Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

GOUT ARTHRITIS

OLEH :

Kadek Sukma Dewi Putri Sorana


14.321. 2034
A8-B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

2017

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. PENGERTIAN
 Gout adalah penyakit metabolic yang ditandai dengan penumpukan asam
urat yang nyeri pada tulang dan sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian
atas, pergelangan dan kaki bagian tengah ( Merkie, Carrie, 2005 ).
 Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan
defek genetic pada metabolisme purin atau hiperuricemia ( Brunner & Suddarth,
2001 : 1810 ).
 Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam
urat yang menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005;407).
 Artritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit Kristal
asam urat di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi
akut.
Jadi, Gout atau sering disebut asam urat adalah suatu penyakit metabolik dimana
tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat
yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.

2. KLASIFIKASI
1. Gout primer
Merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih atau akibat
penurunan ekresi asam urat
2. Gout sekunder
Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekresi asam urat
yang bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.

3. ETIOLOGI
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan Kristal
asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit dengan
metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan
eksresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa faktor lain yang mendukung seperti :
a. Faktor genetic seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam
urat berlebihan ( Hiperuricemia ), retensi asam urat atau keduanya.
b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,
gangguan ginjal yang kan menyebabkan :
 Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia
 Karena penggunaan obat – obatan yang menurunkan eksresi asam urat
seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid
dan etambutol.
c. Pembentukan asam urat yang berlebih :
 Gout primer metabolic disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
 Gout sekunder metabolic disebabkan pembentukan asam urat berlebih
karena penyakit lain seperti leukemia.
d. Kurang asam urat melalui ginjal
e. Gout primer renal terjadi karena eksresi asam urat di tubulus distal ginjal
yang sehat.
f. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal misalnya
glomeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik. 95 % penderita gout ditemukan pada
pria. Gout sering menyerang wanita pada post menopause usia 50 – 60 tahun. Juga
dapat menyerang laki – laki usia pubertas dan atau usia diatas 30 tahun. Penyakit ini
paling sering mengenai sendi metarsofaringeal, ibu jari kaki, sendi lutut dan
pergelangan kaki.

4. PATOFISIOLOGI
Perjalanan penyakit gout sangat khas dan mempunyai 3 tahapan.
1. Tahap pertama disebut tahap artritis gout akut.
Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan artritis yang khas dan serangan
tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5 – 7 hari. Karena cepat
menghilang, maka sering penderita menduga kakinya keseleo atau kena infeksi
sehingga tidak menduga terkena penyakit gout dan tidak melakukan pemeriksaan
lanjutan. Setelah serangan pertama, penderita akan masuk pada gout interkritikal.
Pada keadaan ini penderita dalam keadaan sehat selama jangka waktu tertentu. Jangka
waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda. Ada yang hanya satu tahun, ada
pula yang sampai 10 tahun, tetapi rata-rata berkisar 1 – 2 tahun. Panjangnya jangka
waktu tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa ia pernah menderita serangan
artritis gout atau menyangka serangan pertama kali dahulu tak ada hubungannya
dengan penyakit gout.
2. Tahap kedua disebut sebagai tahap artritis gout akut intermiten. Setelah
melewati masa gout interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, penderita akan
memasuki tahap ini, ditandai dengan serangan artritis yang khas. Selanjutnya
penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan yang
satu dan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama, serangan makin lama
makin panjang, serta jumlah sendi yang terserang makin banyak.
3. Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik bertofus. Tahap ini
terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini
akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut
sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang
merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan mengakibatkan
kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar
dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi.
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang
telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah.
4. Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara
berurutan.
 Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma
lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para-
artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan
negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macamprotein. Pembungkusan
dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan
kristal.
 Respon leukosit polimorfonukuler (PMN).
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon
leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.

 Fagositosis.
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membram
vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.
 Kerusakan lisosom.
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen
antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan
membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.
 Kerusakan sel.
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan
sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.
5. PATHWAY
Nyeri,
Gannguan pola
tidur

6. MANIFESTASI KLINIS
Terdapat empat tahap perjalanan klinis dari penyakit gout yang tidak diobati, antara lain :
 Hiperuricemia asimtomatik
 Arthritis gout akut
 Tahap interkritis
 Gout kronik

Gout akut berupa :


a. Nyeri hebat
b. Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang
c. Sakit kepala
d. Demam
Gangguan kronik berupa :
 Serangan akut
 Hiperurisemia yang tidak diobati
 Terdapat nyeri dan pegal
 Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi ( penumpukan
monosodium asam urat dalam jaringan )

7. KOMPLIKASI
1. Deformitas (perubahan bentuk) sendi yang terjadi akibat serangan berulang
yang akhirnya merusak kartilago artikuler (Tulang yang berada pada sekitar sendi).
2. Batu ginjal
3. Gagal ginjal kronis
4. Hipertensi

8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin,
mencegah serangan berulang dan pencegahan komplikasi.
 Medikasi
a. Pengobatan serangan akut dengan Colchine 0,6 mg PO, Colchine 1,0 – 3,0
mg ( dalam Nacl/IV), phenilbutazon, Indomethacin.
b. Terapi farmakologi ( analgetik dan antipiretik )
c. Colchines ( oral/iv) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal
asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
d. Nostreoid, obat – obatan anti inflamasi ( NSAID ) untuk nyeri dan
inflamasi.
e. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk
mencegah serangan.
f. Uricosuric untuk meningkatkan eksresi asam urat dan menghambat
akumulasi asam urat.
g. Terapi pencegahan dengan meningkatkan eksresi asam urat menggunakan
probenezid 0,5 g/hrai atau sulfinpyrazone ( Anturane ) pada pasien yang tidak
tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan
Allopurinol 100 mg 2x/hari.
 Perawatan
a. Anjurkan pembatasan asupan purin : Hindari makanan yang
mengandung purin yaitu jeroan ( jantung, hati, lidah, ginjal, usus ), sarden,
kerang, ikan herring, kacang – kacangan, bayam, udang, dan daun melinjo.
b. Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori
harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan
berat badan.
c. Anjurkan asupan tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong,
roti dan ubi sangat baik di konsumsi oleh penderita gangguan asam urat
karena akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin.
d. Anjurkan asupan rendah protein, rendah lemak
e. Anjurkan pasien untuk banyak minum.
f. Hindari penggunaan alkohol.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Meliputi nama, jenis jenis kelamin ( lebih sering pada pria daripada wanita ), usia
( terutama pada usia 30- 40), alamat, agama, bahasa yang digunakan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi kesehatan, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi ibu jari kaki (sendi
lain).
c. Riwayat Penyakit Sekarang
P (Provokatif) : kaji penyebab nyeri
Q (Quality / qualitas) : kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan
klien
R (Region) : kaji bagian persendian yang terasa nyeri
(biasanya pada pangkal ibu jari)
S (Saverity) : Apakah mengganggu aktivitas motorik ?
T (Time) : Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan
(Biasanya terjadi pada malam hari)
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan pada klien apakah menderita penyakit ginjal
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit yang
sama seperti yang diderita klien sekarang ini.
f. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
 Psikologi : apakah klien mengalami peningkatan stress
 Sosial : Cenderung menarik diri dari lingkungan
 Spiritual : Kaji apa agama pasien, bagaimana pasien
menjalankan ibadah menurut agamanya
g. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
 Kebutuhan nutrisi
1. Makan : kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan makanan
kaya protein).
2. Minum : kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol)
 Kebutuhan eliminasi
1) BAK : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau
2) BAB : kaji frekuensi, jumlah, warna, bau

 Kebutuhan aktivitas
Biasanya klien kurang / tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari
secara mandiri akibat nyeri dan pembengkakan
h. Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum dan
pemeriksaan setempat.
1) B1 (Breathing)
 Inspeksi: bila tidak melibatkan system pernafasan, biasanya
ditemukan kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak nafas, tidak ada
penggunaan otot bantu pernafasan.
 Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
 Perkusi : Suara resonan pada seluruh lapang paru.
 Auskultasi : Suara nafashilang/ melemah pada sisi yang sakit,
biasanya didapatkan suara ronki atau mengi.
2) B2 (Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan keringat dingin dan
pusing karena nyeri. Suara S1 dan S2 tunggal.
3) B3 (Brain)
Kepala dan wajah Ada sinosis
Mata Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva anemis pada
kasus efusi pleura hemoragi kronis
Leher Biasanya JVP dalam batas normal
4) B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada system
perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami komplikasi ke ginjal berupa
pielonefritis, batu asam urat, dan gagal ginjal kronik yang akan menimbulkan
perubahan fungsi pada system ini.
5) B5 (Bowel)
Kebutuhan elimknasi pada kasus gout tidak ada gangguan, tetapi tetap perlu
dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses. Selain itu, perlu dikaji
frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine. Klien biasanya mual,
mengalami nyeri lambung. Dan tidak nafsu makan, terutama klien yang
memakan obat alnagesik dan antihiperurisemia.
6) B6 ( Bone ). Pada pengkajian ini di temukan :
 Look. Keluhan nyeri sendi yang merypoakan keluhan utama yang
mendorong klien mencari pertolongan (meskipun mungkin sebelumnya sendi
sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri biasanya bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu
kadang menimbulkan nyeri yang lebih dibandingkan dengan gerakan yang
lain. Deformitas sendi (pembentukan tofus) terjadi dengan temuan salah satu
sendi pergelangan kaki secara perlahan membesar.
 Feel. Ada nyeri tekan pda sendi kaki yang membengkak.
 Move. Hambatan gerak sendi biasanya seamkin bertambah berat.
Pemeriksaan diasnostik. Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat
perubahan yang berarti dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan. Pada
kasus lebih lanju, terlhat erosi tulang seperti lubang-lubang kecil (punch out).

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis pembengkakan sendi d.d laporan tentang
perilaku nyeri/ perubahan aktivitas
2. Hambatan mobilitas fisik b.d kekauan sendi d.d kesulitasn membolak-balik
posisi.
3. Gangguan pola tidur b.d nyeri pada pembengkakan d.d merasakan tidak
cukup istirahat.
4. Defisit pengetahuan b.d kurang minat untuk belajar d.d ketidakakuratan
mengikuti perintah

3. Intervensi

No Diagnosa Tujuan & kriteria intervensi Rasional


keperawatan hasil
1 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan
cidera biologis tindakan kep. Selama 1. Kaji dan observasi 1. Untuk
pembengkakan sendi 3x24 jam nyeri lokasi, intensitas, mengetahui
d.d laporan tentang berkurang/hilang dan tipe nyeri. respon
KH: subjektif
perilaku nyeri/
1. Pasien tampak pasien dalam
perubahan aktivitas
rileks melaporkan
2. Pasien nerinya dan
melaporkan skala nyeri
penurunan nyeri 2. Bantu pasien dalam
3. Nyeri berkurang mengidentifikasi 2. Untuk
Skala nyeri mjadi faktor pencetus mengetahui
0-1 faktor
ü pencetus nyeri
3. Jelaskan dan bantu
pasien terkait 3. Untuk
dengan tindakan mengetahui
pereda nyeri non keefektifan
farmakologi dalam
mengurangi
4. Ajarkan teknik nyeri
relaksasi terkait
ketegangan otot 4. Akan
rangka yg dpt melancarkan
mengurangi peredaran
intensitas nyeri darah
sehingga
kebutuhan
oksigen
terpenuhi dan
5. Kolaborasi dengan mengurangi
tim medis untuk nyeri
pemberian obat
analgetik dan 5. Menurunkan
allopurinol. kadar asam
urat serum
dan
mengurangi
nyeri pasien.

2 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan


b.d nyeri pada tindakan keperawatan 1. Kaji mobilitas yg 1. Mengethui
pembengkakan d.d selama 3x24 jam ada dan observasi tingkat
merasakan tidak psien mampu adanya peningaan kemampuan
cukup istirahat. melaksanakan kerusakan pasien dalam
aktivitas fisik sesuai melakukan
dengan aktivitas
kemampuannya. 2. Anjurkan pasien
KH: melakuka latihan 2. Gerakan aktif
1. Pasien tidak gerak aktif pada memberi masaa,
mengalami ektremitas yang tdk tonus dan
kontraktur sendi sakit kekuatan otot,
2. Kekuatan otot serta
bertambah memperbaiki fugi
3. Pasien dapat jantung dan
melakukan pernafasan
aktivitas tanpa 3. Bantu pasien
bantuan melakukan latihan 3. Untuk
dan perawatan diri mempertahankan
sendi sesuai
4. Kolaborasi kemampuanya.
dengn ahli 4. Kemampuan
fisioterapi untuk mobilisasi
latihan fisik pasien ekstremitas dapat
ditingkatkandeng
an latihan fisik
dari tim
fisioterapi
3 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan 1. Pantau keadaan 1. Mengetahui
b.d nyeri pada tindakan keperawatan umum pasien dan kesadaran, dan
pembengkakan d.d
selama 2 x 24 jam TTV kondisi tubuh
merasakan tidak
cukup istirahat. diharapkan pasien dalam keadaan
dapat istirahat tidur normal atau
malam optimal tidak.
2. Untuk
dengan KH : 2. Kaji Pola Tidur
mengetahui
1. Melaporkan
kemudahan
istirahat tidur
dalam tidur.
malam yang
optimal.
2. Tidak menunjukan 3. Untuk
3. Kaji fungsi
perilaku gelisah. mengetahui
pernapasan: bunyi
4. Wajah tidak pucat
tingkat
napas, kecepatan,
dan konjungtiva
kegelisahan.
irama.
mata tidak anemis 4. Untuk
4. Kaji faktor yang
karena kurang mengidentifikasi
menyebabkan
tidur. malam. penyebab aktual
gangguan tidur
5. mempertahankan
dari gangguan
(nyeri, takut, stress,
(atau membentuk)
tidur.
ansietas, imobilitas,
pola tidur yang
gangguan eliminasi
memberikan
seperti sering
energi yang cukup
berkemih, gangguan
untuk menjalani
metabolisme,
aktivitas sehari-
gangguan
hari.
transportasi,
lingkungan yang
asing, temperature,
aktivitas yang tidak
adekuat).
5. Catat tindakan 5. Untuk memantau
kemampuan untuk seberapa jauh
mengurangi dapat bersikap
kegelisahan. tenang dan rilex.
6. Ciptakan suasana 6. Untuk membantu
nyaman, Kurangi relaksasi saat
atau hilangkan tidur.
distraksi lingkungan
dan gangguan tidur.
7. Batasi pengunjung
7. Tidur akan sulit
selama periode
dilakukan tanpa
istirahat yang
relaksasi,
optimal (mis; setelah
makan).
8. Minta klien untuk
8. Berkemih malam
membatasi asupan
hari dapat
cairan pada malam
mengganggu
hari dan berkemih
tidur.
sebelum tidur.
9. Anjurkan atau
berikan perawatan 9. Kenyaman dalam
pada petang hari tubuh pasien
(mis; hygiene terkait kebersihan
personal, linen dan diri dan pakai.
baju tidur yang
bersih).
10. Gunakan alat bantu
10. Memudahkan
tidur (misal; air
dalam
hangat untuk
mendapatkan
kompres rilaksasi
tidur yang
otot, bahan bacaan,
optimal.
pijatan di punggung,
music yang lembut,
dll).
11. Ajarkan relaksasi
distraksi. 11. Untuk
menenangkan
pikiran dari
kegelisahan dan
mengurangi
12. Beri obat dengan ketegangan otot
12. Pemberian obat
kolaborasi dokter.
sesuai jadwalnya.
4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan 1. mengetahui
b.d kurang minat tindakan keperawatan pasien dalam respon dan
selama 3x24 jam mengungkapkan kemampuan
untuk belajar d.d
psien mampu instruksi yang kognnitif klien
ketidakakuratan melaksanakan diberikan oleh dalam menerima
mengikuti perintah aktivitas fisik sesuai dokter atau perawat. informasi
dengan
kemampuannya. 2. Penjelasan ini
KH: 2. Berikan Jadwal dapat
1. Pasien dan obat yang harus di meningkatkan
gunakan meliputi koordinasi dan
keluarga kesadaran pasien
nama obat, dosis,
meenyatakan tujuan dan efek terhadap
pemahaman samping pengobatan yang
teratur
tentang penyakit, 3. Memberikan
kondisi, struktur dan
3. Bantu pasien
prognosis, dan mengurangi
dalam
kecemasan pada
program merencanakan
waktu menangani
program latihan dan
pengobatan proses penyakit
2. Pasien dan istirahat yang
yang kronis
teratur
keluarga mampu kompleks
4. Keuntungan
melaksanakan
dari terapi obat-
prosedur yang obatan
4. Tekankan
dijelaskan secara tergantung pada
pentingnya
ketepatan dosis
benar. melanjutkan
3. Pasien dan manajemen farmako 5. Mengurangi
keluarga mampu terapeutik paksaan untuk
menjelaskan 5. Berikan menggunakan
kembali apa yang informasi mengenai sendi dan
alat-alat bantu yang memungkinkan
di jelaskan
mungkin individu untuk
perawata/tim dibutuhkan ikut serta secara
kesehatan lainnya. lebih nyaman
dalam aktifitas
yang dibutuhkan
atau diinginkan.
6. Memberikan
pengetahuan
pasien sehingga
pasien dapat
6. Jelaskan pada menghindari
pasien tentang asal terjadinya
mula penyakit serangan
berulang.
7. Bantuan dan
dukungan dari
orang lain untuk
meningkatkan
7. Kolaborasi pemulihan
dengan sumber- maksimal.
sumber komunitas
arthritis
DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, T.H, Kamitsuru, S. 2015. Diagnosa Keperawatan : Definisi &


Kalisifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta : EGC
Huda Nurarif, Amin., Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnose Medis & Nanda. Jilid 2 : Cet. 1. Jogjakarta : Mediaction
Publishing.
Iday. Laporan Pendahuluan Atrhritis Gout.
http://yadikustiyadi.blogspot.com/2013/05/laporan-pendahuluan-arthritis-gout_13.html
Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Aajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Muskuloskeletal. Cet.1. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed.6 ;
Cet.1 ; Jil.II. Jakarta : EGC.
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Cet. 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klein Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Cet. 1. Jakarta : EGC.
Syaifiddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.3 ; Cet.
1. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai