Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

hanya dalam artian perkembangan fisik tetapi juga psikologis. Remaja

(adolescence) yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang

dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik, tetapi juga kematangan

sosial dan psikologis. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh

adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja terjadi antara usia 10-

19 tahun yang merupakan suatu periode masa pematangan organ reproduksi

manusia dan juga sering disebut sebagai masa pubertas (Widyastuti dkk,

2009).

Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia,

karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi

manusia yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata

pubercere yang berarti menjadi matang, sedangkan remaja atau adolescence

berasal dari kata adolescere yang berarti dewasa (Depkes RI, 2007).

Sedangkan menurut (WHO, 2014) remaja adalah penduduk dalam rentang

usia 10-19 tahun.

Pada saat pubertas terjadi perubahan fisik yang bermakna sampai

pubertas terakhir dan berhenti pada saat dewasa, keadaan ini terjadi pada

semua remaja normal, yang berbeda adalah awal mulai terjadinya pubertas.

10
Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
1

Ada remaja laki-laki yang sudah tumbuh kumis tipis, sementara yang lainnya

belum. Masa pubertas seorang anak berkembang pada saat yang berbeda dan

dengan kecepatan yang berbeda pula (Widyastuti dkk, 2009).

Pada remaja putri terjadi perbedaan perubahan fisik, antara lain pinggul

melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, menstruasi awal, pertumbuhan

rambut kelamin dan ketiak, payudara membesar, pertumbuhan lemak dan

keringat, pertambahan berat badan dan tinggi badan (Depkes RI, 2007).

Salah satu ciri-ciri pubertas adalah peningkatan produksi hormon,

hormon androgen adalah hormon yang merangsang peningkatan produksi

sebum, terutama pada folikel rambut yang mengandung kelenjar sebasea

besar. Pada folikel, bakteri Propionibacterium acnes melakukan profilerasi,

bakteri tersebut beraksi pada sebum, yang mengeluarkan zat-zat kimia dan

menyebabkan peradangan. Zat-zat kimia tersebut bocor ke dermis di

sekitarnya, dimana tubuh memberikan respon peradangan akut yang intensif

dan pada akhirnya menimbulkan jerawat.

Jerawat adalah salah satu permasalahan yang timbul pada masa remaja,

jerawat tidak mematikan dan dapat hilang dengan sendirinya, akan tetapi

jerawat dapat memberikan dampak psikologis yang besar, yaitu kesan

psikologis yang buruk pada remaja, khususnya pada citra tubuh, harga diri

ataupun kepercayaan diri, pergaulan sosial, kemurungan, serta kegusaran

menurut Ibrahim 2011 (dalam Norita, 2017).

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


1

B. Jerawat

1. Pengertian Jerawat

Jerawat merupakan suatu kondisi inflamasi umum pada unit

pilosebaseus yang terjadi pada remaja dan dewasa muda (Simon, 2012).

Jerawat adalah penyakit kulit obstruktif dan inflamatif kronik pada unit

pilosebasea yang sering terjadi pada masa remaja. Jerawat sering menjadi

tanda pertama pubertas dan dapat terjadi satu tahun sebelum menarkhe

atau haid pertama. Onset jerawat pada perempuan lebih awal daripada

laki-laki karena masa pubertas perempuan umumnya lebih dulu daripada

laki-laki (Movita, 2013). Jerawat adalah penyakit radang kronis pada unit

pilosebasea akibat produksi sebum androgen yang diinduksi, keratisasi,

peradangan, dan kolonisasi bakteri pada folikel rambut pada wajah, leher,

dada, dan punggung oleh Propionibacterium jerawats (Williams,

Dellavalle, & Garner, 2011).

2. Onset Dalam Perkembangan Jerawat

Onset perkembangan jerawat menurut (Brown dan Burns, 2005)

biasanya terjadi saat menginjak remaja, sebagian besar penderita

menyadari adanya fluktuasi yang besar baik dalam hal jumlah maupun

tingkat keparahan dari bintik-bintik tadi, sedangkan pada remaja

perempuan hal tersebut seringkali berhubungan dengan siklus

menstruasi. Keadaan ini akan menjadi bertambah buruk karena adanya

tekanan psikologis.

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


1

Jerawat biasanya memburuk untuk sementara waktu sebelum

pelan-pelan mereda dalam jangka waktu 2-3 tahun, dan pada kebanyakan

orang akan menghilang. Puncak keparahan jerawat terjadi lebih dini pada

anak perempuan dari pada anak laki-laki. Pada beberapa orang gangguan

ini bisa berlangsung lebih lama, dengan lesi yang terus berkembang

hingga usia dewasa.

3. Gambaran Klinis

Tempat dan distribusi jerawat, jerawat dapat muncul hampir

disetiap bagian wajah, jerawat muncul terutama dibagian belakang leher,

punggung bagian atas. Pada dada bagian depan, jerawat muncul mulai

dari bahu sampai xifisternum, bahu bahkan telinga.

Jerawat yang berat bisa meluas kebawah ke arah tangan,

sepanjang seluruh bagian tengah punggung, dan terus hingga ke bokong.

Pada badan, jerawat muncul cenderung terkonsentrasi didekat garis

tengah tubuh. Jerawat ditandai oleh lesi yang bervariasi, meskipun satu

jenis lesi biasanya lebih mendominasi. Lesi non inflamasi, yaitu komedo,

dapat berupa komedo terbuka (blackhead comedones) yang terjadi akibat

oksidasi melanin, atau komedo tertutup (whitehead comedones). Lesi

inflamasi berupa papul, pustul, hingga nodus dan kista. Scar atau

jaringan parut dapat menjadi komplikasi jerawat non inflamasi maupun

jerawat inflamasi.

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


1

4. Bentuk Lesi Dari Jerawat

a. Komedo

Ada dua jenis komedo, yaitu komedo tertutup (kepala putih

atau whitehead comedones ) dan komedo terbuka (kepala hitam atau

blackhead comedones). Komedo terrtutup lebih mudah diraba dari

pada dilihat. Komedo ini berupa papula yang sangat kecil dengan

titik atau penonjolan di tengah. Lesi ini biasanya tertadapat di dahi

dan pipi. Kemungkinan terjadi peradangan sangat kecil atau bahkan

tidak ada.

Komedo terbuka adalah folikel rambut yang tertutup dan

melebar, akan tetapi tidak jelas apa penyebab bercak-bercak hitam

yang khas tersebut. Lesi peradangan yang telah sembuh akan

meninggalkan banyak bintik hitam, terutama pada area sekitar

hidung, bahu dan tubuh bagian atas. Adanya komedo hitam bersifat

patognomik (memunculkan gejala atau keluhan).

b. Papula dan pustula

Pada sebagian besar penederita jerawat, timbul papula dan

pustula. Papula dan pustula dikenal baik sebagai bintik-bintik kecil

berwarna merah atau pustla dengan dasar yang kemerahan.

Keluhannya adalah adanya rasa gatal atau bahkan sampai terasa

sakit. Papula cepat sekali timbul, terkadang atau bahkan hanya dalam

beberapa jam, dan kemudian biasanya berkembang menjadi pustula.

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


1

Sesudah beberapa hari biasanya akan hilang, lesi ini bisa muncul di

tempat yang sama.

c. Nodul dan kista

Semakin bertambah parahnya keadaan, dan semakin

bertambah kedalaman peradangannya, maka akan semakin

bertambah besarlah lesi yang dapat dilihat dan diraba, yang berakibat

pada terbentuknya nodul dan kista yang sangat dalam. Pada

kebanyakan penderita hanya timbul beberapa saja, tetapi pada

beberapa penderita yang lainnya bisa sangat banyak. Keadaan ini

disebut dengan istilah “akne konglobata”. Tanda yang khas adalah

terbentuknya jaringan parut yang kecil, berbentuk seperti “butiran

es” dan dalam, sedangkan pada kasus yang berat dapat terjadi

perubahan yang besar, yaitu terjadinya atrofi dan pembentukan

keloid.

5. Patogenesis Jerawat

Patogenesis jerawat meliputi empat faktor, yaitu hiperproliferasi

epidermis folikular sehingga terjadi sumbatan folikel, produksi sebum

berlebihan, inflamasi, dan aktivitas Propionibacterium acnes (P. acnes).

Androgen berperan penting pada patogenesis jerawat tersebut. Jerawat

mulai terjadi saat adrenarke, yaitu saat kelenjar adrenal aktif

menghasilkan dehidroepiandrosteron sulfat, prekursor testosteron.

Penderita jerawat memiliki kadar androgen serum dan kadar sebum lebih

tinggi dibandingkan dengan orang normal, meskipun kadar androgen

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


1

serum penderita jerawat masih dalam batas normal. Androgen akan

meningkatkan ukuran kelenjar sebasea dan merangsang produksi sebum,

selain itu juga merangsang proliferasi keratinosit pada duktus

seboglandularis dan akroinfundibulum. Hiperproliferasi epidermis

folikular juga diduga akibat penurunan asam linoleat kulit dan

peningkatan aktivitas interleukin 1 alfa. Epitel folikel rambut bagian atas,

yaitu infundibulum, menjadi hiperkeratotik dan kohesi keratinosit

bertambah, sehingga terjadi sumbatan pada muara folikel rambut.

Selanjutnya di dalam folikel rambut tersebut terjadi akumulasi keratin,

sebum, dan bakteri, dan menyebabkan dilatasi folikel rambut bagian atas,

membentuk mikrokomedo. Mikrokomedo yang berisi keratin, sebum,

dan bakteri, akan membesar dan ruptur, selanjutnya, isi mikrokomedo

yang keluar akan menimbulkan respons inflamasi. Terdapat bukti bahwa

inflamasi dermis telah terjadi mendahului pembentukan komedo.

Faktor ke empat terjadinya jerawat adalah P.acnes, bakteri

positif gram dan anaerob yang merupakan flora normal kelenjar

pilosebasea. Remaja dengan jerawat memiliki konsentrasi P.acnes lebih

tinggi dibandingkan remaja tanpa jerawat. Peranan P.acnes pada

patogenesis jerawat adalah memecah trigliserida, salah satu komponen

sebum, menjadi asam lemak bebas sehingga terjadi kolonisasi P. acnes

yang memicu inflamasi. Antibodi terhadap antigen dinding sel P. acnes

meningkatkan respons inflamasi melalui aktivasi komplemen. Enzim 5-

alfa reduktase, enzim yang mengubah testosteron menjadi

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


1

dihidrotestosteron (DHT), memiliki aktivitas tinggi pada kulit yang

mudah berjerawat, misalnya pada wajah, dada, dan punggung.

C. Citra Tubuh

1. Pengertian Citra Tubuh

Citra tubuh adalah salah satu komponen dari konsep diri yang

merupakan kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak disadari

oleh tubuh seseorang. Termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan

sekarang seperti tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi

tubuhnya (Stuart, 2016). Tubuh adalah bagian yang paling terlihat dari

diri, dan tubuh adalah jangkar untuk kesadaran diri. Sikap seseorang

terhadap tubuhnya dapat mencerminkan aspek-aspek penting dari

identitas.

Menurut Sunaryo (2004) citra tubuh adalah sikap seseorang

terhadap tubuhnya baik secara sadar maupun tidak sadar, yang meliputi

performance, potensi tubuh, fungsi tubuh, serta persepsi dan perasaan

tentang ukuran dan bentuk tubuh. Citra tubuh merupakan ide seseorang

mengenai betapa penampilan badannya menarik di hadapan orang lain

(Chaplin, 2011).

2. Komponen Citra Tubuh

Menurut Foland (2009) ada lima komponen dari citra tubuh,

diantaranya adalah:

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


1

a. Appearance evaluation (Evaluasi Penampilan)

Perasaan daya tarik fisik seeorang apakah penampilannya

menarik atau tidak menarik, serta memuaskan atau tidak

memuaskan. Penilaian dengan hasil tinggi sebagian besar positif dan

merasa puas terhadap penampilan mereka. Sedangkan penilain hasil

rendah memiliki rasa ketidakbahagiaan dengan penampilan mereka.

Penilaian yang dilakukan berguna untuk mengetahui

bagaimana dirinya, mengenai kesesuaian diri terhadap apa yang

sedang dialami individu baik secara pribadi maupun ketika individu

tersebut berada pada lingkungan masyarakat. Penilaian terhadap

penampilan diperlukan kaitannya dengan bagaimana citra tubuh

individu dapat terasa baik untuk dirinya dan terlihat baik dimata

orang lain yang melihatnya.

Semakin baik penampilan seseorang akan memberikan

persepsi baik pula terhadap dirinya sendiri, sebaliknya semakin

buruk penampilan seseorang, maka akan menimbulkan persepsi yang

buruk pula. Hal tersebut berpengaruh pada diri seseorang untuk

merasa nyaman dengan dirinya.

b. Appearance orientation (Orientasi Penampilan)

Tingkat investasi dalam penampilan seseorang. Hasil

penilaian tinggi berada pada peran lebih penting bagaimana mereka

terlihat, memperhatikan penampilan mereka, dan terlibat dalam

perilaku perawatan ekstentif. Hasil penilaian rendah tampak tidak

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


1

sangat penting dan mereka tidak menghabiskan banyak usaha untuk

menjadi terlihat baik.

Orientasi penampilan perlu dilakukan dalam kaitannya

dengan memperbaiki citra tubuh individu, karena orientasi yang

tinggi merupakan usaha untuk mencapai citra tubuh yang baik, yang

dapat membut individu mampu menyesuaikan dengan diri sendiri

dan lingkungan sekitarnya.

Individu dalam mengorientasi penampilan, individu

melakukan diskusi dan meminta nasihat kepada orang yang lebih

berpengalaman dari dirinya. Nasihat yang didapatkan akan menjadi

bahan pertimbangan yang disesuaikan dengan lingkungan tempat

bergaul individu tersebut.

c. Body areas satisfaction (Kepuasan Terhadap Bagian Tubuh)

Sama halnya dengan evaluasi penampilan, hasil penilaian

tinggi pada umumnya merasa puas dengan sebagian besar tubuh

mereka. Hasil penialaian rendah berarti memiliki ketidakpuasan

dengan ukuran atau penampilan diri mereka sendiri.

Kepuasan adalah keadaan kesenangan dan kesenjangan yang

disebabkan karena seseorang telah mencapai satu tujuan atau sasaran

(Chaplin, 2011). Kepuasan yang dirasakan dapat memberikan

dampak tingkat kepercayaan diri yang baik untuk individu dalam

mengeksplorasikan dirinya ke hadapan lingkungan masyarakat.

Selain itu, kepuasan dengan hasil penillaian tingi jelas

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


2

mempengaruhi citra tubuh individu untuk menjadi bak pulla.

Kepuasan terhadap bagian tubuh didapatkan dari bagaimana individu

memberikan orientasi terhadap penampilan dirinya, yang dapat

menghasilkan penilaian yang tinggi pula. Kepuasan yang didapatkan

seseorang akan sering membanggakan dirinya dihadapan lingkungan

sekitarnya. Kebanggaan yang dimiliki berasal dari hasil penilaian

tinggi dari orientasi yang telah dilakukan.

d. Overweight preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk)

Kewaspadaan individu terhadap berat badan, melakukan diet

ketat, dan membatasi pola makan. Individu memiliki kecemasan

terhadap bentuk tubuhnya yang bisa menjadi gemuk. Kewaspadaan

ini memberikan dampak peningkatan perhatian terhadap penampilan

diri pada seseorang.

Pada usia remaja, sudah sewajarnya ketika individu merasa

ingin memiliki tubuh yang ideal, sehingga mereka akan lebih

mengatur hidupnya dengan menjaga pola makan agar tidak menjadi

gmuk. Remaja berfikir bahwa tubuh yang gemuk adalah hal yang

memalukan yang tidak dapat dengan mudah mengikuti perkembagan

mode yang ada, dimana perkembangan mode merupakan salah satu

hal yang membuat individu dapat melakukan interaksi bersama

lingkungan sekitarnya dengan baik.

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


2

e. Self-clasified weight (Persepsi Terhadap Ukuran Tubuh)

Merupakan persepsi dan penilaian individu terhadap berat

badannya, mulai dari kekurangan berat badan sampai kelebihan berat

badan. Penilaian ini terjadi pada individu itu sendiri terhadap

bagaimana keadaan dirinya sendiri dan juga bagaimana keadaan

dirinya dimata orang lain.

Pandangan seseorang terhadap proporsi tubuhnya sangat

berpengaruh terhadap penampilan dihadapan masyarakat. Tubuh

idealah yang diharapkan seorang individu guna memberikan

kenyamanan dalam hidup bersosial dengan masyarakat. Seseorang

tidak ingin memiliki tubuh yang terlalu kurus, sehingga membuat

mereka memiliki keinginan untuk lebih menggemukkan tubuhnya,

sedangkan ketika mereka sudah merasa proporsi tubuhnya

bertambah, kebanyakan justru merasa kebingunan karena

menganggap dan dianggap terlalu gemuk dan berusaha untuk

melakukan diet guna mengurangi proporsi tubuh mereka. Kata ideal

merupakan hal yang tabu bagi seorang individu yang tidak pernah

puas dengan keadaan tubuhnya. Individu tersebut akan sering

melakukan perbandingan ukuran tubuh antara dirinya sendiri dengan

orang lain yang dianggap terlihat menarik menurutnya.

3. Dimensi Citra Tubuh

Davidson dan Mc Cabe, 2005 (dalam Andea, 2010) menjelaskan

terdapat tujuh aspek dimensi dari citra tubuh, diantaranya yakni:

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


2

a. Physical attractiviness merupakan penilaian seseorang mengenai

tubuh dan bagian tubuhnya seperti wajah, tangan, kaki, bahu,

payudara, dan lain sebagainya. Penilaian tersebut dapat berupa

penilaian apakah seseorang itu menarik atau tidak menarik.

b. Body image satisfaction adalah penilaian puas atau tidak puasnya

seseorang terhadap ukuran tubuh, bentuk tubuh, da berat badan.

c. Body image importance merupakan penilaian seseorang mengenai

penting atau tidak pentingnya citra tubuh, dibandingkan dengan hal

lain dalam hidup seseorang.

d. Body image concealment adalah usaha seseorang untuk menutupi

bagian tubuhnya yang dianggap kurang menarik dari pandangan

orang lain dan menghindar diskusi tentang ukuran dan bentuk

tubuhnya yang kurang menarik.

e. Body improvement merupakan usaha seseorang untuk meningkatkan

atau memperbaiki bentuk, ukuran dan berat badan pad bagian tubuh

tertentu.

f. Sosial physique anxiety yaitu perasaan cemas seseorang akan

pandangan orang lain tentang tubuh dan bagian tubuhnya yang

kurang menarik jika berada ditempat umum.

g. Appearance comparison, yaitu perbandingn yang dilakukan

seseorang akan berat, ukuran dan bentuk badannya dengan berat,

ukuran dan bentuk badan orang lain.

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


2

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Citra Tubuh

a. Jenis Kelamin. Cash dan Pruzinsky (2002) menyatakan bahwa jenis

kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi citra tubuh

seseorang. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan menyatakan

bahwa perempuan lebih negatif memandang citra tubuhnya

dibandingkn dengan laki-laki. Laki-laki ingin bertubuh besar

dikarenakan mereka ingin tampil percaya diri di depan teman-

temannya dan mengikuti trend yang sedang berlangsung, sedangkan

bagi seorang perempuann ingin memiliki penampilan wajah yang

bersih dan tampak segar serta bentuk tubuh kurus dan ideal yang

digunakan mereka untuk menarik perhatian orang lain atau

pasangannya.

b. Self esteem. Citra tubuh seseorang lebih mengacu pada pandangan

seseorang tentang tubuhnya yang dibentuk dalam pikirannya. Apa

yang dipikirkan oleh orang tersebut lebih berpengaruh dibandingkan

dengan apa yang dipikirkan oleh orang lain mengenai dirinya.

c. Media massa. Tiggerman (2004) mengatakan bahwa media massa

memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan laki-laki

yang dapat mempengaruhi citra tubuh. Media massa mempunyai

pengaruh yang besar dan kuat dalam budaya sosial. Anak-anak dan

remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dihadapan media

massa (televisi atapun handphone). Isi tayangan yang disampaikan

oleh media massa sering menggambarkan bagaimana standart

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


2

kecantikan menampilkan gambar dengan tubuh secara fisik dinilai

sempurna, sehingga menimbulkan perbedaan dan menciptakan

persepsi akan penghayatan tubuhnya yang kurang bahkan tidak ideal.

Konsekuensi yang dapat terjadi adalah seseorang menjadi tidak

menerima kondisi dan bentuk tubuhnya.

d. Usia. Pada masa perkembangan remaja, citra tubuh menjadi begitu

penting (Papalia dan Olds, 2008). Hal ini berdampak pada salah

satunya adalah usaha berlebihan untuk mengontrol berat badan pada

remaja. Hal lainnya adalah remaja sedang dalam masa usia pubertas

yang salah satunya adalah mengalami peningkatan hormon dalam

tubuh sehingga menyebabkan produksi kelenjar minyak bertambah

dan menyebabkan penyumbatan pada pori-pori, dan yang pada

akhirnya akan menimbulkan jerawat.

e. Keluarga. Menurut teori social learning, orang tua merupakan model

yang paling penting dalam proses sosialisasi sehingga

mempengaruhi citra tubuh anak-anaknya melalui modeling, feedback

dan instruksi. Citra tubuh melibatkan bagaimana orang tua menerima

keadaan bayinya sejak masih didalam kandungan, seperti jenis

kelamin dan wajah bayinya. Ketika bayi lahir, orang tua menyambut

kelahirannya dengan pengharapan akan adanya bayi ideal dan

membandingkannya dengan penampilan bayi sebenarnya. Orang tua

memiliki harapan bahwa secara fisik bayi tidak mengalami

kecacatan pada tubuhnya. Komentar yang dibuat oleh orang tua dan

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


2

anggota keluarga mempunyai dampak yang akan berpengaruh besar

dalam pembentukan citra tubuh.

f. Hubungan interpersonal. Seseorang cenderung membandingkan diri

dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi

konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap

penampilan fisik. Hal inilah yang membuat orang merasa cemas

dengan penampilannya dan gugup ketika orang lain melakukan

evaluasi terhadap dirinya. Feedback terhadap penampilan dan

kompetisi teman sebaya serta keluarga dalam hubungan

interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan

perasaan mengenai tubuh. Menerima feedback mengenai penampilan

fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang bagaimana

orang lain memandang dirinya. Keadaan terebut dapat membuat

mereka melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu

proses pembentukan dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik.

Pikiran dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adaanya reaksi

orang lain, dalam konteks perkembangan, citra tubuh berasal dari

hubungan interpersonal. Perkembangan emosional dan pikiran

individu sangat berkontribusi pada bagaimana seseorang melihat

dirinya, bagaimana seseorang berpikir dan merasa tentang tubuhnya

yang dapat mempengaruhi hubungan dan karakteristik prikologis.

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


2

5. Kriteria Citra Tubuh

Terdapat dua macam kriteria citra tubuh, diantaranya yaitu:

a. Citra Tubuh Positif

1) Persepsi bentuk tubuh yang benar dan seseorang melihat

atapun memandang bagian tubuhnya sebagaimana semestinya.

2) Seseorang menghargai bentuh tubuh alaminya dan memahami

bahwa penampilan fisik pada setiap individu mempunyai nilai

dan karakter.

3) Seseorang dengan bangga dan menerima kondisi bentuk

tubuhnya, serta merasa nyaman dan yakin dalam tubuhnya.

b. Citra Tubuh Negatif

1) Sebuah persepsi yang menyimpang dari bentuk tubuhnya,

merasa terdapat bagian-bagian tubuh yang tidak sebenarnya.

2) Seseorang yakin bahwa hanya orang lain yang menarik dan

bahwa ukuran atau bentuk tubuh adalah tanda kegagalan.

3) Seseorang merasa malu, sadar diri dan cemas tentang

tubuhnya.

4) Seseorang merasa tidak nyaman dan canggung dalam

tubuhnya.

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


2

D. Harga Diri

1. Pengertian Harga Diri

Salah satu perkembangan psikologis yang dialami oleh remaja

adalah perkembangan sosio-emosi yang salah satunya adalah harga diri,

yang merupakan keseluruhan cara yang digunakan untuk mengevaluasi

diri kita, dimana harga diri merupakan perbandingan antara ideal-self

dengan real-self (Santrock, 2012). Harga diri adalah penilaian harga diri

pribadi seseorang, berdasarkan seberapa baik perilakunya cocok dengan

ideal diri. Seberapa sering seseorang mencapai tujuan yang secara

langsung mempengaruhi perasaan kompeten (harga diri) atau rendah diri

(harga diri rendah) (Stuart, 2016).

Menurut Coopersmith, 2003 (dalam Widodo, Dkk, 2014)

mengatakan bahwa harga diri merupakan hasil evaluasi individu terhadap

dirinya sendiri yang diekspresikan dalam sikap terhadap diri sendiri.

Evaluasi ini menyatakan suatu sikap penerimaan atau penolakan dan

menunjukan seberapa besar individu percaya bahwa dirinya mampu,

berarti, berhasil, berharga menurut standart dan nilai pribadinya.

2. Pembentukan Harga Diri

Harga diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak kecil,

tetapi faktor yang dipelajari dan terbentuk sepanjang pengalaman

individu. Menurut Branden (dalam Simbolon, 2008) harga diri diperoleh

melalui proses pengalaman yang terus menerus terjadi dalam diri

seseorang.

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


2

Harga diri terbentuk secara sosial, dan diantara struktur-struktur

sosial yang ada, keluarga menjadi struktur sosial yang penting. Keluarga

merupakan lingkungan yang pertama ditemui oleh individu dan menjadi

tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia.

Perilaku seseorang di dalam keluarga dapat mempengaruhi

perilaku anggota keluarga yang lainnya, di dalam keluarga seseorang

dapat merasakan dirinya dicintai, diinginkan, diterima dan dihargai, yang

pada akhirnya membantu dirinya untuk lebih dapat menghargai dirinya

sendiri. Situasi keluarga yang tidak bahagia kurang dapat menghasilkan

pribadi yang memiliki harga diri yang positif. Kebahagiaan suatu

keluarga sangat dipengaruhi oleh adanya hubungan antar anggota

keluarga yang harmonis, baik hubungan antara orang tua dan anak

maupun hubungan antara anak dengan saudaranya.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Diri

Menurut Michener, DeLamater, & Myers, 2004 (dalam

Budianti, 2015) menyebutkan bahwa terdapat tiga faktor dari harga diri,

yaitu family experience, performance feedback, dan social comparison.

a. Family experience, hubungan orang tua-anak dikatakan penting

untuk perkembangan harga diri. Pengaruh keluarga terhadap harga

diri menunjukkan bahwa self-concept yang dibangun mencerminkan

gambaran diri yang dikomunikasikan atau disampaikan oleh orang-

orang terpenting dalam hidupnya (significant others).

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


2

b. Performance feedback, umpan balik yang terus menerus terhadap

kualitas performa seperti kesuksesan dan kegagalan, dapat

mempengaruhi harga diri. Seseorang memperoleh harga diri melalui

pengalamannya sebagai tokoh yang membuat sesuatu terjadi di

dunia, yang dapat mencapai cita-cita dan dapat mengatasi rintangan.

c. Social comparison sangat penting untuk harga diri seseorang karena

perasaan orang tersebut memiliki kompetensi tertentu yang

didasarkan pada hasil performanya, baik hasil yang diharapkan untuk

diri sendiri maupun hasil performa orang lain.

4. Aspek Harga Diri

Menurut Coopersmith, 2003 (dalam Andarini, Susandari, &

Rosiana, 2012) harga diri terdiri dari empat aspek yang dikemukakan,

yaitu:

a. Kekutan (Power)

Kekuatan atau power menunjukan pada adanya kemampuan

seseorang untuk dapat mengatur dan mengontrol tingkah laku dan

mendapat pengakuan atas tingkah laku tersebut dari orang lain.

Kekuatan dinyatakan dengan pengakuan dan penghormatan yang

diterima seseorang dari orang lain dan adanya kualitas atas pendapat

yang diutarakan oleh seseorang yang nantinya diakui oleh orang lain.

b. Keberartian (Significance)

Keberartian atau significance menunjuk pada kepedulian,

perhatian, afeksi, dan ekspresi cinta yang diterima oleh seseorang

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


3

dari orang lain yang menunjukan adanya penerimaan dan popularitas

seseorang dari lingkungan sosial. Penerimaan dari lingkungan

ditandai dengan adanya kehangatan, respon yang baik dari

lingkungan dan adanya ketertarikan lingkungan terhadap individu

dan lingkungan menyukai individu sesuai dengan keadaan diri yang

sebenarnya.

c. Kebajikan (Virtue)

Kebajikan atau virtue menunjukkan pada adanya suatu

ketaatan untuk mengikuti standar moral dan etika serta agama

dimana individu akan menjauhi tingkah laku yang harus dihindari

dan melakukan tingkah laku yang diizinkan oleh moral, etika, dan

agama. Seseorang yang taat terhadap nilai moral, etika dan agama

dianggap memiliki sikap yang positif dan akhirnya membuat

penilaian positif terhadap diri yang artinya seseorang telah

mengembangkan harga diri positif pada diri sendiri.

d. Kemampuan (Competence)

Kemampuan menunjuk pada adanya performansi yang tinggi

untuk memenuhi keutuhan mencapai prestasi dimana level dan

tugas-tugas tersebut tergantung pada variasi usia seseorang.

5. Kriteria Harga Diri

Coopersmith, 2003 (dalam Simbolon, 2008) mengemukakan

bahwa ciri-ciri individu berdasarkan tingkat harga dirinya, yaitu:

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


3

a. Harga Diri Positif

1) Menganggap diri sendiri sebagai orang yang berharga dan

sama baiknya dengan orang lain yang sebaya dengan dirinya

dan menghargai orang lain.

2) Dapat mengontrol tindakannya terhadap dunia luar dirinya dan

dapat menerima kritik dengan baik.

3) Menyukai tugas baru dan menantang serta tidak cepat bingung

bila sesuatu berjalan diluar rencana.

4) Berhasil atau berprestasi dibidang akademik, aktif dan dapat

mengekspresikan dirinya dengan baik.

5) Tidak menganggap dirinya sempurna, tetapi tahu keterbatasan

diri dan mengaharapkan adanya pertumbuhan dalam dirinya.

6) Memiliki nilai-nilai dan sikap yang demokratis serta orientasi

yang realistis.

7) Lebih bahagia dan efektif menghadapi tuntutan dari

lingkungan.

e. Harga diri negatif

a) Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak berharga dan

tidak sesuai, sehingga takut gagal untuk melakukan hubungan

sosial. ini seringkali menyebabkan individu yang memiliki

harga diri yang rendah, menolak dirinya sendiri dan tidak puas

akan dirinya.

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


3

b) Sulit mengontrol tindakan dan perilakunya terhadap dunia luar

dirinya dan kurang dapat menerima saran dan kritikan dari

orang lain.

c) Tidak menyukai segala hal atau tugas yang baru, sehingga

akan sulit baginya untuk menyesuaiakan diri dengan segala

sesuatu yang belum jelas baginya

d) Tidak yakin akan pendapat dan kemampuan diri sendiri

sehingga kurang berhasil dalam prestasi akademis dan kurang

dapat mengekspresikan dirinya dengan baik.

e) Menganggap dirinya kurang sempurna dan segala sesuatu yang

dikerjakannya akan selalu mendapat hasil yang buruk,

walaupun dia telah berusaha keras, serta kurang dapat

menerima segala perubahan dalam dirinya.

f) Kurang memiliki nilai dan sikap yang demokratis serta orientas

yang kurang realistis.

g) Selalu mearasa khawatir dan ragu-ragu dalam menghadapi

tuntutan dari lingkungan.

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


3

E. Kerangka Teori

Pubertas
Remaja
Perubahan hormon

Teori perkembangan Perubahan psikologis

Konsep diri:
Self Perception Citra tubuh

Harga diri
Tipe kepribadian

Jerawat
Kulit berminyak/
berjerawat ( P. acnes)

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Widyastuti dkk, (2009), Graham-Brown (2005), Stuart (2016).

F. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Jerawat
Citra
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Tubuh

Harga diri

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,


3

G. Hipotesis

Ha : Ada hubungan antara Jerawat dengan Citra Tubuh dan Harga Diri

pada Remaja di SMA Muhammadiyah 4 Banjarnegara

Ho :Tidak ada hubungan antara Jerawat dengan Citra Tubuh dan Harga

Diri pada Remaja di SMA Muhammadiyah 4 Banjarnegara

Hubungan Antara Jerawat,,, Fikri Alfianti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,

Anda mungkin juga menyukai