Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MIKOLOGI

“MIKOSIS SUPERFISIAL NON DERMATIFISIS”

Disusun oleh:

Dosen pembimbing:

D-III Teknologi Laboratorium Medik

STIKes Perintis Padang

Tahun Ajaran 2019/2020


KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr. wb…

Puji dan syukur marilah selalu kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan
Mata Kuliah Mikologi yang membahasas tentang “Mikosisi Superfisisal Non Dermatifisis”.

Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik yang
membangun sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk kita semua dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

Padang , 1 April 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................1

DAFTAR ISI....................................................................................2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................3


B. Rumusan Masalah................................................................4
C. Tujuan Penulisan..................................................................4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Antigen.................................................................................5
B. Epitop (Antigen Determinant)..............................................7
C. Antibodi................................................................................8
D. Struktur Antibodi................................................................10

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................11
B. Saran...................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Mikosis adalah infeksi jamur. Dermatomikosis adalah penyakit jamur yang


menyerang kulit.2 Mikosis dibagi menjadi empat kategori yaitu: (1) superfisialis, (2)
subkutaneus, (3) sistemik, dan (4) oportunistik. Mikosis superfisialis cukup banyak
diderita penduduk di negara tropis. Indonesia merupakan salah satu negara tropis
dengan udara yang lembab. Udara yang lembab dapat memicu terjadinya infeksi
jamur kulit. Penyebab infeksi jamur kulit dibedakan menjadi non-dermatofita dan
dermatofita. Untuk membedakan penyebabnya, maka dilakukan pemeriksaan dengan
KOH dan juga kultur. Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang
mengandung keratin atau stratum korneum seperti lapisan epidermis di kulit, rambut
dan kuku yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita. Dermatofita meliputi
Microsporum, Epidermophyton, dan Trichophyton. 3,4 Timbulnya infeksi dermatofita
pada kulit manusia didukung oleh kelembaban, kehangatan, komposisi sebum dan
keringat, usia muda, dan kontak dengan jamur dalam jangka waktu yang lama.
Mikosis superfisialis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur
dermatofita dan non dermatofita. Mikosis superfisialis yang disebabkan oleh jamur
dermatofita disebut dermatofitosis dan yang disebabkan jamur non dermatofita
disebut non dermatofitosis. Mikosis superfisialis termasuk infeksi kronis karena
pertumbuhan jamur yang lambat. Infeksi ini menyerang permukaan/superfisial dan
pada umumnya banyak terjadi di iklim tropis (Harti, 2015). Angka kejadian mikosis
superfisial diperkirakan sekitar 20-25% dari populasi dunia (Rosida & Evy, 2017).
Orang-orang yang beresiko menderita infeksi ini adalah orang-orang yang sering
kontak dengan air, salah satunya adalah pencuci motor. Jamur bisa tumbuh pada kulit
sela-sela jari kaki. Pertumbuhan jamur dapat menyebabkan rasa gatal dan tidak
nyaman pada orang yang terinfeksi sehingga menurunkan produktivitas kerja.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan mikosis superfisial?

3
2.      Mengetahui jenis-jenis jamur yang menginfeksi?

3.      Mengetahui jenis-jenis penyakit yang ditimbulkan?

C.    Tujuan Penulisan

Adapun tujuan adanya Makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman


tentang mikosis superfisial non dermatofisis serta mengetahui jenis jamur dan
penyakit yangditimbulkan

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Mikosis superfisialis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur dermatofita dan
non dermatofita. Frekuensi kejadian non dermatofitosis lebih sedikit jika dibandingkan
dengan dermatofitosis. Kegagalan mekanisme pertahanan kulit seperti trauma, iritasi, dan
maserasi dapat menyebabkan infeksi kutan terjadi (Hainer, 2003).Mikosis superfisial
dibagi menjadi 2 macam, yaitu dermatofitosis dan non dermatofitosis

Infeksi non-dermatofitosis adalah infeksi pada kulit yang disebabkan jenis jamur non
dermatofita, jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat untuk dapat mencerna keratin kulit
sehingga hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar.

B. Non Dermatifisis

Infeksi non-dermatofitosis adalah infeksi pada kulit yang disebabkan jenis jamur non
dermatofita, jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat untuk dapat mencerna keratin kulit
sehingga hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar.

1. Kandidiasis kulit
Kandidiasis disebut juga moniliasis atau kandidosis. Penyebab dari kandidiasis
adalah jamur Candida albicans. Jamur ini dapat ditemui di berbagai spesies unggas dan
mamalia serta secara alami ada di rongga mulut dan alat pencernaan manusia. Jamur ini
dapat menjadi patogen bila kondisi dan daya tahan tubuh penderita menurun (Soedarto,
2007).
Menurut Goodheart (2009), penyakit ini jauh lebih jarang dijumpai daripada
infeksi tinea. Candida albicans tumbuh subur di tempat yang lembab dan tertutup,
terutama sebagai infeksi sekunder. Penyakit ini terjadi pada orang yang tangannya sering
kontak dengan air (misal tukang cuci, petugas kesehatan, penata bunga), orang dengan
obesitas, dan bayi (di daerah popok dan mulut).

5
Candida albicans hanya akan menjadi patogenik bila terdapat situasi yang
memungkinkan untuk terjadinya multiplikasi (perbanyakan), termasuk di antaranya
adalah pemakaian steroid sistemik maupun topikal, terjadinya penurunan imunitas karena
suatu sebab misalnya limfoma atau AIDS, diabetes mellitus, dan aposisi daerah-daerah
kulit sehingga menghasilkan lingkungan yang hangat dan lembab (Brown & Tony, 2005).
Candida berbentuk sel ragi (sel khamir) yang disebut juga blastospora, multiplikasi
dengan membentuk tunas. Candida dapat membentuk tunas semu (pseudohifa) maupun
hifa sejati (Irianto, 2014).
Kandidiasis dapat menyerang lipatan-lipatan kulit yang besar seperti inguinal, aksila,
dan lipat payudara. Gambaran khas penyakit ini adalah bercak kemerahan yang agak
lebar pada lipatan kulit tersebut dengan dikelilingi oleh lesi-lesi satelit yang di bagian
tengahnya sering terjadi erosi, sedangkan di tepinya terjadi pengelupasan kulit tanpa
peninggian lesi. Orang yang sehari-harinya mencuci, jamur ini menyerang daerah
interdigital tangan maupun kaki dengan gambaran klinis terjadi daerah erosi dengan
maserasi berwarna keputihan di tengahnya dan terjadi lesi-lesi satelit di sekelilingnya
(Harahap, 2000).
Diagnosa untuk kandidiasis dilakukan dengan pemeriksaan menggunakan KOH 20%.
Dengan pemeriksaan KOH 20% akan ditemukan pseudohifa, sel ragi bertunas (budding
yeast), atau miselium. Pemeriksaan biakan menggunakan media Saboraud Dextrose Agar
(SDA) yang akan memperlihatkan koloni putih pucat seperti krim (Goodheart, 2009).
Kandidiasis kulit dapat diobati dengan memberikan obat anti jamur topikal, seperti
klotrimazol, ekonazol, ciclipirox, mikonazol, ketokonazol, dan nistatin. Penggunaan
bedak dapat menjaga kondisi kulit tetap kering karena dalam kondisi lembab
mempermudah pertumbuhan jamur Candida (Kundu & Amit, 2012).

2. Tinea versikolor
Tinea versikolor adalah infeksi superfisial yang sangat lazim yang disebabkan
oleh suatu ragi komensal, yaitu Malassezia furfur (Brown et al., 2011). Malassezia furfur
adalah jamur dimorfik (yeast-like mold) dengan bentuk budding yeast dan bentuk hifa
pendek. Jamur ini merupakan flora normal pada kulit manusia dan bersifat lipofilik.
Sindroma klinik terjadi akibat proliferasi. Selain menyebabkan Pitriasis versikolor, jamur
ini juga dapat menyebabkan penyakit Pitriasis folliculitis, dandruff, dan intravenous
catheter associated sepsis (Irianto, 2014).

6
Pada kulit yang terang, lesi berupa makula coklat muda dengan skuama halus di
permukaan, terutama terdapat di badan dan lengan atas. Kelainan ini biasanya
asimptomatik. Pada kulit gelap, penampakan yang khas berupa bercak-bercak
hipopigmentasi. Hilangnya pigmen diduga ada hubungannya dengan produksi asam
azelaik oleh ragi, yang menghambat tironase sehingga mengganggu produksi melanin, hal
ini menyebabkan lesi berwarna coklat pada kulit yang pucat tidak diketahui. Variasi
warna pada panu tergantung pada warna kulit aslinya oleh karena itu dinamakan
„versikolor‟ (Brown & Tony, 2005).
Diagnosis klinis dilakukan dengan pemeriksaan sinar Wood. Hasil yang diperoleh
terlihat warna kuning keemasan yang disebabkan 16 oleh metabolit jamur serta
pemeriksaan kerokan kulit dengan menggunakan KOH 20%, terlihat hifa pendek dengan
spora berkelompok (Thaha, 2008).
Pengobatan untuk tinea versikolor yang ringan adalah menggunakan terapi topikal
yang diberikan sewaktu mandi, misalnya menggunakan sampo selenium sulfide,
ketokonazol 1% setiap hari, terapi tersebut merupakan metode tanpa resep yang murah
dan dapat menghilangkan lesi. Jika tinea versikolor terdapat di punggung penggunaan
mikonazol, klotrimazol, atau, terbinafin dalam bentuk spray memungkinkan pemberian
ke punggung lebih mudah. Obat topikal digunakan satu sampai dua kali dalam sehari
(Goodheart, 2009).

3. Pitirosporum Folikulitis
Definisi :
Merupakan bentuk klinis yang lebih berat, Malasezia furfur dapat tumbuh
dalam jumlah banyak pada folikel rambut dan kelenjar sebasea.
Gejala Klinis:
Predileksi : distribusinya dipunggung, dada kadang-kadang dibahu, dengan leher dan
rusuk
UKK :lesi terlihat eritem, papula folikular atau pustula dengan ukuran

4. TineaNigraPalmaris
Tinea Nigra Palmaris merupakan infeksi jamur yang mengenai tangan atau kaki yang
mengalami bercak-bercak putih atau hitam. Penyebabnya adalah Cladosporium
werneckii. Infeksi jamur ini biasanya menyerang telapak tangan atau kaki yang
menimbulkan bercak-bercak warna tengguli hitam , tidak ada keluhan yang jelas

7
hanya dari segi estetika kurang sedap dipandang karena tampak kotor pada tangan dan
kaki, kadang-kadang terasa gatal.

Infeksi jamur superfisialis yang biasanya menyerang kulit telapak kaki dan
tangan dengan memberikan warna hitam sampai coklat pada kulit yang terserang.
Makula yang terjadi tidak menonjol pada permukaan kulit, tidak terasa sakit dan tidak
ada tanda-tanda radang. Kadang-kadang makula ini dapat meluas sampai ke
punggung, kaki dan punggung tangan, bahkan dapat menyebar sampai dileher, dada
dan muka.
• Sinonim : Kerato mikosis nigrikans palmaris, pitiriasis nigra, kladosporosis
epidemika, mikrosposrosis nigra, tinea nigra

Gejala Klinis :
Menyerang kulit telapakkaki dan tangan dengan memberikan warna hitam
sampai coklat pada kulit yang terserang. Makula yang terjadi tidak menonjol pada
permukaan kulit, tidak terasa sakit dan tidak ada tandatanda radang. Kadang-kadang
makula ini dapat meluas sampai ke punggung, kaki dan punggung tangan, bahkan
dapat menyebar sampai dileher, dada dan muka. Gambaran efloresensi ini dapat
berupa polosiklis, arsiner dengan warna hitam atau coklat hampir sama seperti setetes
nitras argenti yang diteteskan pada kulit

DIAGNOSA
Bahan pemeriksaan berasal dari kerokan kulit tempat infeksi, hasil kerokan langsung
dilakukan pemeriksaan mikroskopik dengan menggunakan KOH 10 %. Jamur akan
tampak hifa dan tunas yang berwarna hitam atau hijau tua dengan spora yang
bergerombol.

KULTUR
Jika dikultur akan tampak koloni granuler yang berwarna hitam.

8
5.PIEDRA
Merupakan infeksi jamur pada rambut, berupa tonjolan, keras melekat pada rambut.
Ada dua jenis piedra yaitu : Piedra hitam dan Piedra putih.

PIEDRAHITAM
Merupakan infeksi jamur pada rambut kepala yang disebabkan oleh Piedraia hortai.
Infeksi terjadi karena rambut kontak dengan spora jamur. Rambut yang terinfeksi
mengalami kelainan berupa benjolan yang keras pada rambut yang berwarna coklat
kehitaman. Benjolan sulit dilepaskan jika dipaksakan rambut akan patah. Penderita
tidak mengalami gangguan hanya pada saat menyisir rambut mengalami kesulitan.

Gejala Klinis:
Pada rambut kepala, janggut, kumis akan tampak benjolan atau penebalan
yang keras warna hitam. Penebalan ini sukar dilepaskan dari corong rambut
tersebut.Umumnya rambut lebih suram, bila disisir sering memberikan bunyi seperti
logam.Biasanya penyakit ini mengenai rambut dengan kontak langsung atau tidak
langsung.

DIAGNOSA
Bahan pemeriksaan berasal dari potongan rambut yang terinfeksi, dilakukan
pemeriksaan langsung dengan menggunakan KOH 10 %. Hasil mikroskopik akan

9
tampak hifa yang padat berwarna tengguli dan ditemukan askus yang mengandung
askospora.

Laboratorium
a. Langsung dengan KOH 10-20% dari rambut yang ada benjolan tampak hifa
endotrik (dalam rambut pada lapisan kortek) sampai ektotrik (di luar rambut) yang
besar 4-8 mu berwarna tengguli hitam dan ditemukan spora yang besarnya 1-2u
b. Kultur rambut dalam media Saboutound tampak koloni mula-mula tumbuh sebagai
ragi yang berwarna kuning kehijauan, kemudian dalam 2-4 hari akan berubah menjadi
koloni filamen.

KULTUR
Jika ditaman pada media SGA tampak koloniyang berwarna Hitam.

PIEDRAPUTIH
Merupakan infeksi jamur pada rambut yang disebabkan oleh Trichosporon cutaneum.
Infeksi terjadi karena rambut kontak dengan spora jamur. Rambut yang terifeksi
mengalami kelainan berupa benjolan yang tidak berwarna .

DIAGNOSA
Bahan pemeriksaan berasal dari rambut yang terinfeksi dilakukan pemeriksaan

10
langsung dengan menggunakan KOH 10 %. Tampak anyaman hifa yang padat tidak
berwarna atau putih kekuningan, ditemukan arthrospora pada ujung hifa.

KULTUR
Bahan pemeriksaan jika ditanam pada media akan tumbuh koloni yang berwarna
kuning, granuler.

ETIOLOGI :
Piedra Beigeli (Trikosporon beigeli) terutama terdapat didaerah subtropis,
daerah dingin, (di Indonesia belum ditemukan)

PATOGENESIS:
Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari orang
yang sudah terkena infeksi

GAMBARAN KLINIS:
Adanya benjolan warna tengguli (Coklat merah tua) pada rambut, kumis,
jenggot, kepala, umumnya tidak memberikan gejala-gejala keluhan

DIAGNOSA LABORATORIUM
Diagnosa ditegakkan atas dasar :
- gejala kllinis
- pemeriksaan laboratorium dengan
KOH dan kultur pada agar Sabauroud.

11
6. Otomikosis
Definisi :
Infeksi jamur pada liang telinga bagian luar yang ditandai dengan inflamasi
eksudatif dan gatal.

Etiologi :
Penyebab penyakit ini terutama jamur kontaminan seperti aspergilus,
penisilium dan mukor

Epidemiologi :
Merupakan penyakit kosmopolit terutama didaerah panas dan lembab, infeksi
terjadi secara kontak langsung

Gejala Klinis :
Pada liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan
kelainan ini ke bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun
telinga sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama
halus. Bila meluas sampai ke dalam, sampai ke membrana timpani, maka daerah ini
menjadi merah, berskuama

12
Diagnosis :
• Diagnosa didasarkan pada :
1. Gejala klinik Yang khas, terasa gatal atau sakit diliang telinga dan daun telinga
menjadi merah,skuamous dan dapat meluas ke dalam liang telinga sampai 2/3
bagian luar.

2 .Pemeriksaan Laboratorium
a. Preparat langsung: Skuama dari kerokan kulit Jiang telinga diperiksa dengan KOH
10% akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum dan kadang-kadang dapat ditemukan
spora-spora kecil dengan diameter 2-3 u.
b. Pembiakan: Skuama dibiak pada media Sabauroud dekst ditemukan dekstrosa agar
dan dikeram pada temperatur kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu minggu berupa
koloni filamen berwarna putih. Dengan mikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada
ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma dan spora berjejer melekat pada
permukaannya.

7. Keratomikosis
Definisi :
Infeksi jamur pada kornea mata yang menyebabkan ulserasi dan inflamasi
setelah trauma dan diobati

Sinonim :
Keratosis Mitotik

Etiologi :
Penyebab penyakit ini antara lain jamur aspergilus, fusarium,cephalosporum,
curvaria dan penicilium

Gejala klinis :
Lesi mulai dengan benjolan yang menonjol sedikit di atas permukaan,
berwarna putih kelabu dan berambut halus, pada kornea terbentuk ulkus dangkal,
terbentuk halo lebar berwarna putih berbatas tegas mengelilingi titik pusat, terdapat
inflamasi, vaskularisasi tak tampak

13
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai