Anda di halaman 1dari 10

RMK SAP 7

ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PARA PENGAMBIL


KEPUTUSAN
Ringkasan Materi Kuliah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan Akuntansi Keperilakuan
Kelas : B2

Pengampu: Ni Putu Sri Harta Mimba, SE.,M.Si.,Ph.D.,Ak,CA,CMA,CIBA,CBV

Oleh :
Kelompok 7

Ida Ayu Made Yuniasih (1707531128)


Christin Maria Monika (1707531130)
Ni Kadek Laksmi Aprillia (1707531153)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
1. Proses Pengambilan Keputusan
1.1 Definisi
Dalam organisasi, pengambilan keputusan biasanya didefinisikan sebagai proses memilih di
antara berbagai alternatif tindakan yang berdampak pada masa depan. Seperti banyak aktivitas sosial
lainnya, proses pengambilan keputusan dapat dijabarkan dalam langkah-langkah yang berurutan.
yaitu:
a. Pengenalan dan pendefinisian atas suatu masalah atau suatu peluang
Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah atau peluang, para pengambil keputusan
memerlukan informasi mengenai lingkungan, keuangan, dan operasi. Sekali suatu masalah atau
peluang telah ditentukan sebagai pokok perhatian, maka masalah tersebut harus didefinisikan
dengan hati-hati.
b. Pencarian atas tindakan alternatif dan kuantifikasi atas konsekuensinya
Dalam tahap ini, sebanyak mungkin alternatif yang praktis diidentifikasikan dan dievaluasi.
Pencarian tersebut sering kali dimulai dengan melihat masalah serupa yang terjadi di masa lalu
dan tindakan yang dipilih pada waktu itu. Jika tindakan yang dipilih berhasil, maka kemungkinan
tindakan tersebut akan diulangi. Jika tidak, pencarian akan alternatif tambahan akan diperluas.
Fitur-fitur yang dapat dikuantifikasikan akan berupa estimasi keuangan atas biaya dan
manfaat yang berkaitan dengan setiap alternatif. Estimasi ini akan disaring dan diperiksa kembali
jika alternatif tersebut dianggap mungkin dan layak memperoleh perhatian lebih lanjut.
Kuantifikasi non-keuangan akan diterjemahkan ke dalam pendapatan dan beban jika mungkin.
Tidak semua fitur dari suatu alternatif dapat dikuantifikasi. Dalam kasus ini, manfaat dan
pengorbanan yang relevan dibuat daftarnya.
c. Pemilihan alternatif yang optimal atau memuaskan
Tahap yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih satu
dari beberapa alternatif. Manajer yang membuat pilihan final mungkin saja menghadapi beberapa
alternatif yang mungkin, masing-masing memiliki kelebihan tertentu dibandingkan dengan yang
lain dalam hal kriteria keputusan yang dipilih. Manajer juga menyadari akan manfaat dan biaya
"politis" dari setiap alternatif.
d. Penerapan dan tindak lanjut
Kesuksesan atau kegagalan dari keputusan akhir bergantung pada efisiensi dari
penerapannya. Penerapan tersebut hanya berhasil jika orang-orang yang menguasai sumber-
sumber daya organisasi (misalnya uang, orang, dan informasi) benar-benar berkomitmen untuk
melaksanakannya. Situasi yang ideal akan terwujud jika sumber kekuatan itu dikuasai oleh
pendukung dari keputusan yang diambil.

1
1.2 Motif Kesadaran
Motif kesadaran ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan
sesuatu yang masih berada dalam tingkat kesadaran seseorang. Terdapat dua faktor penting dari
motif kesadaran dalam konteks pengambilan keputusan, yaitu :

a. Keinginan akan kestabilan atau kepastian.


b. Keinginan akan kompleksitas dan keragaman.

Motif kompleksitas menimbulkan keinginan akan suatu stimulus dan eksplorasi serta
mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk mencari data baru dari ingatan atau
lingkungan, kemudian menyeimbangkannya dan mengaturnya dengan motif. Dua faktor penting
dari proses pengambilan keputusan adalah kompleksitas dan prediksinya.

Dengan menggunakan dimensi-dimensi kompleksitas dan kemampuan untuk membuat prediksi, para ahli
psikologi telah mengembangkan empat jenis model keputusan :

a. Model keputusan yang diprogram secara sederhana.


Model ini ditandai dengan aturan-aturan prediksi yang tidak kompleks, yang ditetapkan oleh
orang lain yang bukan si pengambil keputusan.
b. Model keputusan yang tidak diprogram secara sederhana.
Pada model ini, apa pun akan terlihat baik pada saat itu bagi si pengambil keputusan yang
langsung memilih alternatif tersebut. Informasi bersumber dari prasangka melalui keyakinan-
keyakinan umum.
c. Model keputusan yang diprogram secara kompleks.
Pada model ini melibatkan perencanaan yang begitu rinci. Masalah dan peluang diantisipasi
dengan skala prioritas yang begitu hati-hati. Alternatif-alternatif yang ada dievaluasi berdasarkan
pertimbangan memaksimalkan manfaat jangka panjang.
d. Model keputusan yang tidak diprogram diprogram secara kompleks
Model ini memiliki ciri khas yaitu partisipasi yang terus-menerus dari semua orang yang terlibat
untuk memaksimalkan perolehan informasi dan koordinasi.
1.3 Jenis-jenis dari Model Proses
Motif-motif yang berada di belakang sebuah keputusan bersifat kompleks. Tiga mode utama
dalam pengambilan keputusan berusaha untuk mengidentifikasikan motif dan seorang pengambil
keputusan dalam suatu organisasi. Model-model tersebut adalah modải ekonomi, model sosial,
dan model kepuasan Simon.
a. Model Ekonomi

2
Model tradisional ini mengasumsikan bahwa seluruh kegiatan dan keputusan manusia adalah
rasional sempurna dan bahwa dalam suatu organisasi terdapat konsistensi antara beragam motif
dan tujuan.
b. Model Sosial
Model ini mengasumsikan bahwa manusia pada dasarnya adalah irasional dan keputusan yang
dihasilkan terutama didasarkan pada interaksi sosial.
c. Model Kepuasan Simon
Model ini adalah model yang lebih berguna dan praktis. Model ini didasarkan pada konsep Simon
tentang manusia administratif yang memandang manusia sebagai makhluk yang rasional karena
mereka mempunyai kemampuan untuk berpikir, mengolah informasi. membuat pilihan, dan
belajar.

2. Cara Pengambilan Keputusan dalam Organisasi


Berikut merupakan tinjauan atas suatu bukti penting yang akan memberikan penjelasan yang
lebih akurat tentang bagaimana sebenarnya kebanyakan keputusan dalam organisasi diambil.
2.1 Rasional Terbatas
Salah satu aspek yang menarik dari konsep rasional terbatas adalah membuat urutan
pertimbangan beberapa alternatif. Karena semua alternatif akan dipertimbangkan, maka urutan
dengan mana alternatif-alternatif tersebut dievaluasi tidak akan relevan. Dengan mengasumsikan
bahwa suatu masalah mempunyai lebih dari satu solusi potensial, pilihan yang cukup memuaskan
akan menjadi pilihan pertama yang dapat diterima dengan baik oleh pengambil keputusan.
2.2 Intuisi
Pengambilan keputusan intuitif merupakan suatu proses tidak sadar yang diciptakan dari
pengalam tersaring. Intuisi ini tidak harus berjalan secara independen dari analisis rasional. Lebih
tepatnya, keduanya saling melengkapi.
Pengambilan keputusan intuitif kemungkinan diambil dalam kondisi:
a. Bila ada ketidakpastian dalam tingkat yang tinggi
b. Bila hanya sedikit preseden untuk diikut
c. Bila variabel-variabel dapat diramalkan secara ilmiah
d. Bila fakta terbatas,
e. Bila fakta tidak dengan jelas menunjukkan jalan untuk diikuti
f. Bila data analitis kurang berguna
g. Bila terdapat beberapa penyelesaian alternatif yang masuk akal untuk dipilih, dengan
argumen yang baik untuk masing-masing alternatif

3
h. Bila waktu terbatas dan ada tekanan untuk segera mengambil keputusan yang tepat.
2.3 Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang tampak cenderung memiliki kemungkinan terpilih yang lebih tinggi
dibandingkan dengan masalah-masalah yang penting. Pernyataan ini didasarkan setidaknya pada dua
alasan. Pertama, mudah untuk mengenali masalah-masalah y tampak (visible). Kedua, perlu diingat
bahwa semua orang menaruh perhatian yang benar terhadap pengambilan keputusan dalam
organisasi.
2.4 Membuat Pilihan
Untuk menghindari informasi yang terlalu padat, para pengambil keputusan mengandalkan
heuristik atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan. Terdapat dua kategori umum
heuristik, yaitu ketersediaan dan keterwakilan.
2.5 Perbedaan Individual: Gaya Pengambilan Keputusan
Orang yang menggunakan gaya direktif memiliki toleransi yang rendah atas ambiguitas dan
mencari rasionalitas, Mereka bekerja dengan efisien dan logis, tetapi efisiensi mereka
memperhatikan hasil dalam keputusan yang diambil dengan informasi minimal dan dengan beberapa
alternatif. Tipe direktif mengambil keputusan secara cepat dan berorientasi pada jangka pendek.
Tipe analitis memiliki toleransi yang jauh lebih besar terhadap ambiguitas dibandingkan dengan
pengambil keputusan yang direktif. Hal ini disebabkan tipe analitis vemiliki keinginan untuk
mendapatkan lebih banyak informasi dan mempertimbangkan lehih banyak alternatif dibandingkan
dengan alternatif yang dianggap lebih benar bagi tipe direktif.
Para individu dengan gaya konseptual cenderung menjadi sangat luas dalam pandangan mereka
dan mempertimbangkan banyak alternatif. Orientasi mereka adalah jangka panjang dan mereka
sangat baik dalam menemukan solusi yang kreatif bagi masalah.
Kategori terakhir adalah gaya perilaku yang dicirikan oleh pengambil keputusan yang dapat
bekerja baik dengan pihak lain. Mereka memperhatikan kinerja rekan kerja dan bawahan serta
reseptif terhadap usulan-usulan dari orang lain, dan sangat mengandalkan pertemuan untuk
berkomunikasi. Gaya manajer ini mencoba untuk menghindari konflik dan mengupayakan
penerimaan.
Walaupun keempat kategori ini terlihat jelas dan dapat dibedakan, kebanyakan manajer memiliki
lebih dari satu karakteristik. Mungkin yang paling baik adalah memikirkan gaya vang dominan pada
seorang manajer tertentu dan gaya penunjangnya. Beberapa manajer hampir secara eksklusif
mengandalkan gaya dominan mereka, tetapi manajer yang lebih luwes dapat menyesuaikan diri
mereka pada situasi.
2.6 Keterbatasan Organisasi

4
Organisasi itu sendiri merupakan penghambat bagi para pengambil keputusan. Para manajer,
misalnya, membentuk keputusan-keputusannya untuk mencerminkan sistem penilaian kinerja dan
pemberian imbalan, untuk mematuhi peraturan-peraturan formal, dan untuk memenuhi batas waktu
yang ditetapkan organisasi. Keputusan-keputusan yang lalu juga merupakan preseden yang memaksa
diambilnya keputusan saat ini.

3. Asumsi Keperilakuan dalam Pengambilan Keputusan Organisasi


Perusahaan Sebagai Unit Pengambilan Keputusan
Perusahaan dapat dianggap sebagai unit pengambilan keputusan yang serupa dalam banyak hal dengan
seorang individu. Cybert dan March menggambarkan empat konsep dasar relasional sebagai inti dari
pengambilan keputusan bisnis, yaitu :
a. Resolusi semu dari konflik.
b. Penghindaran ketidakpastian.
c. Pencarian masalah
d. Pembelajaran organisasional.
Manusia-Para Pengambil Keputusan Organisasi
Penting untuk diingat bahwa manusia, dan bukanya organisasi, yang mengenali, mendefenisikan
masalah atau peluang, dan yang mencari tindakan alternatif. Manusialah yang memilih kriteria
pengambilan keputusan , memilih alternatif yang optimal dan menerapkannya.
Kekuatan dan Kelemahan Individu sebagai Kengambilan Keputusan
Batasan pengambilan keputusan secara rasional dari individu bervariasi menurut:
a. Lingkup pengetahuan yang tersedia sehubungan dengan semua alternatif yang mungkin dan
konsekuensinya.
b. Gaya kognitif mereka dengan asumsi bahwa tidak ada satu gaya kognitif yang unggul karena
dalam situasi masalah tertentu, lebih dari satu pendekatan dapat mengarah pada hasil yang
diinginkan.
c. Struktur nilai mereka yang berubah.
d. Kecenderungan mereka untuk "memuaskan" daripada untuk melakukan optimalisasi.

Peran Kelompok sebagai Pembuat Keputusan dan Pemecahan Masalah

Fenomena Pemikiran Kelompok

Pemikiran kelompok (group think) menggambarakan situasi dimana tekanan untuk mematuhi
mencegah anggota-anggota kelompok individual untuk mempresantasikan ide atau pandangan

5
yang tidak populer. Pemikiran kelompok adalah kemunduran dalam efisiensi mental, pengujian
realitas, dan pertimbangan moral seseorang sebagai akibat dari tekanan kelompok. Gejala-gejala
dari fenomena ini sebagai berikut:

a. Anggota kelompok perlawanan merasionalisasi setiap resistensi terhadap asumsi yang telah
mereka buat.
b. Para anggota menerapkan tekanan langsung pada mereka yang untuk sekejap menyatakan
keraguan terhadap pandangan bersama kelompok tersebut atau yang mempertanyakan validitas
argumen yang mendukung alternatif dipilih oleh mayoritas.
c. Para anggota yang memiliki keraguan atau pandangan yang berbeda berusaha untuk menghindari
penyimpang terhadap apa yang tampaknya menjadi konsensus kelompok dengan cara diam
terhadap kekhawatiran tersebut dan bahkan meminimalkan pentingnya keraguan mereka.
d. Tampaknya terdapat suatu ilusi mengenai kebulatan suara.

Fenomena Pergeseran yang Berisiko (Dampak Diskusi Kelompok)

Pergeseran yang berisiko atau dampak diskusi kelompok, merupakan produk sampingan
dari intraksi manusia, ini dicirikan oleh kelompok yang lebih memilih alternatif yang lebih
agresif dan berisiko dibandingkan dengan apa yang mungkin dilakukan oleh individu-individu
jika mereka bertindak sendiri.

Kesatuan Kelompok

Kesatuan Kelompok didefenisikan sebagai tingkat dimana anggota-anggota kelompok tertarik


satu sama lain dan memiliki tujuan kelompok yang sama. Kelompok dengan tingkat kesatuan
yang kuat pada umumnya lebih efektif dalam situasi pengambilan keputusan dibandingkan
dengan kelompok dimana terdapat banyak konflik internal dan kurangnya semangat kerja sama
diantara para anggotanya. Tingkat kesatuan kelompok dipengaruhi oleh jumlah waktu yang
dihabiskan bersama oleh para anggota kelompok, tingkat kesulitan dari penerimaan anggota baru
ke dalam kelompok, ukuran kelompok, ancaman eksternal yang mungkin, dan sejarah
keberhasilan dan kegagalan kelompok masa lalu. Faktor lainnya yang juga mempengaruhi
kesatuan kelompok secara menguntungkan adalah riwayat dari kelompok itu.

4. Pengambilan Keputusan oleh Pendatang Baru versus oleh Pakar


Bouwman (1984) mengungkapkan sejumlah perbedaan yang menarik dalam strategi dan
pendekatan yang digunakan serta data spesifik yang dipilih oleh para pakar dan pendatang baru
ketika mengambil keputusan berdasarkan informasi akuntansi atau informasi keuangan lainnya.

6
Pendatang baru mengumpulkan data tanpa melakukan deskriminasi dan menunggu untuk melihat
apa yang terjadi. Sebaliknya, para pakar mengumpulkan data secara diskriminatif guna
menindaklanjuti observasi tertentu, mereka secara teratur meringkas data tersebut dan
memformulasikan hipotesis. Untuk menggambarkan perbedaan dalam penggunaan data, peneliti
membagi tugas analisi keuangan tersebut ke dalam tiga komponen, yaitu :

a. Pengujian Informasi.
b. Integrasi pengamatan dan temuan.
c. Pertimbangan.
5. Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif dalam Pengambilan Keputusan
Karena manusia membuat keputusan, banyak riset telah diarahkan pada bagaimana perbedaan
psikologis memengaruhi keputusan.
Perbedaan psikologis individu dapat dibagi menjadi dua kategori: kepribadian dan gaya
kognitif. Kepribadian mengacu pada sikap atau keyakinan individu, sementara gaya kognitif
mengacu pada cara atau metode seseorang menerima, menyimpan, memproses, serta meneruskan
informasi. Individu-individu dengan jenis kepribadian yang sama dapat memiliki gaya kognitif
yang berbeda dan menggunakan metode yang sama sekali berbeda ketika menerima, menyimpan,
dan memproses informasi. Melalui hal yang sama, individu-individu dengan sikap dan keyakinan
yang sangat berbeda dapat menunjukkan gaya kognitif yang sama. Dalam suatu situasi
pengambilan keputusan, kepribadian dan gaya kognitif saling berinteraksi dan memengaruhi
(menambah atau mengurangi) dampak dari informasi akuntansi.
Toleransi terhadap ambiguitas mengukur tingkat sampai mana individu merasa terancam oleh
ambiguitas dalam situasi pengambilan keputusan dan bagaimana ambiguitas memengaruhi
keyakinan mereka dalam keputusan-keputusan tersebut. Beberapa penulis merasa bahwa orang
yang tidak toleran terhadap ambiguitas diperkirakan akan kurang yakin dengan keputusan
mereka. Mereka akan mencari lebih banyak informasi dalam situasi yang ambigu dibandingkan
dengan rekan kerja mereka yang toleran. Penulis yang lain menyarankan bahwa intoleransi dapat
mengurangi persepsi mereka mengenai ketidakpastian, sehingga menyebabkan mereka
mengabaikan ketidakpastian. Oleh karena itu, mereka dapat menunjukkan keyakinan yang lebih
besar dan mencari lebih sedikit tnformasi dibandingkan dengan individu yang toleran.
Kebebasan wilayah adalah kemampuan seorang individu untuk sampai pada persepsi vang
benar dengan mengabaikan konteks-konteks yang mengintervensi. Ketergantungan wilayah
adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengesampingkan informasi yang tidak relevan dan
menyesatkan ketika berusaha unituk membentuk suatu pendapat. Individu-individu yang
mengalami ketergantungan wilayah bersikap lebih menerima dibandingkan dengan individu-

7
individu yang mengalami kebebasan wilayah terhadap informasi dan situasi masalah yang
ambigu. Akan tetapi, ketika mereka telah mencapai suatu keputusan. mereka akan lebih yakin
dalam penilaian mereka dibandingkan dengan rekannya yang mengalami kebebasan wilayah.
Kesimpulan yang diperoleh sejauh ini menyarankan bahwa "ketergantungan wilayah dapat
dengan sendirinya menjadi dimensi yang berguna dalam memprediksikan perilaku" dalam situasi
penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan dan dapat memungkinkan seseorang untuk
"menyentuh dimensi tertentu dari perbedaan kognitif individual yang sensitif terhadap informasi
akuntansi."
Dalam kaitannya dengan dampak interaksi dari toleransi terhadap ambiguitas dan
ketergantungan wilayah ditemukan bahwa individu-individu yang mengalami ketergantungan
wilayah lebih yakin dalam pilihan keputusan mereka dibandingkan dengan individu yang
mengalami kebebasan wilayah, tanpa memedulikan tingkat toleransi mereka terhadap ambiguitas.
Akan tetapi, perbedaannya lebih terlihat bagi individu dengan toleransi rendah dibandingkan
dengan mereka yang memiliki toleransi tinggi.

6. Peran Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan


Secara defenisi, keputusan manajemen mempengeruhi kejadian atau tindakan masa
depan. Informasi akuntansi memfokuskan pada peristiwa-peristiwa dimasa lalu tidak
dengan sendirinya dapat mengubah kejadian atau dampaknya kecuali jika hal itu
dilakukan melalui proses pengambilan keputusan dengan kejadian masa depan beserta
konsekuensinya ditentukan. Karena pengambilan keputusan dan informasi mengenai
hasil kinerja akuntansi fokus pada periode waktu yang berbeda, maka keduanya hanya
dihubungkan oleh fakta bahwa proses pengambilan keputusan menggunakan data
akuntansi tertentu yang dimodifikasi selain informasi nonkeuangan.

6.1 Data Akuntansi sebagai Stimuli dalam Pengenalan Masalah

Akuntansi dapat berfungsi sebagai stimuli dalam pengenalan masalah melalui


pelaporan deviasi kinerja aktual dari sasaran standar anggaran atau memlalui informasi
kepada manajer bahwa mereka gagal untuk mencapai target output atau laba yang
ditentukan sebelumnya.

6.2 Dampak Data Akuntansi dalam Pilihan Keputusan

8
Bobot yang diberikan kepada informasi akuntansi dalam pilihan akhir sangat
bervariasi. Hal itu bergantung pada samapi sejauh mana hal itu dipandang mengurangi
ketidakpastian yang mengelilingi proses pengambilan keputusan. Data penjualan dan
biaya masa lalu, misalnya, akan digunakan sebagai pendekatan pertama terhadap
permintaan masa depan untuk produk yang di jual pada masa lalu.Dua elemen lainnya
yang mempengaruhi keyakinan yang diberikan pada informasi akuntansi adalah
permintaan dan persaingan.

6.3 Hipotesis Keperilakuan dari Dampak Data Akuntansi


Umpan balik

Untuk memahami perubahan dalam metode akuntansi dan untuk menyesuaikan


aturan pengambilan keputusan sesuai dengan itu, maka pengambil keputusan harus
menerima informasi menerima  informasi mengenai perubahan tersebut atau memiliki
umpan balik tidak langsung mengenai perubahan tersebut. Jika seseorang mengabaikan
dampak jangka pendek yang mungkin akibat selang waktu antara perubahan dan
indikasinya, maka kecil kemungkinannya bahwa tidak terdapat umpan balik sama sekali.

Fiksasi Fungsional

Hal ini merupakan fenomena keperilakuan yang mengimplikasikan


ketidakmampuan di pihak pengguna informasi akuntansi untuk memahami apa yang
tersirat di balik label yang diberikan kepada suatu angka. Ketika mereka menerima suatu
pendekatan pengukuran akuntansi sebagai alat untuk mengelola proses pengambilan
keputusan mereka, maka perilaku mereka jarang sekali akan dipengaruhi oleh perubahan
dalam metode akuntansi yang digunakan. Sebagai suatu atribut dari pengambilan
keputusan, fiksasi fungsional bervariasi tingkatnya dari situasi yang satu ke situasi yang
lain, namun tidak pernah tidak ada sama sekali.

Anda mungkin juga menyukai