Anda di halaman 1dari 6

ETIKA DAN PROFESI AKUNTAN

REVIEW ARTIKEL JURNAL ILMIAH


Dosen : Putu Diah Kumalasari, SE., M.si

Oleh:

KELOMPOK 6

 Noptia Triwardana Kanaka (35)


 Octaverina Kusnawafi (36) 
 Rr. Candra Sri Maharani (43)
 Siti Sofiatus Soleha (44)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2020
REVIEW JURNAL ILMIAH

A. JUDUL
Faktor Dalam Pengambilan Keputusan Etis Oleh Konsultan Pajak: Individual Dan
Situasional

B. NAMA PENULIS
Ni Made Ayu Dwi Lentari Dewi
Kadek Trisna Dwiyanti

C. KODE JURNAL
e-ISSN: 2528-1216
p-ISSN: 2528-2093

D. JURNAL, VOLUME DAN TAHUN JURNAL


Jurnal Ilmiah Akuntansi & Bisnis, Vol.3 No.1, Juni 2018

1. PENDAHULUAN

Konsultan pajak memiliki sensitifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan profesi
lain, tidak lain karena adanya kode etik yang harus ditaati dan dilema etika yang sering
dihadapi. Tetapi tidak jarang konsultan pajak yang melakukan manipulasi melanggar kode
etik yang seharusnya dihindari. Memulihkan citra profesi merupakan tantangan bersama bila
ingin profesi tersebut dihormati oleh publik. Peraturan pajak yang semakin rumit dan terus
diperbarui dari waktu ke waktu menimbulkan kesulitan bagi Wajib Pajak untuk mengikuti
perkembangan peraturan pajak dan memenuhi kewajiban pajaknya, hal ini menyebabkan
semakin banyak Wajib Pajak yang menggunakan jasa konsultan pajak.
Penelitian ini dilakukan karena dilatarbelakangi oleh fenomena pembuatan keputusan
tidak etis. Dalam pemberitaan di media elektronik dan massa tampak kasus perpajakan yang
melibatkan konsultan pajak karena pengambilan keputusan tidak etis yang dilakukan dengan
memfasilitasi dan membantu wajib pajaknya dalam menghindari pajak bahkan
menggelapkan pajak. Saat ini terungkap banyak kasus tentang fenomena-fenomena
pembuatan keputusan tidak etis seperti keputusan konsultan pajak untuk membantu wajib
pajak melakukan penghindaran pajak yang terjadi di Indonesia salah satunya kasus
pemalsuan data yang dilakukan oleh konsultan pajak.
Isi yang menarik adalah  konsultan pajak berperan sebagai penghubung antara fiskus
dan  wajib pajak. Satu sisi konsultan pajak berkewajiban mendorong wajib pajak agar taat
dalam  memenuhi kewajiban perpajakannya. Namun, disisi lain wajib pajak ingin
meminimalisir  kewajiban. Kedua hal tersebut memiliki arah yang  berlawanan sehingga
menimbulkan dilema perilaku dalam profesi konsultan pajak.
Tujuan disusunnya artikel ini adalah kode etik yang berlaku di harapkan dapat
mengendalikan perilaku konsultan pajak dalam menjalankan  profesinya.
Dalam penelitian ini, solusi yang ditawarkan penulis adalah perlu adanya tahapan
pengembangan kesadaran moral individu yang menekankan bagaimana seorang individu
berfikir tentang dilema etis, kemudian memutuskan apa yang benar dan apa yang salah.
Profesi konsultan pajak harus memiliki etika yang terdapat dalam Kode Etik Ikatan
Konsultan Pajak (IKPI) dan jika sudah menjadi anggota IKPI diharuskan untuk tunduk pada
kode etik tersebut. Dengan adanya kode etik tersebut tentunya seorang konsultan pajak
mampu untuk mengambil keputusan etis dengan tidak membantu wajib pajaknya melakukan
penghindaran dan penggelapan pajak.
Maka dari itu adapun tujuan dari riset/penulisan artikel ini yaitu, untuk
mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh persepsi etika profesi, machiavelliannism, dan
preferensi risiko terhadap pengambilan keputusan etis oleh konsultan pajak: individual dan
situasional.

2. DISKUSI
Penelitian dilakukan dengan menyebar kuisioner secara langsung ke kantor konsultan pajak
dimana populasi pada penelitian tersebut adalah seluruh konsultan pajak yang terdaftar di
IKPI Cabang Bali tahun 2018 karena IKPI merupakan asosiasi konsultan pajak terbesar di
Indonesia dan telah berbadan hukum. Penelitian tersebut menarik 100 sampel dengan
menggunakan metode accidental sampling.
Penulis menyusun hipotesis untuk jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat
praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Dengan data yang dikumpulkan
melalui penelitian, Di dalam penelitian ini hipotesis menunjukan bahwa etika profesi
berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan etis oleh konsultan pajak sedangkan
machiavellianism dan preferensi risiko berpengaruh negatif terhadap pengambilan keputusan
etis oleh konsultan pajak.
Setelah menyusun hipotesis, dilakukanlah pengujian hipotesis dimana hasilnya:
a. Pengaruh Persepsi Etika Profesi Terhadap Pengambilan Keputusan Etis Oleh Konsultan
Pajak dengan menggunakan uji t, diperoleh nilai sig. sebesar 0.000. Nilai sig. ini lebih
kecil dari 0.05 yang berarti H1 berpengaruh. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel
Persepsi Etika Profesi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Pengambilan
Keputusan Etis oleh Konsultan Pajak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rahmawati (2016) dan Massie (2017) yang menyatakan bahwa etika
profesi adalah suatu aspek penting bagi seorang pengemban profesi. Kesadaran terhadap
etika profesi membuat seorang konsultan pajak lebih terdorong untuk mengambil
keputusan yang etis sesuai dengan kode etik yang berlaku.
b. Pengaruh Machiavellianism Terhadap Pengambilan Keputusan Etis Oleh Konsultan
Pajak dengan menggunakan uji t memperoleh nilai sig sebesar 0.011. Nilai sig. ini lebih
kecil dari 0.05 yang berarti H2 berpengaruh. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel 
Machiavellianism memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Pengambilan
Keputusan  Etis oleh Konsultan Pajak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh  Banitha (2011) dan Arestanti et al., (2016) yang menyatakan bahwa
seseorang yang memiliki  sifat machiavellian tinggi akan cenderung berperilaku tidak etis
dan memanfaatkan  kesempatan untuk bertindak licik demi keuntungan pribadi. Selain itu
hasil penelitian ini juga  sesuai dengan penelitian Adriana (2013) bahwa
Machiavellianism merupakan proksi perilaku  moral yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan etis. Machiavellianism terbukti  berpengaruh negatif terhadap
pengambilan keputusan etis oleh konsultan pajak. Semakin  tinggi kecenderungan sifat
machiavellian seseorang maka semakin tinggi juga kemungkinan  berperilaku dan
mengambil keputusan yang tidak etis.
c. Pengaruh Preferensi Risiko Terhadap Pengambilan Keputusan Etis Oleh Konsultan Pajak
dengan menggunakan uji t memperoleh nilai sig. sebesar 0.000. Nilai sig. ini lebih kecil
dari 0.05 yang berarti H3 berpengaruh. Maka dapat disimpulkan bahwa variable
Preferensi Risiko memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Pengambilan
keputusan Etis oleh Konsultan Pajak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kusuma et al., (2016) yang menyatakan bahwa preferensi risiko
berpengaruh negatif terhadap pengambilan keputusan etis, namun tingkat pengaruhnya
bergantung pada setiap persepsi seseorang terhadap risiko.

Perumusan masalah merupakan salah satu tahap yang memiliki kedudukan sangat
penting, yang tercermin pada latar belakang penelitian. Perumusan masalah ini memiliki
fungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian menjadi ada dan dapat dilakukan. Konsultan
pajak yang memiliki persepsi  bahwa etika dan tanggungjawab sosial merupakan hal yang
penting cenderung mengambil  keputusan yang etis. Sedangkan konsultan pajak dengan sifat
Machiavellian memiliki  persepsi bahwa etika dan tanggungjawab sosial merupakan hal
yang kurang penting,  sehingga memiliki kecenderungan lebih untuk mengambil keputusan
yang kurang etis. Pengambilan keputusan etis tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor
individu, tetapi  juga oleh faktor-faktor situasional. Terdapat 15 faktor yang diuji  dalam
penelitian Killian dan Doyle (2004) yang dikutip oleh Adriana (2013), dan yang terbukti 
berpengaruh signifikan terhadap tingkat agresifitas penghindaran pajak oleh konsultan pajak 
yaitu tingkat preferensi risiko, dominasi profesional, kekinian informasi, dan hubungan 
profesional. Penelitian Killian dan Doyle (2004) ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang 
terbukti berpengaruh terhadap tingkat pengambilan keputusan etis oleh konsultan pajak 
adalah faktor-faktor situasional atau keadaan diluar individu tersebut.

3. KESIMPULAN
Dimana persepsi etika profesi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengambilan keputusan etis oleh konsultan pajak sehingga jika seorang konsultan pajak
tunduk terhadap kode etiknya, maka akan cenderung mengambil keputusan yang etis.
Machiavellianism berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan etis
oleh konsultan pajak sehingga semakin tinggi kecenderungan sifat machiavellian seseorang
maka semakin tinggi juga kemungkinan berperilaku dan mengambil keputusan yang tidak
etis. Preferensi Risiko berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan
etis oleh konsultan pajak. Kecenderungan pengambilan risiko yang tinggi membuat
konsultan pajak dapat menerima sanksi secara moneter maupun non moneter sehingga
tingkat kecenderungan preferensi risiko pada konsultan pajak dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan etis.
Menurut peneliti, kontribusi terbesar terdapat pada preferensi risiko yang berpengaruh
negatif terhadap pengambilan keputusan etis, namun tingkat pengaruhnya bergantung pada
setiap persepsi seseorang terhadap risiko. Kecenderungan pengambilan risiko yang tinggi
membuat konsultan pajak dapat menerima sanksi secara moneter maupun non moneter.
Seorang konsultan pajak yang berani mengambil risiko tinggi harus siap mendapatkan
kemungkinan sanksi yang akan diperoleh dari penyimpangan yang dilakukan.
Penelitian tersebut memiliki beberapa keterbatasan yang tidak dapat dihindari oleh
peneliti yang tentu saja akan berpengaruh pada hasil penelitian itu. Keterbatasan tersebut
adalah banyak faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan etis oleh konsultan pajak,
namun penelitian hanya dapat mencakup beberapa faktor saja.
Namun ada beberapa kelemahan dari artikel ini yaitu tidak ada penjelasan terkait
variabel lebih mendetail, serta tidak ditemukan contoh metode pengolahan datanya. Serta,
hasil yang tidak sesuai. Dimana, jika Nilai sig. lebih kecil dari 0,05 memiliki pengaruh
positif. Tetapi pada artikel ini Nilai sig. lebih kecil dari 0,05 memiliki pengaruh negatif dan
signifikan.

4. REFERENSI
Artikel ini menggunakan referensi penelitian berupa jurnal ilmiah, situs internet dan buku
yang terbaru sehingga dapat lebih mendukung kelengkapan penelitian yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai