Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KASUS

ACNE VULGARIS

Pembimbing:

dr. Andri Catur Jatmiko, Sp.KK

Oleh:

Alif Riadi

201920401011135

SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN


RSUD JOMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya, Laporan kasus Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin yang

berjudul Acne Vulgaris dapat penulis selesaikan. Laporan Kasus ini disusun

sebagai bagian dari proses belajar selama kepaniteraan klinik di bagian Ilmu

Kesehatan Kulit & Kelamin dan penulis menyadari bahwa referat ini tidaklah

sempurna. Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kesalahan dalam pembuatan

referat ini.

Penulis berterima kasih kepada dokter pembimbing,dr. Andri Catur Jatmiko,

Sp.KK atas bimbingan dan bantuannya dalam penyusunan referat ini. Penulis

sangat menghargai segala kritik dan saran sehingga referat ini bisa menjadi lebih

baik dan dapat lebih berguna bagi pihak-pihak yang membacanya di kemudian

hari.

Jombang, Oktoberi 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................ ii

Daftar Isi.......................................................................................................................... iii

Bab 1 Pendahuluan........................................................................................................1

Bab 2 Tinjauan Pustaka.................................................................................................2

2.1 Definisi..................................................................................................................2

2.2 Epidemiologi..........................................................................................................2

2.3 Etiologi...................................................................................................................3

2.4 Patogenesis.............................................................................................................5

2.5 Gejala Klinis..........................................................................................................9

2.6 Klasifikasi............................................................................................................10

2.7 Diagnosis.............................................................................................................12

2.8 Diagnosis Banding...............................................................................................14

2.9 Tatalaksana..........................................................................................................15

2.10Komplikasi...........................................................................................................17

2.11Prognosis..............................................................................................................18

Bab 3 Tinjauan Penelitian Deskriptif...........................................................................19

Bab 4 Studi Kasus........................................................................................................29

Bab 5 Kesimpulan............................................................................................................

Daftar Pustaka .....................................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Acne vulgaris atau biasa dikenal dengan jerawat merupakan penyakit kulit

yang paling banyak dikeluhkan oleh setiap masyarakat, khususnya pada remaja.

Sekitar 85% remaja terkena Acne vulgaris dengan tingkat keparahan tertentu,

paling sering muncul pada usia 15-18 tahun, baik pada laki-laki ataupun

perempuan, namun terkdang dapat menetap sampai dekade ketiga atau bahkan

pada usia yang lebih lanjut.

Akne vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit keradangan kronis dari

folikel pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, kista, dan

pustula.Predileksi AV terutama pada daerah wajah, bahu, lengan atas, dada, dan

punggung.

Penyakit ini tidak fatal namun dapat merisaukan karena tidak hanya

memberikan efek secara fisik pada pasien, namun juga efek psikologis.akne

memiliki dampak psikososial yang signifikan pada penderita. Rendah

diri,penarikan sosial, frustasi, kecemasan,kemarahan, depresi, dan bunuh diri

mungkin berkembang sebagai akibat dari akne.

Oleh karena itu perlu pemahaman lebih mengenai penyakit ini, mulai dari

penyebab, perjalan penyakit, identifikasi faktor pencetus dan pemilihan

pengobatan yang tepat dalam penatalaksanaan pasien Akne Vulgaris.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Akne vulgaris adalah penyakit kulit akibat peradangan menahun folikel

pilosebasea umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri.

Gambaran klinis berupa komedo, papul, pustul, nodus dan kista pada tempat

predileksinya yaitu terutama pada daerah wajah, bahu, lengan atas, dada, dan

punggung.

2.2 Epidemiologi

Sebuah studi menyatakan bahwa 85% penduduk usia 18-24 tahun di

Amerika Serikat mengalami akne vulgaris. Studi lain memaparkan angka

prevalensi akne vulgaris 71,23% di Peru, 93,3% di Australia, dan 14% di Inggris.

Di Indonesia angka terjadinya acne vulgaris 85% hingga 100% selama hidup

mereka. Angka kejadian penderita pada remaja lebih banyak terjadi pada laki-laki

yaitu 95% sampai 100% sedangkan pada perempuan terjadi 83% sampai 85%

dengan rentang usia 16 sampai 17 tahun (Shalita 2011)

Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering

dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Kligman

menyatakan bahwa tidak ada seorangpun (artinya 100%), yang sama sekali tidak

pernah menderita penyakit ini. Pada umumnya, involusi penyakit terjadi sebelum

usia 25 tahun. Bagaimanpun, terdapat variabilitas yang besar pada usia saat onset

dan resolusi 12% perempuan dan 3% laki-laki akan berlanjut secara klinis sampai

usia 30-40 tahun. Biasanya tingkat keparahan remaja perempuan lebih tinggi

2
dibandingkan remaja laki-laki. Pada kasus tertentu tingkat keparahannya dapat

berlangsung lebih lama, Sebagian kecil akan menjadi papul dan nodul inflamasi

dengan pertumbuhan lesi yang berkembang hingga dewasa. Sebagian besar

menyerang pada bagian wajah dibandingkan yang lainnya, sehingga hal ini

berdampak besar pada psikologis setiap orang khususnya remaja. Kejadian acne

vulgaris di America terjadi 60% hingga 70% selama hidup mereka, sekitar 20%

mengalami jerawat yang parah hingga mengakibatkan timbulnya jaringan parut.

(perumal, 2010)

2.3 Etiologi

Penyebab akne pada beberapa orang dipengaruhi oleh: stress, penyakit atau

kecapekan, sinar matahari, debu, paparan sinar matahari sering menyebabkan

akne tapi mungkin tidak terjadi pada beberapa orang, perubahan hormone,

diantaranya sering timbul akne pada saat siklus menstruasi, kehamilan biasanya

menyebabkan akne, beberapa pil KB bisa menyebabkan akne atau menghambat

akne tergantung dari konsentrasi esterogen, kosmetik dimana pemakaian kosmetik

yang tebal mengiritasi lapisan beberapa sel pada saluran kelenjar minyak sehingga

membentuk sumbatan kosmetik yang tipis.

Akne vulgaris derajat ringan biasanya terjadi pada bayi yang terjadi oleh

karena stimulasi folikular oleh kelenjar androgen adrenal yang berlanjut pada

periode neonatal (Zaenglein, 2007).

Etiologi pasti penyakit ini belum diketahui. Faktor yang berkaitan dengan

patogenesis penyakit (FK UI, 2003):

1. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel

3
Keratinisasi dalam folikel yang biasanya berlangsung longgar berubah

menjadi padat sehingga sukar lepas dari saluran folikel tersebut.

2. Produksi sebum yang meningkat

Menyebabkan peningkatan unsur komedogenik dan inflamatogenik

penyebab terjadinya lesi akne.

3. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas

Asam lemak bebas merupakan penyebab terjadinya proses inflamasi

folikel dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting dalam

patogenesis penyakit.

4. Peningkatan jumlah flora folikel (Propionibacterium acnes)

Flora ini berperan pada proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan

enzim lipolitik pengubah fraksi lipid sebum.

5. Peningkatan kadar hormon androgen, anabolik, kortikosteroid,

gonadotropin serta ACTH

Hormon ini mungkin menjadi faktor penting pada kegiatan kelenjar

sebasea.

6. Terjadi stres psikik

Stres psikik dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea, baik secara langsung

maupun tidak langsung atau melalui rangsangan terhadap kelenjar

hipofisis.

7. Obat-obatan

Kostikosteroid, androgen.INH, phenobarbital, dll dapat menyebabkan

eksaserbasi akne yang sudah ada.

8. Faktor lain : usia, ras, familial, makanan, debu, cuaca / musim

4
Faktor-faktor ini secara tidak langsung dapat memacu peningkatan proses

patogenesis tersebut.

2.4 Patogenesis

Patogenesis akne vulgaris sangat kompleks, dipengaruhi banyak faktor

dan kadang-kadang masih kontroversial. Ada empat hal penting yang

berhubungan dengan terjadinya akne, yakni peningkatan sekresi sebum, adanya

keratinisasi folikel, bakteri, dan peradangan (inflamasi) (Zaenglein, 2007).

1. Peningkatan sekresi sebum

Faktor pertama yang berperan dalam patogenesis akne ialah peningkatan

produksi sebum oleh glandula sebacea. Pasien dengan akne akan memproduksi

lebih banyak sebum dibanding yang tidak terkena akne meskipun kualitas sebum

pada kedua kelompok tersebut adalah sama. Salah satu komponen dari sebum

yaitu trigliserida mungkin berperan dalam patogenesis akne.Trigliserida dipecah

menjadi asam lemak bebas oleh P.aknes, flora normal yang terdapat pada unit

pilosebacea.Asam lemak bebas ini kemudian menyebabkan kolonisasi P.aknes,

mendorong terjadinya inflamasi dan dapat menjadi komedogenik.

Hormon androgen juga mempengaruhi produksi sebum. Serupa dengan

aktifitasnya pada keratinosit infundibuler follikular, hormon androgen berikatan

dan mempengaruhi aktifitas sebosit. Orang-orang dengan akne memiliki kadar

serum androgen yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang tidak terkena

akne. 5α-reduktase, enzim yang bertanggung jawab untuk mengubah testosteron

menjadi DHT poten memiliki aktifitas yang meningkat pada bagian tubuh yang

5
menjadi predileksi timbulnya akne yaitu pada wajah, dada, dan punggung

(Zaenglein, 2007).

2. Keratinisasi folikel

Hiperproliferasi epidermis follikular menyebabkan pembentukan lesi

primer akne yaitu mikrokomedo.Epitel folikel rambut paling atas, yaitu

infundibulum menjadi hiperkeratosis dengan meningkatnya kohesi dari

keratinosit. Kelebihan sel dan kekuatan kohesinya menyebabkan pembentukan

plug pada ostium follikular. Plug ini kemudian menyebabkan konsentrasi keratin,

sebum, dan bakteri terakumulasi di dalam folikel. Hal tersebut kemudian

menyebabkan pelebaran folikel rambut bagian atas, yang kemudian membentuk

mikrokomedo.Stimulus terhadap proliferasi keratinosit dan peningkatan daya

adhesi masih belum diketahui.Namun terdapat beberapa faktor yang diduga

menyebabkan hiperproliferasi keratinosit yaitu stimulasi androgen, penurunan

asam linoleat, dan peningkatan aktifitas interleukin (IL)-1α (Zaenglein, 2007).

Hormon androgen dapat berperan dalam keratinosit follikular untuk

menyebabkan hiperproliferasi.Dihidrotestosteron (DHT) merupakan androgen

yang poten yang memegang peranan terhadap timbulnya akne.17β-hidroksisteroid

dehidrogenase dan 5α-reduktase merupakan enzim yang berperan untuk

mengubah dehidroepiandrosteron (DHEAS) menjadi DHT.Jika dibandingkan

dengan keratinosit epidermal, keratinosit follikular menunjukkan peningkatan

aktifitas 17β-hidroksisteroid dehidrogenase dan 5α-reduktase yang pada akhirnya

meningkatkan produksi DHT.DHT dapat menstimulasi proliferasi keratinosit

follikular. Hal lain yang mendukung peranan androgen dalam patogenesis akne.

6
Proliferasi keratinosit follikular juga diatur dengan adanya asam linoleic.

Asam linoleic merupakan asam lemak esensial pada kulit yang akan menurun

pada orang-orang yang terkena akne. Kuantitas asam linolic akan kembali normal

setelah penanganan dengan isotretinoin. Kadar asam linoleic yang tidak normal

dapat menyebabkan hiperproliferasi keratinosit follikular dan memproduksi

sitokin proinflamasi. Terdapat asumsi bahwa asam linoleic diproduksi dengan

kuantitas yang tetap tetapi akan mengalami dilusi seiring dengan meningkatnya

produksi sebum (Zaenglein, 2007).

IL-1 juga memiliki peranan dalam hiperproliferasi keratinosit.Keratinosit

follikular pada manusia menunjukkan adanya hiperproliferasi dan pembentukan

mikrokomedoe ketika diberika IL-1.Antagonis reseptor IL-1 dapat menghambat

pembentukan mikrokome.

3. Bakteri

Faktor ketiga yakni bakteri.Propionibacterium aknes juga memiliki

peranan aktif dalam proses inflamasi yang terjadi. P.aknes merupakan bakteri

gram-positif, anaerobik, dan mikroaerobik yang terdapat pada folikel

sebacea.Remaja dengan akne memiliki konsentrasi P.aknes yang lebih tinggi

dibanding orang yang normal.Bagaimanapun tidak terdapat korelasi antara jumlah

P.aknes yang terdapat pada glandula sebacea dan beratnya penyakit yang diderita.

Dinding sel P.aknes mengandung antigen yang karbohidrat yang

menstimulasi perkembangan antibodi.Pasien dengna akne yang paling berat

memiliki titer antibodi yang paling tinggi pula. Antibodi propionibacterium

meningkatkan respon inflamasi dengan mengaktifkan komplemen, yang pada

akhirnya mengawali kaskade proses pro-inflamasi. P.aknes juga memfalisitasi

7
inflamasi dengan merangsang reaksi hipersensitifitas tipe lambat dengna

memproduksi lipase, protease, hyaluronidase, dan faktor kemotaktik. Disamping

itu, P.aknes tampak menstimulasi regulasi sitokin dengan berikatan dengan Toll-

like receptor 2 pada monosit dan sel polimorfonuklear yang mengelilingi folikel

sebacea. Setelah berikatan dengan Toll-like receptor 2, sitokin proinflamasi

seperti IL-1, IL-8, IL-12, dan TNF-α dilepaskan (Zaenglein, 2007).

4. Inflamasi

Pada awalnya telah diduga bahwa inflamasi mengikuti proses

pembentukan komedo, namun terdapat bukti baru bahwa inflamasi dermal

sesungguhnya mendahului pembentukan komedo. Biopsi yang diambil pada kulit

yang tidak memiliki komedo dan cenderung menjadi akne menunjukkan

peningkatan inflamasi dermal dibandingkan dengan kulit normal.Biopsi kulit dari

komedo yang baru terbentuk menunjukkan aktifitas inflamasi yang jauh lebih

hebat.

Mikrokomedo akan meluas menjadi keratin, sebum, dan bakteri yang

lebih terkonsentrasi. Walaupun perluasan ini akan menyebabkan distensi yang

mengakibatkan ruptur dinding follikular. Ekstrusi dari keratin, sebum, dan bakteri

ke dalam dermis mengakibatkan respon inflamasi yang cepat (Zaenglein, 2007).

Keempat elemen dari patogenesis akne merupakan langkah-langkah yang saling

berkaitan dalam pembentukan akne.

8
Gambar 2.1 patogenesis acne vulgaris

2.5 Gejala Klinis

Akne umumnya muncul pada saat pubertas dan seringkali merupakan tanda

awal dari produksi hormon seks yang meningkat. Ketika akne muncul pada usia

8-12 tahun, yang tampak biasanya berupak komedo yang utamanya muncul pada

dahi dan pipi. Tempat predileksi akne vulgaris adalah di muka, bahu, dada bagian

atas, dan punggung bagian atas. Lokasi kulit lain, misalnya leher, lengan atas, dan

glutea kadang-kadang terkena.

9
Erupsi kulit polimorfi, dengan gejala predominan salah satunya, komedo,

papul yang tidak beradang dan pustule, nodus dan kista yang beradang.Dapat

disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetis.

Komedo adalah gejala patogognomonik bagi akne berupa papul miliar yang

ditengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna hitam akibat

mengandung unsure melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black

comedo, open comedo). Sedang bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam

sehingga tidak mengandung unsure melanin disebut sebagai komedo putih atau

komedo tertutup ( white comedo, close comedo).

Gambar 1.2 komedo terbuka dan tertutup

2.6 Klasifikasi

Lesi utama komedo, jika beradang disertai papul, nodul, dan kista. Lesi

nodulo-kistik beradang dapat terasa gatal dan nyeri tekan, bila pecah dapat

10
mengeluarkan pus, lokasi terutama pada muka, dada dan punggung

(Ayudianti,2014).

Klasifikasi akne menurut Plewig dan Kligman (Barakbah, 2018).

1. Akne komedonal

Tingkat 1 : kurang dari 10 komedo tiap sisi muka

Tingkat 2 : 10-25 komedo tiap sisi muka

Tingkat 3 : 25-50 komedo tiap sisi muka

Tingkat 4 : lebih 50 komedo tiap sisi muka

2. Akne papulopustuler

Tingkat 1 : kurang dari 10 lesi beradang tiap sisi muka

Tingkat 2 : 10-20 lesi beradang tiap sisi muka

Tingkat 3 : 20-30 lesi beradang tiap sisi muka

Tingkat 4 : lebih dari 30 lesi tiap sisi muka

11
3. Akne konglobata

Selain dari yang disebutkan di atas masih terdapat acneiform eruption.

2.7 Diagnosis

A. Anamnesis

Dari anamnesis dapat ditemukan keluhan yang bersifat subjektif, biasanya

pasien mengeluh timbul bintik-bintik merah, rasa sakit, dan sangat menggangu

dalam hal estetika.

12
B. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan lesi yang khas berupa komedo, dan

bila terjadi peradangan akan terbentuk ruam berupa papul, pustul, nodul dan kista

di tempat predileksinya.

C. Pemeriksaan Histopatologi

Memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa sebukan sel radang

kronis di sekitar folikel pilosebasea dengan massa sebum dalam folikel. Pada

kista, radang telah menghilang diganti dengan jaringan ikat pembatas massa cair

sebum yang bercampur dengan darah, jaringan mati dan keratin yang lepas.

D. Pemeriksaan Lain

Pemeriksaan ekskohleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan

ekstraktor komedo (sendok Unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak

sebagai massa padat seperti lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya

kadang berwarna hitam.

Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran

pada etiologi dan patogenesis penyakit dapat dilakukan di laboratorium

mikrobiologi yang lengkap untuk tujuan penelitian, namun hasilnya sering tidak

memuaskan.

Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit (skin surface lipids)

dapat pula dilakukan untuk tujuan serupa. Pada akne vulgaris kadar asam lemak

bebas (free fatty acid) meningkat dan karena itu pada pencegahan dan pengobatan

digunakan cara untuk menurunkannya.

13
2.8 Diagnosis Banding

1. Erupsi akneiformis

Yang disebabkan oleh induksi obat, misal kortikosteroid, INH, barbiturat,

bromida, iodida, difenil hidantoin, trimetadion, ACTH, dan lainnya. Klinis

berupa erupsi papulo pustul mendadak tanpa adanya komedo di hampir

seluruh bagian tubuh. Dapat disertai demam dan dapat terjadi di semua

usia.

Gambar 1.4 erupsi acneiformis dan acne venenata

2. Akne venenata dan akne akibat rangsangan fisis

Umumnya lesi monomorfi, tidak gatal, bisa berupa komedo atau papul,

dengan tempat predileksi di tempat kontak zat kimia atau rangsang

fisisnya.

3. Rosasea

Merupakan penyakit peradangan kronik di daerah muka dengan gejala

eritema, pustul, teleangiektasis, dan kadang disertai hipertrofi kelenjar

sebasea. Tidak terdapat komedo kecuali bila kombinasi dengan akne.

14
Gambar 1.5 rosasea dan dermatitis perioral

4. Dermatitis perioral

Terjadi terutama pada wanita dengan gejala klinis polimorfi eritema,

papul, pustul, di sekitar mulut yang terasa gatal.

2.9 Tatalaksana

Tujuan pengobatan akne adalah untuk mencegah timbulnya sikatrik

dan mengurangi frekuensi serta hebatnya eksaserbasi (Barakbah, 2018).

1. Akne komedonal

Hanya terapi topical saja yang dapat mengadakan pengelupasan kulit

a. Asam retinoat 0,05% dalam bentuk krim atau gel

b. Benzoyl peroxide gel 2,5%-5%

15
c. Acidum Salicylicum 0,5-2% dalam larutan hidroalkoholik

d. Pengelupasan kimia (chemical peeling) dengan asam trikhloroasetat

10-30% atau asam glikolat 20-50% dapat diulangi setelah 4 minggu

sekali

Untuk komedo terbuka dapat dilakukan ekstraksi komedo

2. Akne papulo-pustuler

a. Ringan (tingkat I-II)

Umunya dipakai kombinasi obat:

- Pengelupas kulit: (benzoyl peroxide, tretinoin, acidum salicylum

atau pengelupasan kima) dan antibiotic topikal: Clindamycine 1%

atau Erythromycine 2% gel

b. Berat (tingkat III-IV)

Obat pengelupasan kulit dan antibiotic oral:

- Tetracycline: 250 mg sehari 4 kali atau 500 mg sehari 2 kali

Dosis diturunkan setelah ada perbaikan klinis, dosis pemeliharaan

25- 500 mg/hari.

- Doksisiklin 50-100 mg sehari 2 kali

- Clindamycine: 150-300 mg sehari 2 kali

(efek samping: colitis pseudomembrane)

- Eritromisin stearat: dosis dan cara sama denga tetracycline

3. Akne konglobata/akne berat lainnya:

Pengobatan seperti pada akne bentuk papul-pustuler berat dan bila

diperlukan dapat diberikan tindakan tambahan antara lain:

16
- Injeksikortikosterid dapat diberikan pada bentuk nodulokistik dengan

triamcinolone asetonide konsentrasi 2,5 mg/ml dan tiap-tiap lesi

diberikan 0,01-0,05 ml

- Pengelupasan kimia

- Esterogen dan cyproterone asetat oral (3-6 siklus menstruasi)

- Ethynil estradiol

4. Dermabrasi dan khemabrasi untuk mengurangi parut akne.

2.10 Pencegahan

1. Menghidari terjadinya peningkatan jumlah lipid sebum dan perubahan

isi sebum dengaan cara (FKUI, 2013):

a. Diet rendah lemak dan karbohidrat.

b. Melakukan perawatan kulit atau pembersihan kulit kotoran dan

jasad renik yang dapat memecah lipid sebum dengan cara yang

baik dan benar.

2. Menghindari terjadinya faktor pemicu terjadinya acne, misalnya:

a. Hidup teratur dan sehta, cukup istirahat, olahraga sesuai kondisi

tubuh, hindari stress.

b. Penggunaan kosmetika secukupnya

c. Menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras,

pedas, rokok, lingkungan yang tidak sehat dan sebagainya.

d. Menghindari polusi debu, pemencetan lesi yang tidak lega artis,

yang dapat memperberat erupsi yang telah terjadi.

17
2.11 Prognosis

Umumnya prognosis penyakit baik. Akne vulgaris umumnya sembuh

sebelum mencapai usia 30-40an. Jarang terjadi akne vulgaris yang menetap

sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat hingga perlu dirawat di rumah

sakit.

18
BAB III

TINJAUAN PENELITIAN DESKRIPTIF

3.1 Profil Akne Vulgaris di Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan

Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2008 – 2010

Studi retrospektif yang dilakukan untuk menilai gambaran umum pasien

baru Akne Vulgaris, identifikasi faktor pencetus timbulnya Akne Vulgaris

terhadap pasien baru di Divisi Kosmetik Medik Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit

dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode Januari 2008 hingga

Desember 2010, didapatkan pasien baru Akne Vulgaris sebanyak 3448 pasien,

yang merupakan 31,88% dari total 10.814 pasien di Divisi Kosmetik Medik URJ

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Proporsi pasien baru AV didominasi oleh perempuan, dengan

kecenderungan terjadi peningkatan jumlah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008

didapatkan 723 pasien perempuan (79,1%), tahun 2009 sebanyak 915 pasien

perempuan (79,0%) dan pada tahun 2010 sebanyak 1098 pasien perempuan

(79,4%). Didapatkan bahwa pasien AV yang terbanyak adalah kelompok usia 15-

24 tahun.

19
Gambar 3.1 distribusi kelompok umur pasien baru akne vulgaris di RSUD Dr
Soetomo tahun 2008-2010

Gambar 3.2 distribusi jenis pekerjaan pasien baru akne vulgaris di RSUD Dr
Soetomo tahun 2008-2010

Gambar 3.3 distribusi lamanya keluhan sakit pasien baru akne vulgaris di RSUD
Dr Soetomo tahun 2008-2010

20
Gambar 3.4 faktor pencetus timbulnya akne vulgaris pasien baru akne vulgaris di
RSUD Dr Soetomo tahun 2008-2010

Distribusi pekerjaan pasien baru AV adalah pelajar atau mahasiswa yaitu

sebanyak 1349 (39,1%). Mayoritas pasien baru AV menderita AV selama 1-5

tahun yakni sebanyak 1605 (46,5%). Faktor pencetus timbulnya AV pada pasien

di Divisi Kosmetik Medik URJ Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo

Surabaya periode tahun 2008-2010 terbanyak akibat faktor hormonal yaitu 1919

(55,6%) pada pasien laki-laki faktor pencetus yang terbanyak adalah makanan

(23,2%) dan stress (23,9%). Faktor pencetus AV pada pasien perempuan

terbanyak adalah hormon yakni 1708 (89%) dan kosmetik yakni 1099 (89,1%)

Distribusi tipe lesi AV didominasi olehpapulopustular, sebanyak 75,6% (2607

kasus) .

21
Gambar 3.5 distribusi tipe lesi pasien baru akne vulgaris di RSUD Dr Soetomo
tahun 2008-2010

Gambar 3.6 distribusi pengobatan pasien akne vulgaris di RSUD Dr Soetomo


tahun 2010-2012
Kombinasi obat Jumlah

Doksisiklin+Tretinoin+tabir surya+Cleanser 239 (58,1%)


for oily skin (CLO)
Doksisiklin+tretinoin+BPO+tabir surya+ 35 (8,5%)
CLO
Doksisiklin+LKF+Klindamisin gel+tabir 25 (6,1%)
surya+ CLO

Lama Pengobatan:

22
Durasi tersingkat à 1 Minggu 203(42,2%)
Durasi tersering à 2 minggu 277(57,6%)

Durasi terlamaà 9 minggu 1(0,2%)

3.2 Profil Akne Vulgaris di Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan

Kelamin RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Manado periode 2009-2011

Studi retrospektif yang dilakukan untuk mengetahui profil akne vulgaris

dengan pencatatan data dari catatan medik di poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP

Prof Dr R. D. Kandou Manado pada tahun januari 2009– desember 2011,

didapatkan jumlah pasien baru dengan diagnosis Akne Vulgaris sebanyak 121

pasien (3,59%) dari keseluruhan pasien dan sedangkan di divisi kosmetik pasien

akne Vulgaris berjumlah 83,8% dari seluruh diagnosis.

Pada wanita lebih banyak mengalami akne vulgaris yaitu 75 pasien (61,9%)

dibandingkan dengan laki – laki yaitu 46 pasien (38,1%), pasien paling adalah

kelompok usia 15 – 24 tahun, yakni 76 pasien (62,8%) dan terbanyak terdapat

pada kalangan pelajar yakni 73 pasien (60,3%).

Gambar 3.6jumlah kasus akne vulgaris di divisi kosmetik RSUP Prof Dr R. D.


Kandou Manado tahun 2009-2011

23
Gambar 3.7 distribusi berdasarkan jenis kelamin pasien akne vulgaris di RSUP
Prof Dr R. D. Kandou Manado tahun 2009-2011

Gambar 3.8 distribusi berdasarkan usia pasien akne vulgaris di RSUP Prof Dr R.
D. Kandou Manado tahun 2009-2011

Gambar 3.9 distribusi berdasarkan pekerjaan akne vulgaris di RSUP Prof Dr R.


D. Kandou Manado tahun 2009-2011

Sebaran penderita akne vulgaris berdasarkan lokasi lesi didapatkan

padabagian wajah yaitu sebanyak 112 pasien (92,5%), lesi di dada, punggung dan

lengan atas sebanyak 3 pasien (2,5%) dan lesi kombinasi sebanyak 6 pasien (5%).

Distribusi akne berdasarkan klasifikasi, didapatkan akne papulopustular dengan

pasien terbanyak, yaitu 114 pasien (94,2%)

Gambar 3.10 distribusi berdasarkan lokasi lesi pasien akne vulgaris di RSUP Prof
Dr R. D. Kandou Manado tahun 2009-2011

24
Gambar 3.11 distribusi berdasarkan klasifikasi akne vulgaris di RSUP Prof Dr R.
D. Kandou Manado tahun 2009-2011

3.3 Profil Akne Vulgaris di Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan

Kelamin RSU Indera Denpasar periode 2014-2015

Studi retrospektif yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari

penyakit acne vulgaris dengan melihat rekam medis pasien acne vulgaris di

Poliklinik Kulit Rumah Sakit Umum Indera, Denpasar, Bali bulan Juli 2014 -

Maret 2015, diperoleh dari 66 pasien acne vulgaris, kelompok terbanyak adalah

pada rentang usia 15-24 tahun yaitu 39 orang (59,1%). Jenis kelamin yang paling

banyak ditemukan adalah perempuan sebanyak 47 orang (71,2%). Gejala klinis

terbanyak adalah tipe papulopustular sebanyak 55 orang (83,3%). Pekerjaan yang

terbanyak adalah golongan pelajar sebanyak 39 orang (59,1%).

Gambar 3.12 distribusi berdasarkan usia pasien akne vulgaris di RSU Indera,
Denpasar 2014-2015

25
Gambar 3.13 distribusi berdasarkan jenis kelamin pasien akne vulgaris di RSU
Indera, Denpasar 2014-2015

Gambar 3.14 distribusi berdasarkan pekerjaan akne vulgaris di RSU Indera,


Denpasar 2014-2015

Gambar 3.15 distribusi berdasarkan klasifikasi pasien akne vulgaris di RSU


Indera, Denpasar 2014-2015

3.4 Profil Penderita Akne Vulgaris pada Siswa-Siswi di SMA Shafiyyatul


Amaliyyah Medan

Gambar 3.17 distribusi berdasarkan Umur pada Siswa-Siswi di SMA Shafiyyatul


Amaliyyah Medan.

26
Gambar 3.18 distribusi berdasarkan riwayat keluarga pada Siswa-Siswi di SMA
Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

Gambar 3.19 distribusi berdasarkan Diet pada Siswa-Siswi di SMA Shafiyyatul


Amaliyyah Medan.

Gambar 3.20 distribusi berdasarkan Munculnya akne vulgaris pada perempuan


pada Siswa-Siswi di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

Gambar 3.21 distribusi berdasarkan Iklim pada Siswa-Siswi di SMA Shafiyyatul


Amaliyyah Medan.

Gambar 3.22 distribusi berdasarkan memperhatikan kondisi akne vulgaris pada


Siswa-Siswi di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

27
Gambar 3.23 distribusi berdasarkan Pengaruh AkneVulgaris pada kehidupan
pada Siswa-Siswi di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

Gambar 3.24 distribusi berdasarkan Psikis pada Siswa-Siswi di SMA Shafiyyatul


Amaliyyah Medan.

Gambar 3.25 distribusi berdasarkan bahan pemicu pada Siswa-Siswi di SMA


Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

Gambar 3.26 distribusi berdasarkan Make-up yang mempengaruhi timbulnya


Akne Vulgaris pada Siswa-Siswi di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

Gambar 3.27 distribusi berdasarkan bagian tubuh yang terkena Akne Vulgaris
pada Siswa-Siswi di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

28
Gambar 3.28 distribusi berdasarkan penanganan untuk mengatasi Akne Vulgaris
pada Siswa-Siswi di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

Gambar 3.29 distribusi berdasarkan Pengobatan yang digunakan pada Siswa-


Siswi di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

Gambar 3.30 distribusi berdasarkan Pencegahan yang dilakukan pada Siswa-Siswi


di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

3.5 Profil Akne Vulgaris pada remaja di SMA Yadika

29
Gambar 3.31 distribusi Ras dan iklim terhadap Akne Vulgaris

Gambar 3.32 distribusi makanan pedas terhadap Akne vulgaris

3.5 Pembahasan

Angka kejadian

Teori Penelitian Pembahasan


Amerika 60 %-70% RSUD Dr. Soetomo Surabaya Kasus Akne Vulgaris
Indonesia 85%-100% (2008 – 2010) : cenderung meningkat
Peru 71,23% dari tahun ke tahun
Australia 93,3% 3448 (31,88%) dari total seiring tidak tergambar
10.814 . pada penelian namun
Setiap tahun mengalami kemungkinan tidak
peningkatan semua pasien akne
RSUP Prof Dr R. D. Kandou vulgaris berobat ke RS
Manado (2009-2011) tetapi lebih
memilih ke dokter
121 (83,8%) dari total 443 praktek pribadi, klinik
pasien swasta, dan lain-lain.
(terbanyak tahun 2010)
RSU Indera Denpasar (2014-
2015)

Tidak ada data

Jenis Kelamin

Teori Penelitian Pembahasan


Lebih banyak laki- RSUD Dr. Soetomo Surabaya kemungkinan disebabkan
laki (95% sampai (2008 – 2010) : karena perempuan lebih
100%) daripada Perempuan (79%) memperhatikan faktor
perempuan (83% Laki-laki (21%) penampilan sehingga

30
sampai 85%) lebih mendorong
perempuan untuk datang
RSUP Prof Dr R. D. Kandou berobat. Selain
Manado (2009-2011) itu, bahan-bahan kimia
yang ada dalam
Perempuan (61,9%) kosmetik dapat langsung
Laki-laki (38,1%) menyebabkan
akne vulgaris. pada
RSU Indera Denpasar (2014- pasien perempuan
2015) kekambuhan Akne
Vulgaris lebih sering
Perempuan (71,2 %) terjadi terutama jika
Laki-laki (28,8 %) dihubungkan dengan
siklus menstruasi.
Pasien laki-laki
cenderung terlambat
untuk mencari
pengobatan AV dan lebih
memilih untuk
membiarkan keluhan
kemudian baru datang
berobat jika kondisi
sudah parah

Kelompok usia terbanyak

Teori Penelitian Pembahasan


Usia remaja (16 RSUD Dr. Soetomo Surabaya sesuai dengan teori
sampai 17 tahun) (2008 – 2010) : bahwa AV mengenai
kurang lebih 80% dari
15 – 24 tahun (63,4%) pasien dengan populasi
RSUP Prof Dr R. D. Kandou usia antara 12 hingga 25
Manado (2009-2011) tahun tanpa
memperhatikan
15 – 24 tahun (62,8%) perbedaan jenis kelamin,
RSU Indera Denpasar (2014- etnis dan suku.
2015) .

15-24 tahun (59,1 %)

31
Faktor pencetus

Teori Penelitian Pembahasan


stress, penyakit atau RSUD Dr. Soetomo Surabaya sesuai dengan teori
kecapekan, sinar (2008 – 2010) : dimana AV merupakan
matahari, debu, , pasien laki-laki adalah penyakit yang
perubahan hormone, makanan (23,2%) dan stress multifaktorial, pasien
pemakaian kosmetik (23,9%), sedangkan pada dapat memiliki banyak
pasien perempuan adalah faktor pencetus yang
hormonal (89%) dan kosmetik diduga menimbulkan
(89,1%). Akne Vulgaris. pencetus
berbeda menurut jenis
kelamin, pada pasien
perempuan berhubungan
RSUP Prof Dr R. D. Kandou dengan perubahan
Manado (2009-2011) hormonal pada siklus
menstruasi
Tidak ada data

RSU Indera Denpasar (2014-


2015)

Tidak ada data

Klasifikasi

Teori Penelitian Pembahasan


terbanyak : RSUD Dr. Soetomo Surabaya Gejala klinis Akne
papulopustular (2008 – 2010) : Vulgaris berupa lesi
Papula dan pustula papulopustular (75,6%) polimorf antara lain
berupa bintik-bintik komedo, papul, pustul,
kecil berwarna nodulokistik, yang dapat
merah dan pustula disertai rasa gatal atau
dengan dasar yang RSUP Prof Dr R. D. Kandou rasa nyeri, dan adanya
berwarna Manado (2009-2011) keluhan kosmetik
kemerahan. merupakan hal yang
Biasanya timbul Papulopustular (94,2%) banyak ditemukan pada
disertai dengan rasa pasien yang datang
gatal atau sampai RSU Indera Denpasar (2014- berobat.
terasa nyeri. Lesi 2015) Penentuan tipe lesi dari

32
bisa muncul kembali Papulopustular (83,3%) AV ini penting untuk
di tempat yang ditegakkan, karena
sama. berhubungan dengan
jenis terapi yang hendak
diberikan

33
BAB IV

STUDI KASUS

3.6 Identitas Penderita

Nama : Tn. A

Jenis Kelamin : Laki - laki

Usia : 17 tahun

Tempat/Tgl Lahir : Jombang, 25 Oktober 2003

Alamat : Jombang

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pelajar

Status : Belum menikah

Agama : Islam

No RM : 412946

Tanggal Periksa : 22 Oktober 2020

3.7 Anamnesis

3.7.1 Keluhan Utama

Jerawat diwajah

3.7.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Jombang dengan

keluhan Jerawat diwajah. Keluhan ini dirasakan sejak 2 tahun yang

lalu. Pada mulanya timbul sedikit demi sedikit, lama-kelamaan

menjadi banyak. Pasien juga merasakan Nyeri diwajah, kadang gatal

dan kadang merah, dan kadang disertai nanah. akan tetapi berat

tidaknya keluhan tidak tentu baik pada pagi, siang maupun malam

1
hari. Jerawat ini dirasa timbul secara terus menerus, tidak ada faktor

yang memperingan maupun memperberat, keluhan dirasa tetap saja,

akan tetapi tidak sampai mengganggu aktivitas sekolah.

Sebelumnya, pasien mengaku pernah membeli produk yang dijual

bebas untuk mengatasi jerawat tersebut, baik sabun muka, krim,

salep, dan juga pernah memakai kosmetik, pasien juga mengaku

pernah membeli sendiri obat2an tertentu untuk mengatasi

keluhannya yang dipakai sesuai dengan petunjuk (pasien lupa nama

obatnya), akan tetapi semua upaya tersebut tidak membuahkan hasil,

keluhannya tetap saja tidak berubah. Pasien mengaku tidak

mempunyai keluhan penyerta.

3.7.3 Riwayat Penyakit Dahulu

Sebelumnya tidak pernah seperti ini

4.2.4. Riwayat Penyakit Keluarga

Orang tua semasa muda pernah mengalami penyakit yang sama

4.2.5 Riwayat Alergi

Disangkal

4.2.6 Riwayat Sosial

Pasien adalah seorang siswa SMA (pelajar), jarak sekolah dan

tempat tinggal pasien dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor.

Pasien memiliki kegemaran terhadap makanan pedas. Pasien

mengaku tidak pernah merokok, dan tidak pernah meminum miras.

Aktivitas sekolah pasien sebenarnya cukup padat, dikarenakan

2
pasien gemar berolahraga, khususnya bermain basket. Sedangkan

untuk riwayat stress disangkal.

4.3 Pemeriksaan Fisik

2.3.1. Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

BB : 65 Kg

TB : 173 cm

BMI : 21,7 ( normal)

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36 oC

RR : 20 x/menit

Kepala : Lihat status dermatologi

Leher : Dalam batas normal

Thorax : Dalam batas normal

Abdomen : Dalam batas normal

Ekstremitas : Dalam batas normal

2.3.2 Status Dermatologis

Macula eritematosa dengan multiple papul eritematosa ukuran

bervariasi, pustula (+), multipe komedo (+) pada regio facialis.

3
4.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan

4.5 Resume

Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Jombang dengan keluhan

Jerawat diwajah. Keluhan ini dirasakan sejak 2 tahun yang lalu. Pada

mulanya timbul sedikit demi sedikit, lama-kelamaan menjadi banyak.

Pasien juga merasakan nyeri diwajah, kadang gatal, merah, dan disertai

nanah, akan tetapi berat tidaknya keluhan tidak tentu baik pada pagi, siang

maupun malam hari. Jerawat ini dirasa timbul secara terus menerus, tidak

ada faktor yang memperingan maupun memperberat, keluhan dirasa tetap

saja, akan tetapi tidak sampai mengganggu aktivitas sekolah.

Sebelumnya, pasien mengaku pernah membeli produk yang dijual bebas

untuk mengatasi jerawat tersebut, baik sabun muka, krim, salep, dan juga

pernah memakai kosmetik, pasien juga mengaku pernah membeli sendiri

obat2an tertentu untuk mengatasi keluhannya yang dipakai sesuai dengan

petunjuk dimana pasien lupa nama obatnya, akan tetapi semua upaya

tersebut tidak membuahkan hasil, keluhannya tetap saja tidak berubah.

Pasien mengaku tidak mempunyai keluhan penyerta.

4
Orang tua semasa muda pernah mengalami keluhan yang sama, sedangkan

riwayat alergi disangkal. Pasien adalah seorang siswa SMA (pelajar), jarak

sekolah dan tempat tinggal pasien dapat ditempuh dengan kendaraan

bermotor. Pasien memiliki kegemaran terhadap makanan pedas. Pasien

mengaku tidak pernah merokok, dan tidak pernah meminum miras.

Aktivitas sekolah pasien sebenarnya cukup padat, dikarenakan pasien gemar

berolahraga, khususnya bermain basket. Sedangkan untuk riwayat stress

disangkal.

Gambaran efloresensi berupa macula eritematosa dengan multiple papul

eritematosa ukuran bervariasi, pustula (+), multipe komedo (+) pada regio

facialis.

2.6 Diagnosis

Akne Vulgaris Papulpustuler Grade III

2.7 Diagnosis Banding

- Erupsi akneiformis

- Akne venenata

- Akne rosasea

- Dermatitis Perioral

2.8 Planing

2.8.1 Planing Diagnosis

- Pemeriksaan Histopatologi

- Pemeriksaan mikrobiologis

2.8.2 Planing Terapi

a. Medikamentosa

5
- Pemberian Antibiotik berupa Dosisiklin 100 mg, sehari 2 kali.

- Asam Retinoat 0,05% dalam bentuk krim atau gel (pagi-malam)

- Tabir surya

- Cleanser for oily skin ( pembersih wajah )

b. Non medikamentosa

- Memberikan edukasi kepada pasien berupa:

1. Menghidari faktor-faktor pemicu atau pencetus dari pada jerawat

2. Rajin untuk mencuci muka

3. Dilarang untuk menggaruk atau memencet jerawat, karena dapat

memperparah kondisi.

2.8.3 Planing Monitoring

- Keluhan Pasien

- Sifat Efloresensi

2.8.4 Edukasi

- Beritahukan kepada keluarga pasien dan pasien tentang

penyakitnya, penyebab, rencana pengobatan serta prognosis

penyakitnya.

- Jelaskan cara pemakaian obat-obatan yang diberikan, efek

samping yang mungkin muncul dan berapa lama pengobatannya.

- Menghidari faktor-faktor pemicu atau pencetus dari pada jerawat

- Rajin untuk mencuci muka

- Dilarang untuk menggaruk atau memencet jerawat, karena dapat

memperparah kondisi.

- Kontrol 1 minggu lagi.

6
2.8 Prognosis

Bergantung dengan perilaku pasien. Jika pasien melaksanakan terapi dan

menjauhi pantangan pemicu jerawat, maka prognosis menjadi baik.

7
BAB V

KESIMPULAN

Akne vulgaris atau biasa disebut jerawat adalah penyakit kulit akibat

peradangan menahun dari folikel pilosebasea yang disebabkan oleh produksi

sebum yang meningkat dan terdapat koloni Propionibacterium acnes yang

ditandai dengan adanya erupsi komedo, papul, pustule dan kista pada tempat

predileksi seperti muka, leher, lengan atas, dada, dan punggung. Etiologi dari

kasus acne vulgaris ini disebabkan oleh adanya Propionibacterium acnes dan

ada beberapa faktor pencetus etiologi ternjadinya acne vulgaris yaitu sangat

bermacam-macam beberapa diantaranya dipengaruhi oleh: stress, penyakit

atau kecapekan, sinar matahari, paparan sinar matahari, debu, perubahan

hormon, dll.

Untuk menegakan diagnosis klinis seseorang terkena acne vulgaris

yaitu dari anamnesis yang tepat biasanya pasien mengeluh timbul bintik-bintik

merah, rasa sakit, dan sangat menggangu dalam hal estetika, pemeriksaan fisik

dapat ditemukan lesi yang khas berupa komedo, dan bila terjadi peradangan

akan terbentuk ruam berupa papul, pustul, nodul dan kista di tempat

predileksinya

Penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan memberikan obat

Antibiotik secara topikal dan sistemik.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ayudianti, P. Studi Retrospektif: Faktor Pencetus Akne Vulgaris.

Surabaya :Periodical of Dermatology and

Venereology;2014.Vol.26(1).h.41-47.

Ayudianti, P., & Indramaya, D. M. (2014). Studi Retrospektif: Faktor Pencetus

Akne Vulgaris. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 26(1), 1-7.

Brown, R.G., Burns, T. Akne, Erupsi Akneiformis, dan Rosasea. Dalam Lecture

Note Dermatology.Jakarta : Erlangga;2005.h.55-58.

Hertanto, D. C. F. Hubungan Antara Kebersihan Wajah dengan Kejadian Akne

Vulgaris pada Siswa SMA Negeri 3 Klaten.Surakarta : Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah;2013.

Kusumoningtyas, D. S. Hubunganantara stres dengan timbulnya akne vulgaris

pada siswi-siswi kelas III SMAN 7 Surakarta.Surakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah;2012.

Mizwar, M., dkk.Profil Akne Vulgaris di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

Periode 2009-2011.Manado : Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi;2012.

Mizwar, M., Kapantow, M. G., & Suling, P. L. (2013). Profil Akne Vulgaris di

RSUP Prof. dr. RD Kandou Manado Periode 2009-2011. e-CliniC, 1(2).

Perumal, Nitya. Hubungan Stres Dengan Kejadian Akne Vulgaris di Kalangan

Mahasiswa FK Universitas Utara. Sumatera Utara : Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara;2010.

9
Shalita, A.R., Rosso, J.Q.D., Dkk. Introduction Eoidemiologi, Cost, and

Psychosocial Implications dalam Acne Vulgaris.New York : Informa Health

Care;2011.h.1-2.

Siregar, R. S. Akne Vulgaris, Atlas BerwarnaSaripati Penyakit Kulit,Ed. Carolin

wijaya & Peter Anugrerah, Cetakan V. Jakarta : Erlangga;2004.h.178-9.

Sutanto.R. S. Derajat penyakit Acne Vulgaris Berhubungan Positif dengan Kadar

MDA.Denpasar : Program Pascasarjana Universitas Udayana;2013.

Tjekyan, R. M. S. Kejadian dan Faktor Risiko Acne Vulgaris.Yogyakarta : Media

Medika Indonesiana;2008.Vol.43(1).h.37-43.

Wasitaatmadja, S. M. Anatomi Kulit. Dalam Djuanda, A. dkk. Ilmu Penyakit

Kulit dan Kelamin.Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

2009a.h.3-5.

Wibawa, I. G. A. E., & Winaya, K. K. Karakteristik Penderita Acne Vulgaris Di

Rumah Sakit Umum (RSU) Indera Denpasar Periode 2014-2015.

10

Anda mungkin juga menyukai