Anda di halaman 1dari 11

2.

1 Proses Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai proses memikirkan, mengelola, dan
memecahkan masalah. Dalam organisasi, pengambilan keputusan merupakan proses memilih
diantara berbagai alternative tindakan yang akan berdampak di masa depan. Berikut ini langkah-
langkah dalam pengambilan keputusan yaitu :
1. Pengenalan dan pendefinisian atas suatu masalah atau suatu peluang.
Langkah ini merupakan respon terhadap suatu masalah, ancaman, atau peluang. Untuk
mengenali dan mendefinisikan masalah atau peluang, para pengambil keputusan memerlukan
informasi mengenai lingkungan, keuangan, dan operasi.
2. Pencarian tindakan alternatif dan kuantifikasi atas konsekuensinya.
Ketika definisi dari masalah atau peluang selesai, pencarian tindakan alternatif dan
kuantifikasi atas konsekuensi dimulai. Pada langkah ini, alternatif praktis sebanyak mungkin
diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian sering dimulai dengan melihat masalah serupa yang
terjadi di masa lalu dan tindakan yang dipilih pada saat itu. Jika tindakan yang dipilih bekerja
dengan baik, mungkin tindakan tersebut akan diulangi. Jika tidak, pencarian alternatif
tambahan akan diperluas.
3. Pemilihan alternatif yang optimal atau memuaskan.
Tahap yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih salah satu
dari beberapa alternatif. Meskipun langkah ini tampak rasional, pilihan terakhir sering
didasarkan pada pertimbangan politik dan psikologis daripada fakta ekonomi.
4. Penerapan dan tindak lanjut.
Kesuksesan atau kegagalan dari keputusan akhir bergantung pada efisiensi penerapannya.
Pelaksanaan hanya akan berhasil jika individu-individu yang memiliki kontrol atas sumber
daya organisasi yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan (misalnya, uang, orang, dan
informasi) benar-benar berkomitmen untuk melaksanakannya.

2.1.1 Motif Kesadaran


Motif kesadaran ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan
sesuatu yang masih berada dalam tingkat kesadaran seseorang. Terdapat dua faktor penting dari
motif kesadaran dalam konteks pengambilan keputusan, yaitu :
1. Keinginan akan kestabilan atau kepastian.
Keinginan akan kestabilan menegaskan adanya kemampuan untuk memprediksi. Ini menjadi
pendorong bagi keinginan kita untuk membuat bagian- bagian dari konsep yang cocok satu
sama lain secara konsisten. Motif ini mengaktifkan baik pikiran sadar dan bawah sadar untuk
menghindari suatu ketidakseimbangan, ambigu, atau ketidakpastian informasi.
2. Keinginanan akan kompleksitas dan keragaman.
Motif kompleksitas menimbulkan keinginan akan suatu stimulus dan eksplorasi serta
mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk mencari data baru dari ingatan atau
lingkungan, kemudian menyeimbangkannya dan mengaturnya dengan motif.

Dengan menggunakan dimensi-dimensi kompleksitas dan kemampuan untuk membuat


prediksi, para ahli psikologi telah mengembangkan empat jenis model keputusan :
1. Model keputusan yang direncanakan secara sederhana.
Model ini ditandai dengan aturan-aturan prediksi yang tidak kompleks, yang ditetapkan oleh
orang lain yang bukan si pengambil keputusan. Alternatif yang memuaskan, ketika pertama
kali ditemukan, biasanya langsung dipilih. Alternatif-alternatif tersebut dinilai berdasarkan
kriteria-kriteria yang sederhana dengan risiko yang minimum, yang penerapannya dilakukan
secara individu.
2. Model keputusan yang tidak direncanakan secara sederhana.
Pada model ini, apa pun akan terlihat baik pada saat itu bagi si pengambil keputusan yang
langsung memilih alternatif tersebut. Informasi bersumber dari prasangka melalui keyakinan-
keyakinan umum. Dalam organisasi, informasi juga dapat berasal dari sistem informasi
manajemen dengan akuntansi yang menjadi komponen utama. Alternatif pertama yang
dipilih harus mampu menyesuaikan diri dengan tujuan laba jangka pendek yang diinginkan
dengan mengabaikan risiko yang ada.
3. Model keputusan yang direncanakan secara kompleks.
Pada model ini melibatkan perencanaan yang begitu rinci. Masalah dan peluang diantisipasi
dengan skala prioritas yang begitu hati-hati. Alternatif-alternatif yang ada dievaluasi
berdasarkan pertimbangan memaksimalkan manfaat jangka panjang.
4. Model keputusan yang tidak direncanakan secara kompleks
Model ini memiliki ciri khas yaitu partisipasi yang terus-menerus dari semua orang yang
terlibat untuk memaksimalkan perolehan informasi dan upaya koordinasi.
2.1.2 Jenis-jenis dari Model Proses
Tiga model utama dalam pengambilan keputusan dari seorang pengambil keputusan dalam
suatu organisasi, model-model tersebut adalah:
1. Model Ekonomi
Model tradisional mengasumsikan bahwa semua tindakan manusia dan keputusan adalah
rasional sempurna dan bahwa dalam sebuah organisasi, ada konsistensi antara berbagai motif
dan tujuan. Diasumsikan bahwa semua alternatif yang dikeetahui dan bahwa probabilitas
yang terkait dengan alternatif dapat dihitung dengan pasti. Keputusan tidak tergantung pada
preferensi pribadi, tetapi lebih merupakan didikte oleh tujuan organisasi yang konsisten.
2. Model Sosial
Model ini merupakan kebalikan ekstrem dari model ekonomi. Model ini mengasumsikan
bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional dan bahwa keputusan berdasarkan interaksi
sosial. Tekanan dan ekspektasi adalah kekuatan motivasi utama.
3. Model Simon
Model ini lebih berguna dan model yang lebih praktis. Hal ini didasarkan pada konsep Simon
tentang manusia administratif, di mana manusia dipandang sebagai mahkluk rasional karena
mereka memiliki kemampuan untuk berpikir, memproses informasi, membuat pilihan, dan
belajar.

2.2 Cara Pengambil Keputusan dalam Organisasi


1. Rasional Terbatas
Rasional terbatas bahwa orang-orang memiliki keterbatasan dalam pemikiran rasional.
Pengurutan alternative sangat penting dalam menentukan alternative yang dipilih. Jika
pengambil keputusan sedang melakukan optimasi, maka semua alternative dicantumkan
dalam hierarki urutan preferensi.
2. Intuisi
Para pakar tidak mengasumsikan bahwa pengambilan keputusan intuitif merupakan sesuatu
yang tidak rasional atau tidak efektif. Pengambila keputusan intuitif kemungkinan dapat
diambil dalam kondisi
a. Bila ada ketidakpastian dalam tingkat yang tinggi
b. Bila hanya sedikit bukti untuk diikuti
c. Bila variabel-variabel dapat diramalkan secara ilmiah
d. Bila fakta terbatas
e. Bila tidak sepenuhya fakta terkait dengan permasalahan
f. Bila terdapat keteratasan data untuk analisis
g. Bila terdapat beberapa penyelesaian alternative yang masuk akal untuk dipilih, dengan
argumen yang baik untuk masing-masing alternative
h. Bila waktu terbatas.
3. Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang tampak cenderung memiliki kemungkinan terpilih yang lebih tinggi
dengan masalah-masalah yang penting. Hal ini didasarkan pada dua alasan yaitu, karena
mudah untuk mengenali maslah-masalah yang tampak(visible) dan semua orang menaruh
perhatian yang besar terhadap pengambilan keputusan di organisasi.
4. Membuat Pilihan
Para pengambil keputusan mengandalkan heuristis atau jalan pintas penilaian dalam
pengambilan keputusan. Terdapat 2 kategori dari heuristis yaitu ketersediaan dan
keterwakilan.
5. Perbedaan Individual : Gaya Pengambilan Keputusan
Riset tentang ini telah mengidentifikasi 4 pendekatan individual yang berbeda terhadap
pengambilan keputusan. Model ini dirancang untuk digunakan para manager dan
mengaspirasi para manager.
6. Keterbatasan Organisasi
Organisasi itu sendiri merupakan penghambat bagi para pengambil keputusan. Contohnya,
para manager membentuk keputusan untuk mencerminkan sistem penilaian kinerja dan
pemberian imbalan dengan mematuhi peraturan formal, dan memenuhi batas waktu yang
ditetapkan organisasi.

2.3 Teknik Pengambilan Keputusan


1. Teknik Partisipatif
Kebanyakan teknik berorientasi pada perilaku, setidaknya secara tradisional masuk dalam
kategori partisipatif. Sebagai teknik pengambilan keputusan, partisipatif mencakup individu
atau kelompok dalam proses yang dapat dilakukan secara formal maupun informal, dan
memerlukan keterlibatan intelektual, emosional, dan fisik. Dalam praktiknya, tingkat
partisipasi ditentukan oleh faktor pengalaman individu atau kelompok dan sifat tugas. Dari
sudut pandang perilaku, keuntungan pengambilan keputusan partisipatif lebih banyak
dibandingkan kerugiannya. Keuntungan terbsarnya adalah setiap orang dapat memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian sasaran organisasi.
2. Teknik Keputusan Kelompok
Terdapat 4 skema umum, antara lain :
a. Skema kemenangan mayoritas, digunakan kelompok untuk memandu pengambilan
keputusan yang didukung oleh mayoritas saat tidak ada keputusan yang benar dan
objektif.
b. Skema kemenangan sebenarnya, saat semakin banyak informasi diberikan dan pendapat
dibahas dalam skema ini, kelompok menyadari bahwa ada satu pendekatan yang benar
dan objektif.
c. Skema mayoritas dua per tiga, biasanya sering digunakan juri yang cenderung
menghukum terdakwa saat dua per tiga juri menyetujui.
d. Aturan perubahan utama, dalam skema ini kelompok cenderung menggunakan keputusan
yang mencerminkan perubahan pertama dalam pendapat yang dtunjukkan anggota
kelompok.
3. Teknik Delphi
Teknik ini biasanya digunakan sebagai teknik pengambilan keputusan kelompok untuk
prediksi jangka panjang. Teknik ini mampu meramal masa depan dengan baik. Teknik ini
memiliki beberapa variasi, tetapi umumnya berknerja sebagai berikut :
a. Sebuah kelompok dibentuk, tetapi anggota tidak berinteraksi langsung satu sama lain.
Dengan demikian, biaya pengeluaran untuk mempertemukan kelompok dapat dikurangi.
b. Setiap anggotadiminta membuat prediksi atau input tanpa mencantumkan nama untuk
setiap keputusan kelompok.
c. Setiap anggota kemudian menerima umpan balik gabungan dari orang lain.
d. Pada umpan balik, dilakukan babak lain dari input anonim. Pengulangan terjadi pada
sejumlah waktu yang telah ditetapkan atau sampai umpan balik gabungan tetap sama,
yang berarti setiap orang masuk dalam posisinya.
4. Teknik Kelompok Nominal
Teknik ini hampir sama dengan teknik Delphi, terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :
a. Munculnya gagasan yang tidak dapat dinyatakan melalui tulisan.
b. Umpan balik round-robin dari anggota kelompok yang mencatat setiap ide dalam frasa
pendek pada flip chart atau papan tulis.
c. Pembahasan dari setiap gagasan yang tercatat untuk melakukan klarifikasi dan evaluasi.
d. Voting individu mengenai gagasan yang menjadi prioritas dengan keputusan kelompok
yang diambil secara matematis berdasarkan peringkat.
Perbedaan antara pendekatan ini dengan Delphi adalah angota kelompok diperkenalkan satu
sama lain, memiliki kontak langsung, dan berkomunikasi secara langsung pada langkah
ketiga.

2.4 Asumsi Keperilakuan Dalam Pengambilan Keputusan Organisasi


Pertama, kita akan melihat perusahaan sebagai unit pengambilan keputusan dan kemudian
pada individu dan kelompok yang bertindak sebagai pengambil keputusan dan pemecah masalah.
 Perusahaan Sebagai Unit Pengambilan Keputusan
Perusahaan dapat dianggap unit pengambilan keputusan yang mirip dalam banyak hal dengan
seorang individu. Masalah keputusan yang dihadapi perusahaan sangat banyak dan
kompleks. Masalah tersebut sering kali melibatkan lebih dari satu departemen atau aktivitas
tertentu. Keputusan rutin atau berulang muncul secara regular, sementara keputusan lainnya
biasanya bersifat unik dan tidak berulang. Terdapat empat konsep dasar relasional sebagai
inti dari pengambilan keputusan bisnis, yaitu :
5. Resousi semu dari konflik;
6. Menghindari ketidakpastian;
7. Pencarian masalah;
8. Pembelajaran organisasi.
 Manusia-Para Pengambil Keputusan Organisasi
Penting untuk diingat bahwa manusia, dan bukannya organisasi, yang dapat mengenali,
mendefenisikan masalah atau peluang, yang mencari tindakan alternatif secara optimal dan
menerapkanya. Manusialah yang memilih kriteria pengambilan keputusan, memilih alternatif
yang optimal, dan menerapkannya. Lingkungan organisasi dimana manusia berada
bergantung pada jenis masalah pengambilan keputusan atau peluang yang yang dihadapi.
 Kekuatan dan Kelemahan Individu sebagai Pengambil Keputusan
Manusia merupakan makhluk yang rasional karena memilih kepasitas untuk berpikir,
memilih, dan belajar. Tetapi rasionalitas manusia sangat terbatas karena mereka hampir tidak
pernah memperoleh informasi yang penuh dan hanya mampu memproses informasi yang
tersedia secara berurutan. Batasan pengambilan keputusan secara rasional dari individu
bervariasi sesuai dengan:
1. Lingkup pengetahuan yang tersedia sehubungan dengan semua alternatif dan
konsekuensinya.
2. Gaya kognitif mereka dengan asumsi bahwa tidak ada satu gaya yang selalu unggul
karena dalam situasi masalah spesifik, lebih dari satu pendekatan mengarah pada hasil
yang diinginkan.
3. Struktur nilai yang berubah.
4. Kecenderungan  untuk "memuaskan" daripada untuk melakukan optimalisasi.
 Fenomena Pemikiran Kelompok
Pemikiran kelompok menggambarkan situasi dimana tekanan untuk mematuhi mencegah
anggota-anggota kelompok individual untuk mempresantasikan ide atau pandangan yang
tidak populer. Karena mereka ingin menjadi bagian yang positif dari kelompok tersebut dan
bukan sebagai kekuatan yang disruptif.Berikut gejala dari fenomena ini sebagai berikut:
1. Anggota kelompok merasionalisasikan setiap resistensi terhadap asumsi yang telah
dibuat.
2. Anggota menerapkan tekanan langsung pada mereka yang mengungkapkan keraguan
tentang apapun terhadap pandangan bersama kelompok atau yang mempertanyakan
validitas argumen yang mendukung alternatif disukai oleh mayoritas.
3. Para anggota yang memiliki keraguan atau memegang sudut pandang yang berbeda
berusaha untuk menghindari penyimpangan dari apa yang tampaknya menjadi konsensus
kelompok dengan diam dan meminimalkan pentingnya keraguan mereka.
4. Tampaknya terdapat suatu ilusi mengenai kebulatan suara.
 Fenomena Pergeseran yang Berisiko (Pengaruh Dari Diskusi Kelompok)
Pergeseran yang berisiko atau dampak kelompok, merpakan produk sampingan dari intraksi
manusia, ini dicirikan oleh kelompok yang lebih memilih alternatif yang lebih agresif dan
berisiko dibandingkan dengan apa yang mungkin dilakukan oleh individu jika mereka
bertindak sendiri.
 Kesatuan Kelompok
Kesatuan Kelompok didefenisikan sebagai tingkat dimana anggota-anggota kelompok
tertarik satu sama lain dan memiliki tujuan kelompok yang sama. Dengan kesatuan yang kuat
pada umumnya lebih efektif dalam suatu pengambilan keputusan dibandingkan dengan
kelompok dimana terdapat banyak konflik internal dan kurangnya semangat kerja sesama
anggotanya. Tingkat kesatuan kelompok dipengaruhi oleh jumlah waktu yang dihabiskan
bersama oleh para anggota kelompok, tingkat kesulitan dari penerimaan anggota baru ke
dalam kelompok, ukuran kelompok, dan ancaman eksternal. Faktor lainnya yang juga
mempengaruhi kesatuan kelompok secara menguntungkan adalah riwayat dari kelompok itu.
Sejarah pengambilan keputusan yang sukses menyatukan para anggota dan meningkatkan
kesatuan,  sementara kegagalan memiliki dampak yang buruk.

2.5 Pengambilan Keputusan oleh Pendatang Baru vs oleh Pakar


Bouwman (1984) mengungkapkan terdapat sejumlah perbedaan yang menarik dalam strategi
dan pendekatan yang digunakan serta data spesifik yang dipilih oleh pakar dan pendatang baru
ketika mengambil keputusan berdasarkan informasi akuntansi atau informasi keuangan lainnya. 
Pendatang baru mengumpulkan data tanpa melakukan deskriminasi dan menunggu untuk melihat
apa yang terjadi. Sebaliknya, para pakar mengumpulkan data secara diskriminatif guna
menindaklanjuti observasi tertentu.
Untuk menggambarkan perbedaan dalam penggunaan data, tugas analisis keuangan dibagi
kedalam kedalam tiga komponen:
1. Pengujian Informasi
2. Integrasi pengamatan dan temuan
3. Pertimbangan
2.6 Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif dalam Pengambilan Keputusan
Kepribadian mengacu pada sikap atau keyakina individu, sementara gaya kognitif mengacu
pada cara atau metode dengan mana seseorang menerima, menyimpan, memproses, serta
meneruskan informasi. Individu dengan jenis kepribadian yang sama memiliki gaya kognitif
yang berbeda dan menggunakan metode yang sama sekali berbeda ketika menerima,
menyimpan, dan memproses informasi. Dalam situasi pengambilan keputusan, kepribadian dan
gaya kognitif saling berintraksi dan mempengaruhi (menambah atau mengurangi) dampak dari
informasi akuntansi.
 Peran Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan
Secara defenisi, keputusan manajemen mempengeruhi kejadian atau tindakan masa depan.
Sedangkan informasi akuntansi memfokuskan pada peristiwa-peristiwa dimasa lalu tidak
dengan sendirinya dapat mengubah kejadian atau dampaknya kecuali jika hal itu dilakukan
melalui proses pengambilan keputusan dengan kejadian masa depa beserta konsekuensinya
ditentukan. Karena pengambilan keputusan dan informasi mengenai hasil kinerja akuntansi
fokus pada periode waktu yang berbeda, maka keduanya hanya dihubungkan oleh fakta
bahwa proses pengambilan keputusan menggunakan data akuntansi tertentu yang
dimodifikasi selain informasi nonkeuangan.
 Data Akuntansi sebagai Stimuli dalam Pengenalan Masalah
Akuntansi dapat berfungsi sebagai stimuli dalam pengenalan masalah melalui pelaporan
kinerja aktual dari sasaran standar atau anggaran atau melalui pemberian informasi kepada
manajer bahwa mereka gagal untuk mencapai target output atau laba yang ditentukan
sebelumnya. Ketika  informasi akuntansi digunakan sebagai alat pengenalan masalah, maka
informasi tersebut juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan konsekuensi yang dapat
dikuantifikasi atas tindakan alternatif yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut.
 Dampak Data Akuntansi dalam Pilihan Keputusan
Bobot yang diberikan kepada informasi akuntansi dalam pilihan akhir sangat bervariasi. Hal
itu bergantung pada sampai sejauh mana hal itu dipandang mengurangi ketidakpastian yang
mengelilingi proses pengambilan keputusan. Misalnya, data penjualan dan biaya masa lalu
akan digunakan sebagai pendekatan pertama terhadap permintaan masa depan untuk produk
yang di jual pada masa lalu. Dua elemen lainnya yang mempengaruhi keyakinan yang
diberikan pada informasi akuntansi adalah permintaan dan persaingan. Perusahaan yang
menghadapi sedikit persaingan dan memiliki permintaan yang tidak elastis akan lebih banyak
bergantung pada data biaya yang disediakan oleh sistem akuntansinya ketika membuat
keputusan mengenai pasar yang kompetitif. Semakinsemakin penting kebutuhan akan suatu
keputusan, maka semakin besar pendekatan yang diberikan pada data akuntansi yang
langsung tersedia. Informasi akuntansi memainkan  peran yang lebih penting dalam
keputusan jangka pendek dibandingkan dalam keputusan yang melibatkan konsekuensi
jangka panjang, karena informasi akuntansi hanya mencerminkan biaya dan pendapatan yang
berkaitan dengan operasi sekarang. Para pengambil keputusan lebih memilih informasi
eksternal jika informasi tersebut langsung tersedia dan tidak begitu mahal dibandingkan
dengan data akuntansi yang dikembangkan secara internal.
 Hipotesis Keperilakuan dari Dampak Data Akuntansi
Informasi akuntansi adalah salah satu input dalam model pengambilan keputusan. Para
pengambil keputusan dapat menyadari bahwa gambaran otentisitas akuntansi tidak berdasar
dan bahwa akuntansi, paling tidak, adalah proses dengan mana dampak dari kejadian
ekonomi dilaporkan seakurat mungkin, tetapi tanpa kepura-puraan akan kesempurnaan. Para
pengambil keputusan memandang akuntansi sebagai “ukuran yang tidak sempurna” dengan
kemungkinan besar bahwa nilai yang sesungguhnya akan berbeda dengan nilai yang
dilaporkan, karena kesalahn dan inakurasi dalam proses pengukuran dan pelaporan tidak
dapat dihindari.
Informasi akuntansi menjadi tujuan ketika penghargaan atau sanksi dikaitkan dengan
hasilnya. Misalnya, jika seorang manajer berharap untuk dipromosikan jika ia dapat
mengurangi biaya, maka manajer tersebut akan melihat informasi akuntansi sebagai dasar
untuk menentukan apakah ia telah berhasil atau tidak. Tingkat pengaruh informasi akuntansi
juga bervariasi berdasarkan jenis pengambil keputusan. Burns (1981) mengelompokkan
pengambil keputusan ke dalam tiga kelompok :
1. Para pembuat keputusan dalam perusahaan yang mengambil keputusan mengenai operasi
dan sistem akuntansi digunakan untuk menyusun laporan.
2. Para pengambil keputusan dalam perusahaan yang hanya dapat membuat keputusan
mengenai operasi saja.
3. Mereka yang berada di luar perusahaan yang membuat keputusan mengenai perusahaan
tersebut yang dapat mempengaruhi lingkungan dan operasinya, tetapi yang tidak
memiliki kendali langsung atas operasi perusahaan.

Selain itu, para peneliti lain mempelajari pertanyaan-pertanyaan mengenai bagaimana para
pengambil keputusan menyesuaikan terhadap perubahan dalam metode dan terminologi
akuntansi. Mereka menemukan bahwa ada dua faktor yang menentukan tingkat penyesuaian,
yaitu umpan balik dan fiksasi fungsional.
1. Umpan balik
Untuk memahami perubahan dalam metode akuntansi dan untuk menyesuaikan aturan
pengambilan keputusan sesuai dengan itu, maka pengambil keputusan harus menerima
informasi mengenai perubahan tersebut atau memiliki umpan balik tidak langsung mengenai
perubahan tersebut. Jika seseorang mengabaikan dampak jangka pendek yang mungkin
muncul akibat selang waktu antara perubahan dan indikasinya, maka kecil kemungkinannya
bahwa tidak terdapat umpan balik sama sekali.
2. Fiksasi Fungsional
Hal ini merupakan fenomena keperilakuan yang mengimplikasikan ketidakmampuan di
pihak pengguna informasi akuntansi untuk memahami apa yang tersirat di balik label yang
diberikan kepada suatu angka. Ketika mereka menerima suatu pendekatan pengukuran
akuntansi sebagai alat untuk mengelola proses pengambilan keputusan mereka, maka
perilaku mereka jarang sekali akan dipengaruhi oleh perubahan dalam metode akuntansi
yang digunakan. Sebagai suatu atribut dari pengambilan keputusan, fiksasi fungsional
bervariasi tingkatnya dari situasi yang satu ke situasi yang lain, namun tidak pernah tidak ada
sama sekali.

Anda mungkin juga menyukai