Anda di halaman 1dari 6

Buletin Profesi Insinyur 3(2) (2020) 103–108 ISSN 2654-5926

http://dx.doi.org/10.20527/bpi.v3i2.75

Meningkatnya kebutuhan dan harga bahan bakar serta


Pembuatan Briket dari Kulit usaha mengurangi emisi CO2 guna mencegah
terjadinya pemanasan global telah mendorong
Buah Langsat penggunaan energi biomassa sebagai pengganti energi
bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara,
sebagai bahan bakar alternatif yang efisien dan
ekonomis untuk kebutuhan sehari-hari Contoh energi
Lailan Ni`mah biomassa, yakni briket. Briket bioarang adalah arang
(salah satu jenis bahan bakar) yang dibuat dari aneka
macam bahan hayati atau biomassa. Bahan yang dapat
dibuat briket bioarang adalah kulit buah langsat.
Program Studi Teknik Kimia, Universitas Lambung Penelitian briket biorang dari kulit langasat,
Mangkurat bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari briket
yang dihasilkan, yakni nilai kalor. Variasi karbon kulit
langsat dengan perekat tapioka yakni 75:25; 50:50 dan
25:75. Dari penelitian ini diperoleh nilai kalor tertinggi
yang diperoleh dalam penelitian ini, yakni pada
lailan.nimah@ulm.ac.id perlakuan C, dimana komposisi bahan pembuat briket
yaitu Kulit Buah langsat : Tapioka (75% : 25%) yaitu 5558
kal/gr dan telah memenuhi Standar Nasional
Indonesia (SNI) dengan nilai minimal 5000 kal/gr.
Sedangkan, nilai kalor terendah adalah pada
perlakuan A yaitu 5061 kal/gr dengan komposisi Kulit
Buah langsat : Tapioka (25% : 75%). Hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan komposisi bahan pembuat
briket bioarang sehingga memberi pengaruh berbeda
terhadap nilai kalor.

Kata kunci: briket, kulit buah langsat, tapioka, nilai kalor

Diajukan: 1 Juni 2020


Direvisi: 15 Juni 2020
Diterima: 29 September 2020
Dipublikasikan online: 30 September 2020

urutan keempat sebagai sumber energi yang


Pendahuluan menyediakan sekitar 14% kebutuhan energi dunia (Pari,
Konsumsi bahan bakar di Indonesia sejak tahun dkk., 2003).
1995 telah melebihi produksi dalam negeri. Dalam Sumber energi terbarukan merupakan bahan
kurun waktu 10-15 tahun kedepan cadangan minyak bakar alternatif lain yang efisien dan ekonomis untuk
bumi Indonesia diperkirakan akan habis. Perkiraan ini kebutuhan sehari-hari. Sumber energi alternatif
terbukti dengan seringnya terjadi kelangkaan BBM di tersebut berasal dari sumber daya alam yang dapat
beberapa daerah di Indonesia (Danjuma, dkk., 2013). diperbaharui, antara lain bersumber pada tenaga air
Isu kenaikan harga BBM (khususnya minyak tanah) dan (hydro), panas bumi, dan biomassa.
BBG (elpiji) menyadarkan kita bahwa konsumsi energi Di antara sumber-sumber energi alternatif,
yang semakin meningkat dari tahun ke tahun tidak energi biomassa merupakan sumber energi alternatif
seimbang dengan ketersediaan sumber energi tersebut. yang perlu mendapatkan prioritas dalam
Kelangkaan dan kenaikan harga minyak akan terus pengembangannya karena Indonesia sebagai negara
terjadi karena sifatnya yang tidak dapat diperbaharui. agraris banyak menghasilkan limbah pertanian yang
Hal ini harus segera diimbangi dengan penyediaan belum dimanfaatkan secara optimal. Selain itu,
sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui, penggunaan energi biomassa cenderung murah karena
melimpah jumlahnya, dan murah harganya sehingga bahan baku yang digunakan juga murah,
terjangkau oleh masyarakat luas (Balaka, dkk.,2013). ketersediaannya melimpah, serta teknologi
Disamping untuk mendapatkan sumber energi pengolahannya tidak rumit. Beberapa contoh biomassa
baru, usaha yang terusmenerus dilakukan dalam rangka antara lain kulit kelapa, ampas tebu, serbuk gergaji,
mengurangi emisi CO2 guna mencegah terjadinya sekam padi, jerami padi, kulit kopi, kulit buah langsat,
pemanasan global telah mendorong penggunaan energi dan tempurung kelapa (Danjuma, dkk., 2013).
biomassa sebagai pengganti energi bahan bakar fosil Biomassa adalah campuran material organik
seperti minyak bumi dan batu bara. Bahan bakar yang kompleks, biasanya terdiri dari karbohidrat, lemak,
biomassa merupakan energi paling awal yang protein dan mineral lain yang jumlahnya sedikit seperti
dimanfaatkan manusia dan dewasa ini menempati sodium, fosfor, kalsium dan besi.Komponen utama

Cara mensitasi artikel ini:


Ni’mah, L (2020) Pembuatan Briket dari Kulit Buah Langsat. Buletin Profesi Insinyur 3(2) 103-108

BPI, 2020 | 103


Buletin Profesi Insinyur 3(2) (2020) 103–108 ISSN 2654-5926
http://dx.doi.org/10.20527/bpi.v3i2.75

tanaman biomassa adalah karbohidrat (berat kering Jenis-jenis briket yang biasa digunakan adalah
lebih kurang 75 %), lignin (lebih kurang 25%) dimana briket batubara, briket gambut, briket arang, dan briket
pada beberapa tanaman komposisinya berbeda-beda biomassa, dll (Yudanto, dkk., 20101). Ada beberapa
(Silalahi, 2000). Energi biomassa menjadi sumber keuntungan dari produksi briket, yaitu (Sinurat dan
energi alternatif pengganti bahan bakar fosil (minyak Erikson, 2011):
bumi) karena beberapa sifatnya yang menguntungkan 1. Menyediakan sumber bahan bakar murah untuk
yaitu, dapat dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya keperluan rumah tangga.
yang dapat diperbaharui, relatif tidak mengandung 2. Menyediakan sarana untuk mengkonversi batubara,
unsur sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara gambut, dan limbah residu pertanian menjadi zat
juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber yang memiliki nilai ekonomi.
daya hutan dan pertanian (Widarto dan Suryanta, 3. Membantu melestarikan beberapa sumber daya
1995). alam karena briket merupakan pengganti yang baik
Perencanaan kenaikan harga BBM ini menjadi untuk kayu bakar. Oleh karena itu, hal ini berguna
salah satu faktor pencarian bahan bakar alternatif yang untuk mengurangi jumlah pemakaian kayu bakar,
ramah lingkungan, murah, dan dapat di buat sendiri minyak, dan gas bumi.
oleh masyarakat. Bahan bakar alternatif ini di hasilkan 4. Menciptakan lapangan kerja karena dalam industri
dari berbagai macam limbah pertanian, seperti briket dibutuhkan operator untuk mengoperasikan
cangkang kemiri, kulit durian, alang-alang, kulit buah mesin briket, mengeksplor bahan baku dan
langsat, dan lain sebagainya. memasarkan briket.
Bahan bakar alternatif ini akan menghasilkan Beberapa hal yang sering terjadi pada briket,
energi biomassa yang di buat dalam bentuk briket antara lain yakni briket dengan kadar air yang tinggi,
bioarang. Dimana, pada penelitian-penelitian yang menyebabkan kualitas briket menurun ketika
telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya diketahui penyimpanan karena pengaruh mikroba yang
bahwa briket bioarang mempunyai kualitas yang sama mengakibatkan briket mudah berjamur. Kadar air yang
baiknya dengan bahan bakar lainnya. tinggi juga dapat menimbulkan asap yang banyak pada
Menurut Kurniawan dan Marsono (2008), briket saat pembakaran (Riseanggara 2008). Selain itu,
merupakan gumpalan arang yang terbuat dari bahan rendahnya nilai kadar air akan memudahkan briket
lunak yang dikeraskan. Faktor-faktor yang dalam penyalaannya dan tidak banyak menimbulkan
mempengaruhi sifat briket arang adalah berat jenis asap pada saat pembakarannya. Selain itu, kadar air
bahan atau berat jenis serbuk arang, kehalusan serbuk sangat dipengaruhi oleh sifat bahan yang higroskopis.
suhu karbonisasi, tekanan pengempaan dan Hal ini dijelaskan oleh Sudrajat (1984) kadar air yang
pencamuran formula bahan baku briket. Proses tinggi disebabkan oleh sifat briket arang yang bersifat
pemberiketan adalah proses pengolahan yang higroskopis, artinya mampu menyerap air dari udara
mengalami perlakuan penumbukan, pencampuran sekelilingnya pada pori-pori arang di permukaan briket
bahan baku, pencetakan dengan sistem hidrolik dan arang. Selain itu, kerapatan pada briket menunjukkan
pengeringan pada kondisi tertentu, sehingga diperoleh perbandingan antara berat dan volume beriket arang.
briket yang mempunyai bentuk, ukuran fisik dan sifat Besar kecilnya kerapatan dipengaruhi oleh ukuran dan
kimia terentu. kehomogenan arang penyusun briket arang tersebut.
Briket adalah bahan bakar padat yang dapat Pada umumnya briket arang dibuat dengan
digunakan sebagai sumber energi alternatif yang menyertakan pengempaan dan bahan pengikat dalam
mempunyai bentuk tertentu. Pemilihan proses proses dengan tujuan meningkatkan kerapatan dan
pembriketan tentunya harus mengacu pada segmen penyeragaman bentuk, dengan bentuk yang seragam
pasar agar dicapai nilai ekonomi, teknis dan lingkungan briket akan dapat dipasarkan dalam jarak yang cukup
yang optimal. Pembriketan bertujuan untuk jauh baik antar kota atau antar pulau (Sudrajat, 1984).
memperoleh suatu bahan bakar yang berkualitas yang Besarnya kerapatan suatu briket dipengaruhi oleh
dapat digunakan untuk semua sektor sebagai sumber besarnya tekanan kempa yang diberikan ketika
energi pengganti (Himawanto, 2003). pencetakan. Semakin tinggi tekanan kempa yang
Proses pembuatan briket adalah teknologi diberikan maka semakin rapat briket arang yang
pemadatan residu atau limbah pertanian untuk dihasilkan. Berdasarkan pernyataan Triono (2006)
meningkatkan densitas dan menurunkan kadar air menyatakan bahwa semakin seragam ukuran serbuk
limbah tersebut dan membuat bentuk dan ukuan yang arang dalam briket arang akan menghasilkan kerapatan
seragam agar lebih mudah dalam penanganan, yang semakin tinggi.
transportasi dan penyimpanan (Ahiduzzaman , 2007). Berdasarkan pernyatan Hendra dan winarni
Briket adalah sumber energi alternative (Adekunle, (2003) bahwa kerapatan juga mempengaruhi
2010). Briket dapat didefiniskan sebagai produk yang keteguhan tekan, lama pembakaran, dan mudah
dibentuk dari konversi fisik-mekanikal dari material tidaknya pada saat briket akan dinyalakan. Kerapatan
dengan atau tanpa pengikat dengan bentuk dan ukuran terlalu tinggi dapat mengakibatkan briket sulit terbakar,
yang berbeda (Ahiduzzaman , 2007). sedangkan briket yang memiliki kerapatan yang tidak

BPI, 2020 | 104


Buletin Profesi Insinyur 3(2) (2020) 103–108 ISSN 2654-5926
http://dx.doi.org/10.20527/bpi.v3i2.75

terlalu tinggi maka akan memudahkan pembakaran dibutuhkan penelitian yang lebih mendalam serta
karena semakin besar rongga udara atau celah yang metoda yang lebih tepat.
dapat dilalui oleh oksigen dalam proses pembakaran. Berdasarkan sumber dan komposisi kimianya,
Briket dengan kerapatan yang terlalu rendah dapat perekat dibagi menjadi 3 bagian,yaitu :
mengakibatkan briket cepat habis dalam pembakaran 1. Perekat yang berasal dari tumbuhan seperti kanji
karena bobot briketnya lebih rendah. 2. Perekat yang berasal dari hewan seperti perekat
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan di dalam kasein
pembuatan briket antara lain adalah : 3. Perekat sintetik yaitu yang dibuat dari bahan sintetis
1. Bahan Baku contohnya urea formaldehid (Hartono, 1992).
Briket dapat di buat bermacam-macam bahan Bioarang merupakan sumber energi biomassa
baku, seperti ampas tebu, sekam padi, serbuk gergaji yang ramah lingkungan dan biodegradable. Briket arang
dan lain-lain. Bahan utama yang harus terdapat di berfungsi sebagai pengganti bahan bakar minyak, baik
dalam bahan baku adalah selulosa. Semakin tinggi itu minyak tanah, maupun gas LPG. Biomassa ini
kandungan selulosa maka semakin baik kualitas briket. merupakan sumber energi masa depan yang tidak akan
Briket yang mengandung zat terbang yang terlalu tinggi pernah habis, bahkan jumlahnya bertambah, sehingga
cenderung mengeluarkan asap dan bau tidak sedap. sangat cocok sebagai sumber bahan bakar rumah
Bahan Perekat tangga (Basrianta, 2007).
Untuk merekatkan partikel-partikel zat dalam Ada beberapa tahap yang penting yang perlu
bahan baku pada proses pembuatan briket, maka dilalui dalam pembuatan arang briket yaitu, pembuatan
diperlukan zat perekat sehingga dihasilkan briket yang serbuk arang, pencampuran serbuk arang dengan
kompak. Penggunaan bahan perekat untuk menarik air perekat, pengempaan dan penegeringan (Rustini,
dan membentuk tekstur yang padat atau mengikat dua
2004).
substrat yang akan direkatkan. Dengan adanya bahan
1. Pembuatan serbuk arang
perekat maka susunan partikel akan semakin baik,
teratur dan lebih padat sehingga dalam proses Arang harus cukup halus untuk dapat membuat
pengempaan keteguhan tekan dan arang briket akan briket yang baik. Ukuran partikel arang yang terlalu
semakin baik (Silalahi, 2000). besar akan sukar pada waktu dilakukan perekatan,
Salah satu persyaratan yang perlu diperhatikan sehingga mengurangi keteguhan tekan briket arang
dalam memilih extender perekat adalah bahan harus yang dihasilkan. Sebaiknya partikel arang mempunyai
memiliki daya rekat yang kuat. Bahan yang memiliki ukuran 40-60 mesh.Dalam penggunaan ukuran serbuk
daya rekat yang cukup biasanya yang mengandung arang diperoleh kecenderungan bahwa makin kecil
protein dan pati khususnya amylopektin yang cukup ukuran serbuk serbuk makin tinggi pula kerapatan dan
tinggi seperti terigu, tapioka, maizena, dan sagu keteguhan tekan briket arang.
(Haryanto, 1992).
2. Pencampuran Serbuk Arang dengan Perekat
Kanji adalah perekat yang dibuat dari tepung
tapioka dicampur dengan air dalam jumlah tidak Tujuan pencampuran serbuk arang dengan
melebihi 70 % dari berat serbuk arang dan kemudian perekat adalah untuk memberikan lapisan tipis dari
dipanaskan sampai berbentuk jeli. Pencampuran kanji perekat pada permukaan partikel arang.Tahap ini
dengan serbuk arang diupayakan merata. Dengan cara merupakan tahap penting dan menentukan mutu briket
manual pencampuran dilakukan dengan meremas- arang yang dihasilkan.Campuran yang dibuat
remas menggunakan tangan. Secara maksimal tergantung pada ukuran serbuk arang, jenis perekat,
dilakukan oleh alat mixer (Balitbang kehutanan, 1994). jumlah perekat dan tekanan pengempaan yang
Menurut Hartono (1992) keuntungan perekat diberikan. Proses perekatan yang baik ditentukan oleh
kanji adalah perekat yang serbaguna, cepat lekat, hasil pencampuran bahan perekat yang dipengaruhi
sedangkan kelemahannya adalah tidak tahan cuaca, oleh bekerjanya alat pengaduk (mixer), komposisi
lembab atau perubahan suhu. Bila basah akan cepat
perekat yang tepat dan ukuran pencampuran.
rusak oleh organisme.
3. Pengempaan
Menurut Lestari, dkk., (2010) semakin besar
persentase bahan perekat, maka semakin tinggi pula Pengempaan pembuatan briket arang dapat
kadar air dan kadar abunya, sehingga nilai kalor akan dilakukan dengan alat pengepres tipe compression atau
menurun. extrusion. Tekanan yang diberikan untuk pembuatan
Menurut Gandhi (2010) faktor campuran juga briket arang dibedakan menjadi dua cara yaitu
berpengaruh terhadap nilai kalor dan kadar air, melampui batas elastisitas bahan baku. Pada umumnya,
sehingga semakin banyak campuran perekat maka nilai semangkin tinggi tekanan yang diberikan akan
kalor semakin rendah sedangkan kadar air semakin memberikan kecenderungan menghasilkan briket arang
tinggi, sedangkan pada pengujian kimia lainnya dengan kerapatan dan keteguhan yang semangkin
campuran perekat tidak berpengaruh. Tapi sebenarnya tinggi pula.
baik itu vollatil matter dan fixed carbon turut andil 4. Pengeringan
dalam perbedaan karakteristik tersebut hanya saja itu Briket yang dihasilkan setelah pengempaan
masih mengandung air yang cukup tinggi (sekitar 50
%).Oleh sebab itu perlu dilakukan pengeringan yang

BPI, 2020 | 105


Buletin Profesi Insinyur 3(2) (2020) 103–108 ISSN 2654-5926
http://dx.doi.org/10.20527/bpi.v3i2.75

dapat dilakukan dengan berbagai macam alat pengering Buah langsat memiliki beberapa bagian yang
seperti kiln, oven atau penjemuran dengan bisa dimakan yakni 68% dari berat buah. Per 100 g
menggunakan sinar matahari. Suhu pengeringan yang mengandung: air 84 g, sedikit protein dan lemak,
umum dilakukan adalah sebesar 60oC selama 24 jam karbohidrat 14,2 g, terutama gula pereduksi, terutama
glukosa, serat 0,8 g, abu 0,6 g, Ca 19 mg, K 275 mg,
dengan menggunakan oven. Tujuan pengeringan adalah
beberapa vitamin B1 dan B2 tetapi sedikit vitamin C.
agar arang menjadi kering dan kadar airnya dapat
Nilai energi adalah 238 kJ/100g. Kulit segar
disesuaikan dengan ketentuan kadar air briket arang mengandung 0,2% minyak atsiri berwarna kuning
yang berlaku. muda, resin coklat dan asam pereduksi. Dari kulit
Syarat briket yang baik adalah briket yang kering, diperoleh oleoresin semi-cair gelap yang terdiri
permukaannya halus dan tidak meninggalkan bekas dari minyak atsiri 0,17% dan resin 22%. (Heyne, 1987;
hitam ditangan. Selain itu, sebagai bahan bakar briket Verheij, 1992).
juga harus memenuhi kriteria :
1. mudah dinyalakan,
2. emisi gas hasil pembakaran tidak mengandung racun, Metode
3. kedap air dan tidak berjamur bila disimpan dalam Prosedur Pembuatan Bioarang
waktu yang lama dan 1. Kulit buah langsat dibersihkan dari kotoran yang
4. menunjukkan upaya laju pembakaran yang baik. terikut, kemudian bahan dikeringkan dibawah sinar
Biomassa dapat diperoleh dari limbah pertanian, matahari selama 2 hari.
limbah rumah tangga, dan limbah industri. Agar 2. Proses pengarangan Kulit buah langsat dilakukan
dimanfaatkan sebagai bahan bakar maka limbah dengan memasukkan Kulit buah langsat ke dalam
tersebut dapat diolah menjadi bahan bakar padat dalam kaleng pengarangan sampai penuh. Kemudian
kaleng pengarangan tersebut dibakar di atas api,
bentuk briket. Salah satu biomassa yang dapat dijadikan
sambil diputar. Hal ini dilakukan agar pengarangan
briket adalah kulit buah langsat. Pemilihan bahan ini terjadi secara merata.
dilakukan karena pemanfaatan akan limbah kulit buah 3. Kaleng diputar terus menerus hingga timbul asap
langsat berpotensi meningkatkan nilai ekonomi dari putih tebal yang keluar dari lubang-lubang kecil
limbah tersebut. pada kaleng pengarangan. Setelah keluar asap putih
Lansium domesticum Corrêa termasuk dalam tebal, hal ini berarti proses pengarangan telah siap.
keluarga Meliaceae (Heyne, 1987) Lansium domesticum Maka, arang segera dikeluarkan agar tidak menjadi
adalah pohon yang lebih tinggi dan didistribusikan abu. Disiram dengan sedikit air untuk menghentikan
secara luas di negara-negara Asia Tenggara. Tiga proses pengarangan.
varietas L. domesticum yang telah dikenal luas yaitu 4. Arang yang telah jadi, kemudian di keringkan
dibawah sinar matahari selama 1 hari, untuk
duku, langsat dan kokosan. Karenanya, untuk tujuan
mengurangi kadar air dalam arang.
praktis, Mabberley et al. (1995) menyarankan untuk
5. Bioarang Kulit buah langsat yang telah kering
menulis L. domesticum cv langsat atau L. domesticum tersebut, kemudian di tumbuk dengan
'langsat' ketika mengacu pada varietas langsat. Ketiga menggunakan lumpang dan alu. Setelah diperoleh
varietas ini dikenal luas di pasar buah lokal dan dapat ukuran yang lebih kecil, kemudian bioarang tersebut
dibedakan terutama berdasarkan morfologi buahnya. diblender untuk mendapatkan tepung bioarang.
Di antara varietas ini, langsat dan kokosan kurang 6. Tepung bioarang tersebut kemudian diayak dengan
disukai karena memiliki rasa asam. Lansium menggunakan shave shecker 60 mesh, untuk
domesticum cortex (keluarga Meliaceae) secara empiris mendapatkan ukuran tepung arang yang seragam.
digunakan oleh orang-orang di daerah Kalimantan Prosedur pembuatan briket
Selatan sebagai bahan untuk mengusir nyamuk atau
obat nyamuk dalam bahasa sehari-hari. Sedangkan, di 1. Ditimbang kulit buah langsat dan perekat tapioka
sesuai dengan persentase massa yang telah
daerah Pakuli, Palu, Sulawesi Tengah kulit buah langsat
ditentukan. Tepung arang kulit buah langsat
untuk mengobati malaria.
dicampurkan dengan perekat tapioka (perekat
Langsat berasal dari Asia Tenggara bagian barat, tapioka dibuat terlebih dahulu, dengan cara
dari Semenanjung Thailand di barat hingga Kalimantan memasaknya bersama dengan air). Dengan
di timur (Indonesia). Langsat kebanyakan masih tumbuh perbandingan tepung arang : perekat tapioka adalah
secara liar, sedangkan di daerah ini, langsat Variasi karbon kulit langsat dengan perekat tapioka
dinaturalisasi dan merupakan salah satu buah utama yakni 75:25; 50:50 dan 25:75.
yang dibudidayakan. Di Kalimantan ditemukan di 2. Setelah mendapatkan adonan yang tercampur
seluruh pulau. Dalam skala kecil, langsat juga merata, adonan briket dimasukkan ke dalam
dibudidayakan di Vietnam, Burma, India, Sri Lanka, cetakan. Kemudian di tekan dengan penekanan 10
Hawaii, Australia, Surinam dan Puerto Rico. Di ton dan penahanan (holding time) selama 1 menit.
Hal ini dilakukan agar penekanannya merata.
Indonesia, langsat juga dapat ditemukan di
3. Kemudian dikeluarkan dari cetakan secara perlahan
Banyuwangi, Palembang, Bangka, Kalimantan Selatan
dan briket biorang yang diperoleh kemudian
dan Barat, dan di beberapa daerah di Sulawesi (Heyne,
1987; Verheij, 1992).

BPI, 2020 | 106


Buletin Profesi Insinyur 3(2) (2020) 103–108 ISSN 2654-5926
http://dx.doi.org/10.20527/bpi.v3i2.75

ditimbang untuk mendapatkan berat awal briket Perbedaan jumlah nilai kalor masing-masing
kulit buah langsat. perlakuan disebabkan oleh perbedaan akumulasi
4. Dicatat hasil pengukuran berat briket, kemudian jumlah nilai kalor yang terkandung pada setiap briket,
diberikan label nama pada briket. yang dipengaruhi oleh komposisi bahan penyusun
5. Kemudian briket dikeringkan didalam suhu ruangan
briket bioarang tersebut. Pada perlakuan C, dimana
selama 3 hari.
komposisi bahan pembuat briket yaitu Kulit Buah
6. Setelah kering briket ditimbang kembali untuk
mengetahui massanya setelah pengeringan. langsat : Tapioka (75% : 25%) memiliki nilai kalor
7. Briket yang dihasilkan kemudian diuji parameternya tertinggi yaitu 5.558 kal/gr dimana telah memenuhi
yaitu kualitas nilai kalor. Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan nilai minimal
5000 kal/gr. Maka semakin bertambah limbah kulit
Pengujian Sampel
buah langsat yang diberikan semakin bertambah pula
Pengukuran kualitas nilai kalor dilakukan untuk setiap nilai kalor briket sesuai pertambahan komposisinya,
perlakuan. Kualitas nilai kalor dapat diukur dengan sedangkan nilai kalor terendah adalah pada perlakuan A
menggunakan alat Gallenhamp Bomb Calorimeter dan yaitu 5.061 kal/gr dengan komposisi Kulit Buah langsat :
hasilnya dilihat pada Evra Galvanometer. Dimana Tapioka (25% : 75%). Hal ini sesuai dengan Hartoyo
prosedur dari pengukuran nilai kalor briket adalah : (1983), yang menyatakan bahwa nilai kalor briket yang
1. Ditimbang 1 gram briket bioarang, dan dimasukkan
dihasilkan dipengaruhi oleh nilai kalor atau energi yang
ke dalam crucible dipadatkan.
dimiliki oleh bahan penyusunnya. Dimana nilai kalor
2. Diletakkan pada bagian tengah elektroda yang
terhubung pada kawat nikel crom, dihubungkan sangat menentukan kualitas briket arang. Semakin
benang katun yang panjangnya 50 mm dengan tinggi nilai kalor bakar briket arang, semakin baik pula
briket bioarang yang ada di dalam sampel, kualitas briket arang yang dihasilkan.
kemudian ditutup. Menurut Brades dan Febrina (2008) bahwa
3. Bomb kalorimeter diisi dengan oksigen hingga 25 penerapan nilai kalor bertujuan untuk mengetahui
atm, dihubungkan dengan kabel penghubung ke sejauh mana nilai panas pembakaran yang dapat
galvanometer. dihasilkan briket arang.Nilai kalor menjadi parameter
4. Ditekan tanda “press to fire”, pembakaran ditunggu mutu paling penting bagi briket arang sebagai bahan
kira-kira 20 detik, dan angka pada galvanometer bakar, sehingga nilai kalor sangat menentukan kualitas
akan bergeser naik.
briket arang. Apabila nilai kalor bakar arang semakin
5. Dicatat angka maksimum pada galvanometer.
tinggi, maka akan semakin baik pula kualitas briket
6. Dihitung nilai kalornya dengan menggunakan
Persamaan berikut: arang yang dihasilkan.

Kesimpulan
Keterangan : Dari hasil perhitungan dan analisa dapat
G D sampel= Galvanometer Deflection Sampel disimpulkan beberapa hal yaitu:
G D BL = Galvanometer Deflection Tanpa Sampel 1. Perbedaan komposisi bahan pembuat briket bioarang
= 0,4 memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap
nilai kalor.
Y = Hasil rata-rata dari Y1 – Y6 = 0,5449 (Faktor kalibrasi 2. Nilai kalor tertinggi yang diperoleh dalam penelitian
alat) ini, yakni pada perlakuan C, dimana komposisi bahan
pembuat briket yaitu kulit buah langsat:Tapioka
(75%:25%) yaitu 5.558 kal/gr dimana telah memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan nilai minimal
Hasil Kerja 5000 kal/gr. Sedangkan, nilai kalor terendah adalah
Kalor Briket pada perlakuan A yaitu 5061 kal/gr dengan komposisi
Kulit Buah langsat:Tapioka (25%:75%).
Data hasil pengukuran kalor briket ditunjukkan pada
Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Nilai Kalor Briket Bioarang Kulit Buah Langsat
Ucapan Terimakasih
Kulit Massa rata- Nilai Kalor Ucapan terimakasih kepada Program Studi Teknik Kimia
Perekat Kode
Buah
Tapioka Sampel
rata sampel rata-rata Universitas Lambung Mangkurat yang membiayai
Langsat (g) (kal/g) penelitian ini melalui DIPA FAKULTAS TEKNIK ULM
tahun 2019.
25 75 A 5,0002 5.061

50 50 B 5,0003 5.459
Referensi
75 25 C 5,0006 5.558 Adekunle, I. M., (2010) Production of Cellulose Nitrate
Polymer from Sawdust, E-Journal of Chemistry,
ISSN:0973-4945, Volume 7, Nomor 3, Halaman 709-
716.

BPI, 2020 | 107


Buletin Profesi Insinyur 3(2) (2020) 103–108 ISSN 2654-5926
http://dx.doi.org/10.20527/bpi.v3i2.75

Ahiduzzaman, M., (2007) Rice Husk Energy Technologies Yang Menggunakan Bahan Perekat Sagu Dan Kanji.
in Bangladesh, Agricultural Engineering Jurusan Fisika, Fakultas FMIPA, Universitas Haluleo,
International : the CIGR Ejournal Overview, Volume Kendari.
IX, Nomor 1, Halaman 1-10. Mabberley, D.J., Pannel, C.M. and Sing, A.M. (1995)
Balaka, Ridway, Aditya Rachman dan Ld Muh. Golok Meliaceae. Flora Malesiana series I, Vol. 12, Part 1.
Jaya, (2013) Mitigating Climate Change through the Rijksherbarium/Hortus Botanicus, Leiden
Development of Clean Renewable Energy in University, Leiden, Netherlands.
Southeast Sulawesi, a Developing Region in Pari, Gustan, Ishibashi, N., dan Miyakuni, K. (2003) A Flat
Indonesia, International Journal of Energy, Kiln and Utilization of Sawdust Charcoal: Its Capacity
Information and Communications, Volume 4, as a Soil Conditioner and for Carbon Storage,
Nomor 4, Halaman 33-42. Forestry Research and Development Agency, Japan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (1994) International Cooperation Agency, University of
Pedoman Teknis Pembuatan Briket Arang. Kyoto, Short-tern Expert.
Departemen Kehutanan No. 3. Riseanggara, R. R. (2008) Optimasi Kadar Perekat Pada
Basrianta, (2007) Manajemen Sampah. Briket Limbah Biomassa. IPB, Bogor.
Kansius.Yogyakarta. Rustini (2004) Pembuatan Briket Arang dari Serbuk
Brades, A. C. Febrina S T (2008) Pembuatan Briket Arang Gergajian Kayu Pinus (Pinus Merkusii Jungh. Et de
Dari Enceng GondokDengan Sagu Sebagai Pengikat. Vr.,) dengan Penambahan Tempurung Kelapa.
Danjuma, M.N., B. Maiwada, R. Tukur, (2013) Biomass Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Briquetting Technology in Nigeria: A case for Silalahi, (2000) Penelitian Pembuatan Briket Kayu Dari
Briquettes Production Initiatives in Katsina State, Serbuk Gergajian Kayu. Hasil Penelitian Industri
International Journal of Emerging Technology and DEPERINDAG. Bogor.
Advanced Engineering, ISSN: 2250-2459, Volume Sinurat, E. (2011) Studi Pemanfaatan Briket Kulit Jambu
3,Nomor 10, Halaman 12-20. Mete Dan Tongkol Jagung Sebagai Bahan Bakar
Gandhi, B.A., (2010) Pengaruh Variasi Jumlah Campuran Alternatif.
Perekat Terhadap Karakteristik Briket Arang Sudrajat, R. (1984) Pengaruh Kerapatan Kayu, Tekanan
Tongkol Jagung. SMK Negeri 7. Semarang. Pengempa, dan Jenis Perekat Terhadap Sifat Briket
Hartono, A.J., (1992) Memahami Polimer dan Perekat. Kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Bogor.
Edisi Pertama. Andi Offset. Yogyakarta. Triono, A. (2006) Karakteristik Briket Arang dari
Hartoyo (1983) Pembuatan Arang dari Briket Arang Campuran Serbuk Gergajian Kayu Afrika (Maesopsis
Secara Sederhana dari Serbuk Gergaji dan Limbah Eminii Engl)dan Sengon (Paraserianthes falcataria L.
Industri Perkayuan. Bogor, Puslitbang dan Nielsen) dengan Penambahan Tempurung Kelapa
Pengembangan Hasil Hutan. (Cocos nucifera L). Departemen Hasil Hutan.
Haryanto, B. (1992) Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor.
Penerbit Kansius. Yogyakarta. Verheij E.W.M. dan Coronel, R.E (Ed), (1992) Plant
Hendra, D dan Winarni, I. (2003) Sifat Fisis dan Kimia Resources of South-East Asia, No.2, Edible Fruits
Briket Arang Campuran Limbah Kayu Gergajian dan and Nuts, Prosea Foundation, Bogor, Indonesia,
Sebetan Kayu. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. p186-190.
Heyne, K. (1987) Tumbuhan Berguna Indonesia, Volume Verheij, E.W.M. dan Coronel, R.E. (1997) Sumber Daya
II,Yayasan Sarana Wana Jaya : Diedarkan oleh Hayati Asia Tenggara 2, Prosea, PT. Gramedia
Koperasi Karyawan, Badan Litbang Kehutanan, Pustaka Utama, Jakarta.
Jakarta. Widarto, L dan Suryanta, (1995) Membuat Bioarang dari
Himawanto, D. A. (2003) Pengelohan Limbah Pertanian Kotoran Lembu.Cetakan Ke-6 tahun 2008.Kansius.
menjadi Biobriket Sebagai Salah Satu Bahan Bakar Bogor.
Alternatif. Laporan Penelitian. Uns. Surakarta. Yudanto, A dan Kusumaningrum, K. (2010) Pembuatan
Kurniawan, O. dan Marsono. (2008) Superkarbon.Bahan Briket Bioarang dari Arang Serbuk Gergaji Kayu Jati,
Bakar Alternatif Pengganti Minyak Tanah dan Gas. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Penebar Swadaya. Jakarta. Diponegoro.
Lestari, L., Aripin, Yanti, Zainudin, Sukmawati, Marliani,
(2010) Analisis Kualitas Briket Arang Tongkol Jagung

BPI, 2020 | 108

Anda mungkin juga menyukai