Anda di halaman 1dari 4

1.

Proses Pembuatan Keputusan


Pengambilan keputusan merupakan proses yang selalu ada dalam kehidupan
bermasyarakat. Hamper setiap saat selalu ada keputusan yang dibuat, baik itu dijalan, di
rumah, atau dimana saja dalam masyarakat. Keputusan dapat dibuat oleh individu,
kelompok, organisasi, hingga pemerintah. Adapun keputusan itu dibuat dalam rangka untuk
mencapai suatu tujuan. Orasanu dan Connolly (1993) mendefinisikan pengambilan
keputusan sebagai rangkaian operasi kognitif yang dilakukan secara sadar dan mencakup
unsur-unsur lingkungan pada waktu dan tempat tertentu. Dalam suatu organisasi, proses
pengambilan keputusan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pengenalan dan Pendefinisian atas Suatu Masalah atau Peluang
Dalam langkah pertama, organisasi melakukan pengenalan masalah terkait lingkungan
untuk melihat peluang produk atau pasar baru, dan informasi keuangan serta operasi
untuk meningkatkan informasi manajemen terhadap masalah yang memerlukan tindakan
penanganan segera. Bila masalah telah berhasil diidentifikasi, maka dapat ditelaah secara
hati-hati oleh orang anggota yang memiliki latar belakang Pendidikan dan keahlian yang
baik.
b. Pencarian Tindakan Alternatif dan Kuantifikasi atas Konsekuensinya
Ketika suatu masalah berhasil diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah mencari tindakan
alternative yang praktis sebanyak mungkin. Pencarian dapat dimulai dengan melihat
persamaan masalah yang telah terjadi di masa lalu dan tindakan apa yang dilakukan
dalam penanganannya. Jika tindakan dahulu berhasil mengatasi masalah tersebut, maka
kemungkinan tindakan itu akan dilakukan kembali. Namun jika tidak, pencarian alternatif
akan diperluas.
c. Pemilihan Alternatif yang Optimal atau Memuaskan
Langkah selanjutnya menjadi tahapan yang paling penting dan krusial, mengingat
keputusan akhir ini cenderung didasarkan pada pertimbangan politik dan rasional.
Manajer perlu membuat pilihan final yang sekiranya menjadi terbaik dan memberikan
kelebihan yang lebih optimal dibanding alternatif yang tak terpilih.
d. Penerapan dan Tindak Lanjut
Penerapan alternatif yang dipilih akan berhasil jika penerapannya dilakukan oleh
organisasi secara optimal dan komitmen yang kuat. Situaasi yang ideal akan terwujud
bila sumber kekuatan dikuasai oleh pendukung dari keputusan yang diambil. Untuk
menjamin efisiensi dalam penerapannya, maka umpan balik secara periodik dan koreksi
segera segala kesalahan yang terjadi dalam penerapannya.

Motif Kesadaran

Motif kesadaran menjadi sangat penting dalam pengambilan keputusan karena


merupakan sumber dari proses berfikir. Terdapat dua faktor penting dari motif kesadaran
yaitu (1) keinginan terhadap kestabilan atau kepastian dan (2) keinginan terhadap
kompleksitas dan keragaman. Adapun tiga model utama pengambilan keputusan yang
berusaha menentukan motif seorang pengambil keputusan dalam organisasi, antara lain:
a. Model Ekonomi, yang mengasumsikan bahwa seluruh kegiatan dan keputusan manusia
adalah rasional sempurna serta dahwa dalam suatu organisasi ada konsistensi di antara
beragam motif dan tujan. Model ini selalu berusaha memaksimalkan hasil keputusan dan
akan diarahkan ke titik p maksimum, yang mana biaya marjinal sama dengan pendapatan
marjinal (MC = MR).
b. Model Sosial, yang mengasumsikan bahwa manusia pada kenyataannya adalah irasional
dan keputusan yang dihasilkan didasarkan pada interaksi sosial. Psikologi berdampak
pada signifikan perilaku pengambilan keputusan. Tekanan dan pengaruh social mungkin
menyebabkan manajer membuat keputusan yang tidak rasional.
c. Model Simon, yang mengasumsikan bahwa manusia sebagai makhluk rasional karena
memiliki kemampuan untuk berfikir, mengolah informasi, membuat pilihan, dan belajar.
Akan tetapi kemampuan tersebut terbatas pada rasionalitas mereka. Orang cenderung
menganggap masalah telah selesai saat solusi yang layak dan dapat diterima telah
ditemukan. Dalam hal ini, sikap manusia dalam pengambilan keputusan hanya berusaha
memuaskan dan bukan untuk melakukan optimalisasi.

2. Pembuatan Keputusan Organisasi


Keputusan rasional memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dan dapat membuat
akuntabilitas dalam perusahaan maupun organisasi. Berdasarkan hal tersebut, para
pemimpin berupaya mengambil keputusan dengan metode rasional dengan analisis SWOT,
Cause and Effect Analysis, Value Chain Analysis, dan yang lainnya. Walau demikian,
metode pengambilan keputusan yang rasional tidak selalu mengubah situasi menjadi lebih
baik atau memberikan keuntungan yang diharapkan. Ini bergantung pada bagaimana proses
dan implementasi perusahaan dalam pengambilan keputusan rasionalnya.
a. Rasional Terbatas
Rasional terbatas berarti orang-orang memiliki keterbatasan dalam pemikirin rasional.
Aspek yang menarik pada konsep rasional terbatas adalah bahwa urutan mana alternatif
tersebut akan dipilih. Pengurutan alternative sangat penting dalam menentukan alternatif
yang dipilih. Jika pengambilan keputusan sedang melakukan optimasi, maka semua
alternatif dicantumkan dalam hierarki utama preferensi.
b. Intuisi
Intiusi merupakan suatu pengetahuan, sebagai pendekatan untuk merespons suatu
fenomena dan sebagai suatu proses berfikir. Intiusi dikembangkan dari pengetahuan
yang telah lama diperoleh dan diakumulasikan di dalam memori. Robbins dan judge
(2009) menyatakan bahwa pengambilan keputusan dengan intuisi dapat dilakukan dalam
kondisi tidak ada kepastian dalam tingkat yang tinggi, keterbatasan atau
ketidaklengkapan variable, tidak dapat diprediksinya variable secara ilmiah, keterbatasan
fakta, fakta tak sepenuhnya terkait dengan masalah, keterbatasan data untuk analisis,
terdapat alternative solusi yang argumentatif, dan adanya keterbatasan waktu.
c. Identifikasi masalah
Masalah-masalah yang tampak cenderung memiliki kemungkinan terpilih yang lebih
tinggi dengan masalah - masalah yang penting. Hal ini didasarkan karena mudah untuk
mengenal masalah - masalah yang tampak (visible) dan semua orang menaruh perhatian
yang besar terhadap pengambilan keputusan di organisasi.
d. Pembuatan Pilihan
untuk menghindari informasi yang terlalu padat, para pengambil keputusan
mengandalkan heuristis atau jalan pintas lain dalam pengambilan keputusan.
Kekurangan dari model ini adalah dapat menimbulkan kesalahan keputusan. Terdapat
dua kategori umum heuristis yatu ketersediaan dan keterwakilan. Adapun jenis-jenis
heuristis yaitu (1) availability heuristic yang terjadi ketika manajer menggunakan
informasi yang telah tersedia sebagai dasar penilaian atas peristiwa yang terjadi, (2)
representativeness heuristic yang terjadi ketika manajer menilai kemiripan sesuatu yang
berhubungan dengan peristiwa yang sama, dan (3) anchoring and adjustment heuristic
yang terjadi ketika manajer membuat keputusan atas dasar penyesuaian nilai yang telah
ada sebelumnya.
e. Perbedaan Individual: Gaya Pengambilan Keputusan
Model ini dirancang agar dapat digunakan oleh manajer, tetapi kerangka kerja umumnya
dapat digunakan pada setiap pengambilan keputusan. Pondasi yang menjadi modal
adalah pengakuan bahwa orang-orang itu berbeda pada dua dimensi. Pertama, cara
berfikir antar orang yang berbeda dan kedua, toleransi pribadi terhadap ambiguitas.
f. Keterbatasan Organisasi
Organisasi justru merupakan penghambat bagi para pengambil keputusan. Begitu juga
dengan keputusan di masa lalu yang merupakan preseden yang memaksa atas
diambilnya keputusan pada saat ini.

3. Ahli dalam Pembuatan Keputusan


Proses pengambilan keputusan lebih lanjut dipengaruhi oleh tingkat pengalaman
sebelumnya dari individu yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Bouwman (1984)
mengungkapkan sejumlah perbedaan yang menarik dalam strategi dan pendekatan yang
digunakan serta data spesifik yang dipilih oleh pakar dan pendatang baru ketika mengambil
keputusan yang berdasarkan informasi akuntansi atau informasi lainnya. Pendatang baru
mengumpulkan data tanpa melakukan diskriminasi dan menunggu untuk melihat yang
terjadi. Sedangkan, para pakar mengumpulkan data secara diskriminatif untuk
menindaklanjuti observasi. Untuk menggambarkan perbedaan dalam penggunaan data
dibagi kedalam tiga komponen yaitu pengujian informasi, integrasi pengamatan dan temuan,
serta pertimbangan.

4. Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif


Toleransi terhadap ambiguitas mengukur sampai pada tingkat mana individu merasa
terancam oleh ambiguitas dalam situasi pengambilan keputusan dan bagaimana ambiguitas
memengaruhi kepercayaan dalam keputusan tersebut. Beberapa penulis merasa bahwa orang
yang tak toleran terhadap ambiguitas akan kurang yakin dengan keputusannya, namun ada
juga yang merasa bahwa intoleransi dapat mengurangi persepsi mereka terhadap
ketidakpastian dalam pengambilan keputusan.
Perbedaan psikologis individu dapat dibagi menjadi dua, yaitu kepribadian mengacu
pada cara atau metode seseorang dalam menerima, menyimpan, memproses, serta
meneruskan informasi. Individu-individu dengan jenis kepribadian yang sama dapat
memiliki gaya kognitif yang berbeda dan menggunakan metode yang sama sekali berbeda
ketika menerima, menyimpan, dan memproses informasi. Dalam suatu situasi pengambilan
keputusan, kepribadian dan gaya kognitif saling berinteraksi dan mempengaruhi (menambah
atau mengurangi) dampak dari informasi akuntansi.
Peran Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan
Informasi akuntansi yang berfokus pada peristiwa masa lalu tidak sendirinya dapat
mengubah kejadian atau dampaknya, kecuali jika dilakukan melalui proses pengambilan
keputusan yang mana kejadian di masa depan beserta konsekuensinya ditentukan. Oleh
karena itu, maka informasi akuntansi hanya akan dikaitkan dengan sejumlah fakta bahwa
proses pengambilan keputusan menggunakan data akuntansi tertentu yang dimodifikasi
selain informasi nonkeuangan. Menurut Hopwood, informasi akuntansi dapat menyediakan
beberapa stimulus yang mana masalah dan peluang dikenali serta didefinisikan, tindakan
alternatif di isolasi, dan konsekuensinya dijelaskan serta memainkan peranan dalam analisis
serta penilaian alternatif.

Anda mungkin juga menyukai