Nama Kelompok :
(14.321.2033)
(14.321.2034)
Kata Pengantar
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Asuhan Keperawatan pada
Pasien Akne Vulgaris.
Kami menyadari bahwa tulisan dari makalah ini jauh dari kesan sempurna, karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh sebab itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan. Kami juga
tidak lupa mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para pembaca, jika pada makalah ini ada
kesalahan cetak, susunan, dan sistematika yang lolos dari pengamatan kami. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Om Santhi,Santhi,Santhi,Om
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................ ii
Daftar Isi...................................................................................................................... iii
BAB I........................................................................................................................... 1
| A s ke p A k n e Vu l g a r i s
PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
A.
Latar belakang..................................................................................................... 1
B.
Tujuan................................................................................................................ 1
C.
Manfaat.............................................................................................................. 1
BAB II.......................................................................................................................... 2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AKNE VULGARIS................................................2
KONSEP DASAR TEORI...................................................................................... 2
I.
A.
Definisi............................................................................................................ 2
B.
Etiologi............................................................................................................ 3
C.
Epidemologi...................................................................................................... 5
D.
Gejala klinis..................................................................................................... 5
E.
Patofisiologi...................................................................................................... 5
F.
Diagnosa........................................................................................................ 11
G.
Penatalaksanaan.......................................................................................... 11
II.
A.
Pengkajian..................................................................................................... 13
B.
Diagnosa........................................................................................................ 14
C.
Rencana Keperawatan...................................................................................... 14
D.
Evaluasi......................................................................................................... 21
BAB III....................................................................................................................... 22
PENUTUP................................................................................................................... 22
A.
Kesimpulan....................................................................................................... 22
B.
Saran................................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 23
| A s ke p A k n e Vu l g a r i s
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit kulit yang sering ditemukan namun tidak fatal, tetapi cukup merisaukan
karena berhubungan dengan menurunnya kepercayaan diri akibat berkurangnya
keindahan wajah penderita yaitu akne atau jerawat.
Jerawat adalah istilah awam untuk acne vulgaris, yang biasa terjadi pada usia
remaja ketika terjadi perubahan hormon sehingga menghasilkan lebih banyak minyak.
Keadaan ini cenderung diturunkan dalam kelurga dan sama sekali tidak berbahaya. Tetapi
beberapa orang yang mengalami kasus yang berat mungkin merasa sangat tertekan dan
kehilangan kepercayaan pada diri sendiri. Sayang sekali, sampai saat ini belum ada cara
penyembuh yang tuntas, meskipun ada beberapa cara yang sangat menolong. Untungnya,
kondisi ini akan mengalami perbaikan dengan bertambahnya usia.
B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kuliah kami pada
mata kuliah Sistem Integumen. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk membuat
kami memahami tentang konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan akne
vulgaris.
C. Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini dapat kami jelaskan sebagai berikut:
1. Mengetahui tentang pengertian akne vulgaris.
2. Mengetahui tentang penyebab dari akne vulgaris.
3. Mengetahui tentang tanda dan gejala dari akne vulgaris.
4. Mengetahui tentang penanganan dari penyakit akne vulgaris.
5. Mengetahui tentang konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan akne
vulgaris.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AKNE VULGARIS
| A s ke p A k n e Vu l g a r i s
I.
mungkin
menunjukkan
adanya
gangguan
endokrin
pada
pasien
prempuan.Akne pada prempuan yang berusia sekitar 20-an, 30-an dan 40-an sering kali
disebabkan oleh kosmetik dan pelembab yang bahan dasarnya dari minyak dan
menimbulkan komedo.Faktor-faktor mekanik, seperti mengusap, menggesek, tekanan,
dan meregangkan kulit yang kaya akan kelenjar sebasea dapat memperburuk akne yang
sudah ada.Dari penyebab mekanik yang paling sering menimbulkan akne adalah helm
yang dipakai pemain football Amerika, plester operasi, kerah kemeja.Agen komedogenik
seperti petrolatum dan kosmetik yang mengandung minyak juga dapat, merangsang akne.
Akne merupakan suatu proses peradangan kronik kelenjar-kelenjar sebasea. (SylviaA.
Pric, 2006).
Jadi akne vulgaris adalah penyakit kulit akibat peradangan kronik pada
kelenjarsebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis
berupakomedo, papul, postul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya.
B. Etiologi
| A s ke p A k n e Vu l g a r i s
Berbagai faktor. Penyebab akne sangat banyak (multifaktorial), antara lain : genetik,
endokrin (androgen, pituitary sebotropic factor, dsb), faktor makanan, keaktifan dari
kelenjar sebasea sendiri, faktor psikis, musim, infeksi bakteri (Propionibacterium acnes),
kosmetika, dan bahan kimia lainnya.
Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi banyak faktor yang berpengaruh:
1. Sebum
sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Akne yang keras selalu
disertai pengeluaran sebore yang banyak.
2. Bakteria
Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah corynebacterium acnes,
Stafilococcus epidermidis, dan pityrosporum ovale. Dari ketiga mikroba ini yang
terpenting yakni C. Acnes yang bekerja secara tidak langsung.
3. Herediter
Faktor herediter yang sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar palit
(glandula sebasea). Apabila kedua orang tua mempunyai parut bekas akne,
kemungkinan besar anaknya akan menderita akne.
4. Hormon
Hormon androgen. Hormon ini memegang peranan yang penting karena kelenjar
palit sangat sensitif terhadap hormon ini. Hormon androgen berasal dari testes dan
kelenjar anak ginjal (adrenal). Hormon ini menyebabkan kelenjar palit bertamabah
besar dan produksi sebum meningkat.
Pada penyelidikan Pochi, Frorstrom dkk. & Lim James didapatkan bahwa konsentrasi
testosteron dalam plasma penderita akne pria tidak berbeda dengan yang tidak
menderita akne.Berbeda dengan wanita, pada testosteron plasma sangat meningkat
pada penderita akne.
Estrogen. Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh terhadap produksi
sebum. Estrogen dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar
hipofisis. Hormon gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum.
Progesteron. Progesteron, dalam jumlah fisiologik tak mempunyai efek terhadap
efektivitas terhadap kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi,
akan tetapi kadang-kadang progesteron dapat menyebabkan akne premenstrual.
5. Iklim
Di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya akne bertambah hebat pada
musim dingin, sebaliknya kebanyakan membaik pada musim panas.
Sinar ultraviolet (UV) mempunyai efek membunuh bakteri pada permukaan kulit.
Selain itu, sinar ini juga dapat menembus epidermis bagian bawah dan bagian atas
| A s ke p A k n e Vu l g a r i s
dermis sehingga berpengaruh pada bakteri yang berada dibagian dalam kelenjar palit.
Sinar UV juga dapat mengadakan pengelupasan kulit yang dapat membantu
menghilangkan sumbatan saluran pilosebasea.
Menurut Cunliffe, pada musim panas didapatkan 60% perbaikan akne, 20% tidak ada
perubahan, dan 20% bertambah hebat. Bertambah hebatnya akne pada musim panas
tidak disebabkan oleh sinar UV melainkan oleh banyaknya keringat pada keadaan
yang sangat lembab dan panas tersebut.
6. Psikis
Pada beberapa penderita, stress dan gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi
akne. Mekanisme yang pasti mengenai hal ini belum diketahui. Kecemasan
menyebabkan penderita memanipulasi aknenya secara mekanis, sehingga terjadi
kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi yang beradang yang baru, teori lain
mengatakan bahwa eksaserbasi ini disebabkan oleh meningkatnya produksi hormon
androgen dari kelenjar anak ginjal dan sebum, bahkan asam lemak dalam sebum pun
meningkat.
7. Kosmetik
Pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu, secara terus menerus dalam waktu lama,
dapat menyebabkan suatu bentuk akne ringan yang terutama terdiri dari komedo
tertutup dan beberapa lesi papulopustular pada pipi dan dagu. Bahan yang sering
menyebabkan akne ini terdapat pada berbagai krem muka seperti bedak dasar
(faundation), pelembab (moisturiser), krem penahan sinar matahari (sunscreen), dan
krem malam. Yang mengandung bahan-bahan, seperti lanolin, pektrolatum, minyak
tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan kimia murni (butil stearat, lauril alcohol, dan
bahn pewarna merah D &C dan asam oleic). Jenis kosmetika yang dapat
menimbulkan akne tak tergantung pada harga, merk, dan kemurnian bahannya.
C. Epidemologi
Insiden akne vulgaris 80-100% pada usia dewassa muda, yaitu umur 14-17 tahun
pada wanita, dan 16-19 tahun pada pria. Meskipun demikian akne vulgaris dapat pula
terjadi pada usia lebih muda atau lebih tua dari pada usia tersebut.
Meskipun kebanyakan jerawat terjadi pada masa remaja atau dewasa muda, tetapi
dalam kenyataannya jerawat juga timbul pada berbagai golongan usia lainnya.
D. Gejala klinis
| A s ke p A k n e Vu l g a r i s
Keluhan yang sering timbul biasanya lebih karena gangguan estetik atau
keindahan yang dirasakan oleh penderita, bukan karena gangguan fisik kesehatan secara
umum. Memang kadang-kadang jerawat menyebabkan rasa gatal yang mengganggu atau
bahkan rasa sakit, tetapi umumnya tidak ada efek menyeluruh pada tubuh yang
ditimbulkan.
Penderita biasanya mengeluh adanya erupsi kulit pada tempat-tempat predileksi,
yakni di muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas, dan lengan bagian atas. Dapat
disertai rasa gatal. Erupsi kulit berupa komedo, papul, pustula, nodus, atau kista. Isi
komedo ialah sebum yang kental atau padat. Isi kista biasanya pus dan darah.
E. Patofisiologi
Patogenesis akne vulgaris sangat kompleks dipengaruhi banyak faktor dan
kadang-kadang masih controversial. Asam lemak bebas yang terbentuk dari trigliserida
dalam sebum menyebabkan kekentalan sebum bertambah dan menimbulkan sumbatan
saluran pilosebasea serta reaksi radang disekitarnya (komedogenik). Pembentukan pus,
nodus, dan kista terjadi sesudahnya.
Ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya akne :
1. Kenaikan sekresi sebum
Akne biasanya mulai timbul pada masa pubertas pada waktu kelenjar sebasea
membesar dan mengeluarkan sebum lebih banyak. Terdapat korelasi antara hebatnya
akne dan produksi sebum. Pertumbuhan kelenjar palit dan produksi sebum dibawah
pengaruh hormon androgen. Pada penderita akne terdapat peningkatan konversi
hormon androgen yang normal berada dalam darah (testosteron) kebentuk metabolit
yang lebih aktif (5-alfa dihidrotestosteron). Hormon ini mengikat reseptor androgen
di sitoplasma dan akhirnya menyebabkan proliferasi sel penghasil sebum.
Meningkatnya produksi sebum pada penderita akne disebabkan oleh respon organ
akhir yang berlebihan (end-organ hyperresponse) pada kelenjar palit terhadap kadar
normal androgen dalam darah. Terbukti bahwa, pada kebanyakan penderita, lesi akne
hanya ditemukan dibeberapa tempat yang kaya akan kelenjar palit.
Akne mungkin juga berhubungan dengan komposisi lemak. Sebum bersifat
komedogenik tersusun dari campuaran skualen, lilin (wax), ester dari sterol,
kholesterol, lipid polar, dan trigliserida. Pada penderita akne terdapat kecenderungan
| A s ke p A k n e Vu l g a r i s
mempunyai kadar skualen dan ester lilin (wax) yang tinggi, sedangkan kadar asam
lemak terutama asam leinoleik, rendah. Mungkin hal ini ada hubungan dengan
terjadinya hiperkeratinisasi pada kelenjar sebasea.
2. Keratinisasi folikel
Keratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan oleh adanya penumpukan korniosit
dalam saluran pilosebasea.
Hal ini dapat disebabkan :
Bertambahnya produksi korniosit dari sel keratinosit merupakan salah satu sifat
komedo.
Terdapat hubungan terbalik antara sekresi sebum dan konsentrasi asam linoleik dalam
sebum. Menurut Downing, akibat dari meningkatnya sebum pada penderita akne,
terjadi penurunan konsentrasi asam lenolik. Hal ini dapat menyebabkan defisiensi
asam lenoleik pada epitel folikel, yang akan menimbulkan hiperkeratosis folikuler
dan penurunan fungsi barier dari epitel. Dinding komedo lebih mudah ditembus
bahan-bahan yang menimbulkan peradangan. Walaupun asam lenoleik merupakan
unsur penting dalam seramaid-1, lemak lain mungkin juga berpengaruh pada
patogenesis akne. Kadar sterol bebas juga menurun pada komedo sehingga terjadi
ketidak seimbangan antara kholesterol bebas dengan kholesterol sulfat sehinggga
adhesi korneosit pada akroinfundibulum bertambah dan terjadi hiperkeratosis folikel.
3. Bakteri
Tiga
macam
mikroba
yang
terlibat
dalam
patogenesis
akne
adalah
Tampaknya ketiga macam bakteri ini bukanlah penyebab primer pada proses
patologis akne. Beberapa lesi mungkin timbul tanpa ada mikroorganisme yang hidup,
sedangkan pada lesi yang lain mikroorganisme mungkin memegang peranan penting.
Bakteri mungkin berperan pada lamanya masing-masing lesi. Apakah bakteri yang
berdiam dalam folikel (residen bacteria) mengadakan eksaserbasi tergantung pada
lingkungan mikro dalam folikel tersebut. Menurut hipotesis Saint-Leger skualen yang
dihasilkan oleh kelenjar palit dioksidasi dalam kelenjar folikel dan hasil oksidasi ini
dapat menyeebabkan terjadinya komedo. Kadar oksigen dalam folikel berkurang dan
akhirnya menjadi kolonisasi C..Acnes. bakteri ini memproduksi porfirin, yang bila
dilepaskan dalam folikel akan menjadi katalisator untuk terjadinya oksidasi skualen,
sehingga oksigen dalam folikel tambah berkurang lagi. Penurunan tekanan oksigen
dan tingginya jumlah bakteri ini dapat menyebabkan peradangan folikel. Hipotesis ini
dapat menerangkan mengapa akne hanya dapat terjadi pada beberapa folikel,
sedangkan folikel yang lain tetap normal
4. Peradangan
Faktor yang menyebabkan peradangan pada akne belumlah diketahui dengan
pasti. Pencetus kemotaksis adalah dinding sel dan produk yang dihasilkan oleh
C.Acnes seperti lipase, hialuronidase, protease, lesitinase dan nioranidase, memegang
peranan penting dalam proses peradangan.
Factor kemotaktik yang berberat molekul rendah (tidak memerlukan komplemen
untuk bekerja aktif), bila keluar dari folikel, dapat menarik leukosit nucleus polimorfi
(PMN) dan limfosit. Bila masuk kedalam folikel, PMN dapat mencerna C. Acnes dan
mengeluarkan enzim hidrolitik yang bisa menyebabkan kerusakan dari folikel
sebasea. Limfosit dapat merupakan pencetus terbentuknya sitokin.
Bahan keratin yang sukar larut, yang terdapat di dalam sel tanduk serta lemak dari
kelenjar palit dapat menyebabkan reaksi non spesifik, yang disertai makrofag dan selsel raksasa.
Pada masa permulaan peradangan yang ditimbulkan oleh C.Acnes, juga terjadi
aktivasi jalur komplemen klasik dan alternatif (classical and alternative complement
pathways). Respon penjamu terhadap mediator juga amat penting. Selain itu antibody
terhadap C.Acnes juga meningkat pada penderita akne hebat.
| A s ke p A k n e Vu l g a r i s
pertumbuhan kuman.
Inflamasi (radang) akibat hasil sampingan kuman propionibacterium acnes.
Proses terbentuknya dimulai dengan adanya radang saluran kelenjar minyak
kulit, kemudian dapat menyebabkan sumbatan aliran sebum yang dikeluarkan oleh
kelenjar sebasea di permukaan kulit, sehingga timbul erupsi ke permukaan kulit yang
dimulai dengan komedo. Proses peradangan selanjutnya akan membuat komedo
berkembang menjadi papul, pustul, nodus dan kista. Bila peradangan surut terjadi
jaringan parut.
Sumbatan saluran kelenjar minyak dapat terjadi karena:
Perubahan jumlah dan konsistensi kelenjar minyak dalam kulit yang terjadi
karena berbagai faktor, antara lain: genetik, rasial, hormonal, cuaca, makanan,
stress fisik, dll. Terjadi pada acne vulgaris. Banyak terdapat di muka, leher,
serta betis.
Saluran keluar kelenjar sebasea menyempit akibat radiasi sinar ultra violet atau
sinar radioaktif, dikenal sebagai akne fisik.
| A s ke p A k n e Vu l g a r i s
(PATHWAY)
Etiologi
Faktor Predisposisi
Flora folikel
Keratinisasi Folikel
Sumbatan saluran pilosebasea
Reaksi radang
Papul, pustul, nodus, kista
Jaringan parut hiperpigmentasi
Black komedo
nyeri
Resti
penyeb
aran
infeksi
White komedo
ansieta
s
Kurang
pengeta
huan
Kerusaka
Gang
n
guan
integritas
citra
kulit
tubuh
| A s ke p A k n e Vu l g a r i s
F. Diagnosa
Diagnosis akne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan ekskokleasi sebum,
yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor (sendok Unna). Sebum
yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa lebih lunak
bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.
G. Penatalaksanaan
1. Non-Farmakologi
a. Perawatan muka
Pemakaian sabun bakteriostatik dan deterjen tidak dianjurkan, bahkan
pemakaian sabun berlebihan bersifat aknegenik dan dapat menyebabkan akne
bertambah hebat.
Menurut Plewig Kligman tak terbukti bahwa muka kurang di cuci akan
bertambah hebat atau terlalu seing mencuci muka ada gunanya. Mencuci muka
hanya menghilangkan lemak yang ada dipermukaan kulit, tetapi tidak
mempengaruhi lemak yang ada di dalam folikel.
b. Pemakean kosmetik dan bahan kimia
Bahan-bahan yang bersifat aknegenik lebih berpengaruh pada penderita
akne. Bahan ini dapat membentuk komedo lebih cepat dan lebih banyak pada
kulit penderita akne. Sebaiknya pasien dianjurkan untuk menghentikan
pemakaian kosmetik yang tebal dan hanya memakai kosmetik yang ringan, yang
tidak berminyak serta tidak mengandung obat (non medicated).
c. Emosi dan faktor psikosomatik
Pada orang-orang yang mempunyai predisposisi akne stress dan emosi
dapat menyebabkan eksaserbasi atau aknenya bertambah hebat. Perlu pula
dianjurkan untuk tidak memegang-megang, memijit dan menggosok akne, sebab
dapat menyebabkan keadaan yang disebut akne mekanika.
| A s ke p A k n e Vu l g a r i s
2. Farmakologi
a. Obat-obat Topikal
1) Retinoid topical meliputi:
Tetrinoin (as.retinoat) gel,krim,solusia:0,01-0,1%
Isotetrion gel
Adapalen gel,krim solusio:0,1%
Tazaroten gel, krim:0,05-0,1%
2) Agen keratolitik
Sulfur 3-10%
As. Salisilikum
Resorsinol
3) Agen antibiotic
Eritromisin gel, solusio 1%
Klindamisin gel, solusio 1%
Benzoil peroksida gel 2,5-5%
b. Obat-obat Sistemik
1) Agen antibiotik, dengan anjuran pengobatan selama 3 bualn. Alternative
pengobatan meliputi:
Tetrasiklin 3 x 250 mg/hari-2 x 500 mg/hari
Doksisiklin 2 x 50-100 mg/hari
Lymecycline 1 x 150-300 mg/hari
Minosiklin 2 x 20-100 mg/hari
Klindamisin 2-3 x 150-300 mg/hari
Eritromisin 2-3 x 500 mg/hari
Linkomisin 2-3 x 250-500 mg/hari
2) Terapi hormone
Siproteron asetat 2 mg dikombinasikan dengan etinil estradiol 35 mg
II.
kesalahan persepsi dari pasien tentang faktor-faktor tersebut dapat menjadi data
dasar dalam memberikan intervensi keperawatan pada masalah keperawatan
penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif.
2. Riwayat penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang didapatkan adanya keluhan lain
yaitu efek sekunder dari peradangan, seperti misalnya gatal yang berlebihan,
masalah plain pada kulit yang dialami.
b. Riwayat Penyakit terdahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu diperlukan sebagai sarana dalam
pengkajian preoperative, serta penting untuk ditanyakan mengenai adanya
program pengobatan akne atau pasien berusaha mengobati sendiri dengan
berbagai produk komersial yang terdapat di pasaran. Buat daftar lengkap yang
memuat nama-nama preparat kosmetik, krim, obat, pelembap kulit, dan preparat
akne yang dibeli di toko-toko obat, serta baru saja digunakan oleh pasian harus
di peroleh.
c. Pengkajian psikososial
Pengkajian psikososial biasanya didapatkan kecemasan akan nyeri hebat atau
akibat respons pembedahan. Pada beberapa pasien juga didapatkan mengalami
ketidakefektifan koping berhubungan dengan perubahan peran dalam keluarga.
3. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan status lokalis kulit pasien diregangkan dengan hati-hati dan
kemudian lesinya diinspeksi pada saat melakukan pemeriksaan jasmani.Komedo
yang tertutup (yang merupakan precursor untuk terjadinya lesi inflamatori yang lebih
besar) tampak seperti papula kecil yang agak menonjol.Komedo yang tebuka akan
terlihat datar atau agak menonjol dengan pemadatan bagian tengah folikel.Ciri-ciri
lesi inflamatori (papula,pustule,nodul,kista) harus dicatat.
Apabila lesi utama akne mengalami peradangan akan disertai papula, pustul,
nodula, dan kista.Lesi nodula-kistik yang mengalami peradangan dapat terasa gatal
| A s ke p A k n e Vu l g a r i s
dan nyeri tekan, bila pecah dapat mengeluarkan pus.Lokasi terutama pada muka,
dada, dan punggung.
B. Diagnosa
1. Kerusakan integritas kulit b.d kerusakan permukaan kulit
2. Nyeri akut b.d proses peradangan
3. Gangguan citra tubuh b.d keadaan luka
4. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang penyakitnya
5. Resiko terjadi penyebaran infeksi b.d pertahanan primer tidak adekuat
6. Ansietas b.d kecacatan
C. Rencana Keperawatan
Dx 1: Kerusakan integritas kulit b.d kerusakan permukaan kulit
Tujuan dan Kreteria Hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam
diharapkan integritas kulit mengalami perbaikan dengan kreteria hasil: penurunan jumlah
lesi dan pembentukan jaringan parut minimal.
No
1.
Intervensi
Mandiri:
Rasional
Kaji tingkat kerusakan integritas kulit yang Membantu dalam rehabilitasi dan
dialami oleh pasien.
2.
pasien.
Dorong klien untuk menghindari semua Mencegah penularan bakteri yang
bentuk friksi (menyentuh, menggaruk dengan dapat memperparah infeksi pada lesi
3.
4.
kulit
yang
benar
kotoran di kulit
Motivasi pasien untuk tetap mengkonsumsi Untuk
memperlancar
proses
6.
gizi
Observasi terhadap eritema dan palpasi area Kehangatan merupakan tanda adanya
sekitar terhadap kehangatan
infeksi.
Kolaborasi:
Untuk
bakteri
menghambat
pertumbuhan
| A s ke p A k n e Vu l g a r i s
Intervensi
Mandiri:
Rasional
Pendekatan
komprehensif
untuk
pengetahuan
membantu
mengembangkan
kepatuhan
dengan
tim
medis
Dx 3: Gangguan citra tubuh b.d rasa malu terhapad keadaan luka dan penampilannya
Tujuan dan Kreteria Hasil: Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama .... x 24 jam
Diharapkan citra diri pasien meningkata dengan kreteria hasil: mampu menyatakan atau
mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasai dan perubahan yang sedang
terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap kondisi tubuh.
No
1.
Intervensi
Rasional
Kaji perubahan dari gangguan persepsi Menentukan
dan
hubungan
ketidakmampuan.
dengan
derajat menyusun
bantuan
rencana
individu
dalam
perawatan
aatau
pemilihan interevensi.
| A s ke p A k n e Vu l g a r i s
2.
Identivikasi arti dari kehilangan atau Beberapa pasien dapat menerima secara
disfungsi pada pasien.
sedangan
yang
lain
fungsi
yang
,memberikan
dialaminya,
dapak
koping maladaptif.
Anjurkan orang yang terdekat untuk Menghidupak
kembali
kondisi
persaan
hal-hal
dirinya.
rehabilitasi.
Anjurkan untuk berbagi dengan individu Dengan mengungkapkan, saling berbagi,
tentang nilai-nilai dan hal-hal yang dapat mengurangi beban secara psikologis
penting
untuk
mereka
Interevensi
Rasional
Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang Pengetahuan
akne vulgaris.
tentang
akne
vulgaris,
upacaya
pencegahan,
dan
Kaji
persepsi
vulgaris.
pasien
tentang
peningkatan
penyembuhan.
akne Sebagian besar pasien
akne
proses
vulgaris
Jelasakan
mengenai
dirumah
pada kulit.
Tingkatkan kepatuhan dan pemahaman Dengan meningkatkan
akan terapi.
pemahaman
menurunkan
akan
kepatuhan
terapi
intensitas
dan
yang
akan
akne
dan
Anjurkan
pada
pasien
program terapuitik.
yang Kepada pasien wanita yang menggunakan
melaporkan
tanda-tanda,
serta
gejala
aktivitas
dn
istirahat,
serta
| A s ke p A k n e Vu l g a r i s
No
Intervensi
1.
Ajarkan
Rasional
pasien
mengidentifikasikan
agar
perubahan
yang tanda
infeksi,
agar
pasien
dapat
2.
Demonstrasikan
perawatan
kulit
5.
4.
bagus
meningkatkan
bakteri
Jelaskan hal-hal yang dapat menimbulkan Meningkatkan pengetahuan pasien agar
infeksi lain
berperilaku
sehat
yang
mencegah
nasehat
iritan
untuk
eksternal
dan
No
Intervensi
Rasional
1.
| A s ke p A k n e Vu l g a r i s
2.
3.
normal
| A s ke p A k n e Vu l g a r i s
D. Evaluasi
Dx 1:
Pasien mengalami penurunan jumlah lesi dan pembentukan jaringan parut
minimal.
Dx 2:
Pasien menyatakan secara verbal nyeri berkurang atau hilang dengan skala nyeri
(0-1)
Dx 3:
Dx 4:
Dx 5:
Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, panas pada luka.
Dx 6:
| A s ke p A k n e Vu l g a r i s
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akne vulgaris atau biasa disebut juga dengan jerawat adalah peradangan kronik
folikel filosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista pada
daeah-faerah predileksi, seperti muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior, dada,
dan punggung. Akne vulgaris dapat disebabkan oleh sebum, herediter, iklim, psikis,
hormone, bacteria, dan kosmetik. Selain dengan menggunakan obat-obatan pasien yang
dengan akne vulgaris juga harus menjaga kebersihan kluit dan perawatan wajah untuk
proses penyembuhan.
B. Saran
Sebagai seorang perawat, sebaiknya lebih menenkankan edukasi kepada pasien
akne vulgaris, karena apabila seorang pasien tidak mampmenjaga faktor-faktor yang
dapat mempercepat keparahan lukanya seperti menjaga kebersihan kulit, tepat tidur, tidak
mudah stress dan minum obat sesuai indikasi yang diberikan.
| A s ke p A k n e Vu l g a r i s
DAFTAR PUSTAKA
| A s ke p A k n e Vu l g a r i s