Anda di halaman 1dari 18

PATOFISIOLOGI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah patofisiologi
Dosen : Ahmad Zakiudin,SKM.,S.Kep.,Ns.,M.Kes.,M.Kep.

Di susun Oleh:
1. Mayla Sabrina
2. Priyanto
3. Siti mulyani

YAYASAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL HIKMAH 2


AKADEMI KEPERAWATAN AL HIKMAH BENDA
SIRAMPOG BREBES
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan Makalah
dengan judul “Patofisiologi”. Guna memenuhi tugas struktur mata kuliah Keperawatan Dasar
dengan dosen Pengampu bapak Ahmad Zakiudin,SKM.,S.Kep.,Ns.,M.Kes.,M.Kep.
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari penyusunan
hingga tata Bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, segala kritik dan
saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati. Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Sirampog, 24 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................1
D. Manfaat.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Acne.........................................................................................................................….3
B. Dermatitis Eksema.......................................................................................................3
C. Faktor yang Mempengaruhi Dermatitis.......................................................................5
D. Herpes Simpleks...........................................................................................................6
E. Herpes Zooter...............................................................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................................11
B. Saran.............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kulit menurut data profil kesehatan Indonesia tahun 2009 menempati
peringkat 3 dari 10 penyakit pada pasien rawat jalan di rumah sakit Indonesia dan
merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan yang meningkat tiap tahunnya.
Jerawat (acne vulgaris) merupakan suatu penyakit peradangan kronik dari unit
pilosebaseus yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, nodul, kista dan
skar (Saragih, Opod, dan Pali, 2016). Di Indonesia sekitar 95-100% lakilaki maupun
83-85% perempuan usia 16-17 tahun menderita jerawat. Prevalensi jerawat pada
perempuan dewasa sekitar 12% dan pada laki-laki dewasa 3%. Jerawat salah satu
masalah kulit pada masa remaja dengan prevalensi perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki pada rentang usia 20 tahun atau lebih (Sudharmono, 2008).
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap
pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik
(eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi,) dan keluhan gatal. Tanda
polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa
(oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjdai kronis (Juanda, 2010).
Herpes simpleks adalah penyakit bebentuk lesi pada kulit disebabkan oleh herpes
simpleks virus (HSV) yang menimbulkan infeksi akut dan ditandai dengan vesikel
berkelompok pada kulit yang lembab.(Brier and lia dwi jayanti, 2020)
Herpes zoster adalah penyakit virus yang lazim dan melemahkan yang sering
menyebabkan komplikasi yang parah. Herpes zoster terjadi akibat penyebaran virus
varicella zoster yang menyerang saraf ganglia. Gejala dari herpes zoster antara lain
nyeri neuropatik yang disertai ruam vesikuler.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengetahuan remaja sekarang tentang acne?
2. Pengertian dari Dermatitis eksema?
3. Apakah definisi dari Herpes simpleks?
4. Bagaimana cara mengobati Herpes zoster?

1
C. Tujuan
1. Untuk memahami definisi tentang acne
2. Untuk memahami pengertian tentang dermatitis eksema
3. Untuk memahami pengertian herpes simpleks
4. Untuk memahami pengertian herpes zoster
D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa yang belum tau
tentang acne
2. Menambah refrensi buku tentang dermatitis eksema
3. Sebagai pembelajaran untuk memperdalam pengetahuan mengenai herpes
simpleks
4. Sebagai sumber informasi untuk ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
herpes zoster

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. ACNE
1. Pengertian
Acne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun
folikel polisebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustula, nodus,
dan kista pada tempat predileksinya (Wasitaatmadja, 2010). Tempat predileksinya
yaitu pada kelenjar sebasea berukuran besar, seperti wajah, dada, dan punggung
bagian atas (Tjekyan, 2008). Akne sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu acme
yang berarti sebuah titik (Brown & Burns, 2005).
2. Epidemologi
Jerawat atau acne biasanya dimulai pada usia pubertas, hal tersebut
menandakan bahwa terjadi kenaikan produksi hormon seks. Acne yang terjadi
pada usia 8 sampai 12 tahun adalah masa awal terjadinya jerawat dengan hanya
terdiri atas komedo, yang sering terjadi di dahi dan juga pipi. Tetapi hanya ringan
saja, dengan sesekali adanya inflamasi papul. Pada usia pertengahan remaja, lesi
yang timbul berupa papul, dan nodul yang bias juga timbul dengan penyabaran ke
sisi yang lainnya (James, 2005).
Pada seorang gadis, acne vulgaris dapat terjadi pada saat premenarke.
Setelah masa remaja, kejadian acne vulgaris ini berangsung berkurang. Namun
kadang-kadang, terutama pada wanita, acne vulgaris menetap sampai usia 30-an
atau bahkan lebih. Meskipun pada pria umumnya acne vulgaris lebih cepat
berkurang, namun gejala acne vulgaris lebih berat biasa terjadi pada pria
(Wasitaatmadja, 2010).
Acne vulgaris biasanya dimulai ketika pubertas, yaitu pada anak
perempuan antara usia 12-14 tahun, dan pada anak laki-laki antara 14-16 tahun,
serta terkadang dapat terjadi lebih awal (Kubba et al, 2009).
3. Etiologi
Etiologi pasti timbulnya acne vulgaris sampai saat ini belum diketahui
secara jelas. Tetapi sudah pasti disebabkan oleh multifaktorial, baik yang berasal
dari luar (eksogen) maupun dari dalam (endogen) (Hartadi, 1992). Beberapa
faktor tersebut adalah :

3
a. Genetik
Acne vulgaris kemungkinan adalah penyakit genetik, apabila
orang tua mempunyai bekas acne maka besar kemungkinan
anaknya akan mengalami acne vulgaris. Hasil penelitian di
Inggris menunjukkan bahwa 81% populasi acne adalah saudara
kembar (Bataille et al, 2002).
b. Hormonal endokrin
Faktor hormonal berperan terhadap timbulnya acne vulgaris.
Pengaruh hormon sebotropik asal kelenjar hipofisis dapat
merangsang perkembangan kelenjar sebaseus. Produksi sebum
yang meningkat dipengaruhi oleh hormon androgen. Hormon
gonadotropin dan hormon adrenokortikosteroid, Mempengaruhi
secara tidak langsung masing-masing lewat testis, ovarii dan
kelenjar adrenal serta hormon-hormon ini merangsang kegiatan
kelenjar sebasea sehingga memperberat keadaan akne (Fulton,
2010).
c. Psikis
Terjadinya stress psikis yang dapat memicu kegiatan kelenjar
sebaseae, baik secara langsung atau melalui rangsangan terhadap
kelenjar hipofisis (Wasitaatmadja, 2010).
d. Makanan
Terdapat makanan tertentu yang memperberat acne vulgaris.
Makanan tersebut antara lain adalah makanan tinggi lemak
(gorengan, kacang, susu, keju, dan sejenisnya), makanan tinggi
karbohidrat (makanan manis, coklat, dll), alkohol, makanan pedas,
dan makanan tinggi yodium (garam). Lemak dalam makanan dapat
mempertinggi kadar komposisi sebum (Cuncliffe, 2007).
e. Kosmetika
Kebiasaan berganti-ganti kosmetik mempengaruhi kejadian
akne vulgaris. Biasanya, yang menyebabkan timbulnya acne
vulgaris adalah kosmetik pembersih dan dekoratif. Jenis kosmetik
perawatan seperti pelembab, krim penahan sinar matahari, dan
krim malam juga dapat menyebabkan timbulnya akne vulgaris
(Tjekyan, 2008).

4
f. Iklim
Pada orang-orang tertentu lingkungan panas dan lembab dapat
mencetuskan acne dan memperparah lesi (Harahap, 2007).
B. DERMATITIS EKSEMA
A. Konsep Dermatitis
1. Pengertian
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respon terhadap pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi,) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul
bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis
cenderung residif dan menjdai kronis (Juanda, 2010).
Dermatitis dan eksim adalah istilah yang dapat digunakan bergantian
untuk mendeskripsikan sekelompok kelainan dengan penampilan klinis
yang khas.(Black, 2014).
2. Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen) misalnya bahan
kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar,
suhu), mikroorganisme (bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen),
misalnya dermatitis atopik. Sebagian lain tidak diketahui etiologinya
dengan pasti (Juanda, 2010).
3. Manifestasi Klinis
Pada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal.Kelainan kulit
bergantung pada stadium penyakit, batasnya sirkumskrip, dapat pula
difus.Penyebarannya dapat setempat generalisata, dan universalis.
Menurut Juanda (2010) Eksim/dermatitis memiliki tiga tahap primer
yaitu kondisi dapat terbatas pada salah satu dari ketiga tahap, atau ketiga
tahap dapat terjadi bersamaan.
a. Dermatitis akut dicirikan oleh erosi ekstensif dengan eksudat serosa
atau oleh papul, dan vesikel eritematosa yang sangat gatal pada dasar
eritema.
b. Dermatitis subakut dicirikan oleh papul atau plak eritematosa,
berekskoriasi dan mengelupas yang dapat berkelompok atau tersebar

5
pada kulit yang eritematosa, pengelupasan dapat sangat halus dan difus
sehingga kulit menjadi mengkilap keperakan.
c. Dermatitis kronis dicirikan oleh kulit yang menebal dan peningkatan
penanda kulit sekunder terhadap gosokan dan garukan (likenifikasi),
papul ekskoriasi, papul fibrotic, dan nodul (prurigo nodularis) dan
hiperpigmentasi dan hipopigmentasi pascainflamasi.
4. Pengobatan
yang tepat menurut Juanda (2010) didasarkan kausa, yaitu
menyingkirkan penyebabnya.Tetapi seperti diketahui penyebab dermatitis
multifaktor, kadang jug tidk diketahui dengan pasti.Jadi pengobtan bersifat
9 simptomatis yaitu menghilangkan/mengurangi keluhan dan gejala, dan
menekan peradangan.
B. Jenis jenis dermatitis
a. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah jenis eksim yang umum, kronis, sering
kambuh, gatal yang dimulai pada masa kanak-kanak.Klien dengan
dermatitis atopic memiliki alergi terhadap serbuk bunga familial, asma,
kulit sensitive, dan riwayat dermatitis pada keluarga (Black, 2014).
b. Dermatitis Nummular
Dermatitis numnularis disebut juga discoid eczema, bentuk lesi
bulat dapat atau agak lonjong berbatas tegas dengn efloresensi berupa
papulovesikel, biasanya mudah pecah sehingga basah (Juanda, 2010).
c. Dermatitis Stasis
Dermatitis statsis biasa disebut dengan dermatitis
gravitasional, ekzem stasis, dermatitis hipostatik.Dermatitis stasis
merupakan dermatitis sekunder akibat insufiseiensi kronik vena
(hipertensi vena) tungkai bawah (Juanda, 2010).
d. Dermatitis Seboroik
Dermatitis seboroik merupakan dermatitis dengan distribusi
terutama di daerah yang kaya kelenjar sebasea. Lesi umumnya simetris
dimulai di daerah yang berambut dan meluas meliputi scalp, alis,
belakang telinga, dada, aksila, dan dera lipatan kulit. Penyebab pasti
belum diketahui walaupun banyak faktor dianggap berperan, temasuk
faktor hormonal,

6
genetic dan lingkungan.Dermatitis seboroik dianggap merupakan
respon inflamasi terhadap organism Pityrosporum ovale (Black, 2014).
e. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah yang disebabkan oleh
bahan/substansi yang menempel pada kulit (Juanda, 2010)
f. Dermatitis Intertriginosa
Area intertriginosa adalah diantara lipatan-lipatan kulit.Saat
lipatan kulit salin bertumpuk, terjadi dermatitis inflamatorik
superficial. Ventilasi yang tidak cukup terutama pada cuaca panas atau
lembab, penumpukan friksi, panas, dan kelembaban menyebabkan
maserasi, erosi, fisura, dan rasa terbakar. Lipatan kulit yang rentan
terhadap intertrigo adalah pada leher, aksila, fosa, antekubtal,
perineum, sela-sela jari tangan dan kaki, abdomen dan bagian bawah
payudara, terutama pada klien yang obesitas (Black, 2014).
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit Dermatitis
Menurut Siregar (2013) dan Ronald (2005) faktor- faktor yang
mempengaruhi terjadinya dermatitis yaitu:
1. Kebersihan/Hygiene : yang kurang lebih, besar
kemungkinan terkena penyakit dermatitis kontak toksik.
2. Lingkungan : lingkungan yang banyak mengandung
basa atau asam kuat lebih besar kemungkinan terkena
dermatitis kontak, pada dermatitis kontak alergik
berpengaruh besar untuk timbulnya penyakit seperti
pekerjaan dengan lingkungan yang basah, tempat-
tempat lembab atau panas, pemakaian alat-alat yang
salah.
3. Ras/bangsa : semua bangsa memungkinkan dapat
terjadinya dermatitis alergik.
4. Daerah : Tidak berpengaruh terhadap terjadinya
dermatitis kontak alergik namun pada dermatitis atopic
daerah yang panas (banyak keringat) lebih sering
terjadinya dermatitis atopic.
5. Stres emosional : Stres psikologis disebut sebagai
pajanan yang dapat mempengaruhi tubuh dan
7
mengganggu beberapa Jalur fisiologis, sehingga dapat
menyebabkan peningkatan risiko untuk dermatitis
atopic.
6. Genetik : diduga diturunkan secara autosomal resesif
dan dominan.
7. Umur : dapat terjadi pada semua umum
8. Jenis kelamin : frekuensi yang sama pada pria dan
wanita.
C. HERPES SIMPLEKS
1. Pengertian
Herpes simpleks adalah penyakit bebentuk lesi pada kulit
disebabkan oleh herpes simpleks virus (HSV) yang menimbulkan
infeksi akut dan ditandai dengan vesikel berkelompok pada kulit yang
lembab.
Herpes simpleks adalah penyakit infeksi akut oleh herpes
simpleks virus (HSV) tipe I dan tipe II yang ditandai dengan vesikel
berkelompok pada kulit erite pada daerah dekat mukokutan. Sedangan
infeksi berlangsung secara primer ataupun rekuren.
Hsv dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari
ginggivostomatitis sampai keratokonjugtivitas, ensefalitas, penyakit
kelamin dan infeksi pada neonatal komplikasi tersebut menjadi bahan
pemikiran dan perhatian dari beberapa ahli seperti : ahli penyakit kulit
dan kelamin, ahli kandungan, ahli mikrobiologi dan lain sebaginya.
Virua herpes merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam
family herpesviridae yang mempunyai morfologi yang identik dan
mempunyai kemampuan untuk berada dalam keadaan laten dalam sel
herpes setelah infeksi primer. Virus yang berada dalam keadaan laten
dapat bertahan untuk periode yang lama bahkan seumur hidup
penderita. Virus tersebut tetap mempunyai kemampuan untuk
mengadakan reaktivasi sehingga dapat terjadi infeksi rekuren.

8
2. Tipe tipe dari HSV adalah :
 Herpes simpleks virus tipe I : pada umumnya menyebabkan
lesi atau luka pada sekitar wajah, bibir, mukosa mulut, dan
leher.
 Herpes simpleks virus tipe II : umumnya menyebabkan lesi
pada genital dan sekitarnya (bokong, anal dan paha).
Herpes simpleks virus tergolong dalam famili
herpes virus, selain HSV yang juga termasuk dalam
golongan ini adalah Epstein barr (mono) dan varisela zoter
yang menyebabkan herpes zoter dan varicella. Sebagian
besar kasus herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2, namun
tidak menutup kemungkinan HSV-1 menyebabkan kelainan
sama. Pada umumnya disebabkan oleh HSV-2 yang
penularanya secara utama melalui vaginal atau anak seks.
Beberapa tahun ini, HSV-1 telah lebih sering juga
menyebabkan herpes genital. HSV-1 genital menyebar
lewat oral seks yang memiliki cold sore pada mulut atau
bibir, tetapi beberapa kasus dihasilkan dari vaginal atau
anal seks.
3. Cara masuknya herpes simpleks
 Inveksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus
menyebar melalui droplet pernafasan, atau melalui kotak
langsung dengan salvia yang terinfeksi. Seorang terpajan HSV-
1 pada umumnya sebelum pubertas. Kulit dan mukosa
merupakan pintu masuk sekaligus tempat multplikasi virus,
yang menyebabkan sel lisis dan terbentuknya vesikel.
 HSV-2 biasanya ditularkan secara seksusal. Setelah virus
masuk kedalam tubuh hespes, terjadi pengabungan dengan
DNA hospes dan mengadakan multiplikasi serta menimbulkan
kelainan pada kulit. Waktu itu pada hospes itu sendiri belum
ada antibody spesifik. Keadaan ini dapat mengakibatkan
timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala konstitusi

9
berat. Virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion
saraf regional dan terdim disana serta bersifat laten.

D. HERPES ZOOSTER
1. Pengertian
Herpes zoster adalah penyakit virus yang lazim dan
melemahkan yang sering menyebabkan komplikasi yang parah.
Herpes zoster terjadi akibat penyebaran virus varicella zoster
yang menyerang saraf ganglia. Gejala dari herpes zoster antara
lain nyeri neuropatik yang disertai ruam vesikuler.
Herpes zoster adalah infeksi penyakit kulit akut yang
sifatnya localized, menyerang kulit dan mukosa, dengan ciri
khas nyeri radikuler, unilateral dan gerombolan vesikelnya
tersebar sesuai dermatom, yang di inervasi oleh satu ganglion
saraf sensoris. Populasi terbesar yang rentan mengalami herpes
zoster yaitu 50 tahun keatas (Chen et al, 2017).
Herpes Zoster (HZ) biasa disebut shingles, merupakan
penyakit kulit infeksi akibat reaktivasi virus varisela zoster
(VVZ) setelah infeksi primer yang bermanifestasi pada kulit
dan mukosa. 3 Hampir satu dari tiga orang di Amerika Serikat
akan mengalami herpes zoster selama masa hidup mereka.4
Angka kejadian di Amerika Serikat setiap tahunnya
diperkirakan sebanyak satu juta kasus, dengan rata-rata 3-4
kasus per 1000 penduduk.5 Estimasi kejadian herpes zoster di
Eropa sekitar 3,4 - 4,82 per 1000 penduduk per tahun dan
meningkat menjadi lebih dari 11 per 1000 penduduk per tahun
pada usia minimal 80 tahun.
Insiden herpes zoster meningkat seiring bertambahnya usia
dan berkaitan dengan menurunnya sistem imunitas tubuh pada
seseorang.7 Penyakit ini lebih sering menyerang pasien dewasa
dibandingkan anak-anak.8 Puncak kasus herpes zoster terjadi
pada usia 45-64 tahun berdasarkan data pada 13 rumah sakit
pendidikan di Indonesia pada tahun 2011-2013.3 Kejadian
herpes zoster pada usia lebih dari 50 tahun dapat mencapai

10
66%. 9 Selain pada peningkatan usia, juga dapat terjadi pada
pasien imunokompromais seperti pasien HIV-AIDS, pasien
dengan keganasan, dan pasien yang mendapat obat
imunosupresi atau transplantasi organ.
2. Cara penularan herpes zoster
Infeksi VZV mudah menular melalui droplet yang
menyebar ketika seseorang dengan varisela batuk atau bersin,
kontak langsung dengan secret saluran pernapasan atau dengan
lesi pada kulit yang belum berkrusta,Virus cacar air ini tersebar
di seluruh dunia, dan menyerang terutama pada anak-
anak.Penyakit cacar air ini sangat menular.
Penularan atau transmisi penyakit ini terjadi melalui
perantaraan udara dan melalui kontak langsung dengan cairan
yang keluar dari cacar / vesikel. Virus akan masuk ke saluran
pernafasan atas kemudian memperbanyak diri di sana. Setelah
memperbanyak diri, virus akan menyebar ke peredaran darah
dan menimbulkan gejala klinis.
Bila seseorang terkena virus tersebut, maka sampai kurang
lebih 7 hari sejak munculnya kelainan pada kulit penularan,
masih dapat terjadi kepada orng lain (Djuanda, 2011).
3. Tanda dan gejala
Waktu dari masuknya virus ke dalam tubuh hingga
muncul gejala klinis bagi cacar air berlangsung rata-rata 14
hingga 21 hari. Saat terkena infeksi virus varisela- zoster, akan
timbul gejala seperti flu-like syndrome selama 1-2 hari berupa
demam tidak terlalu tinggi yang umumnya berkisar 37,8⁰C
sampai 39,4⁰C, badan yang lemah, dan nyeri kepala.
Setelah itu akan mulai timbul erupsi kulit berupa
tonjolan pada kulit dengan diameter milimeter sampai
sentimeter yang berwarna kemerahan. Tonjolan tersebut akan
mulai berisi cairan (disebut vesikel) dalam waktu beberapa
jam. Vesikel pada cacar air berbentuk khas menyerupai tetesan
embun (tear drops). Setelah itu, vesikelakan berubah menjadi
berisi nanah dan kemudian pecah mengeluarkan cairan. Cairan

11
yang keluar sangat menular karena mengandung virus. Cairan
yang mengering akan berubah menjadi kerompeng atau koreng
(krusta). (Djuanda, 2011).
4. Komplikasi
pada susunan saraf pusat merupakan komplikasi yang
paling sering terjadi, sementara komplikasi pada paru-paru
(pneumonia) merupakan komplikasi yang paling serius. Bila
tidak tertangani dengan baik, penyakit cacar air dapat
mengakibatkan kematian, terutama pada pasien dengan daya
tubuh yang rendah.
Infeksi akibat virus varisela-zoster juga dapat
mempengaruhi kehamilan. Infeksi yang terjadi pada trimester
pertama dalam kehamilan dapat menimbulkan kelainan bawaan
pada calon bayi, sedangkan bila infeksi virus tersebut terjadi
pada beberapa hari menjelang kelahiran dapat menyebabkan
cacar air bawaan (Djuanda, 2011).
5. Penularan
Dapat menular melalui percikan ludah.
Juga dapat menyebar melalui kontak langsung atau
tidak langsung dengan nanah dari gelembung dan
selaput lendir orang yang terkena cacar air.
6. Pengobatan
Penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti pada
cacar air ini, pada umumnya bersifat sembuh dengan
sendirinya. Pengobatan yang dapat dilakukan pada umumnya
hanya untuk meredakan gejala yang dirasakan oleh
penderita.Selain itu, pengobatan juga ditujukan untuk
mencegah terjadinya komplikasi.
Menjaga kebersihan badan dengan mandi
menggunakan sabun tiap hari sangat penting.Selain itu,
menghindari garukan pada kulit agar tidak terjadi luka dan
menjaga kebersihan kuku juga penting dilakukan.Hal ini
bertujuan untuk mencegah infeksi lanjutan yang ditimbulkan
oleh bakteri.
12
Untuk menghilangkan atau membantu mengurangi
rasa gatal, dapat diberikan obat antihistaminataupun sedatif
(penenang).Dapat pula diberikan obat yang digunakan di luar
tubuh, seperti bedak yang mengandung zat anti gatal (mentol,
kamfora).Selain untuk mengurangi rasa gatal, bedak tersebut
juga dapat berfungsi untuk mencegah pecahnya vesikel secara
dini.Selain itu, dapat juga menggunakan kompres basah untuk
mengurangi rasa gatal.Untuk ruam biasanya mulai sebagai
bengkak kecil yang menjadi lepuh dapat diberikan acyclovir
zalf bila diperlukan. Karena lepuh akan berubah menjadi
koreng dan akan sembuh dengan sendirinya.
Penggunaan obat-obat antivirus pada umumnya tidak
diperlukan untuk cacar air, kecuali bila durasi cacar air sudah
melebihi 24 jam dan pada pasien usia kurang dari 12 tahun.
Obat antivirus juga digunakan pada pasien dengan daya tahan
tubuh yang rendah.
Penggunaan obat-obatan seperti antipiretik (obat
yang digunakan untuk menurunkan panas) dapat membantu
mengurangi gejala pasien. Obat lain seperti analgesik (untuk
mengurangi rasa nyeri) juga dapat digunakan. Sementara bila
terjadi infeksi sekunder atau infeksi kedua oleh kuman lain
yang umumnya disebabkan oleh bakteri dapat diberikan obat
antibiotik baik lokal atau sistemik, berupa salep ataupun oral.
Penanganan untuk komplikasi yang terjadi memerlukan
tindakan lebih lanjut di rumah sakit. Pencegahan untuk infeksi
virus varisela dilakukan dengan imunisasi. Pemberian
imunisasi direkomendasikan untuk anak usia lebih dari 1 tahun
hingga 12 tahun dan dewasa yang belum terkena cacar air.
Vaksin modern sekarang sangat aman diberikan.Beberapa
gejala penyerta mungkin timbul setelah imunisasi, seperti gatal,
bengkak, atau kemerahan pada tempat suntikan, atau gejala
demam dan bintik-bintik merah seperti cacar air namun lebih
ringan.Namun, kasus seperti ini yang terjadi sangat jarang dan
dapat diobati.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Acne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel
polisebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustula, nodus, dan kista
pada tempat predileksinya (Wasitaatmadja, 2010). Tempat predileksinya yaitu pada
kelenjar sebasea berukuran besar, seperti wajah, dada, dan punggung bagian atas
(Tjekyan, 2008). Akne sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu acme yang berarti
sebuah titik (Brown & Burns, 2005).
Dermatitis dan eksim adalah istilah yang dapat digunakan bergantian untuk
mendeskripsikan sekelompok kelainan dengan penampilan klinis yang khas.(Black,
2014).
Herpes simpleks adalah penyakit bebentuk lesi pada kulit disebabkan oleh herpes
simpleks virus (HSV) yang menimbulkan infeksi akut dan ditandai dengan vesikel
berkelompok pada kulit yang lembab.
Herpes zoster adalah penyakit virus yang lazim dan melemahkan yang sering
menyebabkan komplikasi yang parah. Herpes zoster terjadi akibat penyebaran virus
varicella zoster yang menyerang saraf ganglia. Gejala dari herpes zoster antara lain
nyeri neuropatik yang disertai ruam vesikuler.
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca untuk memberi masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun tentang patofisiologi

14
DAFTAR PUSTAKA

Brier, J. and lia dwi jayanti (2020) ‘No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における


健 康 関 連 指 標 に 関 す る 共 分 散 構 造 分 析 Title’, 21(1), pp. 1–9. Available at:
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203.

15

Anda mungkin juga menyukai