggian standar adalah 100 dengan toleransi 2. Maka nilai yang
dianggap OK adalah antara 98 hingga 102. Di luar nilai itu dianggap NG. Maka kita dapat
menganggap nilai yang lebih dari atau sama dengan 98 DAN kurang dari atau sama dengan
102 adalah OK.

Berikut ini adalah contoh program PLC nya :

Sedangkan nilai kurang dari 98 ATAU lebih dari 102 adalah NG.

61
Demikian pembahasan tentang instruksi perbandingan data dengan menggunakan
program PLC Omron. Silakan berikan komentar pada kolom komentar tentang kesan apa pun
yang anda dapat dari artikel di jagootomasi.com. Atau tentang pertanyaan seputar Otomasi
Industri.

62
Cara Simulasi Program PLC dengan CX
Programmer
Artikel ini membahas tentang cara membuat simulasi program PLC yang telah dibuat
secara internal pada CX Programmer. Tidak sedikit mahasiswa atau orang yang baru belajar PLC
penasaran dengan program yang telah dibuatnya, apakah bekerja sesuai dengan diharapkan atau
tidak? Sedangkan dia tidak memiliki PLC untuk diuji coba. Oleh karena itu, adanya fitur
simulasi program PLC akan sangat membantu. Perhatikan gambar di bawah ini :

Gambar tersebut adalah contoh pengendalian motor Forward/Reverse dengan


menggunakan tombol PB_Forward, PB_Reverse dan PB_Stop untuk mengendalikan Output
M_Forward dan M_Reverse. Dalam pengendaliannya dibantu oleh internal relay W0.01 sebagai
pengatur arah forward dan W0.02 sebagai pengatur arah reverse.

Pada program dibuah berkelompok menjadi 3 bagian yaitu Input, proses dan output.
Salah satu tujuannya adalah agar struktur program kita lebih tertata. Sebenarnya 3 kelompok
tersebut dapat dibuat di dalam section – section baru, namun untuk memudahkan menampilan
dalam artikel ini, maka dibuat dalam 1 section yang dipisah dengan tanda garis kuning.

Setelah anda membuat program pada CX Programmer seperti pada gambar di di atas,
anda dapat mendemokan simulasi program PLC anda dengan memilih pada Menu Simulation,
lalu klik Work Online Simulator, atau dengan Shortcut CTRL+SHIFT+W. Maka diagram
laddernya akan berubah seperti gambar di bawah ini.

63
Kita dapat melakukan simulasi seolah – olah menekan PB_Forward dengan merubah
kondisi kontak dari terbuka menjadi tertutup, yaitu mengubah kondisi 0 menjadi 1. Arahkan
kursor pada kontak yang dimaksud, kemudian Double Klik atau Enter, setelah muncul dialog
block berikut, masukkan nilai 1 kemudian Enter.

Maka kontak W0.01 akan aktif dan mengaktifkan M_Forward.

64
Begitu juga saat seolah – olah melepaskan PB_Forward dengan merubah nilai 1 menjadi
0 (Nol) kemudian Enter. Untuk memberhentikan motor, ubahlah kondisi Kontak PB_Stop. Dan
untuk keluar dari mode simulasi, ketik kembali CTRL+SHIFT+W.

Selain disimulasikan dengan CX Programmer, program ini juga dapat disimulasikan


dengan CX Designer, yaitu software pemrogramman HMI Omron NS Series. Pembahasan
tentang ini akan ada pada artikel berikutnya beserta beberapa perubahan pada program CX
Programmer.

65
Cara Konfigurasi Input Output PLC Omron
Modular
Artikel ini membahas tentang konfigurasi input output PLC Modular dengan merk
Omron. Jika yang anda gunakan adalah PLC tipe Compact (CP Series), maka anda sudah dapat
mulai menulis program. Namun bila yang anda gunakan adalah PLC Modular (CJ Series) maka
anda harus melakukan konfigurasi PLC.

Ilustrasi perangkat hardware yang terdapat pada PLC Modular dapat dilihat pada gambar berikut
:

Jika kita perhatikan kembali pada Gambar di atas, PLC Modular terdiri dari beberapa
modul terpisah sehingga CPU sebagai pengendali utama harus dapat mengenali perangkat yang
dipasang padanya, langkah ini disebut dengan konfigurasi. Konfigurasi mutlak diperlukan pada
PLC Modular sebelum dimulai pemrograman.

PLC modular memberikan kebebasan bagi penguna untuk menginstal perangkat kendali
yang dibutuhkan, namun konseskuensinya adalah pengalamatan pada PLC ini tidak semudah
pada PLC Compact. Jika PLC Type Compact secara pasti telah didefinisikan oleh produsen PLC,
maka pada PLC Modular diperlukan konfigurasi input output PLC berdasarkan susunan pada
Rack PLC. Gambar di bawah adalah contoh susunan dan pengalamatan Basic IO pada PLC
Modular Omron.

66
Pada Gambar di atas terdapat 5 slot dengan setiap slot berisi sejumlah bit Input maupun
Ouput. PLC Omron menggunakan pengelompokan pengalamatan dengan metode 16 bit atau
word, sehingga setiap slot akan meiliki word CIO yang berbeda. Pengalamatan dimulai dari slot
paling kiri atau paling dekat dengan CPU, yaitu:

1. Modul Input 16 bit, berada pada word pertama sehingga alamat bit pada slot ini adalah
0.00 hingga 0.15.
2. Modul Input 16 bit, berada pada word kedua sehingga alamat bit pada slot ini adalah 1.00
hingga 1.15.
3. Modul Input 32 bit, berada pada word ke tiga dan ke empat sehingga sehingga alamat bit
pada slot ini adalah 2.00 hingga 2.15 dan 3.00 hingga 3.15.
4. Modul Output 32 bit, berada pada word ke lima dan ke enam sehingga sehingga alamat
bit pada slot ini adalah 4.00 hingga 4.15 dan 5.00 hingga 5.15.
5. Modul Input 64 bit, berada pada word ke tujuh hingga ke sepuluh sehingga sehingga
alamat bit pada slot ini adalah 6.00 hingga 6.15, hingga 9.00 hingga 9.15.

Urutan alamat tersebut berlaku dengan ketentuan yang sama misalkan slot ke 4 yaitu modul
Output 32 bit diletakkan pada posisi ke dua setelah Modul Input 16 bit. Alamat yang berlaku
bagi modul output ini adalah 2.00 hingga 2.15 dan 3.00 hingga 3.15.

Konfigurasi dapat dilakukan melalui IO Table unit Setup seperti pada gambar di bawah ini:

67
Double Click pada IO Table Unit Setup, maka layar pengaturan IO akan tampil seperti
ini.

Buka Main Rack, karena belum ada IO yang terinstal maka masih kosong. Double Click
pada Empty Slot lalu masukkan Modul Input yang anda miliki. Pada contoh kali ini saya
memiliki modul Input Basic ID 211. Pilih OK.

68
Kemudian masukkan modul yang lain dengan double click Empty Slot berikutnya. Pilih
Modul berikutnya yang sesuai, kali ini saya menggunakan OC 211.

Check konfigurasi IO dengan memilih tombol Checklist warna merah di atas.

Jika konfigurasi input output PLC yang anda masukkan sudah benar, maka input secara
otomatis akan memiliki tanda I, seperti I:0.00 dan Output memiliki tanda Q, seperti Q:1.00.

69
Penyambungan Input PLC dan Output PLC
Penyambungan input PLC dan Output PLC adalah salah satu kunci belajar PLC dan
belajar otomasi industri. Sebagian besar orang gagal dalam belajar PLC adalah tidak mampu
menerapkan dalam kondisi riil. Rata – rata dari mereka terhenti di latihan pemrograman, simulasi
dengan animasi atau modul kit. Hal ini biasanya dikarenakan tidak memahami perangkat
hardware secara nyata atau yang sebenarnya.

Contohnya tidak pernah melakukan instalasi program PLC, tidak pernah menyambung
input PLC atau output PLC secara mandiri. Sehingga pada saat diberi PLC, tombol, sensor ,
motor dan perangkat – perangkat lain bingung apa yang harus dilakukan.

Oleh karena itu, setelah mengetahui konfigurasi hardware dan pemetaan memori dari
PLC, kita harus belajar bagaimana melakukan penyambungan perangkat input dan Output yang
digunakan pada Sistem Otomasi. Dari konfigurasi PLC kita dapat mengetahui posisi Modul
Input dan Output, sedangkan dari pemetaan memori PLC kita dapat mengetahui
pengalamatannya.

Penyambungan Input PLC

Perangkat input ini fungsinya memberi perintah atau signal pada PLC yang berkaitan
dengan kerja sistem. Beberapa perangkat input yang paling sering digunakan adalah Push
Button, Sakelar, Limit Switch, Sensor Proximity, Sensor Photoelectric dan lain – lain. Tahap
penyambungan input ini sangat penting untuk dipelajari sebelum membuat program karena
pemilihan jenis kontak pada program PLC akan sangat tergantung pada bagaimana input tersebut
disambungkan.

Perangkat – perangkat input tersebut akan disambung ke PLC melalui pin pada terminal
modul input, sehingga nantinya dapat mengaktifkan alamat input yang bersesuaian pada PLC.
Prinsip utama dalam penyambungan input PLC adalah memberi tegangan (umumnya 24 V, bisa
jadi ada PLC dengan nilai tegangan lain) kepada pin modul input. Tegangan 24 Volt dapat
tercapai jika sebuah loop tertutup telah terbentuk, lihat Gambar di bawah. Field Device adalah
perangkat input yang kita gunakan (Push Button), main path dan return path adalah terminal
pada modul input PLC.

70
Gambar di atas menunjukkan 1 loop untuk 1 buah perangkat masukkan saat Push Button
ditekan, mulai dari kutub positif sumber tegangan, Push Button, pin terminal input (I/O input),
rangkaian dalam modul Input PLC dan kembali ke sumber tegangan pada kutub negative melalui
return path. Boleh jadi PLC menerima lebih dari 1 masukan. Oleh karena itu, Return Path
umumnya digabung menjadi 1 terminal yang disebut Common, sedangkan Main Path tetap
terpisah-pisah untuk memungkinkan penyambungan masing-masing Push Button, Gambar
berikut.

71
72
SISTEM KONTROL

Sesuai dengan namanya, sistem kontrol atau biasa juga disebut dengan sistem pengaturan
adalah sebuah sistem dimana beberapa besaran fisik diatur, diubah dan dimanipulasi dengan
mengatur besaran input (masukan). Sebuah sistem didefinisikan sebagai sekumpulan perangkat
yang dirakit untuk membentuk sebuah perangkat gabungan yang dapat menghasilkan sebuah
fungsi yang spesifik. Sebuah sistem kontrol yang ideal adalah sebuah sistem dimana besaran
output ( keluaran ) merupakan fungsi langsung dari besaran input ( masukan ).

Gambar 1 Blok diagram sistem kontrol ideal.

1. Pengertian Sistem Kontrol

Sistem Kontrol didefinisikan sebagai sekumpulan perangkat yang dirakit untuk membentuk
sebuah perangkat gabungan yang dapat menghasilkan sebuah fungsi keluaran spesifik yang
diinginkan untuk mengatur sebuah besaran tertentu.

2. Klasifikasi Sistem Kontrol

Berdasarkan Berdasarkan definisi umum tersebut, terdapat beberapa metoda untuk


mengklasifikasikan sebuah sistem kontrol yaitu berdasarkan :

a) Mode pengaturan plant

1) Mode pengaturan ON-OFF ( misalnya : kontrol relay, PLC)


2) Mode pengaturan kontinyu ( misalnya : PID Control )

b) Penggunaan teknik umpan balik

1) Sistem kontrol loop terbuka


2) Sistem kontrol loop tertutup

c) Teknik Pengolahan Data


1) Teknik pengolahan data analog
2) Teknik pengolahan data digital

d) Aplikasi
1) Sistem kontrol sekuensial
2) Sistem kontrol numerik
3) Sistem kontrol proses
4) Servomekanis ( servo mechanism )

73
3. Sistem kontrol otomatis ( Automatic Control )

a. Sekuensi Control

Contoh Sekuensi diproses berdasarkan langkah-langkah (step-step, satu persatu) sesuai


dengan kebutuhan.

Gambar 2 Blok diagram komposisi sekuensial kontrol.

b. Feedback Control

Feedback Control adalah dimana signal output diumpankan kambali ke input, dengan
membandingkan hasil pengukuran yang dikehendaki untuk melakukan koreksi sehingga
seimbang keduanya.

Gambar 3 Blok diagram sekuensial feedback control

74
4. Macam-macam sekuensial control

a. Relay sekuensial control


b. Logik sekuensial kontrol
c. Programmable control rangkaian mikro komputer

5. Tipe-tipe kontrol

a. Kontrol dengan relay


Kemampuan :
1) Kekuatan singkat
2) Keandalan rendah
3) Fungsi kontrol terbatas

b. Kontrol tanpa relay


Umumnya mengunakan komponen semi konduktor

c. Kontrol dengan IC digital


d. Programable Kontroller

Suatu tipe komputer yang dirancang khusus untuk control sekuensial (kontrol dengan
program).

e. Kontrol melalui mikro computer

6. Diagram Kelistrikan

Diagram Kelistrikan menggambarkan suatu prinsip kerja dari suatu peralatan dengan melihat
hubungan pengawatannya yang disertai dengan simbol-simbol, ukuran yang jelas serta dapat
juga menunjukkan lokasi dimana peralatan tersebut dipasang. Membaca dan menulis diagram
kelistrikan ada dua cara yaitu Penulisan secara Vertikal dan Penulisan secara Horizontal.

75
Gambar 4 Diagram kelistrikan secara vertikal

Gambar 5 Diagram kelistrikan secara horizontal

76
7. Rangkaian Dasar Kelistrikan

Ada beberapa rangkaian dasar rangkaian listrik yang umum dipakai oleh para teknisi atau
perancang rangkaian rangkaian listrik.

a. Rangkaian ON / OFF

Rangkaian ini adalah yang paling dasar sekali dalam pengoperasian power on atau power off
(switch off atau switch on).

Gambar 6 Rangkaian ON / OFF.

b. Rangkaian AND dan OR


Rangkaian dasar kontrol yang paling sederhana adalah rangkaian rangkaian seri (AND)
dan rangkaian rangkaian paralel (OR).

Gambar7 Rangkaian AND dan OR.

c. Rangkaian Pengunci
Jika tombol ON di tekan, akan menyebabkan coli relay (CR) aktif. Dengan aktifnya relay
(CR) akan menyebabkan kontak relay (CR) terhubung, dengan terhubungnya kontak
relay (CR) akan menyebabkan aliran listrik ke koil relay dipertahankan.

Gambar 8 Rangkaian pengunci.

77
d. Rangkaian Pengaman
Jika tombol PB_1 ditekan lampu akan menyala. Bila PB_2 ditekan lampu akan mati
akibat diputus oleh NC R2.

Gambar 9 Rangkaian pengaman

e. Rangkaian Interlock (bergantian)

Rangkaian ini berfungsi jika tombol PB_1 ditekan maka R1 akan aktif dan R2 tidak bisa
aktif. Begitu juga sebaliknnya bilamana tombol PB_2 ditekan maka R2 akan aktif dan R2 tidak
bisa aktif. Dalam hal ini mana yang terlebih dahulu mengaktifkan (tombol PB_1 atau PB_2)
akan terjadi balapan mana yang lebih dahulu menekan tombol .

78
Gambar 10 Rangkaian interlock

79
PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER
Programmable Logic Controller (PLC) yang berfungsi sebagai pengendali yang
perilakunya dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, serta penyusunan program
kontrolnya berdasarkan pada suatu rangkaian kelistrikan yang diaplikasikan kedalam pernyataan
logika (logic). Dengan cara memasukan program kedalam input data yang ada pada
Programmable Logic Controller (PLC) melalui Programming Console dan Programming Ladder
melalui komputer (PC).

Gambar 11 Diagram sistem kontrol Programmable Logic Controller (PLC)

1) Keunggulan PLC dibandingkan dengan konvensional kontrol panel


A. Sistem kontrol Programmable Logic Controller (PLC)
1. Wiring relatif sedikit.
2. Spare part mudah.
3. Maintenance relatif mudah.
4. Pelacakan kesalahan sistem lebih sederhana.
5. Konsumsi daya relatif rendah.
6. Dokumentasi gambar sistem lebih sederhana dan mudah dimengerti.
7. Modifikasi sistem lebih sederhana dan cepat.

B. Sistem konvensional kontrol panel


1. Wiring relatif komplek.
2. Spare part relatif sulit.

80
3. Maintenance membutuhkan waktu yang lebih lama.
4. Pelacakan kesalahan sistem sangat komplek.
5. Konsumsi daya listrik relatif tinggi.
6. Dokumentasi gambar sistem lebih banyak.
7. Modifikasi sistem membutuhkan waktu yang lama.

2) Keuntungan menggunakan PLC


A. Lama pengerjaan untuk sistem baru/design ulang lebih singkat.
B. Modifikasi sistem mUngkin tanpa tambah biaya jika masih ada spare I/O.
C. Perkiraan biaya suatu sistem design baru lebih pasti.
D. Relatif mudah untuk dipelajari.
E. Design sistem baru mudah dimodifikasi.
F. Aplikasi PLC sangatlah luas.
G. Mudah dalam hal Maintenance.
H. Sangat handal.
I. Standarisasi sistem kontrol lebih mudah diterapkan
J. Lebih aman untuk teknisi.

3) Beberapa contoh aplikasi dengan PLC :


A. Sistem konveyor
B. Pengolahan air limbah
C. Lampu merah Lalu lintas
D. Kendali robot
E. Mesin Moulding (Moulding Injection)
F. Pabrik Semen
G. Pabrik Sepatu
H. Otomatisasi Bangunan
I. Kontrol Lift
J. Pabrik makanan
K. Pabrik rokok
L. Pabrik mobil
M. Pabrik keramik
N. Pompa bensin
O. Pabrik kaleng makanan
P. Mesin sablon
Q. Pabrik kaca
R. Pabrik beton bertulang

Piranti input umumnya menggunakan signal tegangan 24 VDC dan outputnya


menggunakan relay atau menggunakan semikonduktor.
81
Perangkat Programmable Logic Controller (PLC) ada 2 macam yaitu :

1) Programmable Logic Controller (PLC) Fixed


Adalah PLC yang dari konstruksinya sudah menjadi satu antara piranti input, output dan
pemprosesnya menjadi satu bagian, tetapi umunya kapasitasnya kecil.

Gambar 12 Programmable Logic Controller (PLC) Fixed

2) Programmable Logic Controller (PLC) Modular


Adalah PLC yang dari konstruksinya terpisah seperti piranti input, output dan
pemprosesnya menjadi bagian dari modul-modul. Umumnya kapasitasnya besar. Ukuran
kapasitas dan PLC ditentukan oleh merk, tipe dan model yang dibuat oleh pabrik.

Gambar 13 Programmable Logic Controller (PLC) Modular

82
Programmable Logic Controller (PLC) tidak dapat dipasang langsung untuk piranti yang
membutuhkan power tinggi seperti motor listrik karena output PLC kemampuannya
terbatas. Oleh karena itu harus dipasang suatu perangkat penguat yang disebut buffer.

Gambar 14 Output PLC menggunakan buffer.

4) Blok Diagram Programmable Logic Controller (PLC)

Gambar 15 Blok diagram Programmable Logic Controller (PLC)

A. Power Supply Unit (Catu Daya)


Unit ini berfungsi untuk memberikan sumber daya pada PLC. Modul ini sudah berupa
Switching Power Supply.

B. CPU (Central Processing Unit)

83
Unit ini merupakan otak dari PLC. Disinilah program akan diolah sehingga sistem
kontrol yang telah kita design bekerja seperti yang kita inginkan. CerlPU PLC Omron
sangat bervariasi macamnya tergantung pada maasing-masing tipe PLC-nya.
C. Memory Unit
o RAM : Random Acces Memory
o EPROM : Erasable Programmable Read Only Memory
o EEPROM : Electrical Erasable Programmable Read Only Memory

D. Input Unit
Digital Input : Input point digital
o AC / DC 24 Volt
o DC 5 Volt
o AC 110 / 220 Volt
Analog Input : Input point linier
o 0 – 10 Volt DC
o - 10 Volt – +10 Volt DC
o 4 – 20 mA DC

E. Output Unit
Digital Output : Output point digital
o Relay Output
o 110 Volt AC Output (Solid State)
o 220 Volt AC Output (Solid State)
o 24 Volt DC Output ( type PNP / NPN )

Analog Output : Output point linier


o 0 – 10 Volt DC
o - 10 Volt – +10 Volt DC
o 4 – 20 mA DC
F. Peripheral
o Handheld Programming Console
o SSS : Sysmate Support Software
o CX Programmer Software
o LADSimp
o PROM Writer
o GPC : Graphic Programming Console
o FIT : Factory Intelegent Terminal

5) Sistematika Mendesign suatu Sistem Programmable Logic Controller (PLC)

84
A. Mempelajari sampai mengerti betul urutan kerja (sequence) sistem tersebut.
B. Membuat flowchart dari suatu sistem.
C. Membuat daftar semua input dan output terhadap I/O point dari PLC.
D. Menerjemahkan flowchart ke Ladder Diagram dan disesuaikan dengan daftar I/O
yang telah anda buat.
E. Memeriksa program jika masih ada kesalahan logika disesuaikan dengan logika pada
flowchart dan juga harus sesuai dengan daftar I/O point yang telah kita buat.
F. Mentransfer program ke memori PLC (Training Kit PLC).
G. Mensimulasikan program pada Training Kit PLC dan menganalisanya apakah sudah
sesuai dengan yang kita inginkan.
H. Jika simulasi sudah benar, barulah kita menghubungkan semua peralatan Input dan
Output ke terminal PLC (pada aplikasi yang sesungguhnya).
I. Memeriksa kembali hubungan kabel dan peralatan Input dan Output ke PLC, setelah
yakin sudah benar barulah kita melakukan testing program lagi.
J. Jika sistem sudah berjalan dengan baik dan benar, barulah dilakukan dokumentasi
gambar sistem secara sistematis sehingga mudah dimengerti dan mudah dipelajari.

6) Memory Programmable Logic Controller (PLC)

Memory Programmable Logic Controller (PLC) terdiri dari :

A. IR (Internal Relay)
Internal relay mempunyai pembagian fungsi seperti IR input, IR output, dan juga IR
work area (untuk pengolahan data pada program). IR input dan IR output adalah IR
yang berhubungn dengan terminal input dan output pada PLC. Sedangkan lR work
area tidak dihubungkan ke terminal PLC, akan tetapi berada dalam internal memory
PLC dan fungsinya untuk pengolahan logika program kita (manipulasi program). Ada
juga IR yang difungsikan untuk SYSMAC BUS Area, Special I/O Unit Area, Optical
I/O Unit Area, dan Group 2 High Density I/O Unit Area.
 SYSMAC BUS Area berfungsi untuk omunikasi data PLC antara CPU PLC
dan //O Unit PLC hanya dengan menggunakan 2 kabel saja (RS 485),
maksimum 200m.
 Special I/O Unit Area merupakan IR yang digunakan oleh Special I/O Unit
PLC (contoh: Analog input, Analog output dli) untuk mengatur, menyimpan
dan mengolah datanya.
 Optical I/O Unit Area adalah IR yang digunakan untuk mengolah dan
menyimpan data dari Optical I/0 Unit PLC.
 Group 2 High Density I/O Unit Area adalah IR untuk menyimpan dan
mengolah data dari High density I/O unit group 2.

B. SR (Special Relay)

85
Special Relay adalah relay yang mempunyai fungsi-fungsi khusus seperti untuk flags.
(misalnya pada instruksi penjumlahan terdapat keleblhan digit pada hasilnya [carry
flag]), kontrol bit PLC, informasi kondisi PLC, dan system clock (pulsa I detik, 0,2
detik, dll.)

C. AR (Auxilary Relay)

Terdiri dari flags dan bit untuk tujuan-tujuan khusus. Dapat menunjukkan kondisi
PLC yang disebabkan oleh kegagalan sumber tegangan, kondisi Special I/O, kondisi
input/output unit, kondisi CPU PLC, kondisi memori PLC, dll.

D. HR (Holding Relay)

Dapat difungsikan untuk menyimpan data (bit-bit panting) karena tidak akan hilang
walaupun sumber tegangan PLC mati.

E. LR (Link Relay)

Digunakan untuk data link pada PLC Link System. Artinya untuk tukar menukar
informasi antar dua PLC atau lebih dalam suatu sistem kontrol yang sating
berhubungan satu dengan yang lain dan menggunakan banyak PLC (minimum 2
PLC).

F. TR (Temporary Relay)

Berfungsi untuk menyimpan sementara kondisi logika pada program pada ladder
diagram yang mempunyai titik percabangan khusus.

G. TC (Timer / Counter)

Untuk mendefinisikan suatu sistem waktu tunda /time delay [TIMER] ataupun untuk
penghitung [COUNTER]. Untuk Timer mempunyai orde 100 ms, ada yang
mempunyai orde 10 ms yaitu TIMH (15). Untuk TIM 000 s/d TIM 015 dapat
dioperasikan secara interupt untuk mendapatkan waktu yang lebih presisi.

H. DM (Data Memory)

Data memory berfungsi untuk penyimpanan data-data pogrim karena isi DM tidak
akan hilang (reset) walaupun sumber tegangan PLC mati. Macam-macam DM adalah
sebagai berikut :

 DM Read/Write :
Pada DM ini bisa dihapus dan ditulis oleh program yang kita buat. Jadi sangat
berguna untuk manipulasi data program.

86
 DM Special I/O unit :
DM ini berfungsi untuk menyimpan dan mengolah hasil dari Special I/O Unit,
mengatur dan mendefinisikan sistem kerja Special I/O Unit.

 DM History Log :
Pada DM disimpan informasi-informasi penting pada saat PLC terjadi
kegagalan sistem operasionainya. Pesan-pesan kesalahan sistem PLC yang
disimpan adalah berupa kode-kode angka tertentu.

 DM Link Test Area :


Berfungsi untuk menyimpan informasi-informasi yang menunjukkan status dari
Sistem Link PLC.

 DM Setup :
Berfungsi untuk Setup kondisi default (kondisi kerja saat PLC aktif). Pada DM
inilah kemampuan kerja suatu PLC didefinisikan untuk pertama kalinya
sebelum PLC tersebut diprogram dan dioperasikan pada suatu sistem kontrol.
Tentu saja setup PLC tersebut disesuaikan dengan sistem kontrol yang
bersangkutan.

I. UM (Upper Memory)
Memori ini berfungsi untuk menyimpan dan menjalankan program kita (user
program). Kapasitasnya tergantung pada masing-masing tipe PLC yang
dipakai.

Semua memori (selain DM dan UM) di atas dapat anda bayangkan seperti relay yang
mempunyai coil, contact NO dan contact NC. Timer/Counter juga dapat dibayangkan
seperti Timer/Counter pada umumnya. Timer/Counter pada PLC juga mempunyai NO
dan NC. DM tidak mempunyai contact, yang ada hanyalah channel/word saja. DM dapat
difungsikan untuk menyimpan data-data penting yang tidak boleh hilang waktu power
padam, atau untuk manipulasi program kita. Memori yang sifatnya dapat menyimpan
data program jika listrik mati adalah DM dan HR. sedangkan yang lain akan kembali
reset (hilang).

7) Bahasa Pemrograman PLC

Bahasa pemrograman pada PLC pada dasarnya merupakan bentuk dari berbagai
informasi yang dibutuhkan untuk mengontrol dan memonitor suatu proses. Bahasa

87
pemrograman ini merupakan komposisi dari satu set instruksi yang mengikuti aturan-
aturan sintaksis yang tepat dalam menetapkan metode penulisan, pembacaan dan
modifikasi suatu program kontrol. Jadi istilah “bahasa pemrograman” mengacu pada
cara yang digunakan oleh programmer untuk berkomunikasi dengan PLC.

Tergantung pada pabrikan PLC, Setiap jenis PLC hanya dapat diprogram dengan
bahasa pemrograman tertentu. Ada beberapa jenis PLC yang dapat diprogram dengan
berbagai bahasa pemrograman sesuai standard IEC. Tetapi ada pula PLC yang hanya
dapat diprogram dengan satu jenis bahasa (misalnya Ladder Diagram).

IEC atau International Electrotechnical Commission adalah suatu standardisasi


internasional nirlaba yang menyiapkan dan mempublikasi kan standar internasional
untuk semua teknologi elektrik, elektronika, dan teknologi lain yang terkait, yang secara
kolektif dikenal dengan "elektroteknologi". Standar IEC meliputi berbagai teknologi
dari pembangkitan, transmisi, dan distribusi listrik hingga perlengkapan rumah tangga
dan perlengkapan kantor, semikonduktor, serat optik, baterai, tenaga surya,
nanoteknologi dan tenaga air laut, serta berbagai hal lain. IEC juga mengelola skema
penilaian kesesuaian yang menyatakan apakah suatu perangkat, sistem, atau komponen
sesuai dengan standar internasional. IEC menerbitkan standar bersama dengan IEEE
dan mengembangkan standar-standar bersama dengan ISO dan juga ITU.Instruksi IEC
mempunyai format standar yang dikenal oleh beragam jenis PLC.

Komisi Elektroteknik Internasional (IEC) mengembangkan standar IEC 1131 dalam


upaya untuk membakukan programmable controller. Salah satu tujuan komite ini adalah
untuk menciptakan seperangkat instruksi PLC yang dapat digunakan dalam semua PLC.
Meskipun standar IEC 1131 mencapai status standar internasional pada bulan Agustus
1992, upaya untuk menciptakan standar PLC global telah menjadi tugas yang sangat
sulit untuk dicapai, akibat keragaman produsen PLC dan masalah ketidakcocokan antar
merk PLC. Namun, terobosan yang telah telah dibuat sejauh ini telah berdampak besar
pada cara PLC akan diprogram di masa depan. Menurut IEC 1131-3. ada 5 jenis bahasa
pemrograman PLC, yaitu :

 Ladder Diagram Language (LAD), yaitu bahasa pemrograman PLC yang berbasis relai
ladder logic diagram atau bahasa pemrograman yang ditulis secara grafikal.

88
Gambar 16 Pemrograman dengan Ladder Diagram.

Ladder diagram adalah sebuah bahasa pemrograman gambar diturunkan dari diagram
rangkaian pengawatan kontrol relai secara langsung. Program pada PLC disebut
program Ladder karena bentuknya yang mirip tangga. Ladder diagram terdiri dari
susunan kontak-kontak yang disusun dari sebelah kiri ke kanan pada diagram; kontak-
kontak ini disambungkan ke elemen-elemen pensakelaran (kontak NO/NC) melalui jalur
arus dan elemen koil. Ladder Diagram mempunyai bentuk seperti rangkaian listrik.
Sebuah Ladder diagram terdiri dari power rail pada sisi kanan dan kiri diagram,
dihubungkan dengan rung oleh switching element dan coil element tertentu.

 Function Block Diagram Language (FBD), yaitu bahsa pemrograman yang berbasis
block-block grafikal mengac pada blok-blok diagram yang digunakan pada aljabar
Boolean. Pada FBD, fungsi dan blok fungsi digambarkan dengan grafik dan
dihubungkan melalui jaringan. FBD berasal dari logic diagram pada sirkit elektronik.

89
Gambar 17 Pemrograman dengan Function Blok Diagram.

Dalam diagram blok fungsi, fungsi-fungsi dan blok fungsi digambarkan secara grafik
dan dihubungkan ke dalam jaringan. Diagram blok fungsi berasal dari diagram logika
untuk desain rangkaian-rangkaian elektronik.

 Statement List Language (STL), yaitu bahasa pemrograman yang berbasis bahasa kode
seperti bahasa assembler atau bahasa pemrograman yang dituliskan secara tekstual.
Daftar kalimat (statement list) adalah sebuah bahasa kalimat jenis assembler bercirikan
model mesin sederhana (prosesor hanya dengan satu register).

Gambar 18 Pemrograman dengan Statement List.

Daftar instruksi diformulasikan dari instruksi kontrol yang berisi sebuah operator
(pengerja) dan sebuah operand (yang dikerjakan). Berikut ini Contoh Bahasa Daftar
Instruksi Berkenaan dengan filosofi bahasa, ladder diagram, diagram blok fungsi dan
daftar instruksi telah ditetapkan bagaimana cara menggunakannya dengan PLC saat ini.
Bahasa-bahasa ini bagaiamanapun dibatasi untuk fungsi-fungsi dasar dengan
memperhatikan elemen-elemennya. Perbedaan diantaranya dikarenakan oleh pabrik
pembuatnya. Keunggulan bahasa-
bahasa ini tetap dipertahankan terutama dalam penggunaan fungsi-fungsi dan blok-blok
fungsi.
 Structured Test Language (ST), yaitu bahasa pemrograman yang berbasis bahasa pascal
dengan, sangat prosedural, menggunakan loop statement dan kondisional atau secara
tekstual. Teks terstruktur adalah bahasa tingkat-tinggi yang berbasis Pascal, terdiri dari
ekspresi-ekspresi dan instruksi-instruksi. Instruksi-instruksi secara pokok dapat
dikategorikan menjadi:

90
o Instruksi-instruksi pilihan seperti: IF, THEN, ELSE, dll.
o Instruksi-instruksi pengulangan seperti: FOR, WHILE, dll
dan
o Blok fungsi harapan/hasil.
Berikut merupakan contoh bahasa teks terstruktur
Contoh 1.
Lengan_masuk = (Benda_typeA OR Benda_typeB)
AND Benda_ada AND Bor_oke;

Contoh 2.
Sleeve_on:=(Part_TypeA OR Part_TypeB) AND
Part_present AND Drill_OK

Teks terstruktur memungkinkan aplikasi yang banyak, melebihi fungsi teknologi secara
murni, seperti problem-problem algoritma (kontrol algoritma tingkat tinggi) dan
penanganan data (analisa data maupun pemrosesan struktur data yang kompleks).

 Sequential Function Chart (SFC), yaitu bahasa pemrograman berbasis bahasa grafikal
berdasarkan alur program (flowchart) Meskipun secara fungsi dan struktur dari bahasa-
bahasa ini sangat berbeda, mereka dikategorikan sebagai satu keluarga bahasa oleh IEC
1131-3 dengan pelengkapan elemen-elemen struktur (pernyataan variabel, bagian-bagian
organisasi seperti halnya fungsi dan blok fungsi, dll) dan elemen-elemen konfigurasi.
Dari kelima bahasa program diatas yang sering digunakan adalah: Ladder Diagram
(LAD), Diagram Blok Fungsi (Function Block Diagram/FBD) dan Daftar Instruksi
(Statement List /STL). Bahasa-bahasa tersebut dapat dikombinasi dalam banyak hal di
dalam sebuah proyek PLC. Ketentuan telah dibuat untuk pengembangan lebih lanjut,
(sebagaimana prinsip blok fungsi atau bahasa teks terstruktur) disamping detail
informasi teknologi yang diperlukan (jenis data, dll).

91
Gambar 19 Pemrograman dengan Function Chart.

Chart fungsi urutan adalah resource bahasa untuk penstrukturan programprogram


kontrol berorientasi urutan. Elemen-elemen dari chart fungsi urutan adalah langkah-
langkah (step),pemindahan –pemindahan (transisi),cabang alternatif dan percabangan
paralel. Setiap step menampilkan status pemrosesan dari program kontrol, mana yang
aktif dan tidak aktif. Step terdiri dari aksi-aksi yang maupun transisi yang
diformulasikan dalam bahasa-bahasa standart IEC 1131-3. Setiap aksi dapat juga terdiri
dari struktur-struktur berurutan. Keistimewaan ini memungkinkan tingkatan struktur dari
program kontrol. Chart fungsi urutan merupakan sebuah alat yang unggul untuk desain
dan penstrukturan program kontrol. SFC merupakan language resource untuk
membentuk sequence oriented control program. Elemen dari SFC meliputi step,
transition, alternative dan parallel branching. Tiap step menunjukkan status yang
diproses pada control program, baik dalam keadaan aktif atau tidak.

92
INSTRUKSI PROGRAM KONTROL PLC

1. Pendahuluan
Pemrograman PLC terdiri dari instruksi-instruksi dasar PLC yang berbentuk logika pengendalian
sistem kendali yang diinginkan. Bahasa pemrograman biasanya telah disesuaikan dengan
ketentuan dari pembuat PLC itu sendiri. Dalam hal ini setiap pembuat PLC memberikan aturan-
aturan tertentu yang sudah disesuaikan dengan programmer CPU yang digunakan PLC.

Manufactur atau pembuat PLC diantaranya sebagai berikut:

a) Allen Bradley (www.ab.com) -> Nama-nama PLC nya: Control Logix,PLC-5, SLC, Flex
Logix, dll. sedangkan software yang dipakai adalah RSLogix dan RSLinx.
http://www.ab.com/programmablecontrol/
b) SchneiderElectric. (http://www.telemecanique.com/en/functions_discover
y/function_5_11.htm) -> Modicon Quantum, Compact, Momentum, Micro, Premium,
dll. Software yang di pakai adalah Concept buat Modicon Quantum, dan ada lagi yang
lain.
c) Siemens -> S7-400, S7-300, S5. Software yang dipakai Step7 (S7-400 dan S7-300) dan
Step5 (buat S5, masih under DOS tampilannya).
d) OMRON -> CPM1A, CPM2A,CQM1H,CS1D-H,CS1D-S,CS1G-H,CS1H, CS1H-H ,CV1000,dll.
Software yang dipakai adalah Syswin dan CX-Programmer.
e) Mitsubishi.
f) GE Fanuc.
g) Wago.
h) Hollysys dll.

2. Tipe Bahasa Pemrograman


Program PLC dapat dibuat dengan menggunakan beberapa cara yang disebut bahasa
pemrograman. Bentuk program berbeda-beda sesuai dengan bahasa pemrograman yang
digunakan. Bahasa pemrograman tersebut antara lain : diagram ladder, kode mneumonik,
diagram blok fungsi, dan teks terstruktur seperti yang sudah dibahas pada pembahasan
sebelumnya. Beberapa merk PLC hanya mengembangkan program diagram ladder dan kode
mneumonik.

3. Format Ladder Diagram


Format Ladder diagram terdiri dari beberapa baris koneksi. Setiap satu baris koneksi dari catu
sebelah kiri ke kanan disebut rung. Sebuah program ladder dapat terdiri atas banyak
rung,tergantung dari kompleksitas logika kontrol yang hendak diterapkan. Banyaknya rung

93
maksimal yang dapat ditangani oleh sebuah PLC tergantung dari kapasitas memori untuk
program yang dimilikinya. Setiap rung akan dieksekusi satu demi satu, dari atas ke bawah.
Lamanya waktu eksekusi juga bergantung pada kompleksitas dan panjangnya rung.
Pemrograman dengan menggunakan editor Ladder ini membuat program yang menyerupai
diagram pengkabelan kelistrikan (“electrical wiring diagram“). Diagram Ladder ini mungkin
merupakan pilihan yang paling banyak dipakai dan disukai oleh banyak progamer PLC dan
bagian perawatan karena menampilkan program dalam bentuk yang sudah dikenal dan mudah
dianalisa. Diagram Ladder ini secara umum akan menggambarkan aliran daya dari arus listrik
yang melalui sederetan kondisi logika input yang pada akhirnya akan mengaktifkan suatu
output. Kumpulan Logika ini biasanya dibagi-bagi dalam beberapa baigian yang disebut “rung”
atau “network” untuk lebih memudahkan pemahaman dan analisa. CPU akan mengeksekusi
rung atau network ini satu demi satu dimulai dengan dari kiri-ke-kanan dan kemudian dari atas-
ke-bawah. Setelah CPU mengeksekusi network yang terakhir ia akan kembali kenetwork yang
pertama

4. Pemrograman Ladder
Pemrograman Ladder Adalah bahasa pemrograman yang yang dibuat dari persamaan fungsi
logika dan fungsi-fungsi lain berupa pemrosesan data atau fungsi waktu dan pencacahan.
Ladder diagram terdiri dari susunan kontak- kontak dalam satu group perintah secara horizontal
dari kiri ke kanan, dan terdiri dari banyak group perintah secara verikal. Contoh dari Ladder
Diagram ini adalah: kontak normaly open, kontak normaly close, output coil, pemindahan data.
Garis vertikal paling kiri dan paling kanan diasumsikan sebagai fungsi tegangan, bila fungsi dari
group perintah . Sepanjang garis instruksi, ditempatkan kontak-kontak yang
mengendalikan/mengkondisikan instruksi lain di sebelah kanan. Kombinasi logika kontak-kontak
ini menentukan kapan dan bagaimana instruksi di sebelah kanan dieksekusi. Ada tiga bentuk
utama dalam diagram Ladder sebagai berikut :
a) Kontak : gambar simbol kontak ini menggambarkan kondisi logika pada input yang
dapat dianalogikan dengan saklar togel, kondisi internal, sakelar tekan dsb.
b) Koil : gambar simbol koil ini mewakili output yang dianalogikan pada lampu, motor,
starter, solenoid, relay, kondisi output internal dsb.
c) Kotak : gambar simbol kotak ini mewakili instruksi-instruksi tambahan seperti instruksi
timer, counter atau instruksi matematika.

94
Contoh diagram ladder ditunjukkan pada gambar di bawah

Gambar 20 Contoh Diagram Ladder

5. Instruksi Ladder Diagram


Instruksi diagram ladder adalah instruksi sisi kiri yang mengkondisikan instruksi lain di sisi
kanan. Pada program diagram ladder instruksi ini disimbolkan dengan kontak-kontak seperti
pada rangkaian kendali elektromagnet. Instruksi diagram ladder terdiri atas enam instruksi
ladder dan dua instruksi blok logika. Instruksi blok logika adalah instruksi yang digunakan untuk
menghubungkan bagian yang lebih kompleks.

a) Instruksi LOAD dan LOAD NOT


Instruksi LOAD dan LOAD NOT menentukan kondisi eksekusi awal, oleh karena itu, dalam
diagram ladder disambung ke bus bar sisi kiri. Tiap instruksi memerlukan satu baris kode
mneumonik. Kata “instruksi” mewakili sembarang instruksi lain yang dapat saja instruksi sisi
kanan yang akan dijelaskan kemudian.

Gambar 21 Instruksi LOAD dan LOAD NOT

95
Jika misalnya hanya ada satu kontak seperti contoh di atas, kondisi eksekusi pada sisi kanan akan
ON jika kontaknya ON. Untuk instruksi LD yang kontaknya NO, kondisi eksekusinya akan ON jika
IR 0.00 ON; dan untuk instruksi LD NOT yang kontaknya NC, akan ON jika IR 0.01 OFF.

b) Instruksi AND dan AND NOT


Jika dua atau lebih kontak disambung seri pada garis yang sama, kontak pertama berkait
dengan instruksi LOAD atau LOAD NOT dan sisanya adalah instruksi AND atau AND NOT. Contoh
di bawah ini menunjukkan tiga kontak yang masing-masing menunjukkan instruksi LOAD, AND
NOT, dan AND.

Gambar 22 Instruksi AND dan AND NOT

c) Instruksi OR dan OR NOT


Jika dua atau lebih kontak terletak pada dua instruksi terpisah dan disambung paralel, kontak
pertama mewakili instruksi LOAD atau LOAD NOT dan sisanya mewakili instruksi OR atau OR
NOT. Contoh berikut menunjukkan tiga kontak yang masing-masing mewakili instruksi LOAD,
OR NOT, dan OR.

Gambar 23 Instruksi OR dan OR NOT

Instruksi akan mempunyai kondisi eksekusi ON jika salah satu di antara tiga kontak ON, yaitu
saat IR 0.00 ON, saat IR 0.01 OFF, atau saat IR 0.03 ON.

d) Kombinasi Instruksi AND dan OR


Jika instruksi AND dan OR dikombinasikan pada diagram yang lebih rumit, mereka dapat
dipandang secara individual di mana tiap instruksi menampilkan operasi logika pada kondisi
eksekusi dan status bit operand. Perhatikan contoh berikut ini hingga yakin bahwa kode
mneumonik meliputi alur logika yang sama dengan diagram ladder.

96
Gambar 24 Instruksi AND dan OR

Di sini AND terletak di antara statur IR 0.00 dan status IR 0.01 untuk menentukan kondisi
eksekusi dengan meng-OR-kan status IR 0.02. Hasil operasi ini menentukan kondisi eksekusi
dengan meng-AND-kan status IR 0.03 yang selanjutnya menentukan kondisi eksekusi dengan
meng-AND-kan kebalikan status IR 0.04.

e) Instruksi OUT dan OUT NOT


Cara paling sederhana untuk meng-OUTPUT-kan kombinasi kondisi eksekusi adalah dengan
meng-OUTPUT-kan langsung menggunakan instruksi OUTPUT dan OUTPUT NOT. Istruksi ini
digunakan untuk mengendalikan status bit operand sesuai dengan kondisi eksekusi. Dengan
instruksi OUTPUT, bit operand akan ON selama kondisi eksekusinya ON dan akan OFF selama
kondisi eksekusinya OFF. Dengan instruksi OUTPUT NOT, bit operand akan ON selama kondisi
eksekusinya OFF dan akan OFF selama kondisi eksekusinya ON.

Gambar 25 Instruksi OUT dan OUT NOT

Pada contoh di atas, IR 10.00 akan ON jika IR 0.00 ON dan IR 10.01 akan OFF selama IR 0.01 ON.
Di sini IR 0.00 dan IR 0.01 merupakan bit input dan IR 10.00 dan IR 10.01 merupakan bit output
yang ditetapkan untuk peralatan yang dikendalikan PLC.

f) Instruksi END(01)
Instruksi terakihir yang diperlukan untuk melengkapi suatu program adalah instruksi END. Saat
PLC menscan program, ia mengeksekusi semua instruksi hingga instruksi END pertama sebelum
kembali ke awal program dan memulai eksekusi lagi. Meskipun instruksi END dapat
ditempatkan sembarang titik dalam program, tetapi intruksi setelah instruksi END pertama
tidak akan diekseksekusi.

97
Gambar 26 Instruksi END (01)

Nomor yang mengikuti instruksi END dalam kode mneumonik adalah kode fungsinya, yang
digunakan saat memasukkan instruksi ke dalam PLC menggunakan konsol pemrogram.Instruksi
END tidak memerlukan operand dan tidak boleh ada kontak ditempatkan pada garis instruksi
yang sama. Jika dalam program tidak ada instruksi END, program tersebut tidak akan dieksekusi.

g) Penggunaan Bit TR
Bit TR (Temporarily Relay) digunakan untuk mempertahankan kondisi eksekusi pada garis
instruksi bercabang. Hal ini dipertahankan karena garis instruksi dieksekusi menuju ke instruksi
sisi kanan sebelum kembali ke titik cabang untuk mengeksekusi instruksi lainnya. Jika ada
kontak pada garis instruksi setelah titik cabang, kondisi eksekusi untuk instruksi yang pertama
tidak sama dengan kondisi pada titik cabang sehingga untuk mengeksekusi instruksi berikutnya
menggunakan kondisi eksekusi titik cabang dan kontak lain setelah titik cabang tersebut.

Gambar 27 Penggunaan Bit TR.

Jika program dibuat dalam bentuk diagram ladder, tidak perlu memperhatikan bit TR karena bit
TR hanya relevan pada pemrograman bentuk mneumonik. Terdapat delapan bit TR, yaitu TR0
sampai dengan TR7 yang dapat digunakan untuk mempertahankan kondisi eksekusi sementara.

Misalkan suatu bit TR ditempatkan pada suatu titik cabang, kondisi eksekusinya akan disimpan
pada bit TR tersebut. Jika kembali ke titik cabang, bit TR mengembalikan kondisi eksekusi yang
telah disimpan. Penyimpanan kondisi eksekusi pada titik cabang menggunakan bit TR sebagai
operand dari instruksi OUTPUT. Kondisi eksekusi ini kemudian dikembalikan setelah
mengeksekusi instruksi sisi kanan dengan menggunakan bit TR yang sama sebagai operand dari
instruksi LOAD. Contoh berikut ini menunjukkan penggunaan dua bit TR yaitu TR0 dan TR1
pada sebuah program.

98
h) Penggunaan Bit Kerja (Internal Relay)
Dalam pemrograman, mengkombinasikan kondisi untuk menghasilkan kondisi eksekusi secara
langsung sering sangat sulit. Kesulitan ini dapat siatasi dengan mudah menggunakan bit kerja
untuk mentriger instruksi lain secara tidak langsung. Bit kerja tidak ditransfer dari atau ke dalam
PLC. Semua bit pada daerah IR yang tidak dialokasikan sebagai bit input/output dan bit pada
daerah AR (Auxilary Relay) dapa digunakan sebagai bit kerja. Bit input/output dan bit yang
dialokasikan untuk keperluan tertentu tidak dapat digunakan sebagai bit kerja. Jika mengalami
kesulitan pada pemrograman suatu program pengendalian pertimbangan pertama harus
diberikan pada bit kerja untuk menyederhanakan program.
Bit kerja sering digunakan sebagai operand untuk salah satu instruksi OUTPUT, OUTPUT NOT,
DIFERENTIATE UP, DIFERENTIATE DOWN, dan KEEP, kemudian digunakan sebagai kondisi yang
menentukan bagaimana instruksi lain dieksekusi. Bit kerja juga dapat digunakan untuk
menyederhanakan program saat kombinasi kondisi tertentu digunakan berulang-ulang. Pada
contoh berikut ini IR 0.00, IR 0.01, IR 0.02, dan IR 0.03 dikombinasikan pada blok logika yang
menyimpan kondisi eksekusinya sebagai status IR 216.00. Kemudian IR 216.00 dikombinasikan
dengan kontak lain untuk menentukan kondisi
output untuk IR 200.00 dan IR 200.01.

Gambar 28 Penggunaan Bit Kerja.

i) Timer dan Counter


Pada sebagian besar aplikasi kontrol terdapat peralatan untuk beberapa aspek kontrol
pewaktuan ( timing ). PLC mempunyai fasilitas pewaktuan untuk program yang dapat
digunakan. Metode umum dari pemrograman sebuah rangkaian timer adalah untuk
menentukan interval pewaktuan yang dihitung dari suatu kondisi atau keadaan dikenal dengan
istilah timer. Sedangkan fasilitas menghitung suatu kejadian (event) utuk menghitung
banyaknya kejadian disebut counter. Counter digunakan untuk menghitung input yang masuk
ke dalam counter tsb. No Counter = 0 – 255 ,No Timer = 0 – 255 Set Timer = #0000 - #9999s
Perlu di ingat bahwa dalam membuat program alamat/penomeran Counter dan Timer tidak
boleh sama, misalnya anda membuat program memakai 3 counter dan 3 timer anda bisa pakai
no. counter 0 – 2 sedangkan no. timernya anda pakai 4 - 6 dan seterusnya tergantung
kebutuhan.

99
j) Instruksi Timer
Timer adalah sebuah instruksi menunggu dalam waktu tertentu untuk melakukan sesuatu. Jika
kita lihat timer dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dan untuk tipe timer diproduksi
oleh pabrik disesuaikan dengan metoda dan cara mereka masing-masing.
Instruksi Timer digunakan untuk operasi tunda waktu. Ia memerlukan dua operand yang
terletak pada dua baris instruksi, yaitu baris pertama untuk nomor timer dan yug kedua untuk
settig waktu (SV = Set Value). Meskipun demikian, instruksi Timer terletak dalam satu alamat.
Nomor Timer dipakai bersama untuk nomor Counter. Nomor Timer/ Counter hanya boleh
digunakan sekali. Maksudnya, sekali nomor Timer/ Counter telah digunakan, ia tidak boleh
digunakan untuk instruksi Timer/ Counter yang lain. Tetapi, nomor timer sebagai operand suatu
kontak dapat digunakan sebanyak yang diperlukan.
Banyaknya nomor Timer/ Counter bergantung kepada tipe PLC. Misalnya, PLC OMRON CPM1A,
terdapat 128 nomor, yaitu dari 000 sampai dengan 127. tidak diperlukan awalan apapun untuk
menyatakan nomor timer. Tetapi, jika nomor timer sebagai operand suatu kontak harus diberi
awalan TIM. SV dapat berupa konstanta atau alamat channel/ words. Jika channel daerah IR
sebagai unit input dimasukkan sebagai alamat channel, unit input ini harus disambung
sedemikian sehingga SV dapat diset dari luar. Timer/ Counter yang disambung dengan cara ini
hanya dapat diset dari luar dalam mode MONITOR atau RUN. Semua SV, termasuk yang diset
dari luar harus dalam BCD (Binary Coded Decimal), yaitu bilangan desimal yang dikode biner.
Penulisan SV harus diawali dengan tanda #.

Gambar 29 Diagram waktu Instruksi Timer.

Timer bekerja saat kondisi eksekusinya beralih ke on dan direset (ke SV) saat kondisi
eksekusinya beralih ke off. Jika kondisi eksekusi lebh lama daripada SV, completion flag, yaitu
tanda yang menunjukkan hitungan waktu telah berakhir, tetap on hingga Timer direset. Timer
akan reset jika trletak pada bagian program interlock saat kondisi eksekusi instruksi interlock
(IL) off, dan saat terjadi pemutusan daya. Jika dikehendaki timer tidak reset oleh dua keadaan
tersebut, maka bit pulsa clock pada daerah SR untuk mencacah Counter yang menghasilkan
Timer menggunakan instruksi Counter. SV mempunyai harga antara 0000 sampai dengan 9999
(BCD)

100
dalam satuan deci-detik. Jadi, misalnya menghendaki 10 detik, maka nilai SV harus 100. Jika SV
dinyatakan tidak dalam BCD, akan muncul pesan kesalahan. Di bawah ini diberikan program-
program penerapan timer:

1) Tunda on (1)
Jika kondisi eksekusi timer (hanya ditentukan oleh kontak 0.00) on, maka timer aktif. Lima detik
kemudian (completion flag timer on) kontak TIM 000 on hingga selanjutnya output 10.00 on.
Jika lama kontak 0.00 on lebih pendek daripada SV, maka completion flag tetap off dan output
10.00 juga tetap off.

Gambar 30 Program tunda ON (1).

Agar dapat aktif meskipun kontak 0.00 hanya on sesaat, gunakan bit kerja untuk mengendalikan
timer secara tidak langsung seperti ditunjukkan pada program berikut ini:

2) Tunda on (2)

Gambar 31 Program tunda ON (2).

3) Tunda ON dan OFF (3)

Gambar 32 Program tunda ON dan OFF.

101
k) Instruksi Counter
Penghitung/pencacah merupakan instruksi sederhana untuk melaksanakan hitungan dari setiap
kejadian tergantungan data yang masuk pada input PLC. Alamat yang digunakan counter sama
dengan alamat timer. Nilai Timer/Counter pada PLC OMRON bersifat menghitung mundur dari
nilai awal yang ditetapkan oleh program, setelah mencapai angka nol maka contact NO
timer/counter akan ON. Instruksi CNT berfungsi sebagai penghitung/pencacah mundur. Apa
yang dihitung? Yang dihitung adalah perubahan kondisi masukan CP (Count Pulse) dari OFF ke
ON.Ketika kondisi eksekusinya ON, maka setiap kali ada perubahan kondisi masukan CP dari ON
ke OFF, maka instruksi CNT akan mengurangi nilai PV-nya (Present Value) dengan satu.
Perubahan CP selain dari kondisi OFF ke ON tidak berpengaruh terhadap nilai PV.Jika PV telah
mencapai nol, maka Completion Flag Counter akan ON. Kondisi tersebut akan dipertahankan
sampai Counter direset.Counter direset melalui kaki masukan R. Jika kondisi R berubah dari OFF
ke ON, maka nilai PV akan direset menjadi sama dengan SV. Pada saat Counter dalam kondisi
direset (R=ON), perubahan kondisi pada CP tidak akan berpengaruh pada PV. Seperti halnya
Timer instruksi CNT memiliki 2 operand yakni TC Number dan SV (Setting Value). TC Number
dapat bernilai 0-255 untuk CPM2A dan 0-127 untuk CPM1A. Sedangkan SV dapat berupa
konstanta (BCD) atau salah satu dari register IR, AR, SR, HR, LR, dan DM.

Gambar 33 Program Counter.

Counter umumnya dapat menghitung dari 0 sampai 9999, dari –32.768 sampai +32.767 atau
dari 0 sampai 65535. Mengapa demikian?, karena PLC mempunyai penghitung 16 bit, dan
ditentukan bahwa untuk penghitung 0-9999 adalah 16 bit penghitung BCD (binary coded
decimal) dan yang menhitung dari -32,768 - 32767 dan 0 to 65535 - adalah 16-bit penghitung
biner.

102
l) Instruksi Lanjut
a. Keep (11) Latching Relay
Keep digunakan seperti latch. Fungsi ini akan mempertahankan status bit ON atau OFF
sampai ada satu dari dua input yang menge-set atau reset fungsi tersebut. Bila fungsi
KEEP ini digunakan dengan HR relay,instruksi dari output latch akan dipertahankan
selama terjadi gangguan daya. Instruksi ini digunakan untuk mempertahankan kondisi
bit operand berdasarkan dua kondisi eksekusi, yakni Set dan Reset.

Gambar 34 Program KEEP.

Oleh sebab itu, instruksi KEEP ini terhubung ke dua baris instruksi pengkondisi eksekusi.
Jika kondisi eksekusi instruksi pada baris pertama ON (Set), maka kondisi bit operand
instruksi KEEP akan ON. Dan jika kondisi eksekusi instruksi pada baris kedua ON (Reset),
maka kondisi bit operand instruksi KEEP akan OFF. Jadi instruksi KEEP ini seperti
instruksi SET dan RSET yang dijadikan satu paket.

b. Instruksi Differensial DIFU dan DIFD


Instruksi DIFU(13) dan DIFD (14) output akan menjadi ON hanya dalam satu waktu scan.
DIFU output akan ON saat terjadi transisi OFF ke ON pada sinyal inputnya. DIFD output
akan menjadi ON saat terjadi transisi ON ke OFF pada sinyal inputnya.

Gambar 35 Program DIFU dan DIFD

103
c. Instruksi JMP-JME
Instruksi Jump – JMP(04) selalu berpasangan dengan instruksi Jump End – JME(05).
JMP digunakan untuk melewati bagian program tertentu dalam program, yakni bagian
program yang terletak di antara instruksi JMP(04) dan JME(05). Kita sebut saja bagian
program tersebut sebagai jump section.
Jika kondisi eksekusi JMP(04) ON, maka program akan berjalan “lurus‟ seperti jika tidak
ada instruksi JMP(04). Dengan kata lain, instruksiinstruksi dalam jump section akan
dieksekusi. Tapi jika kondisi eksekusi JMP(04) OFF, maka eksekusi program akan
melompat menuju instruksi tepat di bawah instruksi JME(05), tanpa mengubah nilai
status apapun yang ada di dalam jump section.
Terdapat dua tipe Instruksi JMP(04) dan JME(05), yakni instruksi dengan nomor 01-99,
dan instruksi dengan nomor 00. Instruksi dengan nomor 01-99 hanya dapat digunakan
satu kali dalam program. Pada kondisi eksekusi OFF, instruksi JMP(04) dengan nomor 01
(JMP(04)@01) akan melompatkan eksekusi program ke JME(05) dengan nomor 01
(JME(05)@01), seolah-olah instruksi-instruksi yang ada di antara keduanya tidak ada.
Instruksi JMP(04)@00 dapat digunakan berulang-ulang dalam program. Bahkan bisa
juga instruksi ini digunakan secara berurutan dengan hanya satu instruksi JME(04) saja.
Dalam eksekusinya, program akan mencari pasangan JMP(04)@00 terdekat pada
instruksi-instruksi selanjutnya meskipun tanpa mengubah nilai status apapun. Akan
tetapi hal tersebut menyebabkan proses eksekusi program menjadi sedikit lebih lama
dibandingkan ketika menggunakan instruksi JMP(04) dan JME(05) dengan nomor 01-99.

Gambar 36 Program JMP dan JME

Pada saat Kondisi1 OFF, eksekusi program akan langsung melompat ke instruksi tepat di
bawah JME(05). Perubahan nilai Input 000.01 hanya akan mengubah kondisi Output
010.01 saja, sedangkan kondisi Output 010.00 tetap. Jika Kondisi1 ON, maka program

104
akan mengeksekusi 0.01 (10.00) hingga 0.01 (10.01). Timer0 akan bekerja, dan
perubahan nilai pada Input 000.01 akan mengubah kondisi Output 010.00 dan Output
010.01.

d. Instruksi IL-ILC
Interlock – IL(02) digunakan bersama dengan instruksi Interlock Clear – ILC(03).
Instruksi ini digunakan untuk menjalankan bagian program tertentu, yakni bagian
program yang berada di antara IL(02) dan ILC(03), dengan syarat kondisi eksekusi untuk
IL(02) terpenuhi (ON). Bagian program yang terletak di antara IL(02) dan ILC(03)
disebut sebagai interlock section.
IL(02) dan ILC(03) tidak harus berpasangan satu-satu. IL(02) dapat digunakan berkali-
kali dengan satu ILC(03) penutup. Setiap IL(02) membentuk bagian interlock-nya
masing-masing hingga bertemu dengan ILC(03). Akan tetapi tidak memungkinkan untuk
membuat interlock bersarang (nested interlock).

Gambar 37 Program IL dan ILC

105
e. Instruksi Compare – CMP (20)
Compare (CMP) digunakan untuk membandingkan data dalam kanal tertentu dengan
data kanal yang lain,atau sebuah empat digit,konstanta heksadesimal. Instruksi
CMP(20) berfungsi membandingkan dua buah operand bertipe word. Ketika kondisi
eksekusi instruksi ini terpenuhi, maka CMP(20) akan membandingkan nilai operand1
dengan nilai operand2. Hasil perbandingan tersebut disimpan dalam bit flag EQ
(EQuals), LE (LEss-than), dan GR (GReater-than) yang menyatakan operand1
=operand2, operand1 < operand2, dan operand1 > operand2.
Simbol Ladder

Gambar 38 Program Compare

106
f. Instruksi Increment dan Decrement
Increment adalah kemampuan Instruksi ini berfungsi untuk menambah satu nilai pada
operand bertipe word. Operand dalam hal ini bisa salah satu dari register IR, SR, AR,
DM, HR, dan LR. Instruksi ini umumnya disebut instruksi INC. Decrement adalah
kemampuan untuk mengurangi satu nilai pada operand bertipe word. Operand dalam
hal ini bisa salah satu dari register IR, SR, AR, DM, HR, dan LR. Instruksi ini umumnya
disebut instruksi DEC.

Gambar 39 Program INC dan DEC

g. Instruksi Aritmatika
Instruksi Aritmatika adalah fungsi matematika di dalam PLC, sering kali dalam aplikasi
kita harus menggunakan rumus matematika pada data kita. Hal ini jarang terjadi akan
tetapi pada kondisi tertentu data tersebut betul-betul kita butuhkan. Pada umumnya
hampir semua PLC mengikut
sertakan fungsi matematika berikut:
Instruksi Aritmatika ini digunakan untuk melaksanakan fungsi matematis seperti
penambahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian. Tipe data yang dapat digunakan
pada instruksi matematis ini adalah : Integer, Double Integer, Real Instruksi Increment
dan Decrement merupakan instruksi yang digunakan untuk penambahan dan
pengurangan secara bertahap pada suatu data Byte, Word atau Doube Word.

Penjumlahan : Kemampuan menambahkan satu data ke data lainnya, instruksi ini


umumnya disebut instruksi ADD.
Pengurangan : Kemampuan mengurangkan satu data dengan data lainnya, instruksi ini
umumnya disebut instruksi SUB.
Multiplikasi : Kemampuan mengalikan satu data dengan data lainnya, instruksi ini
umumnya disebut instruksi MUL.
Pembagian : Kemampuan membagi satu data dengan data lainnya, instruksi ini
umumnya disebut instruksi DIV.

107
1. Add – ADD (30)
Simbol pada Ladder Area data

Gambar 40 Simbol dan Area data ADD

ADD menjumlahkan data dari dua channel yang berbeda, atau satu
channel dan satu konstanta yang akan memberikan output pada channel
yang ke tiga. Karena itu, tiga parameter data harus ditentukan : augend
(penjumlah), addend (yang dijumlahkan), dan result (hasil). Operasi yang
terjadi pada instruksi ADD ialah sebagai berikut
:

Gambar 41 Program aritmatik penjumlahan

Dari program di atas, ketika input 00000 dinyalakan, data pada internal
relay HR040 dijumlahkan dengan konstanta 1234. Hasilnya ditampilkan ke
CH 200. Jika carry dihasilkan akibat penjumlahan, carry flag (SR 25504)
akan ON. Dalam contoh di atas, sebelum mengeksekusi ADD, carry flag/CY
(special relay 25504) akan dimatikan oleh Clear Carry (CLC). Augend and
addend harus dalam bentuk BCD (0 sampai 9999), jika tidak special relay
25503 (error flag) akan ON dan instruksi ADD tidak akan dieksekusi.

108
2. Subtract – SUB (31)

Gambar 42 Simbol dan Area data SUB.

SUB mengurangkan data di Mi dengan data di Su dan CY (carry flag -


25504), dan meletakkan hasilnya di R. Jika hasilnya negatif, CY akan aktif
(ON) dan nilai 10’s complement dari hasil sebenarnya akan diletakkan di R.
Untuk mendapatkan hasil sebenarnya, kurangkan 0 dengan hasil awal yang
ada di R. Operasi yang terjadi pada instruksi SUB ialah sebagai berikut:

Gambar 43 Program aritmatik pengurangan

Dari program di atas, ketika input 00000 dinyalakan, data pada IR 010
dikurangkan dengan data pada DM 0100. Hasilnya ditampilkan ke HR 20.
Dalam contoh di atas, sebelum mengeksekusi SUB, carry flag/CY (special
relay 25504) akan dimatikan oleh Clear Carry (CLC). Minuend dan
subtrahend harus dalam bentuk BCD (0 sampai 9999), jika tidak special
relay 25503 (error flag) akan ON dan instruksi SUB tidak akan dieksekusi.

109
3. Multiply – MUL (32)

Gambar 44 Simbol dan Area data MUL.

MUL mengalikan data di Md dengan data di Mr, dan meletakkan hasilnya


di R dan R+1 (R dan R+1 harus berada di area data yang sama). Operasi
yang terjadi pada instruksi MUL ialah sebagai berikut
:

Gambar 45 Program aritmatik perkalian


Dari program di atas, ketika input 00000 dinyalakan, data di IR 010 dikalikan
dengan data di DM 0100. Hasilnya ditampilkan ke HR 20 dan HR 21.
Multiplicand dan multiplier harus dalam bentuk BCD (0 sampai 9999), jika
tidak special relay 25503 (error flag) akan ON dan instruksi MUL tidak akan
dieksekusi.

4. Divide – DIV (33)

Gambar 46 Simbol dan Area data DIV.

110
DIV membagi data di Dd dengan data di Dr, dan meletakkan hasilnya di
R dan R+1 (R dan R+1 harus berada di area data yang sama). R berisi hasil
pembagian, sedangkan R+1 berisi sisa bilangan yang tidak habis
dibagi.Operasi yang terjadi pada instruksi DIV ialah sebagai berikut
:

Gambar 47 Program aritmatik pembagian.

Dari program di atas, ketika 00000 dinyalakan, data di IR 010 dibagi dengan
data di DM 0100. Hasilnya ditampilkan di HR 20 dan sisanya di HR 21.
Dividend dan divisor harus dalam bentuk BCD (0 sampai 9999), jika tidak
special relay 25503 (error flag) akan ON dan instruksi DIV tidak akan
dieksekusi.

h. Instruksi Transfer Data


Instruksi MOVE - MOV(21) digunakan untuk meng-copy nilai dari Source ke
Destination. Source dapat berupa konstanta (#), ataupun data yang ada di alamat
tertentu dalam register IR, SR, AR, DM, HR, TC, dan LR. Sedangkan Destination adalah
alamat register IR, SR, AR, DM, HR, LR. Jika kondisi eksekusi MOV(21) ON, maka data di
Source (Sumber) akan di-copy ke Destination (Tujuan).
o Instruksi MOV(21) tidak dapat digunakan untuk mengubah nilai PV (Process
Value) pada Timer/Counter.
o Instruksi MOV(21) tidak dapat digunakan untuk mengubah nilai DM6144
sampai DM6655.
o Instruksi MOV mentransfer data sumber (baik data dalam channel tertentu
atau konstanta heksadesimal 4 digit) ke channel tujuan. Karena itu, MOV
memerlukan dua parameter yang harus ditentukan : channel sumberatau
konstanta dan channel tujuan

111
Gambar 48 Simbol dan Area data MOV dan diagram Ladder MOV.

Digram berikut menggambarkan operasi MOV :

Dalam kasus di atas, data pada Input Channel 000 dipindah ke Output Channel 200.

112
PEMBUATAN PROGRAM KONTROL PLC

Pemrograman PLC OMRON dengan CX Programmer

Pada dasarnya tahapan pembuatan program sampai program

tersebut dapat dijalankan dapat dibagi ke dalam lima tahap sebagai

berikut:

a) Persiapan

Langkah-langkah melakukan persiapan adalah sebagai berikut:

1) Pastikan komputer dan PLC Omron terkoneksi dengan

baik.

Hidupkan komputer dan PLC Unit.

2) Untuk membuka CX Programmer double click icon CX

Programmer (Gambar 4.1) pada tampilan destop komputer.

Dalam proses loading akan muncul tampilan seperti gambar

4.2 pada destop.

Gambar 49

3) Bila proses loading selesai, akan muncul tampilan seperti

gambar 4.3

113
Gambar 50

4) Untuk memulai membuat program, klik File pada menubar

kemudian pilih New. (Perhatikan tanda panah pada Gambar

4.4)

Gambar 51

5) Setelah diklik New, muncul tampilan seperti gambar 4.5

114
Gambar 52

6) Pada tampilan seperti gambar 4.5. Pilih tipe CPU yang

digunakan dengan menekan tanda ▼ pada kotak Device

Type (Perhatikan lingkaran pada gambar 4.5). Setelah itu

akan muncul tampilan seperti gambar 4.6.

115
Gambar 53

7) Selanjutnya pilih tipe CPU yang digunakan, misal dalam

kasus ini digunakan tipe CPM2. Untuk itu klik CPM2*

(Perhatikan lingkaran merah pada gambar 4.6). Kemudian

klik OK, akan muncul tampilan ladder editor atau bidang

kerja (worksheet) seperti Gambar 4.7

116
Gambar 54

Gambar 55

Perhatikan “NewPLC1[CPM2*] Offline” pada bidang project

window sebelah kiri layar (Perhatikan tanda panah pada

Gambar 1.8) terlihat bahwa sudah tertera tipe CPU yang

digunakan yaitu CPM2. Sekarang ladder editor atau bidang

kerja (worksheet) sudah siap untuk membuat program.

b) Membuat Program

Sebagai contoh akan dibuat program seperti gambar 4.9 berikut ini.

Gambar 56

Untuk membuat program seperti gambar 4.9 ikuti langkah-

langkah sebagai berikut:

117
1) Langkah pertama adalah membuat kontak NO. Ada dua

cara yang bisa ditempuh yaitu dengan mengklik simbol NO

(–I I–) pada toolbar atau dengan menekan huruf C pada

keyboard. Setelah salah satu dari dua cara tersebut

dilakukan akan muncul tampilan seperti gambar 4.10.

Gambar 57

2) Setelah muncul tampilan seperti gambar 4.10. Masukkan

alamat input dengan format 0.01, setelah itu tekan enter

atau klik OK dan ketikkan nama input pada kotak Edit

Comment misal “Input 1” akan muncul tampilan seperti

gambar 4.11.

Gambar 58

3) Selanjutnya dari tampilan gambar 4.11 tekan enter atau

klik OK, akan muncul tampilan seperti gambar 4.12.

Terlihat sekarang bahwa ladder editor sudah terisi dengan

input 0.01.

118
Gambar 59

4) Selanjutnya untuk memasukkan simbol output klik simbol

output (-O-) pada toolbar atau tekan huruf O pada

keyboard, muncul tampilan seperti gambar 4.13.

Gambar 60

5) Masukkan alamat output dengan format 10.01, kemudian

tekan enter atau klik OK dan namai output, misal dengan

“Output 1” (Perhatikan gambar 4.14).

Gambar 61

6) Kemudian tekan enter atau klik OK, akan muncul tampilan

seperti gambar 4.15. Terlihat sekarang bahwa ladder

editor sudah terisi dengan output 10.01.

119
Gambar 62

Bila sudah muncul tampilan seperti gambar 4.15, berarti program

sudah selesai dan siap dilanjutkan pada proses berikut.

c) Validasi Program

Langkah selanjutnya sebelum program bisa ditransfer dan

dijalankan adalah melakukan validasi terhadap program yang sudah

dibuat. Validasi program dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Pada menubar klik Program dan pilih Compile (perhatikan

gambar 4.16)

Gambar 63

2) Setelah diklik Compile akan muncul tampilan seperti gambar

4.17.

120
Gambar 64

3) Bila program tidak ada kesalahan, maka pada bagian bawah

layar (perhatikan tanda panah pada gambar 4.17) muncul pesan

seperti gambar 4.18

Gambar 65

4) Bila muncul pesan seperti ditunjukkan gambar 4.18 berarti

program sudah “OK” dan siap untuk di transfer pada PLC.

d) Mentransfer Program

121
Untuk mentransfer program dari programmer dalam hal ini

komputer ke PLC, ikuti langkah-langkah seperti berikut.

1) Klik menu PLC pada toolbar kemudian pilih Work Online

(Perhatikan gambar 4.19)

Gambar 66

2) Setelah diklik Work Online akan muncul pesan seperti gambar

Gambar 67

122
3) Konfirmasi dengan mengklik Yes, tampilan ladder editor akan

berubah menjadi seperti gambar 4.21

Gambar 68

Perhatikan warna garis awal pada ladder diagram berubah jadi

hijau. Ini berarti bahwa program sudah online dan siap di

transfer ke PLC.

4) Untuk mentransfer program klik menu PLC dan pilih Transfer

(Perhatikan gambar 4.22)

123
Gambar 69

5) Kemudian klik To PLC... (perhatikan lingkaran pada gambar

4.22, akan muncul tampilan seperti gambar 4.23

124
Gambar 70

6) Bila option sudah sesuai klik OK, akan muncul tampilan seperti

gambar 4.24

Gambar 71

7) Konfirmasi dengan mengklik Yes, akan muncul tampilan seperti

gambar 4.25

125
Gambar 72

8) Kembali konfirmasi dengan mengklik Yes, akan muncul

tampilan seperti gambar 4.26

Gambar 73

Gambar 4.26 di atas menunjukkan bahwa proses transfer atau

download sedang berlangsung.

9) Bila proses transfer sukses, akan muncul tampilan seperti

gambar 4.27

126
Gambar 74

10) Klik OK, akan muncul tampilan seperti gambar 4.28

Gambar 75

11) Konfirmasi dengan mengklik Yes, maka akan muncul tampilan

ladder editor seperti ditunjukkan gambar 4.29

Gambar 76

127
12) Sekarang program sudah berada pada CPU PLC dan siap untuk

dijalankan (Run)

e) Menjalankan Program

Untuk menjalankan program yang sudah berada pada PLC, ikuti

langkah-langkah seperti berikut:

1) Klik PLC pada menubar, kemudian pilih Operating Mode, akan

muncul tampilan seperti gambar 4.30. .

Gambar 77

2) Klik Run dan program siap dijalankan. Aktifkan input 0.01,

maka output 10.01 akan aktif dan tampilan ladder editor akan

berubah seperti ditunjukkan gambar 4.31.

128
Gambar 78

Cermati gambar 4.31, sekarang output 10.01 dan baris

program berubah warna menjadi hijau. Ini mengindikasikan

bahwa baris program tersebut conductive atau ON (bit 1).

f) Menyimpan Program

Untuk menyimpan program dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

1. Klik “File” pada menubar, kumudian pilih “Save” (perhatikan

tanda panah pada gambar 4.32).

129
Gambar 79

2. Klik “Save” akan muncul tampilan seperti gambar 4.33.

Gambar 80

130
3. Pilih “drive” untuk menyimpan program kemudian tempatkan

cursor pada kotak “File name” dan ketikkan nama file, misal

Latihan (perhatikan lingkaran pada gambar 4.33 ). Kemudian

klik “Save”, tampilan ladder editor akan berubah seperti

ditunjukkan gambar 4.34.

Gambar 81

Perhatikan lingkaran pada gambar 4.34 di atas, sekarang

terlihat bahwa sudah tercantum nama file yaitu “Latihan”. Ini

sebagai indikator bahwa program sudah tersimpan pada

komputer.

g) Mengedit Program

Misalkan kita mempunyai program seperti ditunjukkan gambar

4.35. Pada program tersebut terdapat beberapa kesalahan antara

lain:

Output 10.11 mestinya adalah 10.01

Input 0.03 mestinya adalah kontak dari output 10.11

Setelah input 0.02 mestinya terdapat kontak NC input

131
0.03

untuk sensor proteksi.

Gambar 82

Untuk mengedit atau memperbaiki kesalahan tersebut, lakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Mengganti address input 0.00 menjadi 0.01

1. Tempatkan cursor pada kontak 0.00, kemudian double click

akan muncul tampilan seperti gambar 4.35.

Gambar 83

2. Tempatkan cursor pada kotak “Edit Contact” kemudian ganti

132
0.00 dengan 0.01 (perhatikan lingkaran pada gambar 4.36)

dan kilik Ok atau tekan enter, muncul kotak “Edit Comment”,

tekan kembali enter atau klik OK, maka akan muncul tampilan

seperti gambar 4.37. Perhatikan input 0.00 sekarang sudah

berubah jadi 0.01.

Gambar 84

Gambar 85

1. Mengganti address output 10.11 menjadi 10.01.Tempatkan cursor

pada kotak “Edit Contact” kemudian ganti 10.00 dengan 10.01

(perhatikan lingkaran pada gambar 4.38) dan kilik Ok atau tekan

enter, muncul kotak “Edit Comment”, tekan kembali enter atau klik

133
OK, maka akan muncul tampilan seperti gambar 4.39. Perhatikan

input 10.11 sekarang sudah berubah jadi 10.01.

Gambar 86

134

Anda mungkin juga menyukai