Anda di halaman 1dari 16

PEMASANGAN SISTEM KELISTRIKAN PLTB

DAN PENGOPERASIAN PLTB

MATA PELAJARAN DASAR-DASAR ENERGI TERBARUKAN

PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK ENERGI TERBARUKAN


KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK ENERGI SURYA, HIDRO, DAN ANGIN
SMK NEGERI 1 GARUT
2020

1
MODUL 4:

PEMASANGAN SISTEM KELISTRIKAN


PLTB DAN PENGOPERASIAN PLTB

1
A. Pendahuluan

Mata kegiatan ini membahas konsep, teori, aturan, dan implementasi Pembangkit
Listrik Tenaga Angin (Bayu) (PLTB) yang meliputi studi kelayakan potensi angin,
perencanaan sistem mekanik PLTB, pemasangan unit PLTB, perencanaan dan pemasangan
sistem kelistrikan PLTB seta pengoperasian PLTB. Materi dalam kegiatan ini cukup luas,
karena itu peserta dituntut dapat belajar mandiri berdasarkan prinsip pembelajaran mandiri
(selfregulated learning).

B. Sub Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran


Setelah mempelajarti kegiatan belajar ini diharapkan pembelajar dapat mengetahui dan
memahami :
1. Memasang Generator Listrik
2. Mamasang instalasi komponen-komponen kelistrikan
3. Masangan instalasi penangkal petir
4. Mampu menguji kinerja PLTB 1
5. Mampu menganilisis efisiensi PLTB
6. Mampu menyusun laporan pemasangan PLTB
C. Pokok-Pokok Materi
Melalui modul ini diharapkan peserta perkuliahan ini dapat memahami materi-materi
terkait dengan.
1. Memasang Generator Listrik
2. Mamasang instalasi komponen-komponen kelistrikan
3. Masangan instalasi penangkal petir
4. Mampu menguji kinerja PLTB
5. Mampu menganilisis efisiensi PLTB
6. Mampu menyusun laporan pemasangan PLTB

3
D. Uraian Materi Modul 4.

4. Pemasangan Sistem Kelistrikan PLTB


4.1. Instalasi Kelistrikan dan Jenis Kecepatan Turbin Angin

Pemasangan sistem kelistrikan PLTB secara umum dapat dikelompokkan menjadi


2 type yaitu kecepatan konstan (ii) kecepatan berubah. Adapun kelebihan dari sistem
kecepatan turbin angina konstan konstan (fixed-speed) adalah murah, sistemnya
sederhana dan kokoh (robust). Pada dasarnya sistem ini beroperasi pada kecepatan putar
turbin angin yang konstan dan menghasilkan daya maksimum pada satu nilai kecepatan
angin. Pada sistem jenis ini biasanya menggunakan generator tak-serempak
(unsynchronous generator), dan cocok diterapkan pada daerah yang memiliki potensi
kecepatan angin yang besar. Kelemahan dari jenis turbin angina sistem ini adalah
generator memerlukan daya reaktif untuk bisa menghasilkan listrik sehingga harus
dipasang kapasitor bank atau dihubungkan dengan grid. Sistem ini rentan terhadap
pulsating power menuju grid dan rentan terhadap perubahan mekanis secara tiba-tiba.
Gambar berikut ini di bawah (Gambar 4.1- a) menunjukan diagram skematik dari
jenis sistem tersebut.

Gambar 4.1 (a) Sistem PLTB kecepatan turbin angin konstan (fixed-
speed) 1
Selain turbin angin dengan kecepatan konstan, ada juga sistem turbin angin yang
menggunakan sistem kecepatan berubah-ubah (variable speed), artinya sistem turbin
didesain agar dapat mengekstrak daya maksimum pada berbagai jenis kecepatan angin
(kecepatan angina berubah-ubah). Pada jenis turbin angin ini dapat diterapkan sistem
variable speed dapat menghilangkan pulsating torque yang umumnya timbul pada
sistem fixed speed.
Secara umum sistem variable speed mengaplikasikan elektronika daya untuk
4
mengkondisikan daya, seperti penyearah (rectifier), Konverter DC-DC, ataupun
Inverter. Gambar 4.1 (b) sampai dengan 4 (e) adalah jenis-jenis sistem PLTB kecepatan
berubah.
Pada sistem variable speed (b) menggunakan generator induksi rotor belitan.
Karakteristik kerja generator induksi diatur dengan mengubah-ubah nilai resistansi rotor,
sehingga torsi maksimum selalu didapatkan pada kecepatan putar turbin berapa pun.
Sistem ini lebih aman terhadap perubahan beban mekanis secara tiba-tiba, terjadi reduksi
pulsating power menuju grid dan memungkinkan memperoleh daya maksimum pada
beberapa kecepatan angin yang berbeda. Sayangnya jangkauan kecepatan yang bisa
dikendalikan masih terbatas.

Gambar 4.1 (b) Sistem PLTB dengan kecepatan turbin berubah (variable-
speed) (rotor belitan)

Pada sistem variable speed (gambar 4 - 1(c) menggunakan rangkaian elektronika


daya untuk mengatur nilai resistansi rotor. Sistem ini memungkinkan memperbaiki
jangkauan kecepatan yang bisa dikendalikan sistem pertama.

Gambar 4 .1 (c) Sistem PLTB kecepatan berubah (variable-speed back to back


conventer)

5
Sistem variable speed (gambar 4.1 (d) dan (e)) adalah sistem PLTB yang
dibedakan berdasarkan jenis generator yang digunakan.

Gambar 4.1(d) Sistem PLTB kecepatan berubah (variable-speed) (rotor


sangkar)

Gambar 4.1 (e) Sistem PLTB kecepatan berubah (variable-speed)

4.2. Pemasangan generator Listrik


Pada umumnya generator yang digunakan pada pembangkit tenaga listrik adalah
jenis generator sinkron (generator 3 fasa), karena generator tersebut lebih stabil saat
terjadinya perubahan beban. Namun sayangnya harga genearator sinkron buatan pabrik
cukup mahal, sehingga untuk mensiasati permasalahan tersebut salah satu cara adalah
menggunakan motor induksi 1 fasa jenis motor kapasitor sebagai generator induksi 1
fasa, khususnya pada pembangkit listrik tenaga angin.

Alasan mengapa digunakan motor induksi 1 fasa sebagai generator induksi, karena
generator induksi ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan generator
sinkron antara lain yaitu:

6
7
a. Harganya lebih murah
b. Perawatannya lebih mudah
c. Kontruksinya lebih sederhana, yakni menggunakan rotor tanpa sikat (rotor sangkar)
dan tidak memerlukan penguatan arus searah (DC).
d. Telah banyak digunakan pada system pembangkit listrik, khususnya pembangkit
listrik tenaga angin

Penggunaan generator induksi pada sistem pembangkit listrik tenaga angin dimana
kincir anginlah yang menggerakan atau memutar generator, tidak mengharuskan pada
kecepatan sinkronnya. Dengan demikian, jika daya yang dibangkitkan tidak
mensyaratkan frekwensi dan tegangan tetap maka generator dapat dioperasikan stand
alone atau terisolasi, terlepas dari jala-jala atau jaringan listrik umum. Jenis beban yang
dapat dilayani oleh generator induksi ini antara lain adalah mesin pompa air, kipas angin,
dan pemanas. Skema unit pembangkit listrik tenaga angin yang menggunakan generator
induksi sebagai pembangkit listrik ditunjukkan seperti pada gambar 4.2 - 1 berikut ini

Gambar 4.-2 Generator induksi pada PLTB (http://www.novyhidayat.com)

Motor induksi rotor sangkar jenis motor kapasitor yang biasa digunakan pada
penggerak pompa air rumah tangga bisa berfungsi sebagai generator induksi dengan
persyaratan sebagai berikut :
1. Jika generator induksi tidak dihubungkan langsung ke jala-jala (jaringan listrik)
maka perlu dipasang kapasitor pada terminalnya untuk menyediakan daya
reaktif. Besarnya nilai kapasitor tersebut ditentukan dari diagram Heyland
(Gambar 5.1-2) yaitu dari besarnya arus buta yang diperlukan pada beban
tertentu, dengan persamaan sebagai berikut :
Xc = Vn / Ib dan C = 1 / (2.π.f.Xc)
8
Dimana :
Xc = Reaktansi kapasitif yang diperlukan untuk menyediakan arus buta
Vn = Tegangan nominal
Ib = Arus buta yang didapat dari diagram Heyland
C = Nilai kapasitor yang diperlukan untuk menyediakan arus buta
F = Frekuensi listrik

Gambar 4.2-2. Diagram Heyland (Permana, 2007)

Keterangan gambar: Iw = Arus nyata (bernilai negatif)


Ib = Arus buta (bernilai positif)
Im = Arus maksimum (bernilai negatif)

Sebagai contoh motor kapasitor yang dapat digunakan sebagai generator


induksi tersebut ditunjukkan seperti pada gambar 3 berikut ini.

Gambar 4.2-3. Motor kapasitor (Permana, 2007)

Data-data motor induksi tersebut di atas adalah V = 220 Volt, I = 0,64 A, f =


50 Hz, n= 2.900 rpm, dan C = 6 μF. Sedangkan diagram rangkaian pembebanan
motor induksi tersebut sebagai generator induksi seperti ditunjukkan pada gambar
4 berikut ini.

9
2. Pada generator induksi perubahan beban berpengaruh pada tegangan yang
dihasilkan, untuk memperoleh tegangan yang stabil diperlukan perubahan nilai
kapasitor sesuai dengan perubahan beban. Sebagai contoh berikut ini diagram
rangkain penggunaan kapasitor 1 mF yang diparallel dengan beban maka nilai
kapasitornya menjadi 2,2 mF
3. Motor induksi bekerja sebagai generator induksi jika kecepatan putarannya
melebihi kecepatan sinkronnya, seperti yang dijelaskan pada kurva karakteristik
kopel terhadap kecepatan (slip) mesin induksi berikut ini.

Jika diperhatikan pada lengkung kopel-kecepatan (slip) tersebut di atas, dimana


kopel dan slip mempunyai tanda yang berlawanan sehingga perkalian kopel nominal (Tn)
dan slip menjadi negatif, maka mesin induksi bekerja sebagai generator. Jadi yang perlu
diperhatikan adalah harga kopel (T) adalah negatif dan slip adalah positif, sehingga slip
hasil perkalian menjadi negatif. Hal itu berarti motor induksi berputar melebihi kecepatan
sinkronnya dan bekerja sebagai generator.

4.3. Pemasangan instalasi komponen-komponen kelistrikan

Pembangkit listrik energi angin sering diistilahkan dengan Pembangkit Listrik


Tenaga Bayu (PLTB). Pengemasan energi listrik yang dibangkitkan oleh PLTB
menggunakan aki/baterai. Sistem ini membutuhkan kontrol elektronik untuk mengubah
tegangan AC menjadi DC . Pada PLTB berskala kecil digunakan generator DC dan
disimpan di dalam baterai. Peralatan yang menggunakan sumber listrik DC dapat
menggunakannya langsung dari baterai. Beban

Gambar 4.3.1. Skema rancangan pembangkit listrik tenaga angin (http://mit.ilearning.me/kincir-


angin-pembangkit-listrik/)
10
listrik yang berkembang di pasar banyak menggunakan standar PLN yaitu AC
220V/50 Hz. Inverter mengubah sumber listrik DC yang tersimpan di baterai menjadi AC
sehingga mampu melayani keperluan energi listrik dari beban listrik seperti rumah tangga
yang membutuhkan listrik di antaranya lampu, PC, TV, AC.

4.4. Pemasangan instalasi penangkal petir

Untuk mengantisipasi resiko bilamana petir berada dekat PLTB, perlu membuat
sistim penangkal petir (grounding system). Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi
resiko PLTB dari sambaran petir dari arus lebih yang diakibatkan oleh petir yang
mengenai PLTB . Tetapi dengan pembuatan penangkal petir berarti bukan 100%
membuat kita aman dari resiko petir tersebut.
Berikut uraian bagaimana membuat sistim instalasi penangkal petir konvensional
yang bisa diterapkan di PLTB.
Secara umum bagian dan sistim pemasagan penangkal petir adalah sebagai berikut :
1. Batang Penangkal Petir, sering disebut Splitzen.
2. Pengkabelan (Konduktor). Adalah merupakan penghantar aliran dari penangkal
petir ke pembumian (pentanahan). Kable yang digunakan untuk yang jauh dari
jangkauan biasanya jenis kabel BC ( kabel tembaga terbuka) dan untuk yang
mudah dalam jangkauan menggunakan kabel BCC atau NYY (kabel tembaga
terbungkus).
3. Terminal,
4. Pembumian/ Pentanahan. Adalah bagian yang meneruskan hantaran ke tanah.
Menggunakan sejenis pipa tembaga (cooper rod) diameter 1/2 inch panjang 3-4
m.

Gambar 4.4-1 Pemasangan penangkal petir (http://antipetir.asia/external-


protection-penangkal-petir/)
11
4.5. Pengujian Kinerja PLTB
Pada bagian ini, pengujian dilakukan dengan dengan langkah-langkah yang dapat
diuraikan sebagai berikut (Hidayatullah dkk, 2016):
a. Memutar turbin PLTB sebagaimana halnya anda dapat meletakkan kincir atau
kipas angin di luar ruangan saat angin bertiup kencang atau anda tiup sendiri.
Kalau kelelahan, anda pasang kipas angin dan arahkan ke turbin.
b. Pada saat turbin berputar maka rotor yang berisi magnet di bawah turbin akan
ikut berputar sehingga menimbulkan arus pada bagian stator (coil/gulungan kabel) yang
ditempelkan di dasar papan. Jika kabel dihubungkan ke lampu LED, maka lampu akan
menyala kedap-kedip secara cepat. Hal ini wajar sebagai konsekuensi arus bolak-balik
(AC).
c. Untuk mengukur tegangan AC output, arahkan AVO meter pada Volt AC.
Anda bisa memilih range 1 atau 10. Pada contoh gambar, 200.
d. Tegangan AC yang dihasilkan pada contoh pengukuran berkisar antara 1-4
Volt. Pada gambar tertulis 0,31 x 200 = 6,1 V. Perhatikan output tegangan,
lampu LED umumnya hanya menerima tegangan dari 1-4,5 V, jika terlalu
berlebihan pelankan putaran kipas angin anda.

4.6. Berikut ini adalah symptom atau gejala-gejala gangguan saat pengujian PLTB
A. Turbin bergerak lambat atau tidak bisa sama sekali
 Screw eye (mirip gantungan baju) yang dipasang pada poros bagian atas terlalu
sempit/kecil sehingga poros tidak berputar, ganti dengan screw eye yang lebih
besar.
 Poros round wooden dowel (mirip pensil) bagian ujung bawah kurang lancip
sehingga tidak bisa berputar, gunakan rautan atau amplas untuk meruncingkan.
B. Lampu LED tidak menyala atau redup ATAU tegangan pada output rendah
 Daya Magnet lemah, ganti dengan yang baru.
 Cek AVO meter, pastikan anda mengukur dengan pilihan Volt AC, bukan Volt
DC karena arus yang dihasilkan bolak-balik.
 Orientasi pemasangan Magnet salah, Cek bagian rotor dan pastikan bahwa 4
(empat) lempengan magnet di arahkan North/Utara semua atau South/Selatan
semua. Pilih salah satu saja.
 Orientasi Coils/Gulungan kawat salah, Cek bagian stator di dasar papan dan
pastikan bahwa arah gulungan searah jaruh jam (clock wise) atau berlawanan
12
(anti clock wise) pada tiap-tiap coil/gulungan. Jangan ada salah satu clock wise
dan yang lain anti clock wise.
 Koneksi pada kawat dan LED, Saat memasang LED pada kawat tembaga yang
licin, pastikan anda sudah meng-amplas ujung kawat sebelum dipasang pada
LED. Jika hasil masih jelek, gunakan penjepit.
 Gap antara bagian rotor (magnet) dan stator (coils/gulungan) terlalu jauh.
Dekatkan dengan mengatur scrup di dasar papan.
C. Output tegangan sudah di atas 1 Volt namun LED tidak menyala.
 Coba cek spesifikasi LED anda, pilih LED yang mampu aktif dengan range
tegangan 0,9V sampai 4,5V.
 Mungkin koneksi kabel dan lampu LED kurang baik, Jika masih dijepit
hasilnya tidak bagus, coba disolder saja.
D. Magnet atau Cincin pada rotor jatuh saat berputar.
 Daya rekat antara cincin logam dengan lempengan rotor (kardus) ATAU cincin
logam dengan magnet lemah, Bersihkan cincin logam dengan alkohol bila agak
berminyak atau diamplas sehingga lempengan cincin tidak terlalu licin dan
rekatkan kembali dengan glue/lem yang super kuat, baik antara cincin logam
dengan lempengan rotor (kardus) maupun cincin logam terhadap magnet.

4.7. Analisis Efisiensi PLTB


Banyak metode untuk mengoptimalkan daya output dari turbin angin. Bisa dengan
mengukur kecepatan putar rotor generator, kemudian output yang optimal dihitung lalu
dibandingkan dengan output nyatanya. Bisa juga dengan mengukur kecepatan angin,
kemudian kita mendapatkan kecepatan rotor yang optimal sehingga bisa didapatkan daya
yang optimal. Pada modul ini digunakan metode gradient approximation yaitu mengukur
tegangan dan arus pada beban, kemudian merubah duty cycle pada converter dengan
membandingkan daya output sekarang dengan daya output sebelumnya. Dengan metode
tersebut beban optimal mampu dicapai.

4.8. Penyusunan Laporan Pemasangan PLTB


Laporan pemasangan dibuat sesuai dengan format dan prosedur yang ditetapkan
oleh pabrikan.:
1. survey lokasi
2. Pemasangan
3. Komisioning dan pemasangan

13
E. Rangkuman
Pemasangan sistem kelistrikan PLTB secara umum dapat dikelompokkan menjadi 2
type yaitu kecepatan konstan (ii) kecepatan berubah. Adapun kelebihan dari sistem
kecepatan turbin angina konstan konstan (fixed-speed) adalah murah, sistemnya
sederhana dan kokoh (robust). Selain turbin angin dengan kecepatan konstan, ada juga
sistem turbin angin yang menggunakan sistem kecepatan berubah-ubah (variable speed),
artinya sistem turbin didesain agar dapat mengekstrak daya maksimum pada berbagai
jenis kecepatan angin (kecepatan angina berubah-ubah). Pada umumnya generator yang
digunakan pada pembangkit tenaga listrik adalah jenis generator sinkron (generator 3
fasa), karena generator tersebut lebih stabil saat terjadinya perubahan beban. Namun
sayangnya harga genearator sinkron buatan pabrik cukup mahal, PLTB menggunakan
aki/baterai dan sistem ini membutuhkan kontrol elektronik untuk mengubah tegangan
AC menjadi DC.

Pada PLTB berskala kecil digunakan generator DC dan disimpan di dalam baterai.
Peralatan yang menggunakan sumber listrik DC dapat menggunakannya langsung dari
baterai. Untuk mengantisipasi resiko gangguan petir yang berada dekat PLTB, perlu
membuat sistim penangkal petir (grounding system). Hal ini perlu dilakukan untuk
mengurangi resiko kerusakan. Untuk mengetahui besaran tegangan PLTB berskala kecil
dapat digunakan AVO meter secara praktis. Pada dasarnya uji kerja efisiensi penggunaan
PLTD dituntut tinggi ada beberapa metoda untuk mengoptimalkan daya output dari turbin
angin. Bisa dengan mengukur kecepatan putar rotor generator, kemudian output yang
optimal dihitung lalu dibandingkan dengan output nyatanya.

I. Rujukan

[1] Hidayatullah, A.N., Ningrum, K.N.H., 2016. Optimalisasi Daya Pembangkit


Listrik Tenaga Angin Turbin Sumbu Horizontal dengan Menggunakan Metode
Maximum Power Point Tracker. Journal of Electrical Electronic Control and
Automotive Engineering (JEECAE), Vol. 1 (1), hal. 7-12
[2] http://www.novyhidayat.com/2013/04/pembangkit-listrik-tenaga-angin-
dan.html Diakses: 5 Oktober 2017 jam 15.30
[3] http://mit.ilearning.me/kincir-angin-pembangkit-listrik/ Diakses: 5 Oktober
2017 jam 15.30
[4] Permana, 2007. Desain Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu.
14
Introduction Of Renewable Energy Lesson Modules At The Technical Schools
In Indonesia
[5] http://antipetir.asia/external-protection-penangkal-petir/ Diakses: 5 Oktober
2017 jam 15.30
[6] Riva Giovanni, Foppapedretti Ester , De Carolis Carla, 2012, Handbook On
Renewable Energy Sources, South East Europe- European Union

PENUTUP

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi perkembangan


industri energi terbarukan menjadi semakin lebih berkembang. Hal tersebut menuntut
masyarakat agar mampu menyesuaikan perkembangan energi terutama energi terbarukan.
Perkembangan industri energi di Indonesia tidak terlepas dari kebutuhan dan konsumsi
energi di setiap penjuru Indonesia.
Perancangan bahan ajar “Teknik Energi Terbarukan” ini berisi mengenai kajian
energi terbarukan secara umum, ruang lingkup energi terbarukan yang sedang
berkembang pesat sekarang ini, selain itu juga mengetahui mengenai isu energi yang
sedang terjadi saat ini. Langkah selanjutnya yaitu memahami mengenai konsep teoretis
secara umum tentang energi, usaha pemasangan pembangkit listrik menggunakan energi
terbarukan, manajemen industri, dan kesehatan, kebersihan dan keselamatan kerja (K3)
pada industri energi, komunikasi efektif, dokumen perencanaan dan pemasangan, dan
perhitungan efisiensi dari pembangkit listrik tersebut serta pelaporannya.

15
GLOSARIUM

AWS : Autommatic Wheather Station


AC : Alternative current

BMG : Badan meteorology dan geofisika

CPMK : Capaian pembelajaran mata kegiatan


CPL : Capaian pembelajaran lulusan

DC : Direct current

kWh : Kilo watt hour

LED : Lighting emitted diode


LAPAN : Lembaga penernagan dan antariksa nasional

NCDC : National climatic data centre


NTT : Nusa Tenggara Timur
NREL : National renewable energy laboratory

PLTB : Pembangkit listrik tenaga bayu


PLN : Pembangkit Listrik Negara
PPG : Pendidikan profesi guru

SMK : Sekolah menengah kejuruan

WMO : world meteorological organization

16

Anda mungkin juga menyukai