Akne Vulgaris
Oleh :
Ihsan Otriami
2140312037
Preseptor :
Dr. dr. Satya Wydya Yenny, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV
dr. Gardenia Akhyar, Sp.KK(K), FINSDV
Puji Syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas kehendak-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Akne Vulgaris.
Bed Side Teaching ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam
Kepaniteraan Bagian Kulit dan Kelamin 27 September sampai 27 Oktober 2021.
Selain itu, besar harapan penulis dengan adanya makalah ini mampu menambah
pengetahuan para pembaca mengenai Akne Vulgaris mulai dari definisi hingga
penatalaksananya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan
bahasa maupun sistematika penulisan makalah ini. Kritik dan saran pembaca
sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap kiranya makalah ini dapat
menjadi masukan yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan
profesi lain yang terkait dengan masalah kesehatan khususnya mengenai Akne
Vulgaris.
Penulis
Latar Belakang
Akne vulgaris adalah suatu kondisi inflamasi umum pada pada unit
polisebaseus yang terjadi pada masa remaja dan dewasa muda yang ditandai dengan
komedo, papul, pustul, nodul dengan predileksi di wajah, leher, bahu, dada,
punggung, dan lengan atas.1,2,3 Akne dapat terjadi pada hampir 80-100% populasi di
dunia pada rentang bayi sampai usia tua, dengan kejadian terbesar pada remaja.4 Pada
umumnya akne terjadi dimulai usia 12-15 tahun dengan puncak tingkat keparahan
usia 17-21 tahun.3
Pada penelitian yang dilakukan Suryadi, setiap orang pernah mengalami
Akne vulgaris dan umumnya dimulai ketika pubertas. Survey di kawasan Asia
Tenggara terdapat 40-80% kasus Akne vulgaris sedangkan di Indonesia menurut
catatan studi dermatologi kosmetika sebesar 60% penderita akne vulgaris pada tahun
2006, 80% terjadi pada tahun 2007 dan 90% pada tahun 2009. Prevelansi tertinggi
yaitu pada umur 14-17 tahun, dimana pada wanita berkisar 83-85% dan pada pria
yaitu pada umur 16-19 tahun berkisar 95-100%.5
Penyebab pasti akne vulgaris belum diketahui, namun banyak faktor yang
diduga menjadi pencetus seperti faktor genetik, hormonal, stres, kosmetik,
iklim/suhu/kelembapan, jenis kulit, obat-obatan, serta makanan.3,6,7 Faktor-faktor
tersebut dapat memicu munculnya akne vulgaris melalui empat patogenesis yang
saling berpengaruh dan berkaitan, yaitu hiperproliferasi folikular epidermis,
peningkatan sebum, respon inflamasi, serta kolonisasi dan aktivitas
Propionibacterium acnes (P.acnes).3,8
Akne vulgaris berdasarkan gambaran klinis diklasifikasikan dengan gradasi
AV yaitu gradasi ringan, sedang, dan berat berdasarkan jumlah komedo, lesi
inflamasi dan total lesi. Diagnosis akne vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisis. Pada pemeriksaan fisis akne non-inflamasi tampak
sebagai komedo terbuka (black head) dan tertutup (white head). Lesi inflamasi
Batasan Masalah
Penulisan bed side teaching ini membahas tentang definisi, epidemiologi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan
prognosis akne vulgaris.
Tujuan Penulisan
Penulisan bed side teaching ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami
mengenai akne vulgaris.
Metode Penulisan
Penulisan bed side teaching ini disusun berdasarkan laporan kasus dan studi
kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Akne vulgaris (AV) merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri berupa peradangan
kronis folikel pilosebasea dengan penyebab multifaktor dan manifestasi klinis berupa komedo
papul, pustul, nodus serta kista.3
Epidemiologi
Umumnya akne terjadi dimulai usia 12-15 tahun dengan puncak tingkat keparahan usia 17-
21 tahun.1 Sebanyak 85% remaja mengalami akne dengan tingkat keparahan tertentu dan paling
sering muncul pada usia 15- 18 tahun. Di Amerika Serikat, akne vulgaris merupakan penyakit kulit
paling umum yang mempengaruhi sekitar 80% dari populasi selama hidupnya. Sebanyak 20% dari
mereka mengalami akne vulgaris derajat berat yang menimbulkan skar pada wajah. Pada remaja
atau dewasa muda kejadian akne vulgaris lebih banyak pada laki-laki dibanding perempuan.
Namun, pada dewasa lanjut perempuan lebih banyak dibanding laki-laki. Pada penelitian yang
dilakukan di Poliklinik RSUP Dr. M. Djamil Padang selama tahun 2013-2015, terdapat 224 kasus
baru akne vulgaris dari 7819 total kunjungan (2.86%), dengan jumlah pasien terbanyak ditemukan
pada usia 15-24 tahun yaitu 171 pasien (76.34%). Berdasarkan jenis kelamin, kejadian pada
perempuan lebih tinggi yaitu 60,27% sedangkan pada laki-laki sebanyak 39.73%.2,4,5
Etiologi
Penyebab pasti dari akne belum diketahui, tetapi banyak faktor yang diduga pencetus
seperti faktor genetik, hormonal, stres, kosmetik, iklim/suhu/kelembapan, jenis kulit, obat-obatan
dan makanan.6,3
1. Genetik
Beberapa hormon yang berpengaruh terhadap regulasi aktivitas kelenjar sebasea telah
dihubungkan dengan kejadian akne. Hormon tersebut antara lain androgen, estrogen, progesteron,
growth hormone (GH), insulin, insulin-like growth factor-1 (IGF-1), corticotrophin releasing
hormone (CRH), adrenocorticotropichormone (ACTH), melanokortin, dan glukokortikoid.8
3. Stres psikis
Stress diketahui berperan terhadap kejadian akne melalui efek aksis hypothalamus pituitary
adrenal (HPA) terhadap fungsi kelenjar sebasea. Stres dapat meningkatkan produksi ACTH. Hal
tersebut akan menyebabkan aktivitas korteks adrenal meningkat. Akibatnya terjadi peningkatan
hormon androgen.10 Hormon androgen dapat menimbulkan kelenjar minyak bertambah besar dan
produksi sebum semakin banyak. Selain itu produksi hormon androgen dari kelenjar adrenal akan
meningkatkan asam lemak dalam sebum, sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan
timbul lesi baru.3
4. Makanan (diet)
Makanan yang dapat memicu timbulnya akne antara lain makanan tinggi lemak (gorengan,
kacang, susu, dan olahan susu seperti keju), makanan karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi,
alkohol, makanan pedas, dan makanan tinggi yodium (garam). Lemak dalam makanan dapat
mempertinggi kadar komposisi sebum kulit. Makanan karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi
akan meningkatkan glukosa dan insulin yang dapat memicu akne melalui peningkatan insulin dan
IGF-1. IGF-1 kemudian merangsang hipersekresi androgen yang diketahui berperan dalam
patogenesis akne vulgaris dengan meningkatkan proliferasi kelenjar sebasea yang merupakan awal
dari terbentuknya akne vulgaris.9
5. Kosmetik
Bahan yang dapat dan sering menyebabkan akne vulgaris antara lain lanolin, petrolatum,
beberapa minyak tumbuh-tumbuhan, butil stearat, laurel alkohol dan asam oleat. Bahan-bahan
tersebut terdapat pada berbagai kosmetik seperti foundation, pelembab (moisturizer), dan krim
penahan sinar matahari (sunscreen). Untuk jenis bedak yang sering menyebabkan akne adalah
bedak padat (compact powder).7
Akne vulgaris dapat disebabkan oleh efek dari beberapa obat-obatan sistemik, seperti
kortikosteroid, ACTH, steroid anabolik/androgen sintesis, antikonvulsa, antidepresan,
antipsikotik, antituberkular, antineoplasma, antiviral, Ca antagonis, senyawa halogen, growth
hormone, serta vitamin B.7
7. Iklim/cuaca
Faktor iklim diketahui berhubungan dengan akne vulgaris melalui peningkatan sekresi
sebum. Pada udara yang panas dan lembab sekresi sebum akan meningkat dan dengan kelembaban
yang tinggi menyebabkan kolonisasi bakteri juga akan semakin banyak di permukaan kulit.
8. Jenis Kulit
Jenis kulit yang memiliki risiko tinggi dengan akne adalah kulit berminyak. Kulit
berminyak dan kotor oleh debu, polusi udara, maupun sel-sel kulit yang mati yang tidak dilepaskan
dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran kelenjar sebasea dan dapat menimbulkan akne.7
Patogenesis
Terdapat empat patogenesis paling berpengaruh pada timbulnya akne vulgaris, yaitu :
1. Produksi sebum yang meningkat
Pada individu dengan akne, secara umum ukuran folikel sebasea serta jumlah lobul tiap
kelenjar bertambah. Ekskresi sebum ada dikontrol oleh hormon androgen. Telah diketahui bahwa
akibat stimulus hormon androgen kelenjar sebasea mulai berkembang pada usia individu 7-8
tahun. Horman androgen berperan pada perubahan sel-sel sebosit demikian pula sel• sel keratinosit
folikular sehingga menyebabkan terjadinya mikrokomedo dan komedo yang akan berkembang
menjadi lesi inflamasi. Sel-sel sebosit dan keratinosit folikel pilosebasea memiliki mekanisme
selular yang digunakan untuk mencema hormon androgen, yaitu enzim 5-α-reduktase (tipe 1) serta
3β dan 7β hidroksisteroid dehidrogenase yang terdapat pada sel sebosit basal yang belum
berdiferensiasi. Setelah sel-sel sebosit berdiferensiasi kemudian terjadi ruptur dengan melepaskan
sebum ke dalam duktus pilosebasea. Proses diferensiasi sel-sel sebosit tersebut dipicu oleh hormon
androgen yang akan berikatan dengan reseptornya pada inti sel sebosit, selanjutnya terjadi
stimulasi transkripsi gen dan diferensiasi sebosit. Pada individu dengan akne, secara umum
produksi sebum dikaitkan dengan respons yang berbeda dari unit folikel pilosebasea masing-
3. Kolonisasi P.acnes
P.acnes merupakan mikroorganisme utama yang ditemukan di daerah infra infundibulum
dan P.acnes dapat mencapai permukaan kulit dengan mengikuti aliran sebum. P.acnes akan
meningkat jumlahnya seiring dengan meningkatnya jumlah trigliserida dalam sebum yang
merupakan nutrisi bagi P.acnes.3
6
4. Proses inflamasi
P. acnes diduga berperan penting menimbulkan inflamasi pada akne vulgaris dengan
menghasilkan faktor kemotaktik dan enzim lipase yang akan mengubah trigliserida menjadi asam
lemak bebas, serta dapat menstimulasi aktivasi jalur klasik dan alternatif komplemen.3
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dalam kasus tertentu
akne vulgaris dapat dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium dan
histopatologis.6
ANAMNESIS
Sebagian besar pasien akne biasanya datang dengan keluhan estetik. Namun, keluhan
tersebut kadang-kadang bisa disertai gatal dan nyeri pada lesi yang meradang. Pada anamnesis
pasien, selain riwayat penyakit sekarang perlu juga ditanyakan berbagai faktor-faktor yang dapat
memicu terjadinya akne, yaitu:
• Riwayat akne dalam keluarga
Riwayat akne dalam keluarga menggambarkan adanya faktor genetik yang berperan pada
proses terjadinya akne. Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan didapatkan hubungan erat
antara akne dengan riwayat keluarga. Goulden, dkk. mengemukakan bahwa pasien dengan riwayat
keluarga lebih berisiko mengalami akne persisten pada wajah.1
• Penggunaan kosmetik
Penggunaan produk kosmetik yang mengandung bahan komedogenik akan menyebabkan
reaksi folikular berupa hiperkeratosis retensional. Beberapa bahan komedogenik yang terkandung
dalam produk kosmetik seperti bedak, alas bedak, pelemabab, tabir surya tersebut antara lain
adalah cocoa butter, petrolatum dan derivatnya, lanolin, isopropylmisristate, butyl stearate, dan
lainnya.1
• Pekerjaan
Paparan beberapa bahan industri pada tempat kerja dapat menyebabkan akne karena paparan
terus menerus akan menyebabkan reaksi hiperkeratosis dan oklusi folikular. Bahan-bahan tersebut
7
meliputi coal tar dan derivatnya (industry yang menggunakan batubara), insoluble cutting ois
(bengkel,industri logam) dan chlorinated hydrocarbons. Riwayat akne dalam keluarga akibat
pekerjaan yang disebabkan karena chlorinated hydrocarbons yang biasanya digunakan pada
fungisida, insektisida dan pengawet kayu.6
• Adanya stress
Corticotropin-releasing hormone (CRH) tampaknya juga berperan pada akne. Hormon ini
diproduksi oleh hipotalamus dan meningkat pada saat stress. Reseptor corticotropim-releasing
hormone terdapat pada mayoritas sel, termasuk keratinosit dan sebosit. Fungsi utama CRH untuk
menstimulasi sintesis adenocorticotropic hormone (ACTH) oleh kelenjar adrenal, sebab
peningkatan kadar ACTH ini dapat menyebabkan peningkatan sekresi androgen dan ukuran
kelenjar sebasea.1
• Penggunaan obat-obatan
Riwayat penggunaan obat-obatan, terapi radiasi dan ultraviolet (UV) sangat penting dalam
anamnesis karena dapat menyebabkan erupsi akneiformis yang sebagian besar monomorf dan
mengenai semua kelompok usia, Hal ini disebabkan obat-obatan seperti anabolic steroid,
kortikosteroid, fenitoin, litium, isoniazid, vitamin B kompleks, bebrapa obat kemoterapi, terutama
epidermal growth factor receptor (EFGR) inhibitors.1
• Onset menarche dan siklus menstruasi
Frekuensi dan karakteristik siklus menstruasi serta apakah timbulnya akne dipengaruhi
oleh siklus menstruasi perlu ditanyakan kepada pasien. Onset terjadinya akne biasanya secara
bertahap, sehingga apabila pasien mengalami onset akne yang mendadak perlu dipertimbangkan
adanya kemungkinan etiologi lain yang mendasari, salah satunya adalah tumor yang mensekresi
androgen. Hiperandrogenisme perlu dipertimbangkan pada pasien wanita dengan akne derajat
berat, onset tiba-tiba disertai gejala hirsutisme atau siklus menstruasi abnormal (oligomenorhea
atau amenorhea), suara yang lebih berat dan peningkatan libido.3
• Pola hidup
Kebiasaan tidak mencuci muka menggunakan sabun akan membuat akumulasi minyak,
kotoran atau debu, dan keringat yang menempel di wajah dapat menutup dan menyumbat pori
sehingga mempermudah terbentuknya akne. Mencuci muka terlalu sering juga dapat menyebabkan
eksaserbasi akne karena bersifat traumatik dan beberapa sabun mengandung substansi yang
8
bersifat komedogenik. Berdasarkan observasi klinis, lesi akne cenderung mengalami perburukan
bila terpapar sinar matahari. Sinar matahari selain memiliki efek antiinflamasi, juga bersifat
komedogenik karena menyebabkan hiperkeratosis pada permukaan kulit dan folikel.10
• Pola makan/diet
Perlu ditanyakan apakah sering mengkonsumsi karbohidrat atau makanan dengan indeks
glikemik tinggi seperti nasi putih, bubur beras, roti gandum putih, roti gandum utuh, serealm
kentang rebus, ubi jalar, kue atau makanan yanga terbuat dari tepung, dan lain-lain. Makanan
dengan indeks glikemik tinggi akan menyebabkan hiperinsulinemia akut sehingga akan terjadi
peningkatan kadar androgen dan IGF-1 yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi sebum.
Selain itu, konsumsi makanan berlemak dapat menyebabkan perubahan isi dan jumlah lipid
sebum.11,12
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan:
1. Jenis kulit pasien (berminyak,normal)
2. Lokasi akne
Lokasi akne terutama pada wajah, punggung, dada dan bahu, Pada badan, lesi cenderung
terkonsentrasi pada garis tengah. Namun, akne juga bisa mengenai daerah lain yang memiliki
kelenjar sebasea seperti paha dan betis.
3. Tipe lesi
Gambaran klinis lesi akne dapat bervariasi, mulai dari 1esi noninflamasi berupa
komedo tertutup dan terbuka (tanda patognomonik), hingga lesi inflamasi seperti papul,
pustul, nodul dan kista serta kadang-kadang jaringan parut.
9
1. Komedo terbuka (black head)
Komedo terbuka berkembang dari mikro komedo, berupa papul berbentuk kubah yang
disertai pelebaran saluran folikel yang berisi keratin dan lipid. Wama kehitaman komedo
kemungkinan disebabkan adanya deposit melanin dan oksidasi lipid. Ukuran komedo terbuka
berkisar antara 2-3 mm.1
2. Komedo tertutup (white head)
Berbentuk papul kecil berwama putih atau sewama kulit dengan diameter 0,5- 3 mm
(umurnya 1 mm) tanpa terlihat adanya lubang. Jumlah komedo tertutup biasanya lebih banyak
daripada komedo terbuka. Komedo jenis ini kadang-kadang tidak terlihat sehingga pada
10
pemeriksaan diperlukan, selain pencahayaan yang baik, peregangan kulit dan bantuan kaca
pembesar. 1
b. Lesi Inflamasi
Lesi inflamasi akne berasal dari pembentukan komedo yang mengalami perkembangan
menjadi papul, pustul, nodul dan kista.1
1. Papul dan pustul
Papul eritematosa biasanya memiliki diameter kurang dari 0,5 cm. Pustul berukuran sama
dengan papul namun berisi pus berwarna putih kekuningan.1
2. Nodul
11
Nodul merupakan proses inflamasi yang terletak lebih dalam dari papul. Nodul kecil
berukuran 0,5-1 cm, sedangkan nodul besar dapat melebihi 1 cm. Pada nodul, gambaran inflamasi
yang lebih nyata disertai indurasi dan nyeri tekan.1
• Parut Akne
Parut Akne akibat kerusakan jaringan kulit dari lesi non-inflamasi maupun inflamasi
setelah proses penyembuhan. Terdapat dua macam tipe dasar parut akne yaitu parut atrofi yang
terdiri dari icepick scar, rolling scar, dan boxcar serta parut hipertrofik dan keloid.13
Gambar 2.7 Parut Akne15 a) Icepick scar; b) Roling scar; c) Boxcar scar; d) Keloid
12
Gradasi
Gradasi akne merupakan gambaran klinis yang penting bagi dokter untuk menentukan jenis
dan evaluasi hasil terapi. Penilaian gradasi yang disepakati oleh Perhimpunan Dokter Spesialis
Kulit dan Kelamin Indonesia yaitu :
Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Keparahan Akne (Combined Acne Severity Classification)3
Klasifikasi Komedo Papul/Pustul Nodul Total Lesi
Ringan <20 <15 0 <30
Sedang 20-100 15-50 <5 30-125
Berat >100 >50 >5 >125
Diagnosis Banding
1. Erupsi akneiformis
Erupsi akneiformis adalah erupsi lesi menyerupai lesi akne yang dapat disebabkan
oleh obat, bahan kimia industri, radiasi ultraviolet dan lain-lain. Contoh erupsi
akneiformis adalah drug induced acne, occupational acne, folikulitis gram acne, radiasi,
akne tropikal.1
2. Folikulitis gram negatif
Folikulitis Gram negatif dapat timbul pada pasien akne yang diberi antibiotik oral
jangka panjang, terutama tetrasiklin. Pada awalnya, biasanya didapatkan respon yang baik
dengan tetrasiklin, namun kemudian akne semakin parah . Gambaran klinis berupa lesi
1
papulopustula di sekitar hidung.
3. Folikulitis pitirosporum
Folikulitis pitirosporum atau folikulitis Malassezia tipikal terjadi pada dewasa
muda, berupa papula folikular dan kadang-kadang pustula yang terasa gatal, terutama
pada punggung, dada, dan bahu. Pada pemeriksaan menggunakan KOH pada isi folikular
didapatkan Malassezia.1
4. Dermatitis perioral
Dermatitis perioral ditandai dengan papula eritema, vesikel, atau pustula dengan
dasar eritema dan/atau skuama di daerah perioral, perinasal, dan/atau periokular, dengan
distribusi biasanya simetris. Kadang-kadang disertati keluhan subjektif gatal atau rasa
13
padas. Kelainan ini terutama dihubungkan dengan pemakaian kortikosteroid topikal yang
tidak tepat.1
5. Rosasea
Karakteristik rosasea yaitu eritema persisten pada bagian sentral wajah. Gambaran
primer rosasea yaitu fushing, papula, pustule dan telangiektasis.1
Pemeriksaan Penunjang
• Ekskohleasi Komedo
yang mengental atau mengeras karena komedo merupakan gejala patognomonik. Selain sebagai
pemeriksaan penunjang khusus, ekskohleasijuga dapatdigunakan sebagai terapi bedah pada akne.1
Selama prosedur ekskohleasi, dokter menggunakan sarung tangan. Lesi dibersihkan terlebih dahulu
dengan menggunakan alkohol atau cairan antisepetik lainnya. Sebum kemudian dikeluarkan dengan
bantuan komedo ekstraktor (sendok Unna, Scharnberg atau Saalfield). lsi komedo terbuka dapat
dengan mudah dikeluarkan dengan penekanan vertikal yang lembut di sekitar lesi dan akan tampak
pada lubang ekstraktor. Sebum yang menyurnbat terlihat sebagai massa padat seperti Jilin atau nasi
lunak yang kadang-kadang ujungnya berwarna hitam berisi melanin. 1
• Pemeriksaan histopatologis
Pemeriksaanhistopatologispadalesiakne memberikangambaranyangtidakspesifik. Oleh
karena itu pemeriksaan histopatologis hanya dilakukan dalam skala penelitian dan bukan
pemeriksaan standar diagnosis pada akne. Pada lesi awal dijumpai mikrokomedo. Tampak
dilatasi folikel pilosebasea disertai penyempitan saluran karena adanya hiperkeratosis
infundibular. Stratum granulosum pada stadium ini terlihat jelas. Pada komedo tertutup, distensi
folikular lebih luas dan terbentuk struktur kista padat yang berisi debris keratin eosinofilik, rambut
dan bakteri. Pemeriksaan histopatologis pada komedo terbuka menunjukkan gambaran distensi
folikel keseluruhan dan ostium. Kelenjar sebasea biasanya atrofi atau tidak ada. Tampak infiltrat
sel monononuklear mengelilingi folikeltersebut.1
14
Tatalaksana
Tatalaksana akne vulgaris memiliki tujuan mempercepat penyembuhan, mencegah
pembentukan akne baru dan mencegah jaringan parut yang permanen. Tatalaksana dapat dilakukan
secara non medikamentosa dan medikamentosa.3 Berikut bagan rekomendasi terapi akne dengan
medikamentosa oleh Indonesian Acne Expert Meeting (IAEM) 2015 :3
Keterangan :
RA : Retinoic Acid, BPO : Benzoyl Peroxide, AB : Antibiotik, Dox : Doxicyclin,
Azitro:Azitromycin, E : Eritromycin, AA : Azelaic Acid, SA : Salicylic Acid, TAIL : Triamcinolon
Acetonide Intra Lesi, AAn : Anti Androgen, F : Female, M : Male, IsotO : Isotetrinoin Oral, AB>
: Antibiotik konsentrasi >, GCS : GlucoCorticoid Systemic, AF : Akne Fulminan, KIE :
15
Komunikasi Informasi Edukasi, SC : Skin Care, Sp : Skin Peeling, LL : Laser and Light Teraphy,
K : Kosmeseutikal, PPX : Papulex, SS : Sunscreen yang hipoalergenik dan non komedogenik.
• Benzoil peroksida
Benzoil peroksida (BPO) merupakan pilihan lain dari terapi topikal anti akne. Mekanisme
kerja BPO adalah antibakterial terhadap P. acnes sehingga menurunkan populasi di struktur
pilosebasea dan secara tidak langsung mengurangi kadar asam lemak bebas serta menghambat
inflamasi. BPO tidak menyebabkan terjadinya resistensi dari mikroba di kulit sehingga lebih aman
dipakai dalam jangka panjang dalam terapi akne atau terapi kombinasi.1
ANTIBIOTIK TOPIKAL
Antibiotik topikal yang digunakan sebagai terapi topikal pada akne saat ini adalah
eritromisin dan klindamisin.1
Prognosis
Onset dari akne vulgaris sangat bervariasi mulai dari usia 12-15 tahun dengan puncak
tingkat keparahan usia 17-21 tahun. Kejadian acne ini biasanya diikuti oleh remisi yang terjadi
secara spontan. Walaupun rata-rata pasien akan mengalami penyembuhan pada usia awal 20 tahun,
namun ada juga yang masih menderita akne hingga usia 30 atau 40an. Pada umumnya prognosis
dari akne ini cukup baik, pengobatan sebaiknya dimulai pada awal onset munculnya akne dan
cukup agresif untuk menghindari sekuele yang bersifat permanen.16
17
BAB 3
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : Nn. AR
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa, UNAND
Pendidikan : S1
Alamat : Jati 4, Padang Timur
Status Perkawinan : Belum menikah
Nama Ibu Kandung : Ny. E
Negeri Asal : Pelembang
Agama : Islam
Suku : Minang
Nomor Hp : 082177955020
Tanggal Pemeriksaan : 05 September 2021
Anamnesis
Seorang pasien perempuan, berusia 21 tahun datang ke poliklinik kulit dan
kelamin RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 05 September 2021, dengan:
Keluhan Utama
Jerawat yang terasa menganggu dan bertambah banyak di bagian dagu,
sekitar hidung dan di pipi sejak 5 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
• Awalnya jerawat timbul di daerah dagu lalu ke bagian sekitaran hidung dan pipi
kanan dan kiri sejak 5 hari yang lalu. Mula-mula bintik-bintik merah di tengah
dagu, kemudian bertambah banyak dan menyebar ke daearah sekitaran hidung,
dan pipi kanan dan kiri. Namun keluhan tersebut hilang timbul. Jerawat tersebut tidak
nyeri dan tidak gatal.
• Jerawat dibagian tubuh lain disangkal. 18
• Pasien memiliki jenis kulit yang cenderung berminyak.
• Keluhan jerawat tidak dirasakan ketika sebelum dan saat menstruasi.
• Pasien tidak mengalami stres dan banyak pikiran
• Pasien dalam beberapa minggu terakhir tidur cukup, 5-7 jam.
• Pasien memiliki kebiasaan memegang muka dengan tangan yang sering tidak
dicuci dulu sebelumnya.
• Pasien memiliki kebiasaan memencet jerawat dengan tangan.
• Pasien sering mengkonsumsi makanan pedas, susu atau makanan olahan susu
lainnya. Namun, pasien jarang mengonsumsi kacang-kacangan, makanan
berminyak seperti gorengan dan minuman yang manis. Setelah mengurangi
konsumsi tersebut keluhan jerawat pasien sedikit berkurang.
• Pasien sehari-hari menggunakan masker dalam aktivitasnya serta pasien selalu
mencuci muka setelah beraktivitas diluar ruangan.
• Pasien memiliki kebiasaan mencuci wajah 2 kali sehari saat mandi pagi hari,
pulang kuliah dan kadang-kadang saat malam hari sebelum tidur.
• Pasien akhir-akhir ini lebih sering beraktivitas di dalam ruangan dibanding diluar
ruangan.
• Pasien jarang menggunakan pelembab. Pasien biasanya menggunakan produk
kecantikan lainnya seperti skincare. Pemakaian skincare sejak 4 tahun yang lalu.
• Pasien merasakan kulit memerah saat terpapar sinar matahari langsung.
• Pasien menggunakan sunscreen saat beraktivitas diluar ruangan.
19
Riwayat Penyakit Keluarga
• Keluarga pasien tidak memiliki keluhan jerawat seperti pasien.
• Keluarga pasien memiliki kulit yang cenderung berminyak.
• Riwayat asma, bersin-bersin pagi hari >5 kali, alergi makanan, obat-obatan pada
keluarga disangkal.
• Keluaraga pasien tidak menderita hipertensi, diabetes mellitus, dan obesitas.
Riwayat Pengobatan
• Pasien tidak pernah berobat ke dokter terkait keluhan jerawatnya.
• Riwayat bersin-bersin pagi hari >5 kali dan mata merah berair karena debu
disangkal.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
20
Status Dermatologikus
Lokasi : dagu, pipi kanan, pipi kiri, hidung
Distribusi : terlokalisir
Bentuk : bulat
Susunan : tidak khas
Batas : tegas sampai tidak tegas
Ukuran : milier-lentikular
Efloresensi : papul eritem 2, komedo tertutup 10, komedo terbuka
17. Total lesi sebanyak 29 buah.
Foto Pasien
21
Status Venereologikus : tidak diperiksa
Kelainan Selaput : tidak ditemukan kelainan
Kelainan Kuku : tidak ditemukan kelainan
Kelainan Rambut : tidak ditemukan kelaina
Kelainan Kelenjar Getah Bening : tidak ditemukan kelainan
Resume
Seorang pasien perempuan berusia 21 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUP dr. M. Djamil Padang pada tanggal 5 September 2021, dengan keluhan utama jerawat yang
tidak terasa nyeri dan tidak gatal di dagu,pipi kanan, pipi kiri dan sekitaran hidung yang semakin
banyak dan menyebar sejak 5 hari yang lalu. Mula-mula bintik-bintik merah di tengah dagu,
kemudian bertambah banyak dan menyebar ke daearah sekitaran hidung, dan pipi kanan dan kiri
sejak 5 hari yang lalu. Namun keluhan tersebut hilang timbul. Jerawat tersebut tidak nyeri dan
tidak gatal. Pasien memiliki kebiasaan suka memegang jerawat di wajah dengan tangannya.
Riwayat sedang mengkonsumsi obat dalam waktu yang lama tidak ada. Pasien selalu mencuci di
pagi dan malam hari sebelum tidur. Setelah membasuh muka, pasien mengeringkan muka
dengan handuk yang sama yang digunakan untuk badan. Riwayat menggunakan kosmetik baru
tidak ada. Riwayat sering makan makanan berminyak dan tinggi karbohidrat ada. Riwayat stress
tidak ada. Pasien belum pernah berobat ataupun membeli obat sendiri sejak munculnya keluhan.
Riwayat keluarga dengan keluhan jerawat tidak ada. Riwayat alergi makanan, alergi obat dan
atopi tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan keadaan umum pasien tidak tampak sakit,
kesadaran komposmentis kooperatif, status gizi baik. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan toraks dan abdomen dalam batas normal.
Pada pemeriksaan status dermatologikus didapatkan kelainan kulit dengan lokasi dagu,
pipi kanan, pipi kiri, sekitaran hidung, distribusi terlokalisir, bentuk bulat dengan susunan tidak
khas, batas tegas sampai tidak tegas, ukuran miliar, dengan efloresensi tampak papul eritem
sebanyak 2, komedo tertutup sebanyak 10, komedo terbuka sebanyak 17, dengan total lesi
keseluruhan adalah sekitar 29 buah.
22
Diagnosis Kerja
Akne vulgaris tipe komedonal derajat ringan
Diagnosis Banding
Tidak ada diagnosis banding pada pasien ini
Diagnosis
Akne vulgaris tipe komedonal derajat ringan
Tatalaksana
Umum
• Memberikan edukasi kepada pasien untuk menjaga kebersihan dengan
mencuci muka dengan sabun dua kali sehari terutama sebelum tidur dan
memakai handuk berbeda untuk wajah dan badan.
Terapi Khusus:
• Retinoic acid cream 0,025%, 1 kali sehari pada malam hari, dioleskan tipis-tipis.
• Benzoyl peroxide cream 2,5% digunakan 2 kali sehari setelah mandi, dioleskan
23
tipis-tipis.
3.11 PROGNOSIS:
• Quo ad vitam : bonam
• Quo ad sanationam : bonam
• Quo ad fungsionam : bonam
• Quo ad kosmetikum : dubia ad bonam
24
RESEP
dr. Ihsan Otriami
Praktek Umum
SIP/ Tahun : 2131/2020
Alamat : Jl. Tanmalaka no17
Telpon : 0751-22345
Praktek : Senin – Jumat
Pukul : 17.00 – 20.00
Padang, 04 September 2021
Pro : Nn. AR
Umur : 21 Tahun
Alamat : Jati 4, Padang Timur
No hp : 082177955020
25
BAB 4
DISKUSI
Telah dilaporkan kasus seorang pasien perempuan berusia 21 tahun datang ke Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 5 September 2021, dengan
diagnosis akne vulgaris tipe komedonal derajat ringan.
Diagnosis pasien ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Pada anamnesis didapatkan awalnya jerawat timbul di tengah dagu kemudian
bertambah banyak dan menyebar ke bagian dagu, kedua pipi dan hidung sejak 5 hari yang lalu.
Pasien berusia 21 tahun, sering mencuci muka menggunakan sabun pada pagi dan malam
hari sebelum tidur. Pasien biasanya mengeringkan wajah menggunakan handuk yang sama untuk
mengeringkan badan. Pasien mengaku sering menyentuh jerawat di wajahnya hingga akhirnya
bertambah banyak dan luas. Pasien sering mengkonsumsi pedas makanan berminyak dan juga
makan cemilan manis yang mengandung banyak karbohidrat. Semua ini menjadi faktor risiko
munculnya jerawat pada pasien. Pada masa remaja, kadar hormon androgen naik dan
menyebabkan stimulasi kelenjar (sebaceous glands) dan produksi lemak (sebum). Androgen
berperan pada perubahan sel sebosit dan sel keratinosit folikular yang menyebabkan
terbentuknya mikrokomedo yang akan berkembang menjadi komedo dan lesi inflamasi.17
Makanan manis terutama yang banyak mengandung karbohidrat memiliki indeks glikemik yang
tinggi. lndeks glikemik merupakan ukuran kecepatan makanan diserap menjadi gula darah.
Semakin tinggi indeks glikemik suatu makanan, maka semakin cepat dampaknya terhadap
peningkatan gula darah dan insulin sehingga dapat menyebabkan hiperinsulinemia akut sehingga
terjadi peningkatan kadar androgen dan IGF-1 yang pada akhimya akan meningkatkan produksi
sebum.11,12 Konsumsi diet tinggi lemak jenuh dapat meningkatkan produksi sebum sehingga
memperburuk jerawat yang sudah ada.18
Riwayat mengkonsumi obat dalam jangka waktu yang lama tidak ada. Pasien tidak
pernah mengalami keluhan jerawat seperti ini sebelumnya. Keluarga pasien tidak memiliki
keluhan jerawat seperti pasien. Riwayat alergi makanan, obat-obatan dan atopi tidak ada.
Pemeriksaan status generalisata didapatkan keadan umum baik, tampak sehat, dengan
kesadaran komposmentis kooperatif. Tinggi badan 156 cm, berat badan 50 kg, dan staus gizi baik.
Tanda-tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan toraks dan pemeriksaan abdomen dalam
batas normal. Pemeriksaan status dermatologikus didapatkan lesi lokasi di dagu, kedua pipi dan
26
hidung dengan distribusi terlokalisir, bentuk bulat, susunan tidak khas, batas tegas– tidak tegas,
ukuran milier, efloresensi papul eritem sebanyak 2, komedo terbuka sebanyak 17, komedo
tertutup sebanyak 10, total lesi 29 buah.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta status dermatologikus pasien ditegakkan
diagnosis berupa akne vulgaris tipe komedonal derajat ringan, akibat jumlah total lesi pada pasien
ini kecil dari 30.17 Hal-hal yang memengaruhi peningkatan terjadinya akne vulgaris pada pasien
ini berupa adanya faktor usia pasien, makanan, kebersihan dan riwayat kebiasaan.
Pada pemeriksaan rutin dapat dilakukan ekstraksi komedo yang bertujuan untuk
membuktikan papul kecil yang ada benar merupakan sebuah komedo yang berisi sebum yang
mengental atau mengeras karena komedo merupakan gejala patognomonik.
Penatalaksanaan pada pasien ini berupa tatalaksana umum dan khusus. Tatalaksana umum
pada pasien berupa edukasi untuk mengurangi faktor risiko yang menimbullkan peningkatan
terjadinya akne vulgaris, seperti menjaga kebersihan, memisahkan handuk wajah dan badan,
mengurangi stress, makanan berminyak dan makanan tinggi gula Pasien juga di edukasi untuk
mengurangi kebiasaan sering menyentuh wajah dengan tangan pasien. Kemudian, pada pasien juga
diberikan edukasi cara pemakaian obat.
Tatalaksana khusus yang diberikan obat topikal krim yang diberikan adalah asam retinoat
0,025%, digunakan 1 kali sehari di malam hari, dioleskan tipis-tipis serta benzoil peroksida 2,5%
digunakan dua kali sehari. Obat ini bertujuan sebagai menghambat pembentukan
mikrokomedo dan komedolitik.
27
Prognosis pada pasien ini berupa quo ad sanationam bonam, quo ad vitam
bonam, quo ad functionam bonam dan quo ad kosmetikum dubia ad bonam. Hal ini
dikarenakan penyakit akne vulgaris merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri
yang diakibatkan peradangan kronik pilosebasea yang dipengaruhi oleh berbagai
multifaktor. Selain dengan pemberian pengobatan yang teratur, pasien juga harus
mengontrol faktor risiko timbulnya akne, untuk mencegah timbulnya akne berulang,
mencegah keparahan penyakit, dan mencegah timbul lesi baru. Pengobatan teratur
juga diperlukan untuk mencegah timbulnya jaringan parut yang permanen akibat lesi
inflamasi.
28
BAB 5
PENUTUP
Kesimpulan
1. Telah dilaporkan kasus Akne Vulgaris pada Nn. AR usia 21 tahun
2. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dalam kasus
ini
3. Terapi yang diberikan meliputi edukasi pasien serta pemberian terapi topikal
berupa Krim Asam retinoat 0,025%, serta benzoil peroksida 2,5%.
Saran
1. Kepada pasien disarankan melakukan pengobatan yang teratur dan menghindari
faktor risiko terjadinya akne vulgaris
2. Atur pola makan dan makan makanan yang bergizi
29
DAFTAR PUSTAKA
30
10. Sukanto H, Marodiharjo S, Zulkarnain I. Akne Vulgaris. Buku pedoman
diagnosis dan terapi. Edisi ketiga. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin RSU Dr. Soetomo. 2005. p.115-8.
11. Tan JK, Bhate K. A global perspective on the epidemiology of acne. Brit J
Dermatol. 2015;172(1): 3-12
12. Bagatin E, Timpano DL, Guadanhim LR, Nogueira VM, Terzian LR, Steiner D,
Florez M. Acne vulgaris: Prevalence and clinical forms in adolescents from São
Paulo, Brazil. An Bras Dermatol. 2014;89(3): 428-35
13. Afriyanti RN. Akne vulgaris pada remaja. Jurnal Majority. 2015;4(6): 102-9
14. Kabau S. Hubungan antara pemakaian jenis kosmetik dengan kejadian akne
vulgaris. M Med Indones. 2012;43(1): 32-6
15. Rzany B, Kahl C. Epidemiology of acne vulgaris. J Dtsch Dermatol Ges.
2006;4(1): 8-9
16. Zouboulis CC, Eady A, Philpott M, Goldsmith LA, Orfanos C, Cunlife WC,
Rosenfield R. What is the pathogenesis of acne?. Exp Dermatol. 2005;14: 143-52
17. Bakry OA, Shazly RMA, Faragry SME, Kotb D. Role of hormones and blood
lipids in the pathogenesis of acne vulgaris in Non-Obese and Non-Hirsute
Females. Indian Dermatology Online Journal. 2014;5:S9
18. Cunliffe WJ, Gollnick GHM. Clinical features. Acne: Diagnosis and
management. London: Martin Dunitz; 2001. p49-81
19. Widjaja ES. Rosasea dan akne vulgaris. In : Harahap M. Ilmu penyakit kulit.
Jakarta: Hipokrates; 2000. p: 35-45
20. Layton AM, Eady E, Zonboulis CC. Acne. In : Griffiths C, Barker J, Bleiker T,
Chalmers R, Creamer D, editors. Rook’s Textbook of Dermatology. 9th edition.
Oxford : Blackwell Publishing; 2016. p.901-905.
21. Legiawati L. Perawatan kulit pada akne. Medicinal Jurnal Kedokteran Indonesia.
2010;2: 17-9
22. Katta R, Desai Samir P. Diet and dermatology : The role of dietary intervention
in skin disease. Clin Dermatol. 2014 ; 7(7): 46–51.
31
Lampiran
32
Untuk jenis kulit, apakah kakak tau jenis Tipe kulit saya cenderung berminyak dok
kulit kakak termasuk tipe yang
berminyak, normal, atau kering kak?
Umur berapa kakak pertama kali Menstruasi umur 14 tahun
menstruasi?
Bagaimana siklus menstruasi kakak Sesuai siklus, kurang lebih 7 hari, satu
dalam 3 bulan terakhir? siklus 28 hari
Keluhan jerawat kakak apakah juga Ngga ada pengaruh ke siklus menstruasi
bertamah banyak sebelum dan saat dok
menstruasi kak?
Apakah dalam 1 bulan terakhir ini kakak Tidak ada dok, saya santai-santai aja dok
sedang banyak pikiran kak?
Dalam beberapa minggu terakhir, Tidur saya cukup dok, 5-7 jam saya
bagaimana siklus tidur kakak? Berapa tidur dok
jam tidur sehari?
Apakah kakak memiliki kebiasan sering Ada dok
memegang wajah tanpa cuci tangan
sebelumnya?
Apakah kakak sering memencet jerawat Kadang-kadang ada
dengan tangan?
Apakah kakak memiliki kebiasaan suka Makan pedas sering, manis udah agak
makan pedas, manis, kacang-kacangan, jarang terutama minuman manis, kacang-
olahan susu, dan gorengan? kacangan jarang sekali, produk olahan
susu tidak ada, gorengan udah jarang
mengonsumsi.
Setelah beraktivitas diluar, apakah kakak Iya dok
sering cuci muka setelahnya kak?
Berapa kali kakak cuci muka dalam 2 kali sehari dok. Saat mandi dipagi
sehari? Dan saat kapan saja itu kak? hari, pulang kuliah dan kadang-kadang
saat malam hari sebelum tidur dok.
Akhir-akhir ini lebih sering beraktivitas Dalam ruangan dok.
dimana? Dalam ruangan atau diluar
ruangan?
Apakah dalam aktivitas sehari-hari kakak Iya dok
menggunakan masker?
Sehari-hari, apakah kakak menggunakan Saya pakai skincare dok
produk kecantikan seperti pelembab?
Sejak kapan menggunakan skinkernya Adalah dalam 4 tahun ini dok
kak?
Pada saat diluar ruangan dan terkena Iya dok dan biasanya saya diamin aja
33
sinar matahari, apakah muka kakak nanti hilang sendiri
memerah setelahnya?
Saat keluar ruangan atau sedang Pakai dok
beraktivitas apakah kakak menggunakan
sunscreen?
Apakah sehari-hari kakak menggunakan Tidak ada dok
riasan, seperti bedak tabur atau bedak
padat dsb?
Apakah kakak saat ini ada Tidak ada dok
mengongsumsi obat-obatan seperti
kortikosteroid yang dioleskan di muka
atau yang diminum?
Apakah keluhan kakak ini sudah diobati Belum pernah di obati dok
sebelumnya?
Apakah sebelumnya kakak juga pernah Tidak pernah dok
mengalami keluhan yang sama?
Apakah keluarga kakak juga memiliki Tidak pernah dok
keluhan yang sama seperti ini kak?
Bagaimana dengan jenis kulit keluarga Hampir sama dengan saya
kakak?
Apakah keluaga kakak memiliki keluhan Tidak ada dok
asma, bersin-bersin pagi hari >5 kali,
alergi makanan dan obat-obatan?
Apakah ada keluarga yang memiliki Tidak ada dok
riwayat penyakit diabetes melitus,
hipertensi, dan obesitas?
Apakah kakak pernah mengalami Tidak dok
keluhan dikulit sebelumnya dan
dilakukan pengobatan oleh dokter?
Apakah kakak memiliki riwayat alergi Tidak ada dok
makanan, obat-obatan atau cuaca kak?
Apakah kakak memiliki riwayat diabetes Tidak ada dok
melitus, hipertensi, dan obesitas?
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43