Anda di halaman 1dari 12

Potensi Kulit Durian Kartono sebagai Sumber

Energi Alternatif Biobriket di Daerah Pekalongan


Kategori: ilmiah
Diposting oleh arifalengineer pada Minggu, 20 November 2011
[662 Dibaca] [0 Komentar]

Moh. Achor Mardliyan


Pendahuluan
Seperti yang kita ketahui bersama juga, keberadaan bahan bakar yang semakin mahal dan langka,
menjadi sebuah masalah. Sedangkan dalam industri di Indonesia mayoritas membutuhkan adanya
bahan bakar. Tidak hanya di industri, juga untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Tak heran,
banyak orang berlomba mencari sumber alternatif energi yang dapat menggantikan bahan bakar
yang ada.
Semakin terbatasnya jumlah bahan bakar fosil memicu munculnya kebutuhan akan sumber energi
alternatif, bahkan energi yang terbarukan. Hal ini tertera dalam Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, yang menyatakan bahwa
pemerintah mengajak kepada seluruh pihak maupun kalangan masyarakat Indonesia untuk
menyukseskan pengembangan sumber energi alternatif pengganti Bahan Bakar Minyak. Sumber
energi terbarukan (renewable) dibutuhkan untuk penyediaan sumber energi secara
berkesinambungan (sustainable). Hal ini akan lebih baik lagi apabila berasal dari limbah, sehingga
dapat menurunkan biaya produksi dan mengurangi efek negatif penumpukan limbah terhadap
lingkungan.
Hasil penelitian menunjukkan, sampah organik di Indonesia mencapai 60-70 persen dari total
volume sampah yang dihasilkan (Hatta, 2007), sehingga apabila diabaikan maka dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan, munculnya penyakit dan menurunkan nilai estetika atau
keindahan kota serta masalah-masalah lainnya.
Salah satu solusi untuk mengatasi sampah adalah dengan cara mendaur ulang/ memanfaatkan
sampah yang sebenarnya masih memiliki nilai guna lain, untuk menjadi sesuatu yang masih dapat
kita pakai. Salah satu jenis sampah yang potensial adalah sampah organik yang dihasilkan buah
durian, berupa kulit. Meskipun kulit durian adalah sampah organik, yang dapat diurai secara alami
oleh dekomposer, namun dibutuhkan waktu yang cukup lama. Ternyata sudah banyak penelitian
yang menyatakan bahwa kulit durian pun dapat dibuat menjadi briket yang dapat digunakan
sebagai alternatif bahan bakar.
Sekilas tentang biobriket
Biobriket umumnya digunakan untuk kebutuhan kalor dalam memasak. Biobriket dapat dikatakan
lebih unggul daripada briket batubara karena briket biomassa relatif lebih mudah dinyalakan
daripada briket batubara akibat titik lelehnya yang rendah. Bau yang dikeluarkan dari pembakaran
biobriket juga tidak terlalu menyengat sebagaimana bau yang dikeluarkan selama pembakaran
batubara. Jika dilihat dari aspek polusinya, biobriket jauh lebih rendah polusinya dibandingkan
polusi dari pembakaran batubara karena biobriket mempunyai kadar sulfur yang kurang dari 1%
(Anonim, 2008). Dari sejumlah pengalaman terlihat bahwa dengan menggunakan biobriket yang
nilai kalornya setara dengan 0,76 liter minyak tanah akan terjadi penghematan biaya bahan bakar
sebesar 40-56% dengan asumsi harga minyak tanah Rp. 3.500.liter (Anonim, 2008).
Biobriket merupakan peluang yang baik dalam menjadi solusi permasalahan kelangkaan energi
bagi rumah tangga karena harga yang relatif murah, nilai kalor yang dapat bersaing, lebih mudah
dalam penyalaan, tidak menghasilkan bau saat digunakan, kandungan sulfur rendah sehingga
tidak berbahaya bagi kesehatan, bahan baku melimpah, serta teknik pembuatannya yang relatif
mudah.
Potensi Durian Kartono di daerah Pekalongan
Buah Durian (Durio zibethinus murr) merupakan buah tropika yang banyak tumbuh di Asia
Tenggara. Buahnya besar dan berduri dengan kulit buah yang keras dan tebal hampir seperempat
bagian dari buahnya merupakan bagian yang dibuang begitu saja sampai akhirnya menjadi busuk.

Apabila dilihat dari karakteristik bentuk dan sifat-sifat kulitnya, sebenarnya banyak manfaat yang
dapat dihasilkan dari kulit buahnya misalnya untuk bahan campuran papan partikel, papan semen,
arang briket, arang aktif, filler, campuran untuk bahan baku obat nyamuk dan lain-lain (Hatta,
2007).
Daerah Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu penghasil durian terbesar di Jawa Tengah.
Salah satu varietas yang terkenal dengan rasanya yang enak dan paling banyak dicari adalah
Durian Kartono. Durian ini berukuran sedang, mempunyai rasa manis getir (pahit), dagingnya
kuning, berbiji kecil, dan teksturnya empuk (Setiawan, 2009). Ada tiga kecamatan yang menjadi
penghasil utama jenis durian ini. Setiap tahunnya saat musim durian, diadakan festival durian
yang menjadi tujuan wisata bagi penggemar durian Jawa Tengah, hal ini membuktikan popularitas
dari durian Kartono. Harga yang ditawarkan cukup mahal, yaitu sampai Rp 100.000,- per buah.
Dengan jumlah produksi durian yang besar, maka akan didapatkan limbah kulit durian yang
banyak pula.
Industrialisasi biobriket kulit durian Kartono
Secara singkat, pembuatan biobriket kulit durian awalnya dengan cara mencacah kulit durian
menjadi bagian yang kecil-kecil agar proses pembakaran nanti lebih cepat. Kemudian cacahan
dijemur sampai benar-benar kering. Langkah selanjutnya adalah pembakaran kulit durian dengan
jerami atau ranting dalam tempat seperti drum yang berlubang.
Arang hasil pembakaran dihaluskan dan disaring untuk menghasilkan butiran arang yang seragam.
Lalu tambahkan larutan kanji sebagai perekat, kemudian dicetak sesuai bentuk dan ukuran yang
diinginkan. Adonan arang-kanji tersebut dijemur sampai kering, dan disimpan di tempat yang
tidak lembap.
Kulit durian bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar briket karena mengandung minyak atsiri,
flavonoid, saponin, unsur selulosa serta lignin yang mudah terbakar.
Menurut hasil penelitian, sebuah briket bisa menyala hingga 30 menit dengan suhu rata-rata
60o C. Dalam jumlah massal, satu kilogram briket bisa digunakan untuk memasak lebih dari empat
jam. Briket arang kulit durian dapat dijual dengan harga Rp 1.500 per kilogram.
Briket kulit durian memiliki beberapa keunggulan daripada briket arang kayu dan arang batok
kelapa, apalagi dibandingkan briket batubara. Selain bisa ikut memecahkan masalah penanganan
limbah durian, ketersediaan limbah kulit durian di Jawa Tengah juga melimpah. Bahkan briket ini
menimbulkan bau harum ketika digunakan, sehingga cocok digunakan untuk industri makanan,
baik berskala rumah tangga maupun besar. Karena beberapa keunggulan itulah, briket kulit durian
memiliki potensi pasar terbuka luas, baik pasaran lokal, domestik, dam ekspor.
Hasil penelitian menunjukkan, penggunaan 1 kg briket kulit durian dengan harga Rp 1.500/kg
mampu menghasilkan kalori 5.010 Kkal. Sementara penggunaan 1 liter minyak tanah (harga Rp
2.500/liter) hanya mampu menghasilkan 4.400 kkal (Marjono, 2009).
Jadi penggunaan briket kulit durian jauh lebih murah sekitar 409 kkal ketimbang menggunakan
minyak tanah. Sayang jika kulit durian di Jawa Tengah hanya dibuang ke tong sampah tanpa
menghasilkan nilai tambah. Inilah peluang inovator, inventor, dan lembaga penghasil teknologi
untuk terus berkreasi dan berinovasi.
Melihat potensi yang telah dibahas, sangat disarankan untuk mewujudkan produksi biobriket kulit
durian dalam skala industri. Jika dalam skala industri, maka proses pembuatan biobriket kulit
durian dapat menggunakan teknologi yang digunakan dalam pembuatan briket batubara, sehingga
produksi lebih efisien, dan dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam skala besar.
Industri ini juga merupakan industri yang bersifat padat karya, sehingga dapat menciptakan
lapangan kerja baru, mengurangi pengangguran dan angka kemiskinan, serta mengembangkan
perekonomian di pedesaan. Di samping itu, ditinjau dari aspek lingkungan, industrialisasi briket
kulit durian merupakan industri yang berwawasan lingkungan, karena menjadi salah satu solusi
untuk mendaur ulang sampah organik yang dihasilkan setiap tahunnya.
Kesimpulan
Limbah kulit durian varietas durian Kartono di Kabupaten Pekalongan sangat potensial untuk
dijadikan industri biobriket berbahan kulit durian, karena jumlah limbah yang sangat besar
mengingat daerah Pekalongan merupakan salah satu penghasil durian terbesar di Jawa Tengah.
Industri ini dapat menjawab tantangan kelangkaan bahan bakar fosil, sebagai salah satu sumber

energi alternatif, khususnya untuk kebutuhan memasak. Selain menyelesaikan masalah energi,
juga dapat menjadi salah satu solusi pengelolaan lingkungan dengan mendaur ulang limbah
organik kulit durian menjadi barang yang bernilai tambah.
Daftar Pustaka
Anonim. 2008. Biobriket, Briket Ramah Lingkungan. (terhubung berkala)www.briket.co.cc. (20
Desember 2008)
Hatta, Violet. 2007. Manfaat Kulit Durian Selezat Buahnya. Karya Ilmiah. Universitas Lampung.
Setiawan, Arif. 2009. Durian Doro, Durian Lolong, Durian Sonto, Pekalongan, Jawa Tengah.
(terhubung berkala) http://monyetdaun.blogspot.com/2009/12/durian-doro-durian-lolong-duriansonto.html. (4 September 2011)
Marjono. 2009. Kulit Durian sebagai Energi Alternatif. (terhubung
berkala)http://untukbumiku.blogspot.com/2009/08/briket-kulit-durian-sebenarnya-tak-jauh.html.
(7 September 2011)

Kulit Durian Bisa Menjadi Energi Alternatif


Durian,buah beraroma kuat ini banyak disukai karena rasanya yang manis,meski
tampilan luarnya tidak begitu memesona. Buah tropis ini banyak ditemukan di
Indonesia.Namun, selama ini Durian hanya dimanfaatkan isi buahnya saja.
Kulit dan biji buah,mayoritas hanya dijadikan sampah yang menumpuk saja.
Namun,di tangan Huwaida Najla A,siswi SMA 2 Kudus, Jawa Tengah,kulit Durian
ini bisa disulap menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai tinggi.Lewat
sentuhan terampil Huwaida,kulit Durian bisa diubah menjadi energi listrik.Melalui
serangkaian penelitian,Huwaida akhirnya mampu memanfaatkan kandungan zat
kulit Durian menjadi aliran energi listrik. Huwaida mengaku,kulit Durian mampu
menghidupkan kembali baterai kering atau lazim disebut batu baterai yang
sudah mati (lost energy).Menurut dia, kulit Durian memiliki kandungan zat
kalium dan natrium tinggi yang bisa digunakan untuk mengalirkan ion positif dan
negatif.Kandungan dua zat inilah yang kemudian menciptakan aliran listrik.
Huwaida mengungkapkan, hasil temuannya ini berawal dari kejengkelannya
melihat tumpukan kulit Durian di sekitar rumah.Selain berbau tajam,tumpukan
sampah kulit Durian itu juga tidak enak dipandang mata.Setelah memutar
otak,Huwaida kemudian memulai serangkaian penelitian,dan akhirnya
menemukan bahwa kulit Durian memiliki kandungan listrik yang cukup besar.
Ternyata, di dalam kulit Durian mengandung unsur kalium dan natrium tinggi
yang bisa digunakan untuk mengalirkan ion positif dan negatif.Dengan sejumlah
proses,kulit Durian ini mampu menghasilkan tegangan sebesar 1,25
volt.Tegangan ini cukup untuk menghidupkan kembali aliran listrik baterai yang
sudah mati,ungkap Huwaida.
Huwaida pun menje-laskan proses pengolahan kulit Durian menjadi aliran listrik.
Langkah pertama,ungkapnya, kulit luar Durian yang penuh duri dipisahkan dari
bagian dalam yang berwarna putih.Setelah itu, kulit bagian dalam tersebut
dipotong kecil dan ditumbuk halus.Kemudian, didiamkan selama beberapa
menit.Sembari menunggu hasil tumbukan agak kering, dipilih baterai kering
yang sudah tidak terpakai. Buang kulit luar pembungkus baterai. Setelah itu,
buka penutup atas baterai, jelasnya. Setelah itu,ungkap Huwaida, buang isi
baterai yang berupa serbuk berwarna hitam (pasta).Serbuk warna hitam ini
memiliki kandungan manga,besi,karbon,dan tembaga. Isi inilah,jelas Huwaida,
yang nantinya diganti dengan serbuk dari kulit Durian.
Baterai hasil olahan ini mampu menghidupkan bola lampu ukuran
kecil.Kandungan energi baterai ini mampu bertahan hingga lima hari,paparnya.
Berkat sentuhan tangannya ini,Huwaida pun dilirik oleh Kementerian Riset dan
Teknologi (Kemenristek). Huwaida pun akhirnya dikirim Kemenristek untuk
mengikuti ajang konferensi teknologi internasional,Apec Future Scientis
Conference (AFSC) di Taiwan,1016 April 2011. Ajang ini rencananya diikuti 13
negara di dunia.Beberapa negara yang ikut serta adalah Amerika Serikat, Korea
Selatan,Selandia Baru, Australia,Taiwan,dan negara- negara dalam lingkup

ASEAN. Guru pembimbing Huwaida, Yuda Setiabudi,mengatakan, AFSC ini


arahnya lebih kepada pemanfaatan limbah dan solusi untuk penyelamatan
lingkungan (Sustainable Green Energy and Enviromental Solution).
Lewat konferensi internasional ini,diharapkan muncul temuan-temuan dan
inspirasi baru agar manusia tidak selalu menggunakan sumber energi yang tak
dapat diperbarui seperti minyak bumi dan yang berasal dari fosil.
Sebenarnya,ada banyak energi terbarukan di sekitar kita.Namun,kita saja yang
belum sampai ke sana.Dan kreativitas mengolah kulit Durian menjadi energi
adalah bagian dari itu.Makanya perlu kita apresiasi,tegas Yuda.

Proposal Penelitian Pengolahan Limbah Kulit Durian


1.

Latar Belakang
Bencana alam merupakan suatu penomena yang sudah tidak asing lagi bagi setiap
kalangan, baik penduduk didunia maupun di Indonesia. Namun hal ini tidak banyak
memberikan perhatian yang lebih serius dari badan-badan yang khusus bergerak
dalam bidang konservatif lingkungan.
Bencana yang terjadi saat ini disebabkan oleh keadaan lingkungan yang tidak bersih
terutama dari banyaknya timbunan sampah, baik sampah organik maupun
anorganik. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap dampak
dari timbunan sampah.
Jika hal ini terus dibiarkan, akan menyebabkan dampak yang lebih parah bagi
lingkungan. Masyarakat saat ini seharusnya dibekali dengan pengetahuan terhadap
pengelolaan dan pemanfaat sampah. Namun hal ini tidak akan terwujud tanpa
adanya kerja sama dengan badan-badan yang bergerak dalam bidang konservatif
lingkungan.
Salah satu sampah yang sering kita temukan dilingkungan saat ini yaitu sampah dari
kulit durian yang sering terlihat menumpuk atau bahkan berserakan di sekitar aliran
sungai. Hal ini sangat mengganggu terhadap kebrsihan lingkungan misalnya aroma

kulit durian yang menyengat sehingga menimbulkan bau yang menyengat. Hal ini
perlu disikapi dengan mencari cara untuk mengolah sampah kulit durian menjadi
sesuatu yang bermanfaat.
Selain sampah kulit durian, sering juga ditemukan sampah aki kering (batu baterai)
yang berserakan. Sampah aki kering (batu baterai) merupakan salah satu sampah
yang tidak bisa diurai sehingga apabila aki kering (batu baterai) bekas ini terus
dibiarkan akan terjadi penumpukan dan pencemaran lingkungan.
Semua jenis baterai bekas seperti baterai remote, mainan, jam tangan, telepon
seluler, kamera digital maupun baterai yang bisa dicharge (rechargeable) termasuk
limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Bila dibuang sembarangan atau tidak didaur ulang, maka kandungan logam berat
dan zat-zat berbahaya lain yang ada di baterai dapat mencemari air dan tanah, yang
pada akhirnya membahayakan tubuh manusia.
Terlepas dari hal itu penyusun merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian
tentang pengolahan sampah kulit durian dan aki kering (batu baterai) menjadi
sesuatu yang bermanfaat.

2.

Rumusan Masalah
1.
Mengapa kulit durian dapat digunakan sebagai energi pengganti batu
baterai?
2.
Bagian mana dari kulit durian yang dapat digunakan sebagai energi pengganti
pada batu baterai?
3.
Bagaimana proses pengolahan kulit durian menjadi energi pengganti batu
baterai?
4.

Berapa lama energi yang dihasilkan oleh kulit durian dapat digunakan?

5.
Apakah tingkat kehalusan dari hasil tumbukan kulit durian berpengaruh
terhadap energi yang dihasilkan?
3.

Tujuan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, kami memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1.

Tujuan umum
Memanfaatkan sampah kulit durian dan batu baterai menjadi sumber energi.

Mengatasi masalah volume sampah kulit durian dan batu baterai kering yang
tinggi dengan meningkatkan nilai tambah bagi sampah kulit durian dan sampah batu
baterai sehingga dapat termanfaatkan.

b.

Tujuan khusus

1)

Mengetahui zat apa saja yang terkandung dalam kulit durian sehingga dapat
digunakan sebagai energi pengganti batu baterai.

2)

Mengetahui bagian dari kulit durian yang dapat digunakan sebagai bahan
pengganti energi batu baterai.

3)

Mengetahui proses pengolahan kulit durian menjadi energi pengganti batu baterai.

4)

Mengetahui berapa lama energi pengganti dari kulit durian dapat digunakan.

5)

Mengetahui pengaruh tingkat kehalusan tumbukan kulit durian terhadap energi


yang dihasilkan.

4.

Manfaaat Penelitian
Diharapkan

penelitian

yang

kami

lakukan

dapat

membantu

menanggulangi

pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah kulit durian dan batu baterai.
5.

Landasan Teoritis
Durian merupakan tanaman buah liar berupa pohon yang berasal dari hutan
Malaysia,Sumatera dan Kalimantan. Buah durian ini sudah dikenal di Asia Tenggara
sejak abad tujuh Masehi. Sebutan durian diduga berasal dari istilah melayu yaitu dari
kata duri yang diberiakhiran an sehingga menjadi durian. Kata ini dipergunakan
untuk menyebut buah yang kulitnya berduri tajam. (Andri Wijaya,2007).
Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi. Hal
inimenyebabkan Indonesia memiliki hutan hujan tropis yang lebat dan tanah subur
sehingga cocok untuk ditanami berbagai jenis tumbuhan, salah satunya adalah
durian. Di beberapa daerah di Indonesia, buah ini dikenal dengan nama tersendiri.
Nama terbanyak di temukan di Kalimantan, hal ini dikarenakan penamaan durian di
Kalimantan mengacu pada berbagai varietas dan spesies yang berbeda. Di Jawa,
durian dikenal dengan nama duren (bahasa jawa, bahasa Betawi) dan kadu (bahasa
Sunda). Di Sumatera di kenal sebagai durian dan duren (bahasa gayo). Di Sulawesi

orang Manado menyebut buah ini dengan sebutan duriang , sementara orang Toraja
menyebutnya duliang. Sedangkan di Pulau Seram bagian timur, buah durian disebut
dengan rulen.
Kulit Durian memiliki kandungan zat kalium dan natrium tinggi yang bisa digunakan
untuk mengalirkan ion positif dan negatif. Kandungan dua zat inilah yang kemudian
menciptakan aliran listrik.
Ternyata, di dalam kulit Durian mengandung unsur kalium dan natrium tinggi yang
bisa digunakan untuk mengalirkan ion positif dan negatif. Dengan sejumlah
proses, kulit Durian ini mampu menghasilkan tegangan sebesar 1,25 volt. Tegangan
ini cukup untuk menghidupkan kembali aliran listrik baterai yang sudah mati.
Elemen kering atau baterai adalah sumber tegangan yang dapat lebih lama
mengalirkan arus listrik daripada elemen Volta. Elemen kering dibuat pertama kali
pada tahun 1866, kimiawan Perancis oleh George Leclanche. Elemen kering ini terdiri
atas Zn yang berbentuk bejana dan logam dalam Zn ini dilapisi karbon (batang
arang). Karena batang arang memiliki potensial lebih tinggi daripada Zn, maka
batang arang sebagai anoda, sedangkan Zn sebagai katoda. Di bagian dalam
elemen kering ini terdapat campuran antara salmiak atau amonium klorida (NH4Cl)
serbuk arang dan batu kawi atau mangan dioksida (MnO2). Campuran ini berbentuk
pasta yang kering. Karena elemen ini menggunakan larutan elektrolit berbentuk
pasta yang kering maka disebut elemen kering. Pada elemen kering, NH4Cl sebagai
larutan elektrolit dan MnO2 sebagai depolarisator. Kegunaan dispolarisator yaitu
dapat meniadakan polarisasi. Sehingga arus listrik pada elemen kering dapat
mengalir lebih lama sebab tidak ada gelembung-gelembung gas.
Arus listrik pada baterai mengalir searah dan terjadi bila kutub positif dihubungkan
dengan kutub negatif. Oleh sebab itu aliran baterai dinamakan Direct Current (DC).
Untuk menambah tegangan listrik baterai dapat disusun secara seri, yaitu disusun
berurutan dengan kutub positif-negatif dengan berselang-seling. Misalnya 3 buah
baterai mempunyai tegangan 1,5 volt yang disusun seri akan mempunyai tegangan
4,5 volt. Susunan seperti ini sering kita jumpai pada alat-alat listrik sederhana
seperti senter dan walkman. Adapun pasangan paralel adalah jika masing-masing
kutub baterai yang sama saling dihubungkan, tegangan listrik yang didapat

bertambah, tetapi arus yang mengalir akan menjadi lebih besar. Baterai isi ulang
Saat ini, pemakaian baterai isi ulang semakin meluas, seiring semakin banyaknya
alat komunikasi dan alat elektronik lainnya yang bersifat portable (mudah dibawa
dan dipindah-pindahkan), misalnya komputer laptop, telepon genggam, Personal
Digital Assistant (PDA), kamera digital, dan kamera genggam. Umumnya jenis
baterai yang digunakan adalah nikel-kadmium (Ni-Cd), yang memakai bahan nikel
hidroksida serta kadmium sebagai elektrodanya, dan kalium hidroksida sebagai
elektrolit. Akan tetapi, baterai isi ulang juga ada yang menggunakan bahan litium
sebagai elektrodanya, sehingga mempunyai daya tahan yang lama.

6.

Rancangan Penelitian
Penelitian ini melewati beberapa tahapan yaitu :

1.

Menentukan jenis limbah yang akan diolah

2.

Menentukan produk yang akan dibuat

3.

Melakukan survei ketempat yang terdapat limbah tersebut

4.

Menyusun proposal penelitian

5.

Mempresentasikan proposal penelitian

6.

Melakukan penelitian

a.

Alat

1.

Pisau

2.

Alat tumbuk

3.

Alas penumbukan

4.

Plastik

5.

Pinset

6.

Kabel

7.

Lampu bohlam kecil

b.

Bahan

1.

Kulit durian

2.

Batu Baterai bekas

c.

Prosedur Kerja

1)

Menyiapkan alat dan bahan

2)

Membuang kulit bagian luar (yang berduri) dengan menggunakan pisau.

3)

Memotong kecil-kecil kulit durian yang sudah dibuang durinya

4)

Menumbuk kulit durian dengan menggunakan alat penumbuk

5)

Sambil menunggu kulit durian hasil tumbukan sedikit mengering, batu baterai
bekas diolah dengan cara dibuka kaleng luar kemudian plastik pembungkus bagian
dalam baterai dilepaskan kemudian membuka dan mencabut bagian elektrolit yang
menancap kebagian dalam baterai.

6)

Kemudian mengambil pasta yang berwarna hitam yang terdapat di dalam baterai
dengan menggunakan pinset sampai habis.

7)

Memasukan tumbukan kulit durian kedalam baterai kemudian memasang kembali


karbon konduktor ke dalam baterai dan tutup kembali.

8)

Baterai kulit durian sudah siap di uji coba.

7.

Mengumpulkan data-data hasil penelitian

8.

Menyusun laporan penelitian

9.

Mempresentasikan laporan penelitian dan produk penelitian

10. Hipotesa

Durian mempunyai aroma yang khas seperti halnya bawang, aroma khas yang
dimiliki oleh durian ini disebabkan oleh adanya kandungan minyak atsiri. Diduga
minyak atsiri ini yang dapat memberikan energi sebagai pengganti energi batu
baterai, selain itu, durian juga memiliki kandungan kalium dan natrium yang tinggi,
dan ini juga sama dimiliki oleh energi yang dikeluarkan batu baterai.
Kandungan yang dimiliki oleh durian ini banyak terdapat pada kulit durian bagian
dalam, karena tekstur yang dimiliki oleh kulit durian bagian dalam ini memilki
banyak kandungan air.
Kulit durian yang memilki kandungan air yang banyak ini diolah dengan cara
menumbuk kulit durian bagian dalam dengan tujuan untuk merangsang keluarnya
kandungan yang terdapat dalam kulit durian tersebut, setelah zat yang ada dalam
kulit durian ini keluar maka untuk mengikat energinya dengan cara menjemur kulit
durian tersebut.
Untuk menguji kekuatan daya yang dapat dipakai dari hasil olahan kulit durian ini
dapat digunakan perlakuan yang berbeda, misal dengan cara memberikan interfal
waktu penjemuran yang berbeda. memberikan hasil yang berbeda untuk lamanya
daya yang dapat dipakai oleh olahan kulit durian tersebut. Selain penjemuran, hasil
tumbukan dari kulit durian juga diduga akan mempengaruhi lamanya daya yang
dapat dimiliki oleh olahan kulit durian.

11. Waktu dan Tempat


a.

Waktu
Penelitian ini akan mulai dilaksanakan dari hari Sabtu tanggal 1 Oktober 2011
sampai hari jumat tanggal 7 Oktober 2011

b.

Tempat
Penelitian

ini akan

Tasikmalaya

dilaksanakan

di lingkungan sekitar Universitas

Siliwangi

12. DAFTAR PUSTAKA


blog.beswandjarum.com/.../07/.../memanfaatkan-kulit-durian/
arisnb.nulis.web.id/manfaat-kulit-durian.html
setiawan21.blogspot.com/.../kulit-durian-bisa-menjadi-energi.html
Diposkan oleh Wildan Nurmaulana Yusuf di 12:24

Anda mungkin juga menyukai