Kebutuhan energi di Indonesia dipenuhi oleh bahan bakar minyak. Untuk rumah
tangga sebagian besar kebutuhan energinya mengandalkan minyak dan gas elpiji. Oleh
karena itu, usaha untuk mencari bahan bakar alternatif yang dapat diperbarui
(renewable), ramah lingkungan dan bernilai ekonomis, semakin banyak dilakukan.
Tempurung kelapa belum termanfaatkan sepenuhnya, padahal tempurung kelapa
merupakan biomasa dengan nilai kalor yang relatif besar. Apabila tempurung kelapa
tersebut dipirolisis kemudian arang yang terbentuk dicampur dengan bahan perekat
lem dari tepung kanji, maka akan menjadi briket sebagai bahan bakar alternatif yang
dapat terbarukan.
Proses pembuatan briket diawali dengan cara mengeringkan limbah tempurung
kelapa, kemudian setelah benar-benar kering, tempurung kelapa dipirolisis dengan
alat pirolisis. Arang yang telah terbentuk dari hasil pirolisis digiling dengan ukuran
penyaring tertentu kemudian hasil bubuk arang tersebut dicampur dengan perekat lem
tepung kanji setelah itu dicetak dengan alat pres.
Kata kunci : Arang tempurung kelapa, Biobriket, lem tepung kanji
Pendahuluan
Konsumsi bahan bakar di Indonesia sejak tahun 1995 telah melebihi produksi
dalam negeri. Dalam kurun waktu 10-15 tahun ke depan cadangan minyak bumi
Indonesia diperkirakan akan habis. Perkiraan ini terbukti dengan seringnya terjadi
kelangkaan BBM di beberapa daerah di Indonesia (Hambali, E., dkk, 2006).
Isu kenaikan harga BBM (khususnya minyak tanah) dan BBG (elpiji) menyadarkan
kita bahwa konsumsi energi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun tidak seimbang
dengan ketersediaan sumber energi tersebut. Kelangkaan dan kenaikan harga minyak
akan terus terjadi karena sifatnya yang nonrenewable (tidak dapat diperbarui). Hal ini
harus segera diimbangi dengan penyediaan sumber energi alternatif
yangrenewable (dapat diperbarui), melimpah jumlahnya, dan murah harganya sehingga
terjangkau oleh masyarakat luas (Hermawan, 2006).
Disamping untuk mendapatkan sumber energi baru, usaha yang terus menerus
dilakukan dalam rangka mengurangi emisi CO2 guna mencegah terjadinya global
warming (pemanasan global) telah mendorong penggunaan energi biomasa sebagai
pengganti energi bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara. Bahan bakar
biomassa merupakan energi paling awal yang dimanfaatkan manusia dan dewasa ini
menempati urutan keempat sebagai sumber energi yang menyediakan sekitar 14%
kebutuhan energi dunia (Winaya, 2008).
Limbah pertanian atau hasil sampingan agroindustri mempunyai peluang untuk
dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak, dan pengelolaannya perlu dilakukan
secara tepat sehingga ketersediaannya berkesinambungan. Permasalahan dalam
pemanfaatan limbah pertanian atau hasil sampingan agropertanian dan
agroperkebunan, seperti sekam padi, tempurung kelapa, atau serbuk gergaji kayu
adalah kandungan serat kasarnya yang tinggi termasuk selulosa dan lignin yang sangat
sukar dicerna oleh ternak non-ruminansia termasuk unggas (Sukmawati dan Yadnya,
2006).
Briket yang dibuat adalah briket dengan komposisi tempurung kelapa yang
dicampur dengan bahan perekat berupa lem dari tepung kanji atau tepung sagu. Bahan
baku berupa limbah tempurung kelapa terdapat dalam jumlah yang melimpah, murah,
dan terbarukan.
Untuk itu, pada tugas akhir mata kuliah workshop fisika ini akan meninjau
pembuatan briket dari bahan utama tempurung kelapa sebagai sumber energi
alternatif. Dengan pembriketan ini diharapkan mampu mengubah limbah
perperkebunan dan pasar-pasar tradisional menjadi bahan bakar dengan efisiensi
konversi cukup baik, densitas energi (kandungan energi per satuan volume) cukup
tinggi, serta kemudahan dalam hal penyimpanan dan pendistribusian. Briket ini
diharapkan akan digunakan sebagai bahan bakar alternatif dengan teknologi pengolahan
yang sederhana dan murah.
Landasan Teori
Membahas mengenai kehidupan, tentu masalah utama dan mendesak adalah mengenai masalah energi, agar
untuk dapat terus mempertahankan dan melangsungkan hidup. Seluruh makhluk hidup pasti membutuhkan energi
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya setiap waktu. Secara umum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
energi adalah tenaga atau gaya untuk berbuat sesuatu. Definisi ini merupakan perumusan yang lebih luas daripada
pengertian-pengertian mengenai energi pada umumnya dianut di dunia ilmu pengetahuan. Dalam pengertian sehari-
hari energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu pekerjaan (Kadir, 1995).
Seiring dengan kemajuan zaman, iptek dan pertambahan jumlah manusia yang semakin banyak dan
membludak seperti deret hitung sedangkan bumi berada tetap dari waktu ke waktu seperti deret ukur, menimbulkan
berbagai masalah kelangkaan sumber makanan, sumber bahan bakar dan lainnya yang bermuara pada kelangkaan
sumber energi. Terlebih sebagian besar kebutuhan energi yang saat ini menjadi sumber energi utama adalah bahan
bakar fosil dan bahan bakar lainnya yang tidak dapat diperbarui ketersediannya.
Hal ini menimbulkan berbagai kekhawatiran yang menyeluruh dan pada akhirnya mendorong untuk lahirnya
pemikiran-pemikiran kreatif atas solusi dari permasalahan kelangkaan sumber energi ini kemudian melahirkan
beberapa gagasan sumber energi alternatif yang tengah hangat menjadi perbincangan saat ini. Menurut beberapa
ahli, bahan bakar adalah istilah popular media untuk menyalakan api. Bahan bakar dapat bersifat alami (ditemukan
langsung dari alam), tetapi juga bersifat buatan (diolah dengan teknologi maju) (Ismun, 1993).
Sepanjang sejarah, berbagai jenis bahan atau sumber energi telah digunakan sebagai bahan bakar
(bergantung pada ketersediaannya di suatu wilayah tertentu). Berikut ini adalah beberapa jenis bahan bakar yang
kita gunakan : batu bara, minyak mentah, gas alam, propane, etanol, methanol, biomassa (Walker, 2008).
Saat ini dibutuhkan sumber energi terbarukan yang dapat diperbarui ketersediaanya, melimpah jumlahnya
sehingga dapat dimanfaatkan secara terus-menerus, ramah lingkungan, mudah, efisien, dan efektif. Untuk dapat
mengatasi masalah kelangkaan sumber energi saat ini.
Bioamassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis baik berupa produk maupun
buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan rumput, limbah pertanian, limbah hutan, tinja,
dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan pangan, pakan ternak, minyak nabati, bahan
bangunan, dan sebagainya. Biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Yang digunakan adalah
bahan bakar biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk primernya (Pari
dan Hartoyo, 1983).
Sedangkan menurut Silalahi (2000), biomassa adalah campuran material organik yang kompleks, biasanya
terdiri dari karbohidrat, lemak protein dan mineral lain yang jumlahnya sedikit seperti sodium, fosfor, kalsium dan
besi. Komponen utama tanaman biomassa adalah karbohidrat (berat kering 75%), lignin ( 25%) dimana dalam
beberapa tanaman komposisinya bisa berbeda-beda.
Energi biomassa dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil (minyak bumi) karena
beberapa sifatnya yang menguntungkan yaitu, dapat dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya yang dapat
diperbaharui, relatif tidak mengandung unsur sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara dan juga dapat
meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian (Widardo dan Suryanta, 1995).
Potensi biomassa di Indonesia adalah cukup tinggi. Dengan hutan tropis Indonesia yang sangat luas, setiap
tahun diperkirakan terdapat limbah kayu sebanyak 25 juta ton yang terbuang dan belum dimanfaatkan. Jumlah
energi yang terkandung dalam kayu itu besar, yaitu 100 milyar kkal setahun. Demikian juga sekam padi, tongkol
jagung, dan tempurung kelapa yang merupakan limbah pertanian dan perkebunan yang memiliki potensi yang besar
sekali.
Tempurung kelapa merupakan salah satu bagian dari produk pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi
yang dapat dijadikan sebagai basis usaha. Pemanfaatan tempurung kelapa secara garis besar dapat dikategorikan
berdasarkan kandungan zat dan sifat kimianya, kandungan energinya, dan sifat-sifat fisiknya.
Pada Seminar dan Deklarasi Pembangunan Perkelapaan, di Jakarta Setyanto Yanus Sasongko dari PT.
Aimtopindo Nuansa Kimia mengatakan, tempurung kelapa memiliki berat 200-300 gram. Jika dihitung pertahun maka
tempurung kelapa yang dapat dihasilkan mencapai 3,1 juta ton/tahun. Secara kuantitatif, Indonesia memiliki
keunggulan komparatif yang sangat besar dari tempurung kelapa, tetapi pengusahaan tempurung kelapa di Indonesia
masih menghadapi beragam kendala sehingga potensinya belum dapat termanfaatkan dengan baik.
Tempurung kelapa memiliki kadar air mencapai 8% jika dihitung berdasarkan berat kering atau setara
dengan 12% berat per butir kelapa. Untuk memaksimalkan nilai ekonomi-nya, maka pengolahan tempurung kelapa
ini harus didasarkan pada proses pengolahan yang memaksimalkan sifat-sifatnya yang khas. Produk-produk hasil
olahan tempurung kelapa ini adalah Bio-oil, liquid smoke (asap cair), karbon aktif, tepung tempurung, dan kerajinan
tangan.
Proses pengolahannya berupa separasi, pirolisa, penggilingan, dan pengolahan kerajinan tangan. Bio-oil
adalah tar hasil dari destilasi kering kandungan lignin yang terdapat di dalam tempurung kelapa. Memiliki sifat
mampu dibakar, sangat asam dan korosif, memiliki viskositas tinggi, memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Bio
Oil memiliki kekurangan karena sifatnya yang sangat korosif sehingga potensial merusak kompor. Selain itu sifat
viskositasnya yang tinggi membuatnya sulit mengalir dan sumbu lebih cepat terbakar. Bio Oil ini dibuat dengan proses
pirolisa. Selain Bio-oil, hasil kondensasi produk destilasi kering lainnya adalah asap cair. Komposisi asap cair terdiri
atas: air (11-92%), fenol (2,8-9,5%), karbonil (2,6-4,0%) dan tar (1-7%). Asap ini banyak digunakan di berbagai
industri, antara lain industri pangan, perkebunan dan kayu. Arang tempurung kelapa dimanfaatkan sebagai bahan
baku di pabrik karbon aktif, industri briket, dan bahan bakar langsung. Arang tempurung kelapa ini telah diekspor
ke berbagai negara. Selain digunakan sebagai bahan baku industri karbon aktif, pemanfaatan lainnya adalah diekspor
dalam bentuk briket (bahan bakar)
Briket merupakan salah satu solusi altenatif yang cukup efektif dan efisien dalam menghadapi krisis sumber
energi atas energi fosil untuk bahan bakar seperti yang telah diperkirakan oleh para ahli dan ilmuan. Briket bioarang
adalah gumpalan-gumpalan atau batangan-batangan arang yang terbuat dari bioarang kualitas dari bioarang ini tidak
kalah dengan batubara atau bahan bakar jenis arang lainnya (Joseph dan Hislop, 1981).
Bioarang merupakan arang (salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat dari aneka macam bahan hayati atau
biomassa, misalnya kayu, ranting, daun-daunan, rumput, jerami, kertas maupun limbah pertanian lainnya yang dapat
dikarbonisasi. Bioarang ini dapat digunakan melalui proses pengolahan salah satunya adalah menjadi briket bioarang
(Brades dan Tobing, 2008).
Sedang menurut Johannes (1991), bioarang adalah arang yang diproses dengan membakar biomassa kering
tanpa udara (pirolisi). Energi biomassa yang diubah menjadi energi kimia inilah yang disebut dengan bioarang.
Pembuatan briket arang dari limbah dapat dilakukan dengan menambah bahan perekat, dimana bahan baku
diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan sistem hidrolik maupun dengan
manual dan selanjutnya dikeringkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartoyo (1983) menyimpulkan bahwa briket
arang yang dihasilkan setaraf dengan arang buatan Inggris dan memenuhi persyaratan yang berlaku di Jepang karena
menghasilkan kadar abu dan zat yang menguap rendah serta tinggi kadar karbon terikat dan nilai kalor.
Briket bioarang yang didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud padat dan berasal dari sisa-sisa bahan
organik yang telah mengalami proses pemampatan dengan daya tekan tertentu. Briket bioarang dapat menggantikan
penggunaan kayu bakar yang mulai meningkat konsumsinya. Selain itu harga briket bioarang relatif murah dan
terjangkau oleh masyarakat (Hambali, dkk., 2007).
Keunggulan Briket Bioarang
Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan briket bioarang antara lain adalah biayanya amat murah. Alat
yang digunakan untuk pembuatan briket bioarang cukup sederhana dan bahan bakunya pun sangat murah, bahkan
tidak perlu membeli karena berasal dari sampah, daun-daun kering, limbah pertanian. Bahan baku untuk pembuatan
arang umumnya telah tersedia di sekitar kita. Briket bioarang dalam penggunaannya menggunakan tungku yang
relatif kecil dibandingkan dengan tungku yang lainnya (Andry, 2000).
Kelemahan Briket Bioarang
Sumber bahan baku yang melimpah di Indonesia menjadikannya sebagai sumber daya energi yang paling
menjanjikan. Namun selain sumber daya yang melimpah dan keamanan yang lebih terjamin, biomassa juga memiliki
celah-celah keterbatasan yang perlu dipertimbangkan sebelum benar-benar menjadikannya sebagai primadona
energi alternatif di Indonesia.
Salah satu keterbatasan dari biomassa adalah ketersediaannya (availabilty). Meskipun secara agregat,
biomassa memiliki jumlah yang melimpah, namun pada kenyatannya sumber daya tersebut tersebar jauh di beberapa
lokasi dalam kuantitas yang lebih kecil. Selain itu, biomassa memiliki karakter musiman yang berarti tidak selalu
tersedia sepanjang waktu. Biomassa juga memiliki konten energi yang relatif jauh lebih kecil dibandingkan para
pesaingnya. Masalah ketersediaan ini menjadikan sistem logistik menjadi isu penting dalam pemberdayaan biomassa.
Penggunaan sistem multi-biomass resources, pemilihan lokasi, sistem transportasi, kapasitas pabrik, dan
ketersediaan dana tentunya akan menjadi faktor pembatas yang vital.
Isu lain yang sering mengundang perdebatan adalah bahwa pengembangan biomassa dapat mengancam
ketahanan pangan. Bagaimanapun, hal tersebut bisa menjadi logis. Ketika masyarakat memilih untuk
mengembangkan biomassa, mereka membutuhkan lahan-lahan untuk ditanami jagung, kedelai, ataupun kelapa sawit
sebagai bahan dasar utama. Tentu secara tidak langsung hal tersebut akan membawa pada kompetisi penggunaan
lahan sebagai sumber daya energi atau sumber daya pangan. Selain itu penanaman jenis tunggal pada lahan
dikhawatirkan akan mengancam keberagaman hayati dan merusak kesuburan tanah (Wibowo, 2009).
Semua bahan organik yang sudah berbentuk limbah beserta turunannya yang masih memiliki sejumlah energi dapat
diubah menjadi superkarbon, misalnya :
1. Sekam padi, adalah limbah buangan dari pabrik penggilingan padi (huller) yang banyak beroperasi di pedesaan.
2. Jerami atau batang padi berasal dari sisa pemanenan padi.
4. Cocodust atau serbuk kelapa merupakan limbah buangan dari industri pengolahan sabut kelapa.
6. Dedaunan kering.
7. Rerumputan.
Perekat adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk mengikat dua benda melalui ikatan
permukaan. Beberapa istilah lain dari perekat yang memiliki kekhususan meliputi glue, mucilage, paste,
dan cement. Glue merupakan perekat yang terbuat dari protein hewani seperrti kulit, kuku, urat, otot dan tulang
yang digunakan dalam industri kayu. Mucilage adalah perekat yang dipersiapkn dari getah dan air yang diperuntukkan
terutama untuk perekat kertas. Paste adalah perekat pati (starch) yang dibuat melalui pemanasan campuran pati
dan air dan dipertahankan berbentuk pasta. Cement adalah istilah yang digunakan untuk perekat yang bahan
dasarnya karet dan mengeras melalui pelepasan pelarut (Ruhendi, dkk, 2007).
Sedangkan menurut Kurniawan dan Marsono (2008), ada beberapa jenis perekat yang digunakan untuk briket arang
yaitu :
1. Perekat aci
Perekat aci terbuat dari tepung tapioka yang mudah dibeli dari toko makanan dan di pasar. Perekat ini biasa digunakan
untuk mengelem prangko dan kertas. Cara membuatnya sangat mudah yaitu cukup mencampurkan tepung tapioka dengan air,
lalu dididihkan di atas kompor. Selama pemanasan tepung diaduk terus menerus agar tidak menggumpal. Warna tepung yang
semula putih akan berubah menjadi transparan setelah beberapa menit dipanaskan dan terasa lengket di tangan.
Perekat tanah liat bisa digunakan sebagai perekat karbon dengan cara tanah liat diayak halus seperti tepung, lalu diberi
air sampai lengket. Namun penampilan briket arang yang menggunakan bahan perekat ini menjadi kurang menarik dn
membutuhkan waktu lama untuk mengeringkannya serta agak sulit menyala ketika dibakar.
Daya lekat getah karet lebih kuat dibandingkan dengan lem aci maupun tanah liat. Ongkos produksinya
relatif mahal dan agak sulit mendapatkannya. Briket arang yang menggunakan perekat ini akan menghasilkan asap
tebal berwarna hitam dan beraroma kurang sedap ketika dibakar.
Briket arang menggunakan perekat ini hampir mirip dengan briket arang dengan menggunakan perekat karet. Namun,
keunggulannya terletak pada daya benturan briket yang kuat meskipun dijatuhkan dari tempat yang tinggi (briket tetap utuh).
5. Perekat pabrik
Perekat pabrik adalah lem khusus yang diproduksi oleh pabrik yang berhubungan langsung dengan industri
pengolahan kau. Lem-lem tersebut mempunyai daya lekat yang sangat kuat tetapi kurang ekonomis jika diterapkan
pada briket bioarang.
Sifat alamiah bubuk arang cenderung saling memisah. Dengan bantuan bahan perekat atau lem, butir-butir
arang dapat disatukan dan dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Namun, permasalahannya terletak pada jenis bahan
perekat yang akan dipilih. Penentuan jenis bahan perekat yang digunakan sangat berpengaruh terhadap kualitas
briket arang ketika dinyalakan dan dibakar. Faktor harga dan ketersediaannya di pasaran harus dipertimbangkan
secara seksama karena setiap bahan perekat memiliki daya lengket yang berbeda-beda karakteristiknya (Sudrajat,
1983).
Menurut Schuchart, dkk. (1996), pembuatan briket dengan menggunakan bahan perekat akan lebih baik
hasilnya jika dibandingkan tanpa menggunakan bahan perekat. Disamping meningkatnya nilai kalor dari bioarang,
kekuatan briket arang dari tekanan luar jauh lebih baik (tidak mudah pecah).
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap karbonisasi, tahap
aktifasi (pengeringan, penggilingan, dan pencetakan) dan tahap pengujian
sampel. Karbonisasi adalah proses mengubah bahan baku asal menjadi karbon berwarna
hitam melalui pembakaran dalam ruang tertutup dengan udara yang terbatas atau
seminimal mungkin. Proses karbonisasi biasanya dilakukan dengan memasukkan bahan
organik kedalam lubang atau ruangan yang dindingnya tertutup, seperti di dalam tanah
atau tangki yang terbuat dari plat baja. Setelah dimasukkan, bahan disulut api hingga
terbakar. Nyala api tersebut dikontrol, tujuan pengendalian tersebut agar bahan yang
dibakar tidak menjadi abu tetapi menjadi arang yang masih terdapat energi di dalamnya
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar (Kurniawan dan Marsono, 2008).
Proses Pengarangan
Pada proses pengarangan (pirolisa) adalah penguraian bioamassa (lysis) menjadi
panas (pyro) pada suhu lebih dari 1500C. Pada proses pirolisa terdapat beberapa tingkatan
proses yaitu pirolisa primer dan pirolisa sekunder. Pirolisa primer adalah pirolisa yang
terjadi pada bahan baku (umpan), sedangkan pirolisa sekunder adalah pirolisa yang terjadi
atas partikel dan gas/uap hasil pirolisa primer (Abdullah, dkk., 1991).
Selama proses pengarangan dengan alur konveksi pirolisa perlu diperhatikan asap yang ditimbulkan selama proses
tersebut :
1. Jika asap tebal dan putih, berarti bahan sedang mengering
2. Jika asap tebal dan kuning, berarti pengkarbonan sedang berlangsung. Pada fase ini sebaiknya tungku ditutup rapat dengan
maksud agar oksigen pada ruang pengarangan serendah-rendahnya.
3. Jika asap makin menipis dan berwarna biru berarti pengarangan hampir selesai kemudian drum dibalik dan proses
pembakaran selesai.
(Hartoyo dan Roliandi, 1978).
Proses Pengeringan
Pengeringan adalah pemindahan air keluar dari bahan sesuai dengan yang diinginkan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan pengeringan antara lain adalah luas bahan yang dikeringkan, suhu ruang pengeringan, kecepatan aliran
udara, dan tekanan udara dalam ruang pengering (Supriyono, 2003).
Kadar air briket sangat mempengaruhi nilai kalor atau nilai panas yang dihasilkan. Tingginya kadar air briket akan
menyebabkan penurunan nilai kalor. Hal ini disebabkan karena panas yang tersimpan dalam briket terlebih dahulu digunakan
untuk mengeluarkan air yang ada sebelum kemudian menghasilkan panas yang dapat dipergunakan sebagai panas pembakaran
(Hendra dan Darmawan, 2000).
Uji Nyala
Uji nyala pelu dilaksanakn guna mengetahui apakah superkarbon yang dibuat dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Parameter yang di amati mencakup lama penyalaan. Berikut adalah tabel beberapa permasalahan uji nyala.
Ringkasan
Menipisnya cadangan bahan bakar fosil akan berdampak pada perekonomian.
Bahan bakar fosil sudah menjadi bahan bakar yang biasa digunakan untuk memenuhi
kebutuhan energi dewasa ini, sedangkan para penggunanya terkadang tidak memikirkan
bahwa sumber energi tersebut tidak bisa diperbaharui. Untuk kembali mengisi cadangan
minyak bumi diperlukan waktu yang sangat lama, sedangkan kebutuhan masyarakat
akan energi tidak bisa ditunda. Ketika terjadi kelangkaan dan kenaikan harga bahan
bakar mineral efeknya hampir dirasakan semua kalangan masyarakat, baik dari industri
maupun masyarakat sipil.
Untuk mengeliminasi kemungkinan terburuk dampak pemakaian bahan bakar
fosil, setidaknya ada beberapa alternatif jalan keluar, yaitu: pencarian ladang baru,
penggunan energi secara efisien, dan pengembangan sumber energi terbarukan. Saat
ini sumber yang sudah siap dan mudah didapat adalah limbah pertanian. Biomassa yang
berasal dari limbah hasil pertanian dan kehutanan merupakan bahan yang tidak
berguna, tetapi dapat dimanfaatkan menjadi sumber energi bahan bakar alternatif,
yaitu dengan mengubahnya menjadi bioarang yang memiliki nilai kalor lebih tinggi dari
pada biomassa melalui proses pirolisis. Bioarang yang dihasilkan tersebut dapat
digunakan sebagai bahan bakar alternatif, yaitu pada skala rumah tangga ataupun
industri.
Tempurung kelapa merupakan salah satu bagian dari produk pertanian yang
memiliki nilai ekonomis tinggi yang dapat dijadikan sebagai basis usaha. Pemanfaatan
tempurung kelapa secara garis besar dapat dikategorikan berdasarkan kandungan zat
dan sifat kimianya, kandungan energinya, dan sifat-sifat fisiknya.
Tempurung kelapa memiliki kadar air mencapai 8% jika dihitung berdasarkan berat kering atau setara
dengan 12% berat per butir kelapa. Untuk memaksimalkan nilai ekonomi-nya, maka pengolahan tempurung kelapa
ini harus didasarkan pada proses pengolahan yang memaksimalkan sifat-sifatnya yang khas. Produk-produk hasil
olahan tempurung kelapa ini adalah Bio-oil, liquid smoke (asap cair), karbon aktif, tepung tempurung, dan kerajinan
tangan.
Dengan adanya upaya pembuatan limbah tempurung kelapa ini menjadi briket
bioarang melalui proses pengarangan, pengeringan, penggilingan, dan pencetakan maka
dapat sedikit demi sedikit menyelesaikan masalah kelangkaan sumber energy yang
sudah mulai dirasakan saat ini. Pilihan untuk menggunakan tempurung kelapa sebagai
sumber energy dengan mengubahnya menjadi briket bioarang merupakan pilihan tepat
karena selain tempurung kelapa merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui,
tempurung kelapa juga cukup baik komposisi kimianya khususnya dalam nilai kalor yang
cukup tinggi. Dan ketersediaannya pun yang kini masih dianggap sebagai sampah atau
limbah dari perkebunan dan pasar-pasar sayur mayor tradisional di berbagai daerah
serta potensi tempurung kelapa (biomassa) di Indonesia pun cukup besar.
Daftar Pustaka
http://www.pertamina.com (Cadangan Sumber Daya Alam, 2005)
Pari G. 2002., Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu.
Makalah M.K. Falsafah Sains. Program Pascasarjana IPB, Bogor.
Seran, J.B.1990., Bioarang untuk memasak, Edisi II, Liberti, Yogyakarta
Soeyanto ,T, 1982. Cara Membuat Sampah jadi Arang dan Kompos, Yudhistira, Jakarta.
http://www.chemsoc.org/networks/learnnet/green/biodiesel/home.htm (Biodiesel,
2005)
Adan, I.U (1998). Membuat Briket Bioarang. Kanisius.
Kurniawan, O., dan Marsono (2008). Superkarbon; Bahan Bakar Alternatif Pengganti
Minyak Tanah dan Gas. Penebar Swadaya.
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 047 Tahun 2006. Pedoman
Pembuatan dan Pemanfaatan Briket Batubara dan Bahan Bakar Padat Berbasis
Batubara.
Tchobanoglous, G., Theisen, H., dan Vigil, S.A (1993). Integrated Solid Waste
Management. Engineering Princples and Management Issues. McGraw-Hill International
Edition New York.
http://www.sinartani.com/komoditas/kebun/2682.html (Tabloid Sinartani,
Membagun kemandirian agribisnis)
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengganti bahan bakar lain seperti kayu bakar, minyak tanah dan lain lain.
2. Merupakan bahan bakar yang cukup aman dalam proses penghidupannya.
3. Mudah di temui karena bahan utamanya disediakan oleh alam.
Ada satu hal yang menarik, batok atau tempurung kelapa ini harganya tergolong
murah dan lebih tahan lama waktu dibakar kalau dibandingkan dengan kayu. Gak
cuma itu aja, jumlah kalori atau energi panas yang dihasilkan di dalam briket
tempurung arang kelapa ini juga lumayan tinggi, jadi bikin proses memasak kita jadi
lebih cepat matang.
1. Energi terbarukan. Jadi, yang saya maksud dengan energi terbarukan ini
adalah energi yang bisa kita peroleh dan bersumber dari sumber daya alam, nah
bahan bakunya ini merupakan hasil dari proses alam yang berkelanjutan, jadi
gak akan ada habis-habisnya karena selalu terus diproduksi oleh alam. Briket
arang tempurung kelapa ini termasuk kategori Biomassa. Biomassa sendiri
adalah salah satu jenis energi terbarukan yang mengacu pada bahan biologis
yang berasal dari organisme hidup. Beberapa contoh sumber biomassa itu
antara lain bahan bakar kayu, kelapa, limbah, dan juga alkohol.
2. Panas yang dihasilkan maksimal. Gak kayak briket batu bara, ternyata tingkat
panas yang dihasilkan briket arang tempurung kelapa ini lumayan tinggi loh,
sampai 7000 kal. Jadi merupakan bahan bakar yang tinggi kalori, bikin proses
memasak kita jadi lebih cepat matang dengan sempurna.
3. Tidak beracun. Nah karena proses pembuatan briket tempurung arang kelapa
ini memang dibuat dengan proses alami, jadinya briket ini aman untuk kita
gunakan. Adanya bahan tambahan ya cuma pada tepung tapioka yang berasal
dari singkong sebagai bahan perekat adonan briketnya. Makanya ini
menjadikan briket arang tempurung arang kelapa menjadi material yang aman
dan gak beracun (non-toxic).
4. Tidak berasap. Waktu dibakar, biasanya arang itu pasti akan mengeluarkan
asap yang banyak, contohnya itu bisa kita lihat kalau kita lagi bakar sate, asap
yang mengepul pasti banyak banget, ya meskipun aroma satenya enak sih. Tapi
beda dengan briket arang tempurung kelapa ini. Ketika dibakar, asap yang
dihasilkan itu sangat sedikit, bahkan hampir gak berasap, jadi ya gak akan
mengganggu lingkungan.
5. Go Green Energy. Ini ini salah satu keunggulan briket arang tempurung
kelapa yang paling terkenal. Go Green Energy ini adalah sebutan untuk sumber
energi yang bersahabat bagi lingkungan hidup. Ya seperti yang sudah saya
bilang tadi, dengan keunggulan briket arang tempurung kelapa yang dibuat dari
bahan baku kelapa dan juga bahan tambahan alami tepung tapioka, jadi kalau
kita bakar gak akan berasap, makanya briket arang tempurung kelapa ini sangat
ramah terhadap lingkungan.
6. Pengganti batu bara. Kalau kita sering lihat biasanya bahan bakar yang
digunakan, khususnya untuk industri itu adalah batu bara. Tapi seiring dengan
perkembangan jaman, berdasarkan beberapa penelitian ternyata eksplorasi batu
bara yang dilakukan secara masif itu akan sangat merusak alam. Selain itu,
ternyata batu bara pun cenderung dan tergolong beracun kalau asapnya terhisap
oleh manusia. Makanya briket arang tempurung kelapa ini bisa menjadi solusi
bahan bakar alternatif sebagai pengganti batu bara.
7. Waktu pembakaran yang lama. Briket arang tempurung kelapa ini punya
burning time atau waktu pembakaran yang lumayan lama, sekitar 2-3 jam
non-stop. Menjadikannya briket ini sebagai bahan bakar yang tergolong efektif
dan efisien.
8. Sebagai alternatif pengganti kompor gas. Hampir semua dari kita pasti selalu
pakai kompor gas kalau mau masak kan? Apalagi sekarang harga gas yang
terus naik dan juga ketersediaannya yang kadang selalu menipis bikin kita jadi
frustasi. Nah makanya seiring dengan perkembangan teknologi dan jaman,
sekarang ini beberapa produsen sudah melihat potensi briket arang tempurung
kelapa dengan menciptakan kompor briket. Tujuannya itu yang untuk bisa
menggantikan kompor gas yang mayoritas digunakan rumah tangga sampai
saat ini.
Manfaat Penggunaan Briket Arang Tempurung Kelapa (Coconut Shell Charcoal
Briquette)
Briket tempurung arang kelapa ini kalau pada umumnya sih biasa digunakan untuk
kebutuhan memasak. Masyarakat biasanya menggunakan briket ini untuk memasak
berbagai jenis masakan yang prosesnya itu memang harus dibakar terlebih dahulu
seperti Barbeque, steak, atau yang lebih sering kita lihat itu bakar sate. Kalau di
negara Timur Tengah, briket ini biasanya digunakan untuk mengkonsumsi sisha,
yaitu semacam rokok yang dihisap melalui alat yang punya beberapa varian rasa,
kalau masih belum tau teman-teman bisa googling sendiri ya. Selain itu, di negara
Timur Tengah, briket arang ini juga biasa digunakan untuk membakar wewangian
ruangan. Kalau negara di Eropa dan Amerika, briket arang tempurung kelapa ini
biasanya digunakan untuk penghangat ruangan dan juga pemanas ruangan untuk
spa. Tapi sering juga digunakan untuk pembakaran tungku untuk proses memasak.
https://jualmesinbriketarang.wordpress.com/2016/08/30/berbagai-macam-manfaat-dan-kegunaan-
briket-arang-tempurung-kelapa-beserta-cara-pembuatannya/
Dari segi kualitas, batok kelapa yang memenuhi syarat untuk dijadikan bahan arang aktif adalah kelapa yang
benar-benar tua, keras, masih utuh dan dalam keadaan kering. Untuk membuat arang aktif yang benar-benar
berkualitas, tempurung kelapa harus bersih dan terpisah dari sabutnya. Sedangkan untuk mengetahui kualitas
yang baik dari arang batok kelapa, pembakarannya menghasilkan arang yang tampak hitam, mengkilap, utuh,
keras dan mudah dipatahkan. (Sumber : Mecoho, 2009)
Arang batok kelapa dapat digunakan sebagai kayu bakar biasa atau diolah menjadi arang aktif yang dapat
digunakan oleh berbagai industri pengolahan. Arang aktif dari batok kelapa ini memiliki daya saing yang
kuat karena mutunya tinggi dan tergolong sumber daya yang terbarukan. Dengan demikian, tempurung kelapa
merupakan limbah perkebunan yang memiliki potensi yang besar dan dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai
arang aktif.
http://www.arangbatok.org/2014/08/karakteristik-batok-kelapa.html