Anda di halaman 1dari 45

Bed Side Teaching

Akne Vulgaris

Oleh :
Ihsan Otriami

2140312037

Preseptor :
Dr. dr. Satya Wydya Yenny, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV
dr. Gardenia Akhyar, Sp.KK(K), FINSDV

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2021

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas i


KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas kehendak-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Akne Vulgaris.

Bed Side Teaching ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam
Kepaniteraan Bagian Kulit dan Kelamin 27 September sampai 27 Oktober 2021.
Selain itu, besar harapan penulis dengan adanya makalah ini mampu menambah
pengetahuan para pembaca mengenai Akne Vulgaris mulai dari definisi hingga
penatalaksananya.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada


Dr. dr. Satya Wydya Yenny, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV dan dr. Gardenia
Akhyar, Sp.KK(K), FINSDV, selaku preseptor kami pada Kepaniteraan Bagian
Kulit dan Kelamin di RSUP. Dr. M. DJamil Padang, yang telah memberikan
masukan yang berguna dalam proses penyusunan makalah ini. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang juga turut membantu dalam
upaya penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan
bahasa maupun sistematika penulisan makalah ini. Kritik dan saran pembaca
sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap kiranya makalah ini dapat
menjadi masukan yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan
profesi lain yang terkait dengan masalah kesehatan khususnya mengenai Akne
Vulgaris.

Padang, 04 September 2021

Penulis

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas ii


BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Akne vulgaris adalah suatu kondisi inflamasi umum pada pada unit
polisebaseus yang terjadi pada masa remaja dan dewasa muda yang ditandai dengan
komedo, papul, pustul, nodul dengan predileksi di wajah, leher, bahu, dada,
punggung, dan lengan atas.1,2,3 Akne dapat terjadi pada hampir 80-100% populasi di
dunia pada rentang bayi sampai usia tua, dengan kejadian terbesar pada remaja.4 Pada
umumnya akne terjadi dimulai usia 12-15 tahun dengan puncak tingkat keparahan
usia 17-21 tahun.3
Pada penelitian yang dilakukan Suryadi, setiap orang pernah mengalami
Akne vulgaris dan umumnya dimulai ketika pubertas. Survey di kawasan Asia
Tenggara terdapat 40-80% kasus Akne vulgaris sedangkan di Indonesia menurut
catatan studi dermatologi kosmetika sebesar 60% penderita akne vulgaris pada tahun
2006, 80% terjadi pada tahun 2007 dan 90% pada tahun 2009. Prevelansi tertinggi
yaitu pada umur 14-17 tahun, dimana pada wanita berkisar 83-85% dan pada pria
yaitu pada umur 16-19 tahun berkisar 95-100%.5
Penyebab pasti akne vulgaris belum diketahui, namun banyak faktor yang
diduga menjadi pencetus seperti faktor genetik, hormonal, stres, kosmetik,
iklim/suhu/kelembapan, jenis kulit, obat-obatan, serta makanan.3,6,7 Faktor-faktor
tersebut dapat memicu munculnya akne vulgaris melalui empat patogenesis yang
saling berpengaruh dan berkaitan, yaitu hiperproliferasi folikular epidermis,
peningkatan sebum, respon inflamasi, serta kolonisasi dan aktivitas
Propionibacterium acnes (P.acnes).3,8
Akne vulgaris berdasarkan gambaran klinis diklasifikasikan dengan gradasi
AV yaitu gradasi ringan, sedang, dan berat berdasarkan jumlah komedo, lesi
inflamasi dan total lesi. Diagnosis akne vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisis. Pada pemeriksaan fisis akne non-inflamasi tampak
sebagai komedo terbuka (black head) dan tertutup (white head). Lesi inflamasi

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1


dimulai dengan adanya mikrokomedo tetapi dapat berkembang menjadi papul, pustul,
nodul, atau kista. Kedua tipe lesi ditemukan pada area dengan glandula sebacea yang
banyak.3,9
Penatalaksanaan akne vulgaris terdiri atas nonmedikamentosa,
medikamentosa serta tindakan khusus. Umumnya prognosis akne ini cukup baik,
dimana sebaiknya pengobatan dilakukan segera mungkin agar menghindari sekuele
yang bersifat permanen.3

Batasan Masalah
Penulisan bed side teaching ini membahas tentang definisi, epidemiologi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan
prognosis akne vulgaris.

Tujuan Penulisan
Penulisan bed side teaching ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami
mengenai akne vulgaris.

Metode Penulisan
Penulisan bed side teaching ini disusun berdasarkan laporan kasus dan studi
kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Akne vulgaris (AV) merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri berupa peradangan
kronis folikel pilosebasea dengan penyebab multifaktor dan manifestasi klinis berupa komedo
papul, pustul, nodus serta kista.3

Epidemiologi

Umumnya akne terjadi dimulai usia 12-15 tahun dengan puncak tingkat keparahan usia 17-
21 tahun.1 Sebanyak 85% remaja mengalami akne dengan tingkat keparahan tertentu dan paling
sering muncul pada usia 15- 18 tahun. Di Amerika Serikat, akne vulgaris merupakan penyakit kulit
paling umum yang mempengaruhi sekitar 80% dari populasi selama hidupnya. Sebanyak 20% dari
mereka mengalami akne vulgaris derajat berat yang menimbulkan skar pada wajah. Pada remaja
atau dewasa muda kejadian akne vulgaris lebih banyak pada laki-laki dibanding perempuan.
Namun, pada dewasa lanjut perempuan lebih banyak dibanding laki-laki. Pada penelitian yang
dilakukan di Poliklinik RSUP Dr. M. Djamil Padang selama tahun 2013-2015, terdapat 224 kasus
baru akne vulgaris dari 7819 total kunjungan (2.86%), dengan jumlah pasien terbanyak ditemukan
pada usia 15-24 tahun yaitu 171 pasien (76.34%). Berdasarkan jenis kelamin, kejadian pada
perempuan lebih tinggi yaitu 60,27% sedangkan pada laki-laki sebanyak 39.73%.2,4,5

Etiologi

Penyebab pasti dari akne belum diketahui, tetapi banyak faktor yang diduga pencetus
seperti faktor genetik, hormonal, stres, kosmetik, iklim/suhu/kelembapan, jenis kulit, obat-obatan
dan makanan.6,3
1. Genetik

Akne memiliki kemungkinan keterkaitan genetik dimana pada penderita terdapat


peningkatan respon unit pilosebaseus terhadap kadar normal androgen dalam darah. Menurut
sebuah penelitian, adanya gen tertentu (CYP17-34C/C homozigot Chinese men) dalam sel tubuh
manusia, meningkatkan terjadinya akne.7

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3


2. Hormonal

Beberapa hormon yang berpengaruh terhadap regulasi aktivitas kelenjar sebasea telah
dihubungkan dengan kejadian akne. Hormon tersebut antara lain androgen, estrogen, progesteron,
growth hormone (GH), insulin, insulin-like growth factor-1 (IGF-1), corticotrophin releasing
hormone (CRH), adrenocorticotropichormone (ACTH), melanokortin, dan glukokortikoid.8
3. Stres psikis

Stress diketahui berperan terhadap kejadian akne melalui efek aksis hypothalamus pituitary
adrenal (HPA) terhadap fungsi kelenjar sebasea. Stres dapat meningkatkan produksi ACTH. Hal
tersebut akan menyebabkan aktivitas korteks adrenal meningkat. Akibatnya terjadi peningkatan
hormon androgen.10 Hormon androgen dapat menimbulkan kelenjar minyak bertambah besar dan
produksi sebum semakin banyak. Selain itu produksi hormon androgen dari kelenjar adrenal akan
meningkatkan asam lemak dalam sebum, sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan
timbul lesi baru.3

4. Makanan (diet)

Makanan yang dapat memicu timbulnya akne antara lain makanan tinggi lemak (gorengan,
kacang, susu, dan olahan susu seperti keju), makanan karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi,
alkohol, makanan pedas, dan makanan tinggi yodium (garam). Lemak dalam makanan dapat
mempertinggi kadar komposisi sebum kulit. Makanan karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi
akan meningkatkan glukosa dan insulin yang dapat memicu akne melalui peningkatan insulin dan
IGF-1. IGF-1 kemudian merangsang hipersekresi androgen yang diketahui berperan dalam
patogenesis akne vulgaris dengan meningkatkan proliferasi kelenjar sebasea yang merupakan awal
dari terbentuknya akne vulgaris.9
5. Kosmetik

Bahan yang dapat dan sering menyebabkan akne vulgaris antara lain lanolin, petrolatum,
beberapa minyak tumbuh-tumbuhan, butil stearat, laurel alkohol dan asam oleat. Bahan-bahan
tersebut terdapat pada berbagai kosmetik seperti foundation, pelembab (moisturizer), dan krim
penahan sinar matahari (sunscreen). Untuk jenis bedak yang sering menyebabkan akne adalah
bedak padat (compact powder).7

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4


6. Obat-obatan

Akne vulgaris dapat disebabkan oleh efek dari beberapa obat-obatan sistemik, seperti
kortikosteroid, ACTH, steroid anabolik/androgen sintesis, antikonvulsa, antidepresan,
antipsikotik, antituberkular, antineoplasma, antiviral, Ca antagonis, senyawa halogen, growth
hormone, serta vitamin B.7
7. Iklim/cuaca

Faktor iklim diketahui berhubungan dengan akne vulgaris melalui peningkatan sekresi
sebum. Pada udara yang panas dan lembab sekresi sebum akan meningkat dan dengan kelembaban
yang tinggi menyebabkan kolonisasi bakteri juga akan semakin banyak di permukaan kulit.

8. Jenis Kulit

Jenis kulit yang memiliki risiko tinggi dengan akne adalah kulit berminyak. Kulit
berminyak dan kotor oleh debu, polusi udara, maupun sel-sel kulit yang mati yang tidak dilepaskan
dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran kelenjar sebasea dan dapat menimbulkan akne.7

Patogenesis
Terdapat empat patogenesis paling berpengaruh pada timbulnya akne vulgaris, yaitu :
1. Produksi sebum yang meningkat
Pada individu dengan akne, secara umum ukuran folikel sebasea serta jumlah lobul tiap
kelenjar bertambah. Ekskresi sebum ada dikontrol oleh hormon androgen. Telah diketahui bahwa
akibat stimulus hormon androgen kelenjar sebasea mulai berkembang pada usia individu 7-8
tahun. Horman androgen berperan pada perubahan sel-sel sebosit demikian pula sel• sel keratinosit
folikular sehingga menyebabkan terjadinya mikrokomedo dan komedo yang akan berkembang
menjadi lesi inflamasi. Sel-sel sebosit dan keratinosit folikel pilosebasea memiliki mekanisme
selular yang digunakan untuk mencema hormon androgen, yaitu enzim 5-α-reduktase (tipe 1) serta
3β dan 7β hidroksisteroid dehidrogenase yang terdapat pada sel sebosit basal yang belum
berdiferensiasi. Setelah sel-sel sebosit berdiferensiasi kemudian terjadi ruptur dengan melepaskan
sebum ke dalam duktus pilosebasea. Proses diferensiasi sel-sel sebosit tersebut dipicu oleh hormon
androgen yang akan berikatan dengan reseptornya pada inti sel sebosit, selanjutnya terjadi
stimulasi transkripsi gen dan diferensiasi sebosit. Pada individu dengan akne, secara umum
produksi sebum dikaitkan dengan respons yang berbeda dari unit folikel pilosebasea masing-

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5


masing organ target, atau adanya peningkatan androgen sirkulasi, atau keduanya. Misalnya,
didapatkan produksi sebum yang berlebih pada lokasi wajah, dada dan punggung, meskipun
didapatkan kadar androgen yang ada di sirkulasi tetap. Sebagai kesimpulan, androgen merupakan
faktor penyebab pada akne, meskipun pada umumnya individu dengan akne vulgaris tidak
mengalami gangguan fungsi endokrin secara bermakna. Pasien akne vulgaris baik laki-laki
maupun perempuan akan memproduksi sebum lebih banyak dari individu normal, namun
komposisi sebum tidak berbeda dengan orang normal kecuali terdapat penurunan jumlah asam
linoleat yang bermakna. Jumlah sebum yang diproduksi sangat berhubungan dengan keparahan
akne vulgaris.3

2. Hiperproliferasi folikel pilosebasea


Lesi akne dimulai dengan mikrokomedo yaitu lesi mikroskopis yang tidak terlihat dengan
mata telanjang. Komedo pertama kali terbentuk dimulai dengan deskuamasi abnormal sepanjang
folikel. Beberapa studi menjelaskan terjadinya deskuamasi abnormal pada pasien akne. Epitel
tidak dilepaskan satu per satu kedalam lumen sebagaimana biasanya. Penelitian
imunohistokimiawi menunjukkan adanya peningkatan proliferasi keratinosit basal dan diferensiasi
abnormal dari sel-sel keratinosit folikular. Hal ini kemungkinan disebabkan berkurangnya kadar
asal linoleat sebasea. Lapisan granulosum menjadi menebal, tonofilamen dan butir-butir
keratohialin meningkat, kandungan lipid bertambah sehingga lama-kelamaan menebal dan
membentuk sumbatan pada orifisium folikel. Proses ini pertama kali ditemukan pada pertemuan
antara duktus sebasea dengan epitel folikel. Bahan-bahan keratin mengisi folikel sehingga
menyebabkan folikel melebar. Pada akhimya secara klinis terdapat lesi non•inflamasi (open/closed
comedo) atau lesi inflamasi, yaitu bila P. acnes berproliferasi dan menghasilkan mediator-
mediator inflamasi.3

3. Kolonisasi P.acnes
P.acnes merupakan mikroorganisme utama yang ditemukan di daerah infra infundibulum
dan P.acnes dapat mencapai permukaan kulit dengan mengikuti aliran sebum. P.acnes akan
meningkat jumlahnya seiring dengan meningkatnya jumlah trigliserida dalam sebum yang
merupakan nutrisi bagi P.acnes.3

6
4. Proses inflamasi
P. acnes diduga berperan penting menimbulkan inflamasi pada akne vulgaris dengan
menghasilkan faktor kemotaktik dan enzim lipase yang akan mengubah trigliserida menjadi asam
lemak bebas, serta dapat menstimulasi aktivasi jalur klasik dan alternatif komplemen.3

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dalam kasus tertentu
akne vulgaris dapat dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium dan
histopatologis.6

ANAMNESIS
Sebagian besar pasien akne biasanya datang dengan keluhan estetik. Namun, keluhan
tersebut kadang-kadang bisa disertai gatal dan nyeri pada lesi yang meradang. Pada anamnesis
pasien, selain riwayat penyakit sekarang perlu juga ditanyakan berbagai faktor-faktor yang dapat
memicu terjadinya akne, yaitu:
• Riwayat akne dalam keluarga
Riwayat akne dalam keluarga menggambarkan adanya faktor genetik yang berperan pada
proses terjadinya akne. Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan didapatkan hubungan erat
antara akne dengan riwayat keluarga. Goulden, dkk. mengemukakan bahwa pasien dengan riwayat
keluarga lebih berisiko mengalami akne persisten pada wajah.1
• Penggunaan kosmetik
Penggunaan produk kosmetik yang mengandung bahan komedogenik akan menyebabkan
reaksi folikular berupa hiperkeratosis retensional. Beberapa bahan komedogenik yang terkandung
dalam produk kosmetik seperti bedak, alas bedak, pelemabab, tabir surya tersebut antara lain
adalah cocoa butter, petrolatum dan derivatnya, lanolin, isopropylmisristate, butyl stearate, dan
lainnya.1
• Pekerjaan
Paparan beberapa bahan industri pada tempat kerja dapat menyebabkan akne karena paparan
terus menerus akan menyebabkan reaksi hiperkeratosis dan oklusi folikular. Bahan-bahan tersebut

7
meliputi coal tar dan derivatnya (industry yang menggunakan batubara), insoluble cutting ois
(bengkel,industri logam) dan chlorinated hydrocarbons. Riwayat akne dalam keluarga akibat
pekerjaan yang disebabkan karena chlorinated hydrocarbons yang biasanya digunakan pada
fungisida, insektisida dan pengawet kayu.6
• Adanya stress
Corticotropin-releasing hormone (CRH) tampaknya juga berperan pada akne. Hormon ini
diproduksi oleh hipotalamus dan meningkat pada saat stress. Reseptor corticotropim-releasing
hormone terdapat pada mayoritas sel, termasuk keratinosit dan sebosit. Fungsi utama CRH untuk
menstimulasi sintesis adenocorticotropic hormone (ACTH) oleh kelenjar adrenal, sebab
peningkatan kadar ACTH ini dapat menyebabkan peningkatan sekresi androgen dan ukuran
kelenjar sebasea.1
• Penggunaan obat-obatan
Riwayat penggunaan obat-obatan, terapi radiasi dan ultraviolet (UV) sangat penting dalam
anamnesis karena dapat menyebabkan erupsi akneiformis yang sebagian besar monomorf dan
mengenai semua kelompok usia, Hal ini disebabkan obat-obatan seperti anabolic steroid,
kortikosteroid, fenitoin, litium, isoniazid, vitamin B kompleks, bebrapa obat kemoterapi, terutama
epidermal growth factor receptor (EFGR) inhibitors.1
• Onset menarche dan siklus menstruasi
Frekuensi dan karakteristik siklus menstruasi serta apakah timbulnya akne dipengaruhi
oleh siklus menstruasi perlu ditanyakan kepada pasien. Onset terjadinya akne biasanya secara
bertahap, sehingga apabila pasien mengalami onset akne yang mendadak perlu dipertimbangkan
adanya kemungkinan etiologi lain yang mendasari, salah satunya adalah tumor yang mensekresi
androgen. Hiperandrogenisme perlu dipertimbangkan pada pasien wanita dengan akne derajat
berat, onset tiba-tiba disertai gejala hirsutisme atau siklus menstruasi abnormal (oligomenorhea
atau amenorhea), suara yang lebih berat dan peningkatan libido.3
• Pola hidup
Kebiasaan tidak mencuci muka menggunakan sabun akan membuat akumulasi minyak,
kotoran atau debu, dan keringat yang menempel di wajah dapat menutup dan menyumbat pori
sehingga mempermudah terbentuknya akne. Mencuci muka terlalu sering juga dapat menyebabkan
eksaserbasi akne karena bersifat traumatik dan beberapa sabun mengandung substansi yang

8
bersifat komedogenik. Berdasarkan observasi klinis, lesi akne cenderung mengalami perburukan
bila terpapar sinar matahari. Sinar matahari selain memiliki efek antiinflamasi, juga bersifat
komedogenik karena menyebabkan hiperkeratosis pada permukaan kulit dan folikel.10
• Pola makan/diet
Perlu ditanyakan apakah sering mengkonsumsi karbohidrat atau makanan dengan indeks
glikemik tinggi seperti nasi putih, bubur beras, roti gandum putih, roti gandum utuh, serealm
kentang rebus, ubi jalar, kue atau makanan yanga terbuat dari tepung, dan lain-lain. Makanan
dengan indeks glikemik tinggi akan menyebabkan hiperinsulinemia akut sehingga akan terjadi
peningkatan kadar androgen dan IGF-1 yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi sebum.
Selain itu, konsumsi makanan berlemak dapat menyebabkan perubahan isi dan jumlah lipid
sebum.11,12

PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan:
1. Jenis kulit pasien (berminyak,normal)
2. Lokasi akne
Lokasi akne terutama pada wajah, punggung, dada dan bahu, Pada badan, lesi cenderung
terkonsentrasi pada garis tengah. Namun, akne juga bisa mengenai daerah lain yang memiliki
kelenjar sebasea seperti paha dan betis.
3. Tipe lesi
Gambaran klinis lesi akne dapat bervariasi, mulai dari 1esi noninflamasi berupa
komedo tertutup dan terbuka (tanda patognomonik), hingga lesi inflamasi seperti papul,
pustul, nodul dan kista serta kadang-kadang jaringan parut.

Secaragarisbesarlesi aknedapatdibedakanmenjaditigatipeyaitulesi non-inflamasi, lesi


inflamasi dan lesi sisa yaitu pigmentasi dan parutakne.13
a. Lesi non inflamasi
Komedo merupakan tanda patognomonik dari akne dan secara garis besar dibedakan
menjadi dua tipe, yaitu komedo terbuka dan tertutup.

9
1. Komedo terbuka (black head)

Gambar 2.1 Komedo Terbuka (Black head)14

Komedo terbuka berkembang dari mikro komedo, berupa papul berbentuk kubah yang
disertai pelebaran saluran folikel yang berisi keratin dan lipid. Wama kehitaman komedo
kemungkinan disebabkan adanya deposit melanin dan oksidasi lipid. Ukuran komedo terbuka
berkisar antara 2-3 mm.1
2. Komedo tertutup (white head)

Gambar 2.2 Komedo Tertutup (White head)14

Berbentuk papul kecil berwama putih atau sewama kulit dengan diameter 0,5- 3 mm
(umurnya 1 mm) tanpa terlihat adanya lubang. Jumlah komedo tertutup biasanya lebih banyak
daripada komedo terbuka. Komedo jenis ini kadang-kadang tidak terlihat sehingga pada

10
pemeriksaan diperlukan, selain pencahayaan yang baik, peregangan kulit dan bantuan kaca
pembesar. 1
b. Lesi Inflamasi
Lesi inflamasi akne berasal dari pembentukan komedo yang mengalami perkembangan
menjadi papul, pustul, nodul dan kista.1
1. Papul dan pustul
Papul eritematosa biasanya memiliki diameter kurang dari 0,5 cm. Pustul berukuran sama
dengan papul namun berisi pus berwarna putih kekuningan.1

Gambar 2.3 Papul14

Gambar 2.4 Pustul14

2. Nodul

Gambar 2.5 Nodul14

11
Nodul merupakan proses inflamasi yang terletak lebih dalam dari papul. Nodul kecil
berukuran 0,5-1 cm, sedangkan nodul besar dapat melebihi 1 cm. Pada nodul, gambaran inflamasi
yang lebih nyata disertai indurasi dan nyeri tekan.1

• Parut Akne
Parut Akne akibat kerusakan jaringan kulit dari lesi non-inflamasi maupun inflamasi
setelah proses penyembuhan. Terdapat dua macam tipe dasar parut akne yaitu parut atrofi yang
terdiri dari icepick scar, rolling scar, dan boxcar serta parut hipertrofik dan keloid.13

Gambar 2.6 Makula hiperpigmentasi15

Gambar 2.7 Parut Akne15 a) Icepick scar; b) Roling scar; c) Boxcar scar; d) Keloid

12
Gradasi
Gradasi akne merupakan gambaran klinis yang penting bagi dokter untuk menentukan jenis
dan evaluasi hasil terapi. Penilaian gradasi yang disepakati oleh Perhimpunan Dokter Spesialis
Kulit dan Kelamin Indonesia yaitu :

Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Keparahan Akne (Combined Acne Severity Classification)3
Klasifikasi Komedo Papul/Pustul Nodul Total Lesi
Ringan <20 <15 0 <30
Sedang 20-100 15-50 <5 30-125
Berat >100 >50 >5 >125

Diagnosis Banding
1. Erupsi akneiformis
Erupsi akneiformis adalah erupsi lesi menyerupai lesi akne yang dapat disebabkan
oleh obat, bahan kimia industri, radiasi ultraviolet dan lain-lain. Contoh erupsi
akneiformis adalah drug induced acne, occupational acne, folikulitis gram acne, radiasi,
akne tropikal.1
2. Folikulitis gram negatif
Folikulitis Gram negatif dapat timbul pada pasien akne yang diberi antibiotik oral
jangka panjang, terutama tetrasiklin. Pada awalnya, biasanya didapatkan respon yang baik
dengan tetrasiklin, namun kemudian akne semakin parah . Gambaran klinis berupa lesi
1
papulopustula di sekitar hidung.
3. Folikulitis pitirosporum
Folikulitis pitirosporum atau folikulitis Malassezia tipikal terjadi pada dewasa
muda, berupa papula folikular dan kadang-kadang pustula yang terasa gatal, terutama
pada punggung, dada, dan bahu. Pada pemeriksaan menggunakan KOH pada isi folikular
didapatkan Malassezia.1
4. Dermatitis perioral
Dermatitis perioral ditandai dengan papula eritema, vesikel, atau pustula dengan
dasar eritema dan/atau skuama di daerah perioral, perinasal, dan/atau periokular, dengan
distribusi biasanya simetris. Kadang-kadang disertati keluhan subjektif gatal atau rasa
13
padas. Kelainan ini terutama dihubungkan dengan pemakaian kortikosteroid topikal yang
tidak tepat.1
5. Rosasea
Karakteristik rosasea yaitu eritema persisten pada bagian sentral wajah. Gambaran
primer rosasea yaitu fushing, papula, pustule dan telangiektasis.1

Pemeriksaan Penunjang

• Ekskohleasi Komedo

Pemeriksaan penunjang khusus berupa ekskohleasi komedo dapat dilakukan untuk


membuktikan apakah papul kecil yang ada benar merupakan sebuah komedo yang berisi sebum

yang mengental atau mengeras karena komedo merupakan gejala patognomonik. Selain sebagai
pemeriksaan penunjang khusus, ekskohleasijuga dapatdigunakan sebagai terapi bedah pada akne.1
Selama prosedur ekskohleasi, dokter menggunakan sarung tangan. Lesi dibersihkan terlebih dahulu
dengan menggunakan alkohol atau cairan antisepetik lainnya. Sebum kemudian dikeluarkan dengan
bantuan komedo ekstraktor (sendok Unna, Scharnberg atau Saalfield). lsi komedo terbuka dapat
dengan mudah dikeluarkan dengan penekanan vertikal yang lembut di sekitar lesi dan akan tampak
pada lubang ekstraktor. Sebum yang menyurnbat terlihat sebagai massa padat seperti Jilin atau nasi
lunak yang kadang-kadang ujungnya berwarna hitam berisi melanin. 1
• Pemeriksaan histopatologis
Pemeriksaanhistopatologispadalesiakne memberikangambaranyangtidakspesifik. Oleh
karena itu pemeriksaan histopatologis hanya dilakukan dalam skala penelitian dan bukan
pemeriksaan standar diagnosis pada akne. Pada lesi awal dijumpai mikrokomedo. Tampak
dilatasi folikel pilosebasea disertai penyempitan saluran karena adanya hiperkeratosis
infundibular. Stratum granulosum pada stadium ini terlihat jelas. Pada komedo tertutup, distensi
folikular lebih luas dan terbentuk struktur kista padat yang berisi debris keratin eosinofilik, rambut
dan bakteri. Pemeriksaan histopatologis pada komedo terbuka menunjukkan gambaran distensi
folikel keseluruhan dan ostium. Kelenjar sebasea biasanya atrofi atau tidak ada. Tampak infiltrat
sel monononuklear mengelilingi folikeltersebut.1

14
Tatalaksana
Tatalaksana akne vulgaris memiliki tujuan mempercepat penyembuhan, mencegah
pembentukan akne baru dan mencegah jaringan parut yang permanen. Tatalaksana dapat dilakukan
secara non medikamentosa dan medikamentosa.3 Berikut bagan rekomendasi terapi akne dengan
medikamentosa oleh Indonesian Acne Expert Meeting (IAEM) 2015 :3

Tabel 2.2 Bagan Rekomendasi Terapi Akne IAEM 20151

GRADE/ TERAPI RINGAN SEDANG BERAT


LINI 1
TOPIKAL RA, BPO RA, BPO, AB AB
BPO Wanita hamil BPO Wanita hamil BPO Wanita hamil
ORAL Dox Azitro
E Wanita hamil E Wanita hamil
LINI 2
TOPIKAL AA AA, SA, TAIL AA, SA, TAIL
BPO Wanita hamil BPO Wanita hamil BPO Wanita hamil
ORAL AB lainnya F : AAn,
E Wanita hamil M : IsotO
LINI 3
TOPIKAL RA + BPO / AB> AB> / RA + BPO AA, SA, TAIL
BPO Wanita hamil BPO Wanita hamil BPO Wanita hamil
ORAL AB lainnya F : IsotO
E Wanita hamil GCS/CSS (AF)
AJUVAN ------------------KIE, SC, SP, LL, K (PPX, SS)------------------
MAINTENANCE ---------------KIE, SC, K (PPX,SS) ---------------

Keterangan :
RA : Retinoic Acid, BPO : Benzoyl Peroxide, AB : Antibiotik, Dox : Doxicyclin,
Azitro:Azitromycin, E : Eritromycin, AA : Azelaic Acid, SA : Salicylic Acid, TAIL : Triamcinolon
Acetonide Intra Lesi, AAn : Anti Androgen, F : Female, M : Male, IsotO : Isotetrinoin Oral, AB>
: Antibiotik konsentrasi >, GCS : GlucoCorticoid Systemic, AF : Akne Fulminan, KIE :
15
Komunikasi Informasi Edukasi, SC : Skin Care, Sp : Skin Peeling, LL : Laser and Light Teraphy,
K : Kosmeseutikal, PPX : Papulex, SS : Sunscreen yang hipoalergenik dan non komedogenik.

PILIHAN OBAT TOPIKAL


• Retinoid
Retinoid merupakan pilihan lini pertarna terapi akne secara urnumnya. Mekanisme kerja
dari retinoid adalah keratolitik, merangsang kolagenesis baru dan anti inflarnasi. Efektifitas retinal
dan retinol umumnya lebih rendah dari asarn retinoat.1

• Benzoil peroksida
Benzoil peroksida (BPO) merupakan pilihan lain dari terapi topikal anti akne. Mekanisme
kerja BPO adalah antibakterial terhadap P. acnes sehingga menurunkan populasi di struktur
pilosebasea dan secara tidak langsung mengurangi kadar asam lemak bebas serta menghambat
inflamasi. BPO tidak menyebabkan terjadinya resistensi dari mikroba di kulit sehingga lebih aman
dipakai dalam jangka panjang dalam terapi akne atau terapi kombinasi.1

ANTIBIOTIK TOPIKAL
Antibiotik topikal yang digunakan sebagai terapi topikal pada akne saat ini adalah
eritromisin dan klindamisin.1

PILIHAN OBAT SISTEMIK


Konsensus global maupun konsensus di Indonesia memutuskan bahwa pemberian obat
sistemik hanya dilakukan pada akne dengan gradasi sedang dan akne gradasi berat.1
• Antibiotik Oral
Beberapa antibiotik sistemik yang dapat digunakan pada akne adalah tetrasiklin, dan
doksisiklin, eritromisin dan derivatnya dan klindamisin. Masing masing dengan kekurangan dan
kelebihan masing-masing. Doksisiklin lebih poten dari tetrasiklin sebagai antimikroba, menekan
inflamasi dan efek samping yang lebih rendah dalam gangguan traktus digestivus, reaksi
fotosensitivitas, fungsi hati serta sindrom SLE. Eritromisin dapat menjadi piLihan, namun
penggunaannya harus singkat mengingat kemungkinan terjadinya resistensi mikroba.1
• Isotretinoin Oral
16
Pemberian isotretinoin oral pada akne hanya dipilih pada akne berat dan sedang setelah terapi
yang lain gagal dilakukan. Mekanisme kerja isotretinoin sistemik adalah menekan aktifitas
kelenjar,menekan hiperkeratinisasi folikular, dan anti inflamasi.1

Tindakan terhadap akne atau terapi ajuvan :


1. Ekstraksi komedo
Ekstraksi komedo dilakukan pada akne komedonal yang bertujuan mencegah sumbatan,
kolonisasi bakteri, inflamasi dan memperbaiki penampilan kulit wajah pasien akne. Prosedur
ekstraksi komedo harus dalam kondisi aseptik, bisa dilakukan penguapan yang ringan bertujuan
mempermudah ekstraksi dan hindari penekanan yang keras pada saat ekstraksi komedo. Gunakan
eksfoliasi mekanik dengan ekstraktor komedo untuk mengurangi hiperkeratosis sebelum
dilakukan tempi topikal. Aplikasikan antimikroba dan anti inflamasi setelah dilakukan ekstraksi
komedo.1
2. Chemical peeling
Agen peeling superfisial yang banyak digunakan pada peeling akne yaitu glycolic acid dan
/J-hydroxy acid (asam salisilat). Pada penelitian in vitro menunjukkan gycolic acid menunjukkan
efek menghambat pertumbuhan bakteri P.acnes. Peeling asam sal isilat yang digunakan dalam
konsentasi 20-30 % menyebabkan keratolisis. Solusio Jessner juga digunakan pada peeling akne
yang menyebabkan keratolisis melalui penurunan kohesi korneosit. Peeling dilakukan mulai dari
konsentrasi rendah kemudian dinaikkan secara bertahap dengan interval 2-4 minggu.1
3. Laser
4. Electrosurgery
5. Krioterapi
6. Terapi ultraviolet

Prognosis
Onset dari akne vulgaris sangat bervariasi mulai dari usia 12-15 tahun dengan puncak
tingkat keparahan usia 17-21 tahun. Kejadian acne ini biasanya diikuti oleh remisi yang terjadi
secara spontan. Walaupun rata-rata pasien akan mengalami penyembuhan pada usia awal 20 tahun,
namun ada juga yang masih menderita akne hingga usia 30 atau 40an. Pada umumnya prognosis
dari akne ini cukup baik, pengobatan sebaiknya dimulai pada awal onset munculnya akne dan
cukup agresif untuk menghindari sekuele yang bersifat permanen.16

17
BAB 3
LAPORAN KASUS

Identitas
Nama : Nn. AR
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa, UNAND
Pendidikan : S1
Alamat : Jati 4, Padang Timur
Status Perkawinan : Belum menikah
Nama Ibu Kandung : Ny. E
Negeri Asal : Pelembang
Agama : Islam
Suku : Minang
Nomor Hp : 082177955020
Tanggal Pemeriksaan : 05 September 2021

Anamnesis
Seorang pasien perempuan, berusia 21 tahun datang ke poliklinik kulit dan
kelamin RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 05 September 2021, dengan:
Keluhan Utama
Jerawat yang terasa menganggu dan bertambah banyak di bagian dagu,
sekitar hidung dan di pipi sejak 5 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
• Awalnya jerawat timbul di daerah dagu lalu ke bagian sekitaran hidung dan pipi
kanan dan kiri sejak 5 hari yang lalu. Mula-mula bintik-bintik merah di tengah
dagu, kemudian bertambah banyak dan menyebar ke daearah sekitaran hidung,
dan pipi kanan dan kiri. Namun keluhan tersebut hilang timbul. Jerawat tersebut tidak
nyeri dan tidak gatal.
• Jerawat dibagian tubuh lain disangkal. 18
• Pasien memiliki jenis kulit yang cenderung berminyak.
• Keluhan jerawat tidak dirasakan ketika sebelum dan saat menstruasi.
• Pasien tidak mengalami stres dan banyak pikiran
• Pasien dalam beberapa minggu terakhir tidur cukup, 5-7 jam.
• Pasien memiliki kebiasaan memegang muka dengan tangan yang sering tidak
dicuci dulu sebelumnya.
• Pasien memiliki kebiasaan memencet jerawat dengan tangan.
• Pasien sering mengkonsumsi makanan pedas, susu atau makanan olahan susu
lainnya. Namun, pasien jarang mengonsumsi kacang-kacangan, makanan
berminyak seperti gorengan dan minuman yang manis. Setelah mengurangi
konsumsi tersebut keluhan jerawat pasien sedikit berkurang.
• Pasien sehari-hari menggunakan masker dalam aktivitasnya serta pasien selalu
mencuci muka setelah beraktivitas diluar ruangan.
• Pasien memiliki kebiasaan mencuci wajah 2 kali sehari saat mandi pagi hari,
pulang kuliah dan kadang-kadang saat malam hari sebelum tidur.
• Pasien akhir-akhir ini lebih sering beraktivitas di dalam ruangan dibanding diluar
ruangan.
• Pasien jarang menggunakan pelembab. Pasien biasanya menggunakan produk
kecantikan lainnya seperti skincare. Pemakaian skincare sejak 4 tahun yang lalu.
• Pasien merasakan kulit memerah saat terpapar sinar matahari langsung.
• Pasien menggunakan sunscreen saat beraktivitas diluar ruangan.

• Pasien tidak memiliki kebiasaan sehari-hari menggunakan make up seperti bedak


tabur .
• Riwayat mengkonsumsi obat kortikosteroid disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


• Pasien tidak pernah mengalami keluhan jerawat seperti ini sebelumnya baik
di wajah ataupun bagian tubuh yang lain.

19
Riwayat Penyakit Keluarga
• Keluarga pasien tidak memiliki keluhan jerawat seperti pasien.
• Keluarga pasien memiliki kulit yang cenderung berminyak.
• Riwayat asma, bersin-bersin pagi hari >5 kali, alergi makanan, obat-obatan pada
keluarga disangkal.
• Keluaraga pasien tidak menderita hipertensi, diabetes mellitus, dan obesitas.

Riwayat Pengobatan
• Pasien tidak pernah berobat ke dokter terkait keluhan jerawatnya.

Riwayat Atopi/ Alergi


• Riwayat alergi makanan dan obat-obatan disangkal

• Riwayat bersin-bersin pagi hari >5 kali dan mata merah berair karena debu
disangkal.

Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata

Keadaan umum : Baik, tidak tampak sakit


Kesadaran : Komposmentis koorperatif
Denyut nadi : 88x/ menit
Frekuensi napas : 16x/ menit
Suhu : 36,7O C
Tinggi badan :156 cm
Berat badan : 50 kg
Status Gizi : baik
Pemeriksaan Toraks : dalam batas normal
Pemeriksaan Abdomen : dalam batas normal

20
Status Dermatologikus
Lokasi : dagu, pipi kanan, pipi kiri, hidung
Distribusi : terlokalisir
Bentuk : bulat
Susunan : tidak khas
Batas : tegas sampai tidak tegas
Ukuran : milier-lentikular
Efloresensi : papul eritem 2, komedo tertutup 10, komedo terbuka
17. Total lesi sebanyak 29 buah.

Foto Pasien

21
Status Venereologikus : tidak diperiksa
Kelainan Selaput : tidak ditemukan kelainan
Kelainan Kuku : tidak ditemukan kelainan
Kelainan Rambut : tidak ditemukan kelaina
Kelainan Kelenjar Getah Bening : tidak ditemukan kelainan

Resume
Seorang pasien perempuan berusia 21 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUP dr. M. Djamil Padang pada tanggal 5 September 2021, dengan keluhan utama jerawat yang
tidak terasa nyeri dan tidak gatal di dagu,pipi kanan, pipi kiri dan sekitaran hidung yang semakin
banyak dan menyebar sejak 5 hari yang lalu. Mula-mula bintik-bintik merah di tengah dagu,
kemudian bertambah banyak dan menyebar ke daearah sekitaran hidung, dan pipi kanan dan kiri
sejak 5 hari yang lalu. Namun keluhan tersebut hilang timbul. Jerawat tersebut tidak nyeri dan
tidak gatal. Pasien memiliki kebiasaan suka memegang jerawat di wajah dengan tangannya.
Riwayat sedang mengkonsumsi obat dalam waktu yang lama tidak ada. Pasien selalu mencuci di
pagi dan malam hari sebelum tidur. Setelah membasuh muka, pasien mengeringkan muka
dengan handuk yang sama yang digunakan untuk badan. Riwayat menggunakan kosmetik baru
tidak ada. Riwayat sering makan makanan berminyak dan tinggi karbohidrat ada. Riwayat stress
tidak ada. Pasien belum pernah berobat ataupun membeli obat sendiri sejak munculnya keluhan.
Riwayat keluarga dengan keluhan jerawat tidak ada. Riwayat alergi makanan, alergi obat dan
atopi tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan keadaan umum pasien tidak tampak sakit,
kesadaran komposmentis kooperatif, status gizi baik. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan toraks dan abdomen dalam batas normal.
Pada pemeriksaan status dermatologikus didapatkan kelainan kulit dengan lokasi dagu,
pipi kanan, pipi kiri, sekitaran hidung, distribusi terlokalisir, bentuk bulat dengan susunan tidak
khas, batas tegas sampai tidak tegas, ukuran miliar, dengan efloresensi tampak papul eritem
sebanyak 2, komedo tertutup sebanyak 10, komedo terbuka sebanyak 17, dengan total lesi
keseluruhan adalah sekitar 29 buah.

22
Diagnosis Kerja
Akne vulgaris tipe komedonal derajat ringan

Diagnosis Banding
Tidak ada diagnosis banding pada pasien ini

Pemeriksaan Laboratorium rutin


Ekstraksi komedo

Pemeriksaan Laboratorium Anjuran


Tidak terdapat pemeriksaan laboratorium anjuran

Diagnosis
Akne vulgaris tipe komedonal derajat ringan

Tatalaksana
Umum
• Memberikan edukasi kepada pasien untuk menjaga kebersihan dengan
mencuci muka dengan sabun dua kali sehari terutama sebelum tidur dan
memakai handuk berbeda untuk wajah dan badan.

• Memberikan edukasi kepada pasien untuk manajemen stress, istirahat yang


cukup dan makan teratur.
• Memberikan edukasi kepada pasien untuk mengurangi makan makanan
berminyak dan tinggi karbohidrat.
• Memberikan edukasi pada pasien untuk tidak sering menyentuh jerawat di bagian
wajah.
• Menjelaskan kepada pasien cara pemakaian obat yaitu pada saat malam hari dan
ketika pagi hari wajib menggunakan sunscreen.

Terapi Khusus:
• Retinoic acid cream 0,025%, 1 kali sehari pada malam hari, dioleskan tipis-tipis.
• Benzoyl peroxide cream 2,5% digunakan 2 kali sehari setelah mandi, dioleskan
23
tipis-tipis.
3.11 PROGNOSIS:
• Quo ad vitam : bonam
• Quo ad sanationam : bonam
• Quo ad fungsionam : bonam
• Quo ad kosmetikum : dubia ad bonam

24
RESEP
dr. Ihsan Otriami

Praktek Umum
SIP/ Tahun : 2131/2020
Alamat : Jl. Tanmalaka no17
Telpon : 0751-22345
Praktek : Senin – Jumat
Pukul : 17.00 – 20.00
Padang, 04 September 2021

R/ Retinoic acid cream 0,025% tube 15 gr No.I

S1dd applic loc dol o.n.

R/ Benzoyl peroxide cream 2,5% tube 5 gr No.I


S1dd applic loc dol o.n.

Pro : Nn. AR
Umur : 21 Tahun
Alamat : Jati 4, Padang Timur
No hp : 082177955020

25
BAB 4

DISKUSI
Telah dilaporkan kasus seorang pasien perempuan berusia 21 tahun datang ke Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 5 September 2021, dengan
diagnosis akne vulgaris tipe komedonal derajat ringan.
Diagnosis pasien ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Pada anamnesis didapatkan awalnya jerawat timbul di tengah dagu kemudian
bertambah banyak dan menyebar ke bagian dagu, kedua pipi dan hidung sejak 5 hari yang lalu.
Pasien berusia 21 tahun, sering mencuci muka menggunakan sabun pada pagi dan malam
hari sebelum tidur. Pasien biasanya mengeringkan wajah menggunakan handuk yang sama untuk
mengeringkan badan. Pasien mengaku sering menyentuh jerawat di wajahnya hingga akhirnya
bertambah banyak dan luas. Pasien sering mengkonsumsi pedas makanan berminyak dan juga
makan cemilan manis yang mengandung banyak karbohidrat. Semua ini menjadi faktor risiko
munculnya jerawat pada pasien. Pada masa remaja, kadar hormon androgen naik dan
menyebabkan stimulasi kelenjar (sebaceous glands) dan produksi lemak (sebum). Androgen
berperan pada perubahan sel sebosit dan sel keratinosit folikular yang menyebabkan
terbentuknya mikrokomedo yang akan berkembang menjadi komedo dan lesi inflamasi.17
Makanan manis terutama yang banyak mengandung karbohidrat memiliki indeks glikemik yang
tinggi. lndeks glikemik merupakan ukuran kecepatan makanan diserap menjadi gula darah.
Semakin tinggi indeks glikemik suatu makanan, maka semakin cepat dampaknya terhadap
peningkatan gula darah dan insulin sehingga dapat menyebabkan hiperinsulinemia akut sehingga
terjadi peningkatan kadar androgen dan IGF-1 yang pada akhimya akan meningkatkan produksi
sebum.11,12 Konsumsi diet tinggi lemak jenuh dapat meningkatkan produksi sebum sehingga
memperburuk jerawat yang sudah ada.18
Riwayat mengkonsumi obat dalam jangka waktu yang lama tidak ada. Pasien tidak
pernah mengalami keluhan jerawat seperti ini sebelumnya. Keluarga pasien tidak memiliki
keluhan jerawat seperti pasien. Riwayat alergi makanan, obat-obatan dan atopi tidak ada.
Pemeriksaan status generalisata didapatkan keadan umum baik, tampak sehat, dengan
kesadaran komposmentis kooperatif. Tinggi badan 156 cm, berat badan 50 kg, dan staus gizi baik.
Tanda-tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan toraks dan pemeriksaan abdomen dalam
batas normal. Pemeriksaan status dermatologikus didapatkan lesi lokasi di dagu, kedua pipi dan
26
hidung dengan distribusi terlokalisir, bentuk bulat, susunan tidak khas, batas tegas– tidak tegas,
ukuran milier, efloresensi papul eritem sebanyak 2, komedo terbuka sebanyak 17, komedo
tertutup sebanyak 10, total lesi 29 buah.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta status dermatologikus pasien ditegakkan
diagnosis berupa akne vulgaris tipe komedonal derajat ringan, akibat jumlah total lesi pada pasien
ini kecil dari 30.17 Hal-hal yang memengaruhi peningkatan terjadinya akne vulgaris pada pasien
ini berupa adanya faktor usia pasien, makanan, kebersihan dan riwayat kebiasaan.
Pada pemeriksaan rutin dapat dilakukan ekstraksi komedo yang bertujuan untuk
membuktikan papul kecil yang ada benar merupakan sebuah komedo yang berisi sebum yang
mengental atau mengeras karena komedo merupakan gejala patognomonik.
Penatalaksanaan pada pasien ini berupa tatalaksana umum dan khusus. Tatalaksana umum
pada pasien berupa edukasi untuk mengurangi faktor risiko yang menimbullkan peningkatan
terjadinya akne vulgaris, seperti menjaga kebersihan, memisahkan handuk wajah dan badan,
mengurangi stress, makanan berminyak dan makanan tinggi gula Pasien juga di edukasi untuk
mengurangi kebiasaan sering menyentuh wajah dengan tangan pasien. Kemudian, pada pasien juga
diberikan edukasi cara pemakaian obat.

Tatalaksana khusus yang diberikan obat topikal krim yang diberikan adalah asam retinoat
0,025%, digunakan 1 kali sehari di malam hari, dioleskan tipis-tipis serta benzoil peroksida 2,5%
digunakan dua kali sehari. Obat ini bertujuan sebagai menghambat pembentukan
mikrokomedo dan komedolitik.

Asam retinoat bekerja dengan mengaktifkan reseptor asam retinoat, meningkatkan


pergantian sel epitel folikular dan deskuamasi abnormal, yang akhirnya mengurangi komedo.
Benzoil peroksida sebagai antibakterial bekerja membunuh bakteri dengan mengoksidasi
komponen dari membran sel. Selain bersifat antimikroba, Benzoil peroksida juga memiliki sifat
keratolitik dan antiinflamasi. Efek lipofilik yang dimiliki memungkinkan penetrasi di stratum
korneum dan dipecah menjadi asam benzoat dan hidrogen peroksida dan setiap asam benzoat
sistemik yang terabsorpsi akan mengalami pembersihan di ginjal dengan cepat. Antibiotik oral
dapat memperbaiki akne inflamasi dengan menghambat pertumbuhan P.acnes pada unit
piloseasea.1

27
Prognosis pada pasien ini berupa quo ad sanationam bonam, quo ad vitam
bonam, quo ad functionam bonam dan quo ad kosmetikum dubia ad bonam. Hal ini
dikarenakan penyakit akne vulgaris merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri
yang diakibatkan peradangan kronik pilosebasea yang dipengaruhi oleh berbagai
multifaktor. Selain dengan pemberian pengobatan yang teratur, pasien juga harus
mengontrol faktor risiko timbulnya akne, untuk mencegah timbulnya akne berulang,
mencegah keparahan penyakit, dan mencegah timbul lesi baru. Pengobatan teratur
juga diperlukan untuk mencegah timbulnya jaringan parut yang permanen akibat lesi
inflamasi.

28
BAB 5
PENUTUP
Kesimpulan
1. Telah dilaporkan kasus Akne Vulgaris pada Nn. AR usia 21 tahun
2. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dalam kasus
ini
3. Terapi yang diberikan meliputi edukasi pasien serta pemberian terapi topikal
berupa Krim Asam retinoat 0,025%, serta benzoil peroksida 2,5%.

Saran
1. Kepada pasien disarankan melakukan pengobatan yang teratur dan menghindari
faktor risiko terjadinya akne vulgaris
2. Atur pola makan dan makan makanan yang bergizi

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Barratt H, Hamilton F, Car J, Lyons C, Layton A, Majeed A. Outcome measures


in acne vulgaris: systematic review. British Journal of Dermatology.
2009;160(3):132-6
2. Cuncliffe WJ. Inflammation in acne scarring: a comparison of the responsesin
lesions from patients prone and not prone to scar. British Journal of
Dermatology. 2007;150(1):72–81
3. Wasitaatmadja SM. Akne Vulgaris. Dalam: Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin ed ketujuh. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2017. p.288-91
4. Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia PERDOSKI. Pedoman
tatalaksana akne di Indonesia. ed kedua. Jakarta : Centra Communcations; 2016.
5. Tjekyan RM . Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris.Jurnal Media Medika
Indonesiana. 2008;43(1);6-12
6. Zanglein AL, Graber EM, Thiboutott DM, Strauss JS. Acne vulgaris and
acneiform eruption. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller
AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 7th ed.
New York : McGraw Hill; 2008. p.690-702.
7. Legiawati L. Perawatan Kulit pada Akne. Medicinal Jurnal Kedokteran
Indonesia. 14(2):17-19. 2010
8. James WD, Zeichner JA. Acne vulgaris. Medscape. Update Apr 17, 2020.
Available from : https://emedicine.medscape.com/article/1069804-overview -
akses 15 Januari 2021
9. Yessy Farina Salim, Satya Wydya Yenny, Sri Lestari. Profil akne vulgaris di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr M Djamil Padang Periode 2013-2015.
Padang : Bagian Dermato-Venereologi / RSUP Dr M Djamil Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas; 2016.

30
10. Sukanto H, Marodiharjo S, Zulkarnain I. Akne Vulgaris. Buku pedoman
diagnosis dan terapi. Edisi ketiga. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin RSU Dr. Soetomo. 2005. p.115-8.
11. Tan JK, Bhate K. A global perspective on the epidemiology of acne. Brit J
Dermatol. 2015;172(1): 3-12
12. Bagatin E, Timpano DL, Guadanhim LR, Nogueira VM, Terzian LR, Steiner D,
Florez M. Acne vulgaris: Prevalence and clinical forms in adolescents from São
Paulo, Brazil. An Bras Dermatol. 2014;89(3): 428-35
13. Afriyanti RN. Akne vulgaris pada remaja. Jurnal Majority. 2015;4(6): 102-9
14. Kabau S. Hubungan antara pemakaian jenis kosmetik dengan kejadian akne
vulgaris. M Med Indones. 2012;43(1): 32-6
15. Rzany B, Kahl C. Epidemiology of acne vulgaris. J Dtsch Dermatol Ges.
2006;4(1): 8-9
16. Zouboulis CC, Eady A, Philpott M, Goldsmith LA, Orfanos C, Cunlife WC,
Rosenfield R. What is the pathogenesis of acne?. Exp Dermatol. 2005;14: 143-52
17. Bakry OA, Shazly RMA, Faragry SME, Kotb D. Role of hormones and blood
lipids in the pathogenesis of acne vulgaris in Non-Obese and Non-Hirsute
Females. Indian Dermatology Online Journal. 2014;5:S9
18. Cunliffe WJ, Gollnick GHM. Clinical features. Acne: Diagnosis and
management. London: Martin Dunitz; 2001. p49-81
19. Widjaja ES. Rosasea dan akne vulgaris. In : Harahap M. Ilmu penyakit kulit.
Jakarta: Hipokrates; 2000. p: 35-45
20. Layton AM, Eady E, Zonboulis CC. Acne. In : Griffiths C, Barker J, Bleiker T,
Chalmers R, Creamer D, editors. Rook’s Textbook of Dermatology. 9th edition.
Oxford : Blackwell Publishing; 2016. p.901-905.
21. Legiawati L. Perawatan kulit pada akne. Medicinal Jurnal Kedokteran Indonesia.
2010;2: 17-9
22. Katta R, Desai Samir P. Diet and dermatology : The role of dietary intervention
in skin disease. Clin Dermatol. 2014 ; 7(7): 46–51.

31
Lampiran

Pertanyaan Anamnesis Jawaban


Selamat siang kak. Dengan Az dok
Perkenalkan saya dokter muda Ihsan dari
bagian Kulit dan Kelamin.

Dengan kakak siapa kalau boleh saya


tau?
Saya izin menanyakan terkait identitas Umur saya 21 tahun
kakak ya.

Umur kakak sekarang berapa ya kak?


Alamatnya dimana ya kak? Di jati 4, padang timur
Pekerjaan sehari-hari kakak apa ya kak? Saya mahasiswa unand dok
Apakah kakak sudah menikah? Belum menikah dok
Negeri asal darimana ya kak? Asal saya dari palembang
Kalau boleh tau, kakak sukunya apa? Suku palembang
Baik kak terima kasih. Muncul bintik-bintik merah kayak
jerawat yang bertambah banyak di dagu,
Untuk keluhan, apa yang kakak rasakan? di dekat hidung, sama di pipi dok
Sejak kapan keluhan tersbut kak? sejak 5 hari ini dok
Boleh saya lihat dulu keluhan nya kak? Boleh dok

Maaf kak ya, dibuka dulu masker nya.


Terima kasih kak.
Untuk jerawatnya, awal mulanya Awalnya di bagian dagu. Munculnya
dibagian mana saja ya kak? Kapan pertama kali 5 hari yang lalu.
muncul pertama kali kak?

Sejak awal mula hingga sekarang, Awal mulanya bintik-bintik merah di


bagaimana perjalanan timbul jerawatnya tengah dagu, terus sekarang menyebar
kak? Daerah mana saja yang dikenakan ke pipi kanan, pipi kiri , sama di
kak? sekitran hidung

Apakah jerawatnya sering hilang timbul Hilang timbul dok


atau terus menetap seperti itu kak?
Apakah ada keluhan nyeri kak? Nyeri ngga ada
Apakah ada keluhan gatal pada daerah Tidak ada gatal dok
jerawat tersebut kak?
Selain diwajah, kakak ada keluhan muncul Ngga ada, cuma di wajah aja
jerawat di area tubuh lainnya kak?

32
Untuk jenis kulit, apakah kakak tau jenis Tipe kulit saya cenderung berminyak dok
kulit kakak termasuk tipe yang
berminyak, normal, atau kering kak?
Umur berapa kakak pertama kali Menstruasi umur 14 tahun
menstruasi?
Bagaimana siklus menstruasi kakak Sesuai siklus, kurang lebih 7 hari, satu
dalam 3 bulan terakhir? siklus 28 hari
Keluhan jerawat kakak apakah juga Ngga ada pengaruh ke siklus menstruasi
bertamah banyak sebelum dan saat dok
menstruasi kak?
Apakah dalam 1 bulan terakhir ini kakak Tidak ada dok, saya santai-santai aja dok
sedang banyak pikiran kak?
Dalam beberapa minggu terakhir, Tidur saya cukup dok, 5-7 jam saya
bagaimana siklus tidur kakak? Berapa tidur dok
jam tidur sehari?
Apakah kakak memiliki kebiasan sering Ada dok
memegang wajah tanpa cuci tangan
sebelumnya?
Apakah kakak sering memencet jerawat Kadang-kadang ada
dengan tangan?
Apakah kakak memiliki kebiasaan suka Makan pedas sering, manis udah agak
makan pedas, manis, kacang-kacangan, jarang terutama minuman manis, kacang-
olahan susu, dan gorengan? kacangan jarang sekali, produk olahan
susu tidak ada, gorengan udah jarang
mengonsumsi.
Setelah beraktivitas diluar, apakah kakak Iya dok
sering cuci muka setelahnya kak?
Berapa kali kakak cuci muka dalam 2 kali sehari dok. Saat mandi dipagi
sehari? Dan saat kapan saja itu kak? hari, pulang kuliah dan kadang-kadang
saat malam hari sebelum tidur dok.
Akhir-akhir ini lebih sering beraktivitas Dalam ruangan dok.
dimana? Dalam ruangan atau diluar
ruangan?
Apakah dalam aktivitas sehari-hari kakak Iya dok
menggunakan masker?
Sehari-hari, apakah kakak menggunakan Saya pakai skincare dok
produk kecantikan seperti pelembab?
Sejak kapan menggunakan skinkernya Adalah dalam 4 tahun ini dok
kak?
Pada saat diluar ruangan dan terkena Iya dok dan biasanya saya diamin aja

33
sinar matahari, apakah muka kakak nanti hilang sendiri
memerah setelahnya?
Saat keluar ruangan atau sedang Pakai dok
beraktivitas apakah kakak menggunakan
sunscreen?
Apakah sehari-hari kakak menggunakan Tidak ada dok
riasan, seperti bedak tabur atau bedak
padat dsb?
Apakah kakak saat ini ada Tidak ada dok
mengongsumsi obat-obatan seperti
kortikosteroid yang dioleskan di muka
atau yang diminum?
Apakah keluhan kakak ini sudah diobati Belum pernah di obati dok
sebelumnya?
Apakah sebelumnya kakak juga pernah Tidak pernah dok
mengalami keluhan yang sama?
Apakah keluarga kakak juga memiliki Tidak pernah dok
keluhan yang sama seperti ini kak?
Bagaimana dengan jenis kulit keluarga Hampir sama dengan saya
kakak?
Apakah keluaga kakak memiliki keluhan Tidak ada dok
asma, bersin-bersin pagi hari >5 kali,
alergi makanan dan obat-obatan?
Apakah ada keluarga yang memiliki Tidak ada dok
riwayat penyakit diabetes melitus,
hipertensi, dan obesitas?
Apakah kakak pernah mengalami Tidak dok
keluhan dikulit sebelumnya dan
dilakukan pengobatan oleh dokter?
Apakah kakak memiliki riwayat alergi Tidak ada dok
makanan, obat-obatan atau cuaca kak?
Apakah kakak memiliki riwayat diabetes Tidak ada dok
melitus, hipertensi, dan obesitas?

34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

Anda mungkin juga menyukai