a.
b.
c.
d.
2.
3. Penyembuhan Tulang
Kebanyakan patah tulang sembuh melalui osifikasi endokondral. Ketika tulang
mengalami cedera, fragmen tulang tidak hanya ditambal dengan jaringan
parut. Namun tulang mengalami regenerasi sendiri. Umumnya patah tulang
sembuh melalui osifikasi endokondral. Ketika tulang mengalami cidera,
fragmen tulang tidak hanya ditambal dengan jaringan parut,, namun tulang
mengalami regenerasi sendiri. Mengutip pendapat Smeltzer (2002), tahapan
penyembuhan tulang terdiri dari: inflamasi, proliferasi sel, pembentukan
kalus, penulangan kalus (osifikasi), dan remodeling.
8 Tahap Inflamasi.
Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya
pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan
pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang
mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera
kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan
membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.
8 Tahap Proliferasi Sel.
Kira-kira lima hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benangbenang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk
revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoklast
(berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan
menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada
patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid).
Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan
tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang.
Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak sruktur kalus. Tulang yang
sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.
8 Tahap Pembentukan Kalus.
8 Sendi Peluru
Kepala sendi yang bulat tepat masuk di dalam rongga cawan sendi sehingga
memungkinkan gerakan bebas penuh. Contoh: Sendi panggul dan bahu
8 Sendi Engsel/Hinge
Sumbu gerak tegak lurus pada arah panjang tulang sehingga arah gerak
hanya pada satu arah. Contoh: Siku dan lutut
8 Sendi Pelana
Permukaan sendi berbentuk pelana, arah sumbu yang satu permukaan
cembung dalam arah sumbu yang lain cembung. Contoh: Pada dasar ibu jari
8 Sendi Pivot / Kisar
Gerakan rotasi sesuai dengan arah panjang tulang untuk melakukan aktivitas.
Contoh: Sendi antara radius dan ulna (untuk membuka pintu)
8 Sendi Peluncur
Gerakan ke semua arah dan contohnya adalah sendi-sendi tulang karpalia di
pergelangan tangan.
8 Sendi Kondiloid
Mirip sendi engsel, tetapi dapat bergerak dalam dua bidang, lateral ke
belakang dan ke depan sehingga flexi, extensi, abduksi, adduksi (ke samping)
Contoh: Temporomandibula
5.
6. Fenomena Listrik dan Ion
Kontraksi otot diawali dengan adanya pengantar impuls (potensial aksi)
syaraf motorik alfa menuju motor endplate di membrane otot rangka.
Sebelum terjadi potensial aksi syaraf motorik alfa, pada motor endplate telah
terjadi depolarisasi sebagai akibat terlepasnya asetikolin (ACh) dalam
kuantum kecil secara terus menerus. Dengan adanya potensial aksi di syaraf
motoriknya, pelepasan ACh dalam akan sangat banyak sehingga depolarisasi
di endplate menjadi potensial aksi otot yang kemudian menjalar sepanjang
membrane sel otot dan tubulus T. Akibatnya, pintu Ca di retikulum
sarkoplasma membuka dan melepaskan ion Ca ke sitoplasma sel otot. Ion Ca
kemudian menyebar keseluruh sitoplasma dan berikatan dengan troponin C.
Ikatan troponin C dengan ion Ca mengakibatkan perubahan konformasi
molekul troponin, membuka binding sites untuk kepala myosin di molekul
aktin. Pembukaan binding sites tersebut memungkinkan terjadinya jembatan
silang (cross bridges) antara filament aktin dan myosin. Selanjutnya, dengan
katalis enzim myosin-ATP-ase, terjadi hidrolosis ATP menjadi DP + Pi + energi
di kepala myosin yang memungkinkan pembengkokan kepala miosin hingga
miofilamen bergerak saling bergeser (sliding of myofilaments) ke arah
pertengahan sarkomer menghasilkan kontraksi otot. Seluruh peristiwa
kontraksi otot rangka mulai dari perangsangan syaraf motorik hingga
pergeseran miofilamen disebut excitation-contraction coupling.
Berdasarkan urutan kejadian pada perangsangan otot rangka, jika dilakukan
rekaman perubahan listrik dan mekanik di otot rangka maka hasilnya akan
terlihat perubahan listrik otot rangka berlangsung selama 2 milidetik