Bidang Rekayasa
“Elektronika Praktis dan Sistem Kendali Otomatis”
XII-MIPA E
2015/2016
Elektronika praktis adalah rangkaian alat elektronika yang sederhana dan dimanfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari. Produk Elektronika baru dapat dikatakan berkembang saat era
Transistor ditemukan pada tahun 1947. Transistor adalah alat semikonduktor yang digunakan
baik sebagai penguat arus maupun tegangan, dan dapat juga berfungsi sebagai saklar dalam
proses switching. Transistor dibuat pertama kali oleh John Bardeen, William Schokley, dan
Walter Bratain. Transistor kemudian dikembangkan menjadi satu rangkaian terpadu yang lebih
dikenal dengan IC (integrated Circuit).
Transistor merupakan komponen utama dalam setiap rangkaian elektronika. Transistor terdiri
dari 3 lapis utama, yaitu N-P-N atau P-N-P. Kedua jenis lapis utama ini pun menjadikan
transistor terbagi dalam dua jenis, yaitu Transistor NPN (katoda-anoda-katoda atau kaki anoda
yang disatukan) dan Transistor PNP (anoda-katoda-anoda atau kaki katoda yang disatukan).
Transistor memiliki 3 kaki utama, yaitu : 1) Emiter (E), 2) Basis (B), dan 3) Collector (C).
Gambar 5. Transistor.
Untuk menentukan posisi kaki Basis pada sebuah Transistor maka dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut : Putar batas ukur Multimeter pada posisi Ohmmeter x10 atau
x100.Misalkan kaki transistor pada awalnya kita namakan A, B, dan C. Bila probe merah atau
hitam diletakkan pada kaki A dan probe lainnya diletakkan pada kaki B dan C secara bergantian
dan membuat jarum bergerak semua, dan jika dibalik posisi hubungnya maka jarum tidak
bergerak semua, maka itulah kaki BASIS.
Untuk menentukan posisi kaki Collector pada sebuah Transistor maka dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut : Putar batas ukur Multimeter pada posisi Ohmmeter x1K atau
x10K. Bila probe merah diletakkan pada kaki B dan probe hitam diletakkan pada kaki C,
sementara kaki A (yang telah diketahui sebelumnya adalah kaki basis) dan kaki B dipegang
dengan tangan tapi antar kaki diusahakan untuk tidak sampai terhubung. Apabila jarum bergerak
sedikit berarti kaki B itulah kaki Collector.
Sementara untuk menetukan kaki Emiter diketahui jika kaki basis dan colector sudah
diketahui sebelumnya, sehingga kaki yang tersisa berarti adalah kaki emiter. Untuk mengetahui
apakah sebuah Transistor dapat berfungsi dengan baik maka dapat dilakukan cara seperti yang
dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9 berupa tabel petunjuk.
Fungsi Transistor antara lain adalah sebagai berikut :
1. Penguat Arus,
2. Penguat Tegangan,
3. Penguat Daya (AC maupun DC),
4. Penyearah,
5. Sirkuit pemutus dan penyambung (Switching),
6. Stabilisasi tegangan,
7. Modulasi sinyal,
8. Isolator, dan
9. Pembangkit frekuensi rendah maupun tinggi.
2. Traffic Light,
3. Sensor Lampu Penerangan Kendaraan,
4. Lampu Penerangan otomatis pada Lemari,
5. Lampu Sensor Gerak pada Kamar Mandi, dan
6. Lampu Senter dengan Alat Kejut.
Sistem pengendalian proses terbagi menjadi dua yaitu sistem pengendalian manual dan
sistem pengendalian otomatis.
1. Sistem Pengendalian Manual adalah sistem pengendalian dengan subyek adalah
makhluk hidup, contoh oleh manusia. Biasanya sistem ini dipakai pada beberapa
proses-proses yang tidak banyak mengalami perubahan beban ( load ) atau pada proses
yang tidak kritis.
2. Sistem Pengendalian Otomatis adalah sistem pengendalian dimana subyek digantikan
oleh suatu alat yang disebut controller. Dimana tugas untuk membuka dan menutup
valve tidak lagi dikerjakan oleh operator, tetapi atas perintah controller. (Gunterus,
1994)
Bagaimana proses kerja sistem pengendalian otomatis secara fisika dan elektronika?
Semua analisa sistem pengendalian selalu dimulai dengan menampilkan diagram kotak
sistem. Didalam diagram kotak sistem pengendalian otomatis, akan selalu ada
komponen-komponen pokok seperti elemen proses, elemen pengukuran (sensing
element dan transmitter) , elemen controller (control unit), dan final control element
(atau control valve).
Pada gambar 3, bagian controller mempunyai summing junction dengan tanda positif-
negatif (+/-). Di titik inilah langkah membandingkan dilakukan mengurangi besaran set
point dengan sinyal measurement variable. Hasilnya adalah sinyal yang disebut error.
Untuk tanda (-) pada summing junction sistem pengendalian otomatis disebut sistem
negative feedback., jika tanda pada summing junction (+) maka sistem pengendalian
otomatis disebut positif feedback
Beberapa keterangan mengenai elemen-elemen sistem pengendalian otomatis dari
diagram kotak pada gambar 1.1 sebagai berikut :
Proses (Process) adalah tatanan peralatan yang mempunyai suatu fungsi tertentu.
Input proses dapat bermacam- macam, yang pasti merupakan besaran yang
dimanipulasi oleh final control element atau control valve agar variabel yang dimaksud
sama dengan set point. Input proses ini juga disebut variabel yang dimanipulasi.
Variabel yang dimanipulasi adalah input dari suatu proses yang dapat dimanipulasi
atau diubah-ubah besarnya agar process variable atau variabel yang dikendalikan
besarnya sama dengan set point.
Gangguan adalah besaran lain, selain variabel yang dimanipulasi, yang dapat
menyebabkan berubahnya variabel yang dikendalikan. Besaran ini lazim disebut load.
Elemen Pengukur adalah bagian paling ujung suatu sistem pengukuran (measuring
system). Contoh elemen pengukur yang banyak dipakai misalnya termocouple atau
oriface plate. Bagian ini juga biasa disebut sensor atau primary element.
Transmitter adalah alat yang berfungsi untuk membaca sinyal sensing element, dan
mengubahnya menjadi sinyal yang dapat dimengerti oleh controller.
Transducer adalah unit pengalih sinyal. Kata transmitter, seringkali dirancukan
dengan kata transduser. Keduanya memang mempunyai fungsi yang serupa, walaupun
tidak sama benar. Transducer lebih bersifat umum, sedangkan transmitter lebih
khusus pada pemakaian dalam sistem pengukuran.
Variabel yang dimaksud atau measured variable adalah sinyal yang keluar dari
transmitter. Besaran ini merupakan cerminan besarnya sinyal sistem pengukuran.
Set Point adalah besar process variable yang dikehendaki. Sebuah kendali akan selalu
berusaha menyamakan variabel yang dikendalikan dengan set point.
Error adalah selisih antara set point dikurangivariabel yang dimaksud. Error bisa
negatif, bisa juga positif. Sebaliknya, bila set point lebih kecil dari variabel yang
dimaksud, error menjadi negatif.
Controller adalah elemen yang mengerjakan tiga dari empat tahap langkah
pengendalian yang membandingkan set point dengan measurement variable,
menghitung berapa banyak koreksi yang perlu dilakukan, dan mengeluarkan sinyal
koreksi sesuai dengan hasil perhitungan tadi. Controller sepenuhnya menggantikan
peran manual dalam mengendalikan sebuah proses. Controller merupakan alat
pengendali.
Unit Pengendali adalah bagian dari controller yang menghitung besarnya koreksi
yang diperlukan. Input control unit adalah error, dan outputnya adalah sinyal yang
keluar dari controller (manipulated variable). Unit Pengendali memiliki fungsi transfer
yang tergantung pada jenis controller. Output unit pengendali adalah hasil penyelesaian
matematik fungsi transfer dengan memasukkan nilai error sebagai input.
Final control element, seperti tercermin dari namanya, adalah bagian akhir dari
instrumentasi sistem pengendalian. Bagian ini berfungsi untuk mengubah
measurement variable dengan cara memanipulasi besarnya manipulated variable,
berdasarkan perintah controller.