Anda di halaman 1dari 10

132 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 14, No.

1, Januari 2019, hal 132-141

Mengupas Bentuk Dilema Dari Sisi Konsultan Pajak

Anak Agung Istri Pradnyarani Dewi1


Made Sudarma2
Zaki Baridwan3
1,2,3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Indonesia
email: aipradnyarani@gmail.com

DOI: https://doi.org/10.24843/JIAB.2019.v14.i01.p12

ABSTRAK

Penelitian bertujuan mengupas bagaimana bentuk dilema yang di alami konsultan


pajak serta pengalaman konsultan pajak dalam mengatasi dilema yang dirasakan
terutama ketika melakukan tax planning. Metode penelitian yang digunakan
yaitu kualitatif dengan paradigma intepretif dan pendekatan fenomenologi
Jurnal Ilmiah Akuntansi transendental Husserl. Informan dalam penelitian adalah konsultan pajak IKPI
dan Bisnis Kota Denpasar. Hasil penelitian mengungkap bentuk-bentuk dilema konsultan
(JIAB) pajak, seperti dilema yang muncul akibat konsultan pajak memiliki kepedulian
terhadap kliennya dan konsultan pajak memikirkan keberlangsungan bisnis
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jiab/ jasanya. Bentuk-bentuk dilema tersebut menghasilkan pengalaman konsultan
user/profile pajak dalam mengatasi dilema yang dirasakan yaitu dengan cara membangun
kesadaran dari wajib pajak serta harus mempunyai kesadaran profesi sebagai
konsultan pajak yang terikat dengan kode etik. Dilema dapat diatasi dengan
membangun kesadaran wajib pajak serta mempunyai prinsip yang kuat untuk
Volume 14
mematuhi kode etik.
Nomor 1 Kata kunci: Dilema etis, konsultan pajak, tax planning, kepatuhan wajib pajak,
Januari 2019 fenomenologi
Halaman 132-141
p-ISSN 2302-514X
A Phenomenological Study of The Dilemmas Faced by A
e-ISSN 2303-1018
Tax Consultant

INFORMASI ARTIKEL ABSTRACT

Tanggal masuk: This study aims to explore how the natural shape of the dilemmas in tax
consulting and how the experience of overcoming dilemmas, is felt especially
18 September 2018
when doing tax planning. The qualitative method has been used with the
Tanggal revisi: interpretive paradigm according to the approach of transcendental
26 November 2019 phenomenology of Husserl. The informant in this study is a tax consultant of
Tanggal diterima: IKPI Denpasar. The research results reveal that dilemma forms tax consultants
12 Desember 2019 such that the dilemma posed by tax consultants have concern for the client
and tax consultants think of business continuity services. The dilemma forms
generate tax consulting experience in overcoming the perceived dilemma
that is by building awareness of the taxpayer and must be aware of the
profession as a tax consultant who is bound by the code of conduct. The
dilemma can be overcome by building awareness of taxpayers and having
strong principles to comply with the code of ethics.
Keywords: Ethical dilemma, tax consultants, tax planning, tax payer
compliance, phenomenology
Dewi, Sudarma dan Baridwan, Mengupas Bentuk Dilema ... 133

PENDAHULUAN mengakhiri dilema yang dirasakan.


Konsultan pajak merupakan profesi seseorang Penelitian terdahulu tentang dilema dan
yang membantu wajib pajak secara professional pengambilan keputusan etis konsultan pajak telah
dalam pemenuhan kewajiban perpajakan sesuai banyak dilakukan, namun masih lebih banyak di ranah
dengan peraturan perundang-undangan. Konsultan positivis sehingga tidak secara mendalam mengetahui
pajak memiliki kode etik yang berfungsi untuk bagaimana dilema yang dirasakan dan bagaimana
menjaga profesionalisme, integritas dan konsultan dapat mengambil suatu keputusan etis.
independensinya dalam melakukan tugasnya. Namun, Seperti penelitian dari Windesi (2016) menguji
disisi lain keahlian konsultan pajak dapat pengaruh faktor-faktor internal individual yang ada
disalahgunakan oleh wajib pajak. Wajib pajak dalam diri akuntan pajak terhadap pengambilan
khususnya wajib pajak badan akan memaknai pajak keputusan etis dalam perencanaan pajak. Faktor-
sebagai pengurang dari laba perusahaannya. faktor tersebut yaitu persepsi pentingnya etika dan
Mengatasi hal tersebut wajib pajak badan dapat tanggung jawab sosial, sifat machiavellianisme dan
melakukan tax planning. Tax planning locus of control. Penelitian Katuuk, Manossoh, &
dikategorikan menjadi dua yaitu legal dan ilegal. Tax Walandouw (2017) dimana menguji pengaruh
planning legal menggunakan cara memanfaatkan integritas dan kreativitas konsultan pajak terhadap
celah-celah dalam peraturan, sehingga tax planning kepatuhan Wajib Pajak. Penelitian fenomenologi
yang dilakukan masih dalam lingkup undang-undang. sendiri tentang dilema dilakukan oleh Noviriani
Sedangkan tax planning ilegal merupakan cara yang (2015) dimana membahas mengenai bagaimana
dengan sengaja menggelapkan pajak, melaporkan bentuk dilema etis auditor pemerintah dan bagaimana
data-data yang tidak benar, bahkan tidak melaporkan cara auditor tersebut memecahkan dilema etis yang
pajak. Tax planning sesungguhnya bukan suatu hal dirasakan.
yang terlarang, namun dalam sisi etis tax planning Beberapa penelitian terdahulu tersebut membuat
bertentangan dengan maksud dari undang-undang peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian
(Suryowati, 2016). pada konsultan pajak yang terdaftar pada IKPI Kota
Fenomena yang terjadi saat ini adalah wajib pajak Denpasar dengan menggunakan studi fenomenologi
sedang marak melakukan praktik tax planning dari untuk lebih mendalami dilema dan pengambilan
yang normal hingga kearah agresif. Wajib pajak kerap keputusan etis yang dilakukan konsultan pajak untuk
meminta bantuan konsultan pajak dalam pembuatan mengatasi dilema yang dirasakan. Menggunakan
tax planning. Hal tersebut disebabkan karena fenomenologi transcendental Husserl, peneliti
kurangnya pemahaman wajib pajak akan rumitnya meyakinkan untuk mendapatkan hasil lebih dalam dan
peraturan perpajakan sehingga wajib pajak lebih murni dari pernyataan Informan. Fenomenologi
memilih menggunakan jasa konsultan pajak untuk transcendental Husserl memiliki konsep epoche
membantunya dalam pembuatan tax planning yang berarti pengurungan pengetahuan yang dimiliki
perusahaannya. Erard (1993) mengungkapkan peneliti sehingga dapat diperoleh pernyataan murni
bahwa melalui konsultan pajak, wajib pajak memiliki dari Informan yang dalam penelitian ini adalah
peluang memanfaatkan konsultan pajak untuk konsultan pajak. Kuswarno (2009) menjelaskan
melakukan ketidakpatuhan. Wajib pajak kerap bahwa fenomenologi transcendental memiliki
mengiming-imingi konsultan pajak dengan imbalan beberapa tahapan analisis yaitu; kesenjangan, noema
yang diberikan, serta menarik rasa simpati konsultan dan noesis, intuisi, serta intersubjektifitas.
pajak dengan berbagai alasan yang diucapkan, Kesenjangan dalam hal ini adalah orientasi informan
sehingga menempatkan konsultan pajak dalam dilema. terhadap suatu objek dan didasari oleh minat, harapan
Setiap profesi memiliki suatu dilema saat dan penilaian awal. Noema merupakan pernyataan
melakukan tugasnya, begitu pula dengan konsultan awal yang diungkapkan dapat berupa suatu ide-ide.
pajak. Massie (2017) berpendapat bahwa diantara Noesis merupakan action dari ide yang di temukan.
profesi lainnya, konsultan pajak lebih memiliki Intuisi merupakan suatu hal yang menghubungkan
sensitifitas etika yang tinggi. Dilema yang dirasakan antara noema dan noesis, serta intersubjektif
konsultan pajak adalah dimana konsultan pajak harus merupakan suatu realitas sosial yang dimaknai secara
tunduk dengan peraturan namun disisi lain konsultan bersama-sama. Penelitian di ranah positivis tidak
pajak memikirkan faktor imbalan yang diberikan wajib mendalami apa yang dirasakan konsultan pajak secara
pajak serta kelangsungan bisnis jasanya (Suardika, murni. Sehingga sangat menarik jika mendalami
2016). Hal tersebut menghadapkan konsultan pajak pengalaman konsultan pajak dalam mengatasi dilema
untuk mempertimbangkan suatu keputusan etis untuk dengan menggunakan fenomenologi transcendental.
134 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 14, No. 1, Januari 2019, hal 132-141

METODE PENELITIAN menggunakan teknik pemilihan informan yang paling


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif umum digunakan adalah teknik snowball. Teknik
dengan paradigma intepretif dan pendekatan snowball informan dipilih berdasarkan rekomendasi
fenomenologi transcendental. Paradigma intepretif orang ke orang yang sesuai dengan pertanyaan
bertujuan untuk menggali pengalaman informan atas penelitian untuk diwawancarai (Putu, 2009). Peneliti
fenomena yang dialami dimana dalam penelitian ini meminta rekomendasi calon informan dari salah satu
adalah pengalaman konsultan pajak atas dilema etis Infroman kunci. Selanjutnya peneliti meminta
yang dirasakan. Menggunakan pendekatan rekomendasi informan lainnya yang sesuai dengan
fenomenologi transcendental bertujuan untuk karakteristik penelitian ini (Fitriani, 2014). Informan
mendalami pengalaman informan secara murni tanpa dalam penelitian ini merupakan informan yang
ada campur tangan peneliti. Informan dalam menurut pertimbangan peneliti merupakan orang
penelitian ini adalah konsultan pajak yang terdaftar yang cocok dan berkaitan dengan penelitian ini, yaitu
di IKPI di Kota Denpasar. Pemilihan informan harus lima konsultan pajak Kota Denpasar yang terdaftar
secara cermat dan tepat. Ketepatan dalam memilih dalam IKPI dan mempunyai pengalaman di atas
informan akan menghantarkan peneliti pada tiga tahun.
keber hasilan dalam penelitiannya. Peneliti

Tabel 1. Daftar Informan

No Nama Konsultan Pengalaman Alamat


Pajak
1. Informan K. D 2008-sekarang Jl. Kenyeri Denpasar
2. Informan R. Z 2009-sekarang Jl. Kecubung Denpasar
3. Informan K. R 2012-sekarang Jl. Gemitir Denpasar
4. Informan M 2010-sekarang Jl. Suli Denpasar
5. Informan W 2005-sekarang Jl. Tukad Buaji
Denpasar

Hal terpenting selanjutnya sebelum melakukan penelitian ini mengacu teknik analisis oleh Sanders
analisis data dilapangan peneliti terlebih dahulu (1982). Tahapan pertama, peneliti mendeskripsikan
melakukan tahapan-tahapan pengumpulan data pada fenomena yang terlihat dari pernyataan informan.
penelitian fenomenologi yang diilustrasikan oleh Tahapan kedua, peneliti memilah tema dan
Creswell (2016). Tahap pertama adalah penentuan mengindentifikasi tema yang terlihat dari pernyataan
lokasi dan mendapatkan akses serta membuat informan. Tahapan ketiga, peneliti mengembangkan
kesepakatan. Selanjutnya, peneliti membuat janji hubungan antara noema noesis yang diungkapkan
pertemuan selanjutnya dengan informan untuk oleh informan. Tahap keempat, proses reduksi
melakukan pengumpulan data. Peneliti masuk eideitic dimana reduksi ini akan mengungkap struktur
kedalam pengumpulan data melalui wawancara. dasar dari makna yang diperoleh dengan
Dalam proses wawancara peneliti terlebih dahulu menggunakan refleksi dan intuisi. Peneliti
dilakukan dengan “mengurung” pengetahuan yang menambahkan satu tahap terakhir, yaitu proses
dimiliki agar informasi yang diperoleh murni dari pengambilan sintesis makna dari pernyataan-
pengalaman informan. Proses ini disebut epoche. pernyataan informan (Kuswarno, 2009).
Selanjutnya, peneliti merangkum garis-garis besar
dari hasil wawancara yang dilakukan secara HASIL DAN PEMBAHASAN
sistematis. Peneliti dalam menyesuaikan hasil dengan Bentuk Dilema: Rasa simpati Terhadap Klien.
pertanyaan, peneliti memilah-milah data yang Setiap individu dilahirkan untuk mempunyai rasa
dianggap penting dan juga mengkelompokan data saling peduli terhadap individu lainnya. Seorang yang
yang dianggap sama, agar lebih mudah dalam berprofesi sebagai penyedia jasa konsultan pun
melakukan analisis nantinya. demikian. Konsultan pajak adalah seseorang yang
Teknik analisis data yang digunakan dalam paling dekat dengan wajib pajak, serta memiliki tugas
Dewi, Sudarma dan Baridwan, Mengupas Bentuk Dilema ... 135

untuk membantu wajib pajak jika mengalami kesulitan Noema yang diperoleh dari pernyataan awal
dalam hal perpajakan. Seperti yang diungkapkan oleh Informan W adalah [pasti mungkin hanya 10% yang
Frecknall-Hughes & Krichler (2015) dimana riil dan ini terkadang menyebabkan dilema]. Noema
mengatakan bahwa konsultan pajak dapat memahami tersebut kemudian peneliti mendalami lagi sehingga
wajib pajak, motivasi wajib pajak, serta keinginan memperoleh noesis dilema dirasakan informan K.
wajib pajak dalam urusan perpajakannya (Mangoting, D ketika Ia mengetahui riilnya namun Ia juga
2017). Wajib pajak di sisi lain memiliki sifat-sifat yang memahami kondisi klien. Dari noema dan noesis
berbeda dan tentunya dapat mempengaruhi sikap tersebut peneliti menarik eidetic reduction dimana
konsultan pajak. Konsultan pajak tentunya harus Infr oman K. D mengetahui bahwa kliennya
berlandaskan sesuai aturan saat melakukan tugas- memberikan data yang tidak benar, hal ini
tugasnya. Begitu pula dalam hal tax planning. menyebabkan dilema. Informan K. D mengetahui
Sebagai seorang konsultan dalam pembuatan tax bahwa tindakannya merupakan tindakan yang tidak
planning, seharusnya membina wajib pajaknya etis dan melanggar, namun di sisi lain konsultan pajak
untuk berjalan sesuai aturan dan menghindari hal- memiliki rasa simpati terhadap klien sehingga
hal menyimpang seperti menggelapkan omset yang menyebabkan informan K. D ada dalam dilema.
dimana hal tersebut telah menyimpang dari peraturan Hal serupa juga di ungkapkan oleh Informan W
dan mengarah ke tax evasion. Namun, kenyataannya saat peneliti menanyakan pengalamannya dalam
hal tersebut kerap dilakukan wajib pajak, namun melakukan tax planning, hingga peneliti memperoleh
konsultan memiliki rasa simpati terhadap wajib pajak noema dari pernyataan Informan W sebagai berikut:
dan ini menyebabkan dilema seperti yang “Saya punya pengalaman ya yang menyebabkan
diungkapkan informan W sebagai berikut saat peneliti saya bingung...dilema lah hehe...gini...ada klien
bertanya mengenai pengalamannya dalam saya satu udah lama sama saya kan saya tau ya
melakukan tax planning: pergerakannya dan mulai-mulai agak sedikit
“Kalau berbicara tax planning…tax bandel...jadi... dia itu ya mulai ngasi data omset
planning itu...kalo murni-murni konsultan yang tidak benar ke saya...melaporkan yang
pasti subsatnsi sama legalnya di pahami tidak sesuai kebenarannya…”
betul, harus benar-benar
dimatchingkan…tapi masih banyak yang Pernyataan informan W memunculkan dua
belum kesana gek he...he…tapi kalo noema yaitu [ngasi data omset yang tidak benar ke
berbicara tax planning pengalaman saya saya..melaporkan yang tidak sesuai kebenarannya]
klien itu ya dari dulu sampai sekarang yang dan [menyebabkan saya bingung..dilema lah hehe].
saya tangani pasti mungkin hanya 10% yang Peneliti menggali lebih dalam lagi mengenai
riil dan ini terkadang menyebabkan dilema” pernyataan informan W, sehingga mendapat noesis
sebagai berikut:
Peneliti mendapatkan noema yaitu [pasti “kadang kan klien ada juga yang sembunyi dari
mungkin hanya 10% yang riil dan ini terkadang kita ya, kita juga kan gak pingin tau ya urusan
menyebabkan dilema]. Dari pernyataan noema omsetnya, ada juga yang memang mau terbuka riil
informan K. D tersebut peneliti berusaha untuk omsetnya…dan saya sih orangnya fleksibel aja ya
mendalami lagi pernyataan informan sehingga tetap saya kasi tau resikonya ini itu,tapi ya saya juga
mendapatkan noesis sebagai berikut: paham kondisi klien, lihat dia adalah niat melapor tapi
“saya pernah ada nanganin klien besar besar kondisi aja yang dia jadi gak bisa gitu kan ya..ya
sekali itu gek, tapi omsetnya cuma 10 miliyar kasian juga kan..apa lagi udah lama sama saya…jadi
dulu, wah ngikutin terus maunya, planning terus, saya bantu dulu..memang dilema takut resiko juga.”
dilema gek…Dilemanya juga kita tau riilnya, Noema dari pernyataan awal Informan W yang
berapa omset riilnya, dilema banget sebenernya menyatakan bahwa [ngasi data omset yang tidak
kita…etis gak kita? Kita gak etis gek…tapi kita benar ke saya..melaporkan yang tidak sesuai
juga melihat kondisi dari klien…alasannya dia kebenarannya] memunculkan noesis yaitu informan
apa…memang itu hal yang melanggar tapi kita W mengungkapkan terkadang kliennya ada yang
juga memahami kondisi klien…dilemanya sembunyi dari dirinya dalam artian menyembnyikan
disana…” omsetnya. Informan W mengungkapkan dirinya
seorang yang fleksibel dan memahami kondisi klien.
136 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 14, No. 1, Januari 2019, hal 132-141

Namun dalam pernyataannya juga memunculkan


noema [menyebabkan saya bingung..dilema lah Melalui pernyataan yang diungkapkan oleh
hehe], sehingga peneliti menarik eidetic reduction Informan R.D diperoleh beberapa noema yaitu [dulu
yaitu Informan W mengetahui bahwa kliennya itu saya rasakan waktu awal-awal jadi konsultan
melaporkan data yang tidak sesuai dengan gek] dan [disisi lain mikir nyari klien, kalo klien
kebenarannya. Hal tersebut diketahui karena saya ilang..kabur gitu..ya gak bisa jalan]. Noema
informan W memprediksi setiap pergerakan omset tersebut peneliti gali lebih dalam lagi sehingga
dari kliennya. Informan melihat adanya niat melapor mendapatkan noesis sebagai berikut:
dari klien meskipun tidak sesuai omset, disisi lain “Jadi begini... kalo umpama konsultan
informan W tahu bahwa itu beresiko, tetapi informan keras sama aturan kan tax planning
W memiliki rasa kasihan terhadap kliennya. Hal harus sesuai aturan dan klien kan beda-
tersebut membuatnya berada didalam dilema. beda ya terkadang mintanya aneh-aneh
Bentuk Dilema: Kelangsungan Bisnis Jasa sampai kearah menggelapkan omset
Konsultan Pajak. Kelangsungan bisnis bagi setiap juga, kalau kita keras dan klien kabur,
perusahaan atau pembisnis sangatlah penitng. Begitu nanti incomenya kurang, kalo dia
pula dengan konsultan pajak. Konsultan pajak saat mengikuti, ya beresiko...jadi dilema...”
ini bisa disebut sebagai suatu perusahaan bisnis. Tidak
dipungkiri bahwa saat ini sudah muncul banyaknya Noema yang diperoleh dari pernyataan informan
konsultan pajak baik yang terdaftar maupun tidak. R. D yaitu [dulu itu saya rasakan waktu awal-
Banyaknya tugas yang ditawarkan membuat awal jadi konsultan gek] dan [disisi lain mikir
konsultan pajak tidak bisa berdiri sendiri. Konsultan nyari klien, kalo klien saya ilang..kabur gitu..ya
pajak kerap mendirikan kantor konsultan pajak atas gak bisa jalan] memunculkan noesis dimana
nama dirinya ataupun nantinya akan menggandeng informan R. D mengungkapkan bahwa klien akan
konsultan pajak lainnya untuk menjadi rekanan. kabur jika konsultan pajaknya terlalu keras dalam
Konsultan pajak pun memilki karyawan untuk memegang aturan. Hal tersebut menyebabkan
membantunya dalam melakukan tugas-tugasnya. income yang diperoleh konsultan menjadi berkurang,
Maka dari itu, konsultan pajak membutuhkan klien dan ini menyebabkan informan R.D mengalami
untuk melangsungkan kantor konsultan pajaknya. dilema.
Dimana ia harus memikirkan untuk dirinya sendiri, Diperolehnya noema dan noesis dari
menggaji karyawan, dan membayar sewa tempat pernyataan Informan R. D dapat ditarik eidetic
untuk kantornya. reduction yaitu informan R. Dmerasakan suatu
Permasalahan lain muncul pada kode etik yang dilema saat awal-awal dirinya menjadi konsultan
dipegang teguh oleh konsultan pajak. Konsultan pajak pajak. Informan R. D dalam membuat tax planning
yang terdaftar (dalam IKPI) mempunyai suatu aturan menyadari harus sesuai dengan aturan, namun jika
dalam kode etik, yaitu pada Pasal 10 kode etik ia keras dalam memegang aturan kliennya akan
konsultan pajak menyebutkan bahwa konsultan pajak kabur. Hal ini terjadi dikarenakan klien mempunyai
dilarang untuk memasang iklan. Peraturan tersebut sifat yang berbeda-beda, ada yang tidak melaporkan
membuat konsultan pajak lebih mementingkan omset secara riil dengan cara menggelapkan data
kliennya agar tidak kabur sehingga kelangsungan keuangan. Informan R. D mengetahui bahwa hal
kantornya dapat stabil. Namun, permintaan klien tersebut merupakan hal yang menyalahi aturan, tetapi
terkadang menekan konsultan pajak untuk sedikit di sisi lain informan R. D memikirkan kelangsungan
menyimpang dari aturan yang dipegang teguh. Hal bisnisnya dengan ia menyatakan bahwa jika klien
ini menimbulkan suatu dilema seperti yang kabur, maka pendapatannyanya akan berkurang. Hal
diungkapkan oleh Informan R.D berikut ini: tersebut membuatnya berada dalam situasi dilema.
“Tax planning...itu susah-susah gampang...yang Hal serupa juga diungkapkan oleh informan W
susah ya pas awal-awal dulu sih, jadi kan tax saat peneliti menanyakan mengenai pengalamannya
planning harus sesuai aturan ya, kalo salah dikit dalam menjalankan tax planning untuk kliennya,
bisa melanggar…dulu itu saya rasakan waktu sehingga peneliti memperoleh noema sebagai berikut:
awal-awal jadi konsultan gek, disisi lain mikir “Pengalaman saya sih ya.. dalam tax planning
nyari klien, kalo klien saya ilang...kabur gitu...ya saya sering galau haha..galau menghadapi klien
gak bisa jalan...”. itu..contohnya aja ya pasti ada yang gak mau
Dewi, Sudarma dan Baridwan, Mengupas Bentuk Dilema ... 137

rill.. ya saya tetep mau bantu sih cuman kan itu dimana harus membina wajib pajak untuk patuh
melanggar ya.. Konsultan lain ada sih yg saklek, terhadap peraturan dan tentunya membangun
bener-bener gak mau kalo gak riil…, mungkin kesadaran wajib pajak dalam hal perpajakan. Wajib
dia banyak duit kalik he..he… jadi dia gak perlu pajak memiliki sifat dan permintaan yang berbeda.
klien kan gitu” Fakta dilapangan wajib pajak kerap meminta
Pernyataan informan W memunculkan beberapa konsultan pajak untuk membantunya melakukan tax
noema yaitu, [galau menghadapi klien itu], planning, namun dengan data omset yang tidak riil.
[Konsultan lain ada sih yg saklek, bener-bener gak Hal tersebut merupakan suatu pelanggaran dan
mau kalo gak riil], [mungkin dia banyak duit kalik mengarah ke tax evasion. Namun di sisi lain,
he..he.. jadi dia gak perlu klien kan gitu]. Noema- konsultan pajak juga memiliki kepedulian kepada
noema tersebut peneliti gali lebih dalam lagi sehingga wajib pajaknya dengan melihat kondisi dari
mendapatkan noesis: perusahaan wajib pajak, hal-hal yang menyebabkan
“Ya...gak bisa dipungkiri ya dik...jaman sekarang wajib pajaknya menggelapkan omset. Hal ini
klien kan mencari orang yang bisa membantunya, menyebabkan konsultan pajak berada dalam dilema.
kita juga dapat uang dari klien...jadi kita juga Konsultan pajak melihat hal ini harus
pasti memikirkan income...jelas itu dik...cuman mempunyai suatu pertimbangan yang etis untuk
satu sisi emang seharusnya ktia itu saklek seperti mengubah pola pikir wajib pajak serta
itu kok, itu yang benar...tapi kalau sepi membebaskannya dari rasa dilema. Seperti yang
bagaimana...itu galaunya dik...” diungkapkan oleh informan K. D sebagai berikut:
“berbicara menyembunyikan omset…tipikal
Noema yang diperoleh dari pernyataan Informan klien nakal sudah pasti ada, tapi kita hanya
W mendapatkan noesis yaitu Informan W membina, ayo, tax planning kita kasi tau yang
mengungkapkan bahwa klien mencari konsultan yang bener, ya kita tau lah udah banyak yg
dapat membantunya dalam menyelesaikan masalah disembunyikan kita terima-terima aja gitu lo,
perpajakannya. Ia mengibaratkan konsultan yang taat bukan berarti kita nolak, tapi bukan berarti kita
memegang aturan adalah suatu hal yang benar. keputusan nerima dengan alasan uang gek...”
Namun informan W juga mengungkapkan bahwa
dirinya juga memikirkan income yang ia dapatkan Noema yang diperoleh dari pernyataan informan
dari kliennya. K. D adalah [ya kita tau lah udah banyak yg
Berdasarkan noema dan noesis yang di peroleh disembunyikan kita terima-terima aja gitu lo, bukan
dari pernyataan informan, peneliti menarik eidetic berarti kita nolak, tapi bukan berarti kita keputusan
reduction yaitu informan W mengungkapkan dirinya nerima dengan alasan uang gek]. Pernyataan
sering dilanda kebingungan saat melakukan tax informan K. D memunculkan keinginan peneliti untuk
planning. Ia menyebutkan bahwa dirinya mau mendalaminya lagi sehingga diperoleh noesis sebagai
membantu klien walaupun klien memberikannya data berikut:
yang tidak riil, berbeda dengan konsultan pajak yang “saya itu liat klien yang mau belajar, ada
keras dalam memegang aturan. Menurutnya, klien keinginan untuk memahami, Dikatakan memang
saat ini mencari konsultan pajak yang bisa engga etis, tapi disini saya punya tujuan yaitu
membantunya. Konsultan pajak juga mendapatkan mau agar bagaimana klien memahami
pemasukan untuk bisnis jasanya tentunya dari kesalahannya...karena kita meyakini, yang akan
kliennya tersebut. Ia juga menyadari bahwa sebagai membentuk mereka adalah periode waktu...
konsultan pajak memang seharusnya untuk bersikap fenomena ini banyak terjadi dilapangan dan gak
keras dalam memegang aturan sehingga tetap berada bisa dipungkiri gek… cara mengatasi dilema ini
di jalan aturan, namun disisi lain ia juga ya pahami dulu situasinya… kalau bahasa
mempertimbangkan kondisi bisnisnya, hal ini gampangnya gini gek, kayak curhat, kita
menyebabkan ia dilanda kebingungan yang dengerin kita turutin maunya dulu, tapi pelan-
mendalam. pelan kita berikan pemahaman jadi wpnya
Pengalaman mengatasi dilema: Membangun paham, dia kesadaran sendiri setelah ktia berikan
kesadaran wajib pajak sebagai klien. Sesuai informasi aturan, masukan-masukan, nanti
dengan fungsinya sebagai seorang konsultan pajak periode waktu dia sendiri yang mau..”
138 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 14, No. 1, Januari 2019, hal 132-141

Diperolehnya noema dan noesis dari Berdasarkan noema dan noesis yang diperoleh
pernyataan informan K. D dapat ditarik eidetic dari pernyataan informan W, peneliti menarik suatu
reduction yaitu informan K. D dalam eidetic reduction yaitu infor man W dalam
pengalamannya mengatasi dilema adalah dengan pengalamannya mengatasi dilema adalah dengan
tetap membina kliennya dengan tujuan membangun memberikan suatu kontrak kepada kliennya. Kontrak
rasa kesadaran dari kliennya bukan karena tujuan tersebut berisikan bahwa data-data yang diberikan
uang semata. Informan K. D mencari klien klien ke informan semua dianggap benar. Hal ini
meyakinkan bahwa periode waktu akan membentuk menyebabkan jika klien terkena resiko, maka
kesadaran klien. Membentuk kesadaran klien informan W tidak akan terkena resiko karena kontrak
dilakukan dengan menggunakan suatu taktik dimana telah disetujui oleh klien. Informan W menjelaskan
informan K. D mengibaratkan seperti ‘curhat’, ia bahwa dengan adanya kontrak tersebut klien akan
akan mendengarkan kliennya, mengikuti menjadi takut jika mempunyai niat ingin berbohong
keinginannya klien, memahami keinginan klien, namun dengan mengatakan tida memiliki uang untuk
sedikit demi sedikit secara halus, ia akan membina membayar pajak sehingga pajak yang dilaporkan tidak
klien hingga menimbulkan rasa kepedulian klien riil. Informan W menegaskan kliennya seumpama
terhadap perpajakan. Sehingga klien tersebut akan gajah jangan mengaku sebagai semut. Informan W
berubah dengan mulai melaporkan data-datanya juga menyebutkan bahwa dilemanya dapat berkurang
secara riil dan dilema yang dirasakan infroman K. D dengan menetapkan suatu kontrak.
pun dapat menghilang. Pengalaman mengatasi dilema: Kesadaran
Selain hal tersebut, konsultan pajak juga dapat Profesi. Menjalani sebuah profesi, seseorang harus
mengatasi dilemanya dengan membuat suatu kontrak memiliki komitmen atas moral yang tinggi untuk
seperti yang diungkapkan informan W sebagai berikut: mematuhi aturan. Aturan dalam sebuah profesi atau
“Pengalaman saya ya buat atasin dilema…saya yang biasa disebut kode etik digunakan sebagai
kalau saya mau cuci tangan kan bisa aja... Saya pedoman untuk menjalankan suatu profesi. Setiap
sih mau sih suruh aja okay saya bantu lapor aja profesi harus menaati kode etik dalam menjalankan
dulu kita tambah-tambahin biaya aja dulu, nanti tugasnya sebagai pemberi jasa pelayanan kepada
kita akalin pakai buat pembetulan kalau udah masyarakat. Profesi konsultan pajak pun demikian.
punya uangnya…” Konsultan pajak dalam memberikan jasa konsultasi
kepada kliennya terikat pada aturan kode etik yang
Peneliti menemukan noema dari pernyataan telah di tetapkan. Kode etik mengharuskan konsultan
Informan W yaitu [cuci tangan], peneliti menggali pajak menjunjung tinggi integrias dan bersikap
kembali dan menemukan noesis: professional dalam menjalankan tugasnnya
“jadi saya bilang dikontrak data yang kamu kasi (Maulidya, 2016). Namun, yang terjadi di lapangan
ke saya, saya hitungkan aja... Ya bahasa konsultan pajak terkadang merasakan suatu dilema
kasarnya kan gitu ya…bahasa dikontrak apa dalam menjalankan tugasnya terutama terkait dengan
gitu halusnya kan ada…bahasa kasarnya apa tax planning. Dilema yang dihadapi saat melakukan
yang kamu kasi saya itungkan gitu aja sih saya tax planning mempunyai banyak faktor seperti rasa
jadi kalau beresiko dikemudian hari saya gak simpati kepada klien, adanya peraturan yang “abu-
tanggung jawab…nanti klien kan juga sadar abu” hingga faktor imbalan yang dibayarkan klien.
ya..ngerasa gitu dia takut…dia kalau udah ada Disinilah peran dari prinsip yang dipegang oleh
uang dengan adanya kontrak itu kan pasti dia masing-masing konsultan pajak. Prinsip yang
bayar...kan niat awalnya begitu artinya dia ada dipegang oleh konsultan pajak haruslah berlandaskan
kesadaran dong...kalau dia bohong itu ya dengan aturan yang berlaku. Jika konsultan pajak
resikonya..ibarat saya sudah baik kasihan sama sudah memegang teguh prinsip harus menaati aturan,
dia, tapi saya dibohongin ya gimana...biarin aja dilema yang dirasakan dapat diminimalisir. Konsultan
resikonya...he...he...yang penting satu kalo saya, pajak dalam melakukan tax planning haruslah
kalau seumpama kliennya gajah jangan ngaku memegang prinsip untuk tetap sesuai dengan aturan
semut...itu aja, kalau pun dia bohong, dia bakal yang berlaku. Seperti pengalaman yang diungkapkan
takut sendiri, kan dia uda tanda tangan kontrak oleh informan M berikut ini:
yang tadi itu...ya itu jadi dilema sih berkurang
ya..”
Dewi, Sudarma dan Baridwan, Mengupas Bentuk Dilema ... 139

“kalau kita melakukan efisiensi tax planning itu pendapatnya sebagai berikut:
yang pertama tidak boleh melanggar aturan, jadi “Sebenernya di ikatan itu kita kita diajarkan
memang dari sisi klien menganggap tidak jangan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan
maksimal, karena kita juga gak mau terlalu klien, jangan takut kehabisan klien, karena klien yg
frontal kan, ya terlalu berani lah karena pasti mencari kita...”
menyalahi aturan, plus saya juga gak mau terlalu
merugikan negara” Pernyataan Informan K. R diperoleh noema
yaitu [jangan takut kehabisan klien, karena klien yg
Pernyataan yang diungkapkan oleh Informan M mencari kita]. Peneliti mendalaminya lagi sehingga
membuahkan beberapa noema yaitu [tidak boleh memperoleh noesis:
melanggar aturan, jadi memang dari sisi klien “Gini ya di ikatan, ya diketahui lah ya konsultan
menganggap tidak maksimal] dan [plus saya juga gak pajak memang takut kehilangan kliennya bahkan
mau terlalu merugikan negara]. Noema yang menyebabkan dilema, tapi saat ini saya
diperoleh kemudian peneliti dalami lagi sehingga meyakinkan diri gak bakal kehabisan klien..ibarat
memperoleh noesis: gini, dibali konsultan pajak cuman 150 konsultan,
“Ya...jadi yang diambil yang di tengah-tengah wp dibali berapa dik? Banyak ribuan..jadi sih
artinya selama penghematan itu sesuai aturan saya yakin kalo dia gak cocok sama saya dan
dan tidak merugikan negara, dan tidak terlalu gak bisa di bina ya lepas aja..dari pada saya
beresiko nanti kalo ada diperiksa oleh orang pajak bingung dan dilema”
dikemudian hari…kalau dalam hal ngumpetin
omset selama dia tidak terlalu signifikan, Noema dan noesis yang diperoleh dari
mungkin saya masih bisa toleransi ya...kalo pernyataan pengalaman informan K. R, peneliti
selebihnya saya gamau, karena resiko, nanti dia menarik eidetic reduction yaitu informan K.R
juga diperiksa… Namanya warna negara harus melalu pengalamanya mengatakan bahwa untuk tidak
mempunyai nasionalisme, kapan negara bisa takut kehabisan klien, karena klien yang
maju jika kaya gitu terus… dan saya sih intinya membutuhkan konsultan pajak. Ia memberikan
satu aja, dimana kita tinggal kita harus bayar contoh konsultan pajak di Bali yang terdaftar hanya
pajak gak bisa enggak, kalo enggak Indonesia 150 konsultan sedangkan wajib pajak yang ada di
gak akan maju-maju...intinya juga bagi saya tetap Bali ribuan, sehingga jika ia merasa tidak ada
aja berjalan dalam aturan, dilema itu tidak akan kecocokan dengan kliennya, untuk mengatasi
dirasakan.” kebingungan dan menghindarinya dari dilema, maka
ia akan melepas kliennya tersebut.
Noema dan noesis yang diperoleh dari Sintesis Penelitian: Meningkatkan Kesadaran
pernyataan pengalaman informan M dapat ditarik Profesi Konsultan Pajak Dan Membangun
eidetic reduction yaitu informan M berpendapat Kesadaran Wajib Pajak Guna Meminimalisir Rasa
bahwa jika melakukan tax planning tidak boleh Dilema. Tidak dipungkiri bahwa konsultan pajak
melanggar peraturan perpajakan. Walaupun di sisi kerap merasakan dilema dalam melakukan tugasnya
klien menganggap tidak maksimal, namun ia tetap salah satunya dalam pembuatan tax planning.
berprinsip tidak ingin menyalahi aturan dan tidak ingin Konsultan pajak harus menaati peraturan dan
terlalu merugikan negara. Ia memberikan toleransi memegang teguh kode etik meskipun dihadapannya
kepada kliennya dalam hal menyembunyikan omset. terdapat berbagai macam ‘godaan’ yang ia hadapi.
Ia mengatakan bahwa jika tidak terlalu signifikan, ia Konsultan pajak harus menyadari bahwa dirinya
masih mau untuk menerima, jika terlalu frontal dan merupakan salah satu tangan aparatur pajak terdekat
berani ia akan menolak kliennya. Informan M juga dengan wajib pajak sehingga konsultan pajak sangat
mempunyai rasa nasionalisme, Ia menyadari bahwa berfungsi untuk membangun kepatuhan wajib pajak.
negara tidak akan maju jika rakyatnya malas untuk Berbagai macam ‘godaan’ dari wajib pajak seperti
membayar pajak. Ia juga menegaskan jika berjalan imbalan yang akan diberikan membuat konsultan
sesuai dengan peraturan, dilema pasti tidak akan dirasakan. pajak berada dalam suatu rasa kebingungan antara
Selain memiliki prinsip tetap sesuai aturan dan harus mengikuti keinginan wajib pajak atau harus
juga harus mempunyai rasa nasionalisme, dalam hal tetap memegang aturan dan membina wajib pajak.
menggait klien informan K. R mengungkapkan Hal ini menyebabkan Konsultan pajak dapat terbebas
140 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 14, No. 1, Januari 2019, hal 132-141

dari dilema dengan menyadari perannya sebagai kaki peraturann konsultan pajak harus memikirkan untuk
tangan aparatur perpajakan untuk membantu wajib membuat suatu pertimbangan yang etis guna untuk
pajak dalam masalah-masalah pajak yang dihadapi membebaskan dirinya dari rasa dilema.
serta untuk membina wajib pajak guna membangun
kesadaran wajib pajak. Konsultan pajak harus SIMPULAN
memahami secara baik aturan-aturan yang digunakan Konsultan pajak dalam melakukan tax planning
dalam pembuatan tax planning agar tidak kerap diliputi r asa dilema. Walaupun kerap
menyimpang dari aturan untuk menghindarinya dari merasakan dilema saat melakukan tax planning,
resiko di kemudian hari. Selain itu, konsultan pajak konsultan pajak selalu mencari cara agar tetap
harus membangun prinsip yang kuat untuk tidak menjaga profesionalitasnya sebagai seorang
melanggar peraturan. Meyakinkan dirinya untuk tetap konsultan pajak dan terlepas dari rasa dilema yang
dalam bingkai kode etik serta meyakinkan diri bahwa konsultan pajak rasakan. Dilema yang muncul akibat
tidak akan sulit mendapatkan wajib pajak sebagai ‘klien’. dari beberapa faktor seperti konsultan pajak memiliki
Meyakinkan diri memegang teguh peraturan rasa simpati terhadap kliennya, konsultan pajak
akan membuat konsultan pajak lebih tegas dalam merasa takut akan kehilangan klien karena berkaitan
menangani wajib pajaknya. Konsultan pajak juga dengan income yang akan diperoleh. Namun, dilema
harus membangun kesadaran wajib pajak. tersebut dapat konsultan pajak atasi dengan membuat
Membangun kesadaran wajib pajak dapat dilakukan suatu pertimbangan etis. Konsultan pajak dalam
terlebih dahulu dengan membangun rasa kepedulian pengalamannya mempunyai berbagai macam
wajib pajak terhadap sistem perpajakan. Membuat pertimbangan untuk mengatasi dilema yang
wajib pajak memahami bagaimana arti pajak dalam dirasakan, seperti membangun kepatuhan wajib pajak
suatu Negara. Meskipun membutuhkan periode dengan meningkatkan kesadaran wajib pajak dan
waktu yang tidak singkat, diharapkan dengan konsultan pajak harus mempunyai kesadaran profesi
membangun rasa kepedulian wajib pajak dapat dengan meyakinkan dirinya untuk selalu berpegang
meningkatkan kepatuhannya. Wajib pajak menjadi teguh prinsip menaati aturan apapun kondisinya.
peduli dan patuh akan pajak membuat konsultan pajak Berjalan sesuai aturan akan menghindarinya dari
terbebas dalam dilema. Konsultan pajak dapat resiko di kemudian hari, serta menghindarinya dari
melakukan tax planning sesuai dengan bingkai rasa dilema.
peraturan tanpa ada ‘tekanan’ yang diberikan oleh Berdasarkan hasil penelitian ini membuahkan
wajib pajak. saran untuk penelitian selanjutnya. Masih terbatasnya
Pemerintah dalam hal ini juga berperan dalam jumlah penelitian tentang konsultan pajak dengan
meningkatkan kepedulian wajib pajak. dengan menggunakan metodelogi kualitatif, peneliti berharap
membuat suatu kebijakan guna untuk meningkatkan dengan adanya penelitian ini dapat membangun
kesadaran wajib pajak. Pemerintah dapat lebih sebuah ide untuk membuat penelitian selanjutnya
transparan mensosialisasikan manfaat apa saja yang tentang konsultan pajak dengan menggunakan studi
akan diperoleh wajib pajak jika membayar pajak. lainnya namun masih dalam lingkup kualitatif ataupun
Pemerintah harus meyakinkan wajib pajak bahwa menambah jumlah informan sehingga mendapatkan
pajak yang dibayarkan dipergunakan sepenuhnya hasil yang lebih beragam dan lebih dalam.
untuk pembangunan Negara. Selain itu, pemerintah
dapat membuat kebijakan mengenai pemeriksaan dan REFERENSI
pelaporan skema tax planning yang dilakukan oleh Creswell, J. W. (2016). Qualitative Inquiry &
wajib pajak guna mengetahui apakah tax planning Research Design: Choosing Among Five
yang dilakukan masih di didalam bingkai peraturan. Approaches (5th ed.). California: Sage
Tidak hanya perusahaan wajib pajak yang tercantum Publication.
dalam skema tetapi juga tercantum nama konsultan Erard, B. (1993). Taxation with Representation: An
pajak. Sehingga kebijakan pemeriksaan skema tax Analysis of The Role of Tax Practitioners in
planning tidak hanya untuk wajib pajak tetapi juga Tax Compliance. Journal of Public
berpengaruh terhadap konsultan pajak. Dengan Economics, 52(2), 163–197.
demikian, wajib pajak akan lebih memperhatikan Fitriani, E. I. (2014). Makna Harga Diri Pada
aturan perpajakan dan konsultan pajak akan lebih Remaja Putri Yang Melakukan Hubungan
memperkuat integritasnya dalam berjalan sesuai Seksual Pranikah Di Pekanbaru. Universitas
Dewi, Sudarma dan Baridwan, Mengupas Bentuk Dilema ... 141

Islam Negeri Sultan Sarif Kasim Riau. Etis Auditor Internal Pemerintah. Ekuitas:
Frecknall-Hughes, J., & Krichler, E. (2015). Towards Jurnal Ekonomi Dan Keuangan, ISSN 1411.
a General Theory of Tax Practice. Social & Putu, W. P. (2009). Konstruksi Gender. Universitas
Legal Studies, 24(2), 289–312. Indonesia.
Katuuk, D., Manossoh, H., & Walandouw, S. K. Sanders, P. (1982). Phenomenology/ : A New Way
(2017). Pengaruh Integritas Dan Kreativitas of Viewing Organizational Research. The
Konsultan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Academy of Management Review, 7(3), 353–360.
Pajak. Jurnal Riset Akuntansi Going Suardika. (2016). Desain Pembelajaran Dengan
Concern, 12(2), 1–8. Pendekatan Siklus Belajar (learning Cycle).
Kuswarno, E. (2009). Metode Penelitian Retrieved from https://aritmaxx.wordpress.com/
Komunikasi Fenomenologi. Bandung: 2016/10/17/desain-pembelajaran-dengan-
Widyapadjajaran. pendekatan-siklus-belajar-learning-cycle/
Mangoting, Y. (2017). Menguak Dimensi Kecurangan Suryowati, E. (2016). Apa Perbedaan Praktik
Pajak. Jurnal Akuntansi Multiparadigma Penghindaran Pajak dan Penggelapan Pajak?
(JAMAL), 8 (2), 227–429. Retrieved from https://bisniskeuangan. kompas.
Massie, J. M. (2017). Pengaruh Etika Profesi, com/ r ea d/ 201 6/ 04/ 14/ 08 300 08 26/ Ap a.
Religiusitas dan Kompetensi Terhadap Perbedaan.Praktik.Penghindaran.Pajak.dan.
Pengambilan Keputusan Etis Konsultan Penggelapan.Pajak.
Pajak. Universitas Kristen Maranatha. Windesi, E. M. (2016). Pengaruh Faktor Individu:
Maulidya, D. (2016). Dilema Etik Sebagai Konsultan Persepsi Pentingnya Etika Dan Tanggung
Pajak. Retr ieved fr om http://debbymau Jawab Sosial, Machiavellianism, Dan Locus
lidya.blogspot.com/2016/12/dilema-etik-sebagai- of Control Terhadap Pengambilan Keputusan
konsultan-pajak.html Etis Akuntan Pajak Dalam Perencanaan
Noviriani, E. (2015). Studi Fenomenologi Atas Dilema Pajak (Tax planning). Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai