PENGAMBIL KEPUTUSAN
MATA KULIAH
AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Dosen Pengampu:
Siti Noor Khikmah, SE, M.Si
Disusun Oleh:
Hilya Milati 15.0102.0151
Era Anida Rizqi 15.0102.0156
Risha Dwi Lestari 15.0102.0187
Akuntansi 15C
Definisi
Langkah ini merupakan respon terhadap suatu masalah, ancaman yang dirasakan,
atau kesempatan dibayangkan. Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah atau
peluang, para pengambil keputusan memerlukan informasi mengenai lingkungan,
keuangan, dan operasi.
Ketika definisi dari masalah atau peluang selesai, pencarian untuk program
alternatif tindakan dan kuantifikasi konsekuensi mereka dimulai. Pada langkah ini, sebagai
alternatif praktis sebanyak mungkin diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian sering dimulai
dengan melihat masalah serupa yang terjadi di masa lalu dan tindakan yang dipilih pada saat
itu. Jika saja dipilih tindakan bekerja dengan baik, mungkin akan diulangi. Jika tidak,
pencarian alternatif tambahan akan diperpanjang.Dalam tahap ini, sebanyak mungkin
alternatif yang praktis didiefinisikan dan dievaluasi.
Tahap yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih
salah satu dari beberapa alternatif. Meskipun langkah ini mungkin memunculkan pilihan
rasional, pilihan terakhir sering didasarkan pada pertimbangan politik dan psikologis
daripada fakta ekonomi.
Kesuksesan atau kegagalan dari keputusan akhir bergantung pada efisiensi dari
penerapannya. Untuk menjamin efisiensi penerapannya, umpan balik secara periodik dan
koreksi segera atas segala kesalahan yang terjadi mutlak diperlukan.
Motif Kesadaran
Berikut ini merupakan tinjauan atas bukti suatu bukti penting yang akan memberikan
penjelasan yang lebih akurat tentang bagaimana sebenarmya kebanyakan keputusan dalam
organisasi diambil:
1. Rasional Terbatas
Salah satu aspek yang menarik dari konsep raional adalah membuat urutan
pertimbangan beberapa alternatif. Pengurutan alternatif tersebut sangat penting dalam
menentukan alternatif yang dipilih. Jika pengambil keputusan sedang melakukan optimasi,
semua alternatif akan dipertimbangkan, maka urutan dengan nama alternatif – alternatif
tersebut dievaluasai tidak akan relevan.
2. Intuisi
Pengambilan keputusan intuitif merupakan suatu proses tidak sadar yang diciptakan
dari pengalaman tersaring. Instuisi ini tidak harus berjalan secara independen dari analisis
rasional. lebih tepatnya, keduannya saling melengkapi. Pengambilan keputusan intuitif
kemungkinan diambil dalam kondisi:
a. Bila ada ketidakpatian dalam tingkat yang tinggi
b. Bila hanya sedikit preseden untuk diikuti
c. Bila variabel – variabel dapat diramalkan secara ilmiah
d. Bila fakta terbatas
e. Bila fakta tidak dengan jelas menunjukkan jalan untuk diikuti
f. Bila data analis kurang berguna
3. Identifikasi Masalah
Masalah – masalah yang tampak cenderung memiliki kemungkinan terpilih yang
lebih tinggi dibandingkan dengan masalah – masalah yang penting. Penyataan ini
didasarkan setidaknya pada dua alasan, yaitu:
a. Mudah untuk mengenali masalah – masalah yang tampak (visibel)
b. Perlu diingat bahwa semua orang menaruh perhatian yang besar terhadap
pengambilan keputusan dalam organisasi
4. Membuat Pilihan
Untuk menghindari informasi yang terlalu padat, para pengambil keputusan
mengandalkan heuritik atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan. Terdapat
dua kategori umum heuritik, yaitu: ketersediaan dan keterwakilan. Masing – masing
kategori menciptakan bias dalam penilaian. Bias lain yang sering ada pada para pengambil
keputusan adalah kecenderungan untuk mengangkat komitmen ke jalur tindakan yang gagal.
6. Keterbatasan Organisasi
Organisasi ini sendiri merupakan penghambat bagi para pengambil keputusan. Para
menajer misalnya, membentuk keputusan – keputusannya untuk mencerminkan sistem
penilaian kinerja dan pemberian imbalan, untuk mematuhi peraturan – peraturan foemal,
dan untuk memenuhi batas waktu yang ditetapkan organisasi.
C. Asumsi – asumsi keperilakuan dalam Pengambilan Keputusan
Suatu perusahaan dapat dianggap sebagai unit pengambilan keputusan yang serupa
dalam banyak hal dengan seorang individu. Untuk mengatasi kelebihan beban dalam
pengambilan keputusan, organisasi mengembangkan “prosedur operasi standar” yang
formal atau tidak formal untuk masalah-masalah yang berulang. Cyber dan March
menggambarkan empat konsep dasar relasional sebagai inti dari pengambilan keputusan
bisnis:
a. Resolusi Semu dari Konflik. Teori keputusan klasik mengasumsikan bahwa konflik
dapat diselesai-kan dengan menggunakan rasionalitas lokal.
b. Penghindaran Ketidakpastian. Cyber dan March (1963) menemukan bahwa para
pengambil keputu-san dalam organisasi sering kali menggunakan strategi yang kurang
rumit ketika berhadapan dengan risiko dan ketidakpastian. Schiff dan Lewin (1974)
menambahkan slack organisasi ke alat-alat yang digunakan untuk menghindari
ketidakpastian.
c. Pencarian Masalah. Menurut Cybert dan March pencarian masalah didefinisikan
sebagai proses menemukan suatu solusi atas suatu masalah tertentu atau sebagai suatu
cara untuk bereaksi terhadap suatu peluang.
d. Pembelajaran organisasional. Walaupun organisasi tidak mengalami proses
pembelajaran seperti yang dialami oleh individu, organisasi memperlihatkan perilaku
adaptif dari karyawannya.
Penting untuk diingat bahwa manusia, dan bukannya organisasi, yang mengenali
dan mendefinisikan masalah atau peluang dan yang mencari tindakan alternatif.
Manusialah yang memilih kriteria pengam-bilan keputusan, memilih alternatif yang
optimal, dan menerapkanya.
Kesatuan Kelompok
Tekanan waktu menyebabkan para anggota kelompok menjadi lebih sering setuju
guna mencapai konsensus kelompok; lebih kurang menuntut dan lebih bersifat
mendamaikan dalam situasi tawar-menawar; lebih membatasi partisipasi dalam proses
pengambilan keputusan hanya pada relatif sedikit anggota; dan lebih menyukai aturan
mayoritas.
1. Pengujian Informasi
2. Integrasi pengamatan dan temuan
3. Pertimbangan
Kepribadian mengacu pada sikap atau keyakina individu, sementara gaya kognitif
mengacu pada cara atau metode dengan mana seseorang menerima, menyimpan,
memproses, serta meneruskan informasi.
Memiliki gaya kognitif yang berbeda dan menggunakan metode yang sama sekali
berbeda ketika menerima, menyimpan, dan memproses informasi. Dalam situasi
pengambilan keputusan, kepribadian dan gaya kognitif saling berintraksi dan
mempengaruhi (menambah atau mengurangi) dampak dari informasi akuntansi.
Informasi akuntansi adalah salah satu input dalam model pengambilan keputusan. Para
pengambil keputusan dapat menyadari bahwa aura otentisitas akuntansi tidak berdasar dan
bahwa akuntansi, paling tidak, adalah proses dengan mana dampak dari kejadian ekonomi
dilaporkan seakurat mungkin, tetapi tanpa kepura-puraan akan kesempurnaan. Para
pengambil keputusan memandang akuntansi sebagai “ukuran yang tidak sempurna” dengan
kemungkinan besar bahwa nilai yang sesungguhnya akan berbeda dengan nilai yang
dilaporkan, karena kesalahn dan inakurasi dalam proses pengukuran dan pelaporan tidak
dapat dihindari.
Informasi akuntansi menjadi tujuan ketika penghargaan atau sanksi dikaitkan dengan
hasilnya. Misalnya, jika seorang manajer berharap untuk dipromosikan jika ia dapat
mengurangi biaya, maka manajer tersebut akan melihat informasi akuntansi sebagai dasar
untuk menentukan apakah ia telah berhasil atau tidak.
Fiksasi Fungsional
Bobot yang diberikan kepada informasi akuntansi dalam pilihan akhir sangat
bervariasi. Hal itu bergantung pada samapi sejauh mana hal itu dipandang mengurangi
ketidakpastian yang mengelilingi proses pengambilan keputusan. Data penjualan dan
biaya masa lalu, misalnya, akan digunakan sebagai pendekatan pertama terhadap
permintaan masa depan untuk produk yang di jual pada masa lalu.
Dua elemen lainnya yang mempengaruhi keyakinan yang diberikan pada informasi
akuntansi adalah permintaan dan persaingan. Perusahaan yang menghadapi sedikit
persaingan dan memiliki permintaan yang tidak elastis akan lebih banyak bergantung pada
data biaya yang disediakan oleh sistem akuntansinya ketika membuat keputusan mengenai
pasar yang kompetitif. Telah ditemukan bahwa semakin penting kebutuhan akan suatu
keputusan, maka semakin besar pendekatan yang diberikan pada data akuntansi yang
langsung tersedia.
Informasi akuntansi memainkan peran yang lebih penting dalam keputusan jangka
pendek dibandingkan dalam keputusan yang melibatkan konsekuensi jangka panjang,
karena informasi akuntansi hanya mencerminkan biaya dan pendapatan yang berkaitan
dengan operasi sekarang. Dan kelihatannya para pengambil keputusan lebih memilih
informasi eksternal jika informasi tersebut langsung tersedia dan tidak begitu mahal
dibandingkan dengan data akuntansi yang dikembangkan secara internal.
BAB III
KESIMPULAN
Salah satu masalah yang akan dihadapi dalam suatu organisasi atau sebuah
perusahaan adalah dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil akan sangat
mempengaruhi dari operasional organisasi atau perusahaan tersebut.
Keputusan yang diambil secara asal atau tanpa pertimbangan dari informasi yang
akurat atas masalah yang akan diambil keputusannya akan menjadi bias dalam
pengambilan keputusan. Bias yang terjadi dalam suatu pengambilan keputusan berdampak
resiko yang akan dihadapi. Agar tidak terjadinya bias dalam pengambilan keputusan
seorang manajer atau pimpinan harus mengetahui apa saja factor yang menyebabkan
terjadinya bias dalam pengambilan keputusan. Setelah diketahuinya factor tersebut,
diharapkan kepada manajer atau pimpinan akan dapat menghindari atau meminimalisir
terjadinya bias dalam pengambilan keputusan.
Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keperilakuan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.