Anda di halaman 1dari 15

ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PARA

PENGAMBIL KEPUTUSAN

MATA KULIAH
AKUNTANSI KEPERILAKUAN

Dosen Pengampu:
Siti Noor Khikmah, SE, M.Si

Disusun Oleh:
Hilya Milati 15.0102.0151
Era Anida Rizqi 15.0102.0156
Risha Dwi Lestari 15.0102.0187

Akuntansi 15C

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keputusan (decision) adalah suatu pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih
kemungkinan. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan pilihan, ada perbedaan
penting diantara keduanya. Mc Kenzei melihat bahwa keputusan adalah pilihan nyata karena
pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara untuk
mencapai tujuan itu, apakah pada tingkat perorangan atau kolektif.
Mc Grew dan Wilson lebih melihat pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu
keputusan ialah akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi label pengambilan
keputusan. Dipandang sebagai proses karena terdiri atas satu seri aktifitas yang berkaitan
dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan bijaksana. Benar kata orang bijak “Jika cara anda
tepat dalam membuat keputusan, maka anda akan terbebas dari berbagai persoalan dalam
hidup”.
Manajemen menbutuhkan Informasi sebagai dasar pengambilan keputusan mereka.
Sistem Informasi mempunyai peranan yang penting dalam menyediakan Informasi untuk
manajemen setiap tingkatan. Tiap-tiap kegiatan dan keputusan manajemen yang berbeda
membutuhkan informasi yang berbeda. Oleh karena itu, untuk dapat menyediakan informasi
yang relevan dan berguna bagi manajemen, maka pengembangan Sistem Informasi harus
memahami terlebih dahulu kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dan tipe keputusannya.
Pengambilan keputusan adalah memilih satu atau lebih diantara sekian banyak
alternatif keputusan yang mungkin. Alternaif keputusan meliputi keputusan ada kepastian,
keputusan beresiko, keputusan ketidakpastian dan keputusan dalam konflik. Keputusan bisa
dibuat berulang kali secara rutin dan dalam bentuk persoalan yang sama sehingga mudah
dilakukan keputusan. Keputusan yang dihadapi mugnkin serupa dengan situasi yang pernah
dialami, tetapi ada ciri khusus dari permasalahan yang baru timbul. Teori Pengambilan
Keputusan Keputusan yang baru mungkin, persoalan baru yang belum pernah dialami
sebelumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Pengambilan Keputusan

Definisi

Dalam organisasi, pengambilan keputusan biasanya didefinisikan sebagai proses


memilih di antara berbagai alternatif tindakan yang berdampak pada masa depan. Proses
pengambilan keputusan dapat dijabarkan dalam langkah-langkah yang berurutan, yaitu:

1) Pengenalan dan pendefinisian atas suatu masalah atau suatu peluang.

Langkah ini merupakan respon terhadap suatu masalah, ancaman yang dirasakan,
atau kesempatan dibayangkan. Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah atau
peluang, para pengambil keputusan memerlukan informasi mengenai lingkungan,
keuangan, dan operasi.

2) Pencarian atas tindakan alternatif dan kuantifikasi atas konsekuensinya.

Ketika definisi dari masalah atau peluang selesai, pencarian untuk program
alternatif tindakan dan kuantifikasi konsekuensi mereka dimulai. Pada langkah ini, sebagai
alternatif praktis sebanyak mungkin diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian sering dimulai
dengan melihat masalah serupa yang terjadi di masa lalu dan tindakan yang dipilih pada saat
itu. Jika saja dipilih tindakan bekerja dengan baik, mungkin akan diulangi. Jika tidak,
pencarian alternatif tambahan akan diperpanjang.Dalam tahap ini, sebanyak mungkin
alternatif yang praktis didiefinisikan dan dievaluasi.

3) Pemilihan alternatif yang optimal atau memuaskan.

Tahap yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih
salah satu dari beberapa alternatif. Meskipun langkah ini mungkin memunculkan pilihan
rasional, pilihan terakhir sering didasarkan pada pertimbangan politik dan psikologis
daripada fakta ekonomi.

4) Penerapan dan tindak lanjut.

Kesuksesan atau kegagalan dari keputusan akhir bergantung pada efisiensi dari
penerapannya. Untuk menjamin efisiensi penerapannya, umpan balik secara periodik dan
koreksi segera atas segala kesalahan yang terjadi mutlak diperlukan.
Motif Kesadaran

Motif kesadaran sangat penting dalam proses pengambilan keputusan karena


merupakan sumber dari proses berfikir. Dua faktor penting dari motif kesadaran dalam
konteks pengambilan keputusan, yaitu :

a. Keinginan akan kestabilan atau kepastian. Keinginan akan kestabilan menegaskan


adanya kemam-puan untuk memprediksikan

Keinginan akan kestabilan menegaskan adanya kemampuan untuk


memprediksikan Ini menjadi pendorong bagi keinginan kita untuk membuat bagian- bagian
dari konsep yang cocok satu sama lain secara konsisten. Motif ini mengaktifkan baik
pikiran sadar dan bawah sadar untuk membuat masuk akal suatu ketidakseimbangan,
ambigu, atau ketidakpastian informasi.

b. Keinginan akan kompleksitas dan keragaman.

Motif kompleksitas menimbulkan keinginan akan suatu stimulus dan eksplorasi


serta mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk mencari data baru dari ingatan
atau lingkungan, kemudian menyeimbangkannya dan mengaturnya dengan motif. Selain
itu, faktor yang berhubungan erat dengan prediksi adalah perbedaan dalam teori keputusan
secara matematis antara kepastian, risiko, dan ketidakpastian. Kepastian didapat ketika
semua akibat dari suatu alternatif keputusan tidak diketahui. Risiko dapat terjadi ketika
seseorang menentukan suatu pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Ketidakpastian
timbul ketika seseorang tidak dapat menentukan kemungkinan konseuensi yang timbul dari
tindakan yang dilakukannya.

Dengan menggunakan dimensi-dimensi kompleksitas dan kemampuan untuk


membuat prediksi, para ahli psikologi telah mengembangkan empat jenis model
keputusan:

1. Model keputusan yang diprogram secara sederhana.

2. Model keputusan yang tidak diprogram secara sederhana.

3. Model keputusan yang diprogram secara kompleks.

4. Model keputusan yang tidak diprogram diprogram secara kompleks.


Jenis-jenis dari Model Proses

a. Model Ekonomi merupakan model tradisional mengasumsikan bahwa seluruh kegiatan


dan keputusan manusia adalah rasional sempurna dan bahwa dalam suatu organisasi,
terdapat konsistensi antara beragam motif dan tujuan.
b. Model Sosial adalah model yang mengasumsikan bahwa manusia pada dasarnya adalah
irasional dan keputusan yang dihasilkan terutama didasarkan pada interaksi sosial.
c. Model Kepuasan Simon merupakan model yang didasarkan pada konsep Simon tentang
manusia administrasi, di mana manusia dipandang sebagai rasional karena mereka
mempunyai kemampuan untuk berpikir, mengolah informasi, membuat pilihan, dan
belajar.

B. Cara Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

Berikut ini merupakan tinjauan atas bukti suatu bukti penting yang akan memberikan
penjelasan yang lebih akurat tentang bagaimana sebenarmya kebanyakan keputusan dalam
organisasi diambil:

1. Rasional Terbatas
Salah satu aspek yang menarik dari konsep raional adalah membuat urutan
pertimbangan beberapa alternatif. Pengurutan alternatif tersebut sangat penting dalam
menentukan alternatif yang dipilih. Jika pengambil keputusan sedang melakukan optimasi,
semua alternatif akan dipertimbangkan, maka urutan dengan nama alternatif – alternatif
tersebut dievaluasai tidak akan relevan.

2. Intuisi
Pengambilan keputusan intuitif merupakan suatu proses tidak sadar yang diciptakan
dari pengalaman tersaring. Instuisi ini tidak harus berjalan secara independen dari analisis
rasional. lebih tepatnya, keduannya saling melengkapi. Pengambilan keputusan intuitif
kemungkinan diambil dalam kondisi:
a. Bila ada ketidakpatian dalam tingkat yang tinggi
b. Bila hanya sedikit preseden untuk diikuti
c. Bila variabel – variabel dapat diramalkan secara ilmiah
d. Bila fakta terbatas
e. Bila fakta tidak dengan jelas menunjukkan jalan untuk diikuti
f. Bila data analis kurang berguna

3. Identifikasi Masalah
Masalah – masalah yang tampak cenderung memiliki kemungkinan terpilih yang
lebih tinggi dibandingkan dengan masalah – masalah yang penting. Penyataan ini
didasarkan setidaknya pada dua alasan, yaitu:
a. Mudah untuk mengenali masalah – masalah yang tampak (visibel)
b. Perlu diingat bahwa semua orang menaruh perhatian yang besar terhadap
pengambilan keputusan dalam organisasi

4. Membuat Pilihan
Untuk menghindari informasi yang terlalu padat, para pengambil keputusan
mengandalkan heuritik atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan. Terdapat
dua kategori umum heuritik, yaitu: ketersediaan dan keterwakilan. Masing – masing
kategori menciptakan bias dalam penilaian. Bias lain yang sering ada pada para pengambil
keputusan adalah kecenderungan untuk mengangkat komitmen ke jalur tindakan yang gagal.

5. Perbedaan Individual: Gaya Pengambilan Keputusan


Riset tentang gaya pengambilan keputusan telah mengindentifikasi empat
pendekatan individual yang berbeda terhadap pengambilan keputusan. Model ini dirancang
untuk digunakan oleh para manajer dan untuk mengaspirasikan para manajer, tetapi
kerangka kerja umunya dapat digunakan pada pengambilan keputusan individual apa saja.
Fondasi dasar yang menjadi modal adalah pengakuan bahwa orang – orang itu berbeda
sepanjang dimensi. Pertama dalah cara berpikir. Ada orang yang memang logis dan rasional.
Perlu dicatat bahwa perbedaan – perbedaan ini melamapuui batas - batas manusiawi
umunya sebagaimana digambarkan sehubungan dengan rasionalitas terbatas. Dimensi lain
adalah toleransi pribadi terhadap ambiguitas.

6. Keterbatasan Organisasi
Organisasi ini sendiri merupakan penghambat bagi para pengambil keputusan. Para
menajer misalnya, membentuk keputusan – keputusannya untuk mencerminkan sistem
penilaian kinerja dan pemberian imbalan, untuk mematuhi peraturan – peraturan foemal,
dan untuk memenuhi batas waktu yang ditetapkan organisasi.
C. Asumsi – asumsi keperilakuan dalam Pengambilan Keputusan

Perusahaan sebagai Unit Pengambilan Keputusan

Suatu perusahaan dapat dianggap sebagai unit pengambilan keputusan yang serupa
dalam banyak hal dengan seorang individu. Untuk mengatasi kelebihan beban dalam
pengambilan keputusan, organisasi mengembangkan “prosedur operasi standar” yang
formal atau tidak formal untuk masalah-masalah yang berulang. Cyber dan March
menggambarkan empat konsep dasar relasional sebagai inti dari pengambilan keputusan
bisnis:

a. Resolusi Semu dari Konflik. Teori keputusan klasik mengasumsikan bahwa konflik
dapat diselesai-kan dengan menggunakan rasionalitas lokal.
b. Penghindaran Ketidakpastian. Cyber dan March (1963) menemukan bahwa para
pengambil keputu-san dalam organisasi sering kali menggunakan strategi yang kurang
rumit ketika berhadapan dengan risiko dan ketidakpastian. Schiff dan Lewin (1974)
menambahkan slack organisasi ke alat-alat yang digunakan untuk menghindari
ketidakpastian.
c. Pencarian Masalah. Menurut Cybert dan March pencarian masalah didefinisikan
sebagai proses menemukan suatu solusi atas suatu masalah tertentu atau sebagai suatu
cara untuk bereaksi terhadap suatu peluang.
d. Pembelajaran organisasional. Walaupun organisasi tidak mengalami proses
pembelajaran seperti yang dialami oleh individu, organisasi memperlihatkan perilaku
adaptif dari karyawannya.

Manusia – Para Pengambil Keputusan Organisasional

Penting untuk diingat bahwa manusia, dan bukannya organisasi, yang mengenali
dan mendefinisikan masalah atau peluang dan yang mencari tindakan alternatif.
Manusialah yang memilih kriteria pengam-bilan keputusan, memilih alternatif yang
optimal, dan menerapkanya.

Kekuatan dan Kelemahan Individu sebagai Pengambil Keputusan

Manusia merupakan makhluk yang rasional karena mereka memiliki kapasitas


untuk berpikir, memilih, dan belajar. Tetapi rasionalitas manusia adalah sangat terbatas
karena mereka hampir tidak pernah memperoleh informasi yang penuh dan hanya mampu
memproses informasi yang tersedia secara berurutan.
Peran Kelompok Sebagai Pembuat Keputusan dan Pemecah Masalah

Fenomena Pemikiran Kelompok

Pemikiran kelompok (group think) menggambarkan situasi dimana tekanan untuk


mematuhi mencegah anggota-anggota kelompok individual untuk mempresantasikan ide
atau pandangan yang tidak populer. Karena mereka ingin menjadi bagian yang positif dari
kelompok tersebut dan bukan sebagai kekuatan yang disruptif. Janis mengartikulasikan
gejala dari fenomena ini sebagai berikut:

a. Anggota kelompok perlawanan merasionalisasi dengan asumsimereka telah dibuat.


b. Anggota menerapkan tekanan langsung pada mereka yang sebentar mengungkapkan
keraguan tentang apapun pandangankelompok itu bersama atau yang
mempertanyakan validitas argumen pendukung alternatif disukai oleh mayoritas.
c. Para anggota yang memiliki keraguan atau memegang sudut pandang yang berbeda
berusaha untuk menghindarimenyimpang dari apa yang tampaknya menjadi
konsensus kelompok dengan menjaga diam tentang sangsi dan bahkan meminimalkan
untuk diri mereka sendiri pentingnya keraguan mereka.
d. Tampaknya terdapat suatu ilusi mengenai kebulatan suara.

Fenomena Pergeseran yang Berisiko (Dampak Kelompok)

Pergeseran yang berisiko atau dampak kelompok, merpakan produk sampingan


dari intraksi manusia, ini dicirikan oleh kelompok yang lebih memilih alternatif yang lebih
agresifberisiko dibandingkan dengan apa yang mungkin oleh individu-individu jika
mereka bertindak sendiri.

Kesatuan Kelompok

Kesatuan Kelompok didefenisikan sebagai tingkat dimana anggota-anggota


kelompok tertarik satu sama lain dan memiliki tujuan kelompok yang sama. Dengan
kesatuan yang kuat pada umumnyalebih efektif dalam suatu pengambilan keputusan
dibandingkan dengan kelompok ini dimana terdapat banyak konflik internal dan
kurangnya semangat kerja sesama anggotanya. Tingkat kesatuan kelompok dipengaruhi
oleh jumlah waktu yang dihabiskan bersama oleh para anggota kelompok, ttingkat
kesulitan dari penerimaan anggota baru ke dalam kelompok, ancaman eksternal, dan
sejarah keberhasilan dan kegagalan masa lalu. Faktor lainnya yang juga mempengaruhi
kesatuan kelompok secara menguntungkan adalah riwayat dari kelompok itu. Sejarah
pengambilan keputusan yang sukses menyatukan para anggota dan meningkatkan
kesatuan, sementara kegagalan memiliki dampak yang buruk.

Pengambilan Keputusan dengan Konsensus versus Aturan Mayoritas

Konsensus dalam konteks pengambilan keputusan didefinisikan oleh Holder (1972)


sebagai “kesepakatan semua anggota kelompok dalam pilihan keputusan.” Dalam
kebanyakan situasi, konsensus hanya bisa dicapai setelah pertimbangan yang matang serta
evaluasi yang kritis atas lebih atau kurangnya. Pengambilan keputusan dengan konsensus
membutuhkan lebih banyak waktu dibandingkan dengan penambilan keputusan dengan
pengaturan mayoritas.

Kontroversi yang Disebabkan oleh Hubungan Atasan - Bawahan

Ketika kelompok pengambilan keputusan terdiri atas atasan dan bawahan,


kontroversi tidak bisa di-hindarkan. Atasan mempunyai akses terhadap informasi yang
berbeda, sehingga memiliki pendapat yang berbeda pula dibandingkan dengan
bawahannya. Kualitas dari pilihan keputusan akan sangat bergantung bagaimana atasan
menangani kontroversi tersebut.

Pengaruh Dasar Kekuasaan

Dalam situasi pengambilan keputusan, seseorang mampu memengaruhi hasil


keputusan karena we-wenang atau kekuasaan yang diberikan oleh organisasi. Elemen
kekuasaan yang paling sering disebutkan adalah kekuasaan posisi, kekuasaan keahlian,
kekuasaan sumber daya, atau kekuasaan politik.

Dampak dari Tekanan Waktu

Tekanan waktu menyebabkan para anggota kelompok menjadi lebih sering setuju
guna mencapai konsensus kelompok; lebih kurang menuntut dan lebih bersifat
mendamaikan dalam situasi tawar-menawar; lebih membatasi partisipasi dalam proses
pengambilan keputusan hanya pada relatif sedikit anggota; dan lebih menyukai aturan
mayoritas.

D. Pengambilan Keputusan oleh Pendatang Baru versus oleh Pakar

Bouwman (1984) mengungkapkan sejumlah perbedaan yang menarik dalam


strategi dan pendekatan yang digunakan serta data spesifik yang dipilih oleh pakar dan
pendatang baru ketika mengambil keputusan berdasarkan informasi akuntansi atau
informasi keuangan lainnya. Pendatang baru mengumpulkan data tanpa melakukan
deskriminasi dan menunggu untuk melihat apa yang terjadi. Sebaliknya, para pakar
mengumpulkan data secara diskriminatif guna menindaklanjuti observasi tertentu. Untuk
menggambarkan perbedaan dalam penggunaan data dibagi kedalam kedalam tiga
komponen:

1. Pengujian Informasi
2. Integrasi pengamatan dan temuan
3. Pertimbangan

E. Peran kepribadian dan Gaya Kognitif dalam Pengambilan Keputusan

Kepribadian mengacu pada sikap atau keyakina individu, sementara gaya kognitif
mengacu pada cara atau metode dengan mana seseorang menerima, menyimpan,
memproses, serta meneruskan informasi.

Memiliki gaya kognitif yang berbeda dan menggunakan metode yang sama sekali
berbeda ketika menerima, menyimpan, dan memproses informasi. Dalam situasi
pengambilan keputusan, kepribadian dan gaya kognitif saling berintraksi dan
mempengaruhi (menambah atau mengurangi) dampak dari informasi akuntansi.

F. Peran Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan

Secara defenisi, keputusan manajemen mempengeruhi kejadian atau tindakan masa


depan. Sedangkan informasi akuntansi memfokuskan pada peristiwa-peristiwa dimasa lalu
tidak dengan sendirinya dapat mengubah kejadian atau dampaknya kecuali jika hal itu
dilakukan melalui proses pengambilan keputusan dengan kejadian masa depan beserta
konsekuensinya ditentukan.

Karena pengambilan keputusan dan informasi mengenai hasil kinerja akuntansi


fokus pada periode waktu yang berbeda, maka keduanya hanya dihubungkan oleh fakta
bahwa proses pengambilan keputusan menggunakan data akuntansi tertentu yang
dimodifikasi selain informasi nonkeuangan.

Data Akuntansi sebagai Stimuli dalam Pengenalan Masalah

Akuntansi dapat berfungsi sebagai stimuli dalam pengenalan masalah melalui


pelaporan deviasi kinerja aktual dari sasaran standar anggaran atau memlalui informasi
kepada manajer bahwa mereka gagal untuk mencapai target output atau laba yang
ditentukan sebelumnya.

Ketika informasi akuntansi digunakan sebagai alat pengenalan masalah, maka


informasi tersebut juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan konsekuensi yang dapat
dikuantifikasi atas tindakan alternatif yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut.

Hipotesis Keperilakuan dari Dampak Data Akuntansi

Informasi akuntansi adalah salah satu input dalam model pengambilan keputusan. Para
pengambil keputusan dapat menyadari bahwa aura otentisitas akuntansi tidak berdasar dan
bahwa akuntansi, paling tidak, adalah proses dengan mana dampak dari kejadian ekonomi
dilaporkan seakurat mungkin, tetapi tanpa kepura-puraan akan kesempurnaan. Para
pengambil keputusan memandang akuntansi sebagai “ukuran yang tidak sempurna” dengan
kemungkinan besar bahwa nilai yang sesungguhnya akan berbeda dengan nilai yang
dilaporkan, karena kesalahn dan inakurasi dalam proses pengukuran dan pelaporan tidak
dapat dihindari.

Informasi akuntansi menjadi tujuan ketika penghargaan atau sanksi dikaitkan dengan
hasilnya. Misalnya, jika seorang manajer berharap untuk dipromosikan jika ia dapat
mengurangi biaya, maka manajer tersebut akan melihat informasi akuntansi sebagai dasar
untuk menentukan apakah ia telah berhasil atau tidak.

Tingkat pengaruh informasi akuntansi juga bervariasi berdasarkan jenis pengambil


keputusan. Burns (1981) mengelompokkan pengambil keputusan ke dalam tiga kelompok :

a) Para pembuat keputusan dalam perusahaan yang mengambil keputusan mengenai


operasi dan sistem akuntansi digunakan untuk menyusun laporan.\
b) Para pengambil keputusan dalam perusahaan yang hanya dapat membuat keputusan
mengenai operasi saja.
c) Mereka yang berada di luar perusahaan yang membuat keputusan mengenai
perusahaan tersebut yang dapat mempengaruhi lingkungan dan operasinya, tetapi
yang tidak memiliki kendali langsung atas operasi perusahaan
d) Para peneliti lain mempelajari pertanyaan-pertanyaan mengenai bagaimana para
pengambil keputusan menyesuaikan terhadap perubahan dalam metode dan
terminologi akuntansi. Mereka menemukan bahwa ada dua faktor yang menentukan
tingkat penyesuaian, yaitu umpan balik dan fiksasi fungsional.
Umpan balik

Untuk memahami perubahan dalam metode akuntansi dan untuk menyesuaikan


aturan pengambilan keputusan sesuai dengan itu, maka pengambil keputusan harus
menerima informasi menerima informasi mengenai perubahan tersebut atau memiliki
umpan balik tidak langsung mengenai perubahan tersebut. Jika seseorang mengabaikan
dampak jangka pendek yang mungkin akibat selang waktu antara perubahan dan
indikasinya, maka kecil kemungkinannya bahwa tidak terdapat umpan balik sama sekali.

Fiksasi Fungsional

Hal ini merupakan fenomena keperilakuan yang mengimplikasikan


ketidakmampuan di pihak pengguna informasi akuntansi untuk memahami apa yang
tersirat di balik label yang diberikan kepada suatu angka. Ketika mereka menerima suatu
pendekatan pengukuran akuntansi sebagai alat untuk mengelola proses pengambilan
keputusan mereka, maka perilaku mereka jarang sekali akan dipengaruhi oleh perubahan
dalam metode akuntansi yang digunakan. Sebagai suatu atribut dari pengambilan
keputusan, fiksasi fungsional bervariasi tingkatnya dari situasi yang satu ke situasi yang
lain, namun tidak pernah tidak ada sama sekali.

Dampak Data Akuntansi dalam Pilihan Keputusan

Bobot yang diberikan kepada informasi akuntansi dalam pilihan akhir sangat
bervariasi. Hal itu bergantung pada samapi sejauh mana hal itu dipandang mengurangi
ketidakpastian yang mengelilingi proses pengambilan keputusan. Data penjualan dan
biaya masa lalu, misalnya, akan digunakan sebagai pendekatan pertama terhadap
permintaan masa depan untuk produk yang di jual pada masa lalu.

Dua elemen lainnya yang mempengaruhi keyakinan yang diberikan pada informasi
akuntansi adalah permintaan dan persaingan. Perusahaan yang menghadapi sedikit
persaingan dan memiliki permintaan yang tidak elastis akan lebih banyak bergantung pada
data biaya yang disediakan oleh sistem akuntansinya ketika membuat keputusan mengenai
pasar yang kompetitif. Telah ditemukan bahwa semakin penting kebutuhan akan suatu
keputusan, maka semakin besar pendekatan yang diberikan pada data akuntansi yang
langsung tersedia.
Informasi akuntansi memainkan peran yang lebih penting dalam keputusan jangka
pendek dibandingkan dalam keputusan yang melibatkan konsekuensi jangka panjang,
karena informasi akuntansi hanya mencerminkan biaya dan pendapatan yang berkaitan
dengan operasi sekarang. Dan kelihatannya para pengambil keputusan lebih memilih
informasi eksternal jika informasi tersebut langsung tersedia dan tidak begitu mahal
dibandingkan dengan data akuntansi yang dikembangkan secara internal.
BAB III

KESIMPULAN

Salah satu masalah yang akan dihadapi dalam suatu organisasi atau sebuah
perusahaan adalah dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil akan sangat
mempengaruhi dari operasional organisasi atau perusahaan tersebut.

Keputusan yang diambil secara asal atau tanpa pertimbangan dari informasi yang
akurat atas masalah yang akan diambil keputusannya akan menjadi bias dalam
pengambilan keputusan. Bias yang terjadi dalam suatu pengambilan keputusan berdampak
resiko yang akan dihadapi. Agar tidak terjadinya bias dalam pengambilan keputusan
seorang manajer atau pimpinan harus mengetahui apa saja factor yang menyebabkan
terjadinya bias dalam pengambilan keputusan. Setelah diketahuinya factor tersebut,
diharapkan kepada manajer atau pimpinan akan dapat menghindari atau meminimalisir
terjadinya bias dalam pengambilan keputusan.

Untuk mencegah terjadinya bias dalam pengambilan keputusan, ada beberapa


cara yang harus diperhatikan; yaitu, sebelum mengambil sebuah keputusan manajer atau
pimpinan harus Analisis situasi, seseuaikan gaya pengambilan keputusan anda dengan
budaya nasional setempat, evaluasi kreteria, dan sistem penghargaan organisasi anda.
Sesuaikan gaya keputusan anda untuk meyakinkan kecocokannya dengan budaya
organisasi, lalu mempeetimbangkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang
diambil keputusan.
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keperilakuan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai