Anda di halaman 1dari 54

AUDITING II

MAKALAH AUDIT SIKLUS PEMBELIAN DAN


PEMBAYARAN
Dosen Pengampu Mata Kuliah:
Dr.Novita Weningtyas Respati, S.E, M.Si. Ak
Dr.Syaiful Hifni, Drs,Ec, M.Si,Ak.CA

Di Susun Oleh:
KELOMPOK 3
Anggraini Novitawati (1610313220006)
Almaida Nur Mahfuzah (1610313120007)
Anida Fathul Jannah (1610313320007)
Chairun Nisa (1610313320009)
Debry Noprianty (1610313120012)
Endang Krisdianti (1610313220013)
Fadel Muhammad Reinaldy (1610313210015)

JURUSAN S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN 2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Audit Siklus Pembelian dan Pembayaran”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “Audit Siklus
Pembelian dan Pembayaran” untuk masyarakat ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Banjarmasin, 24 September 2018

Kelompok 3

2|Halaman
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... 2


DAFTAR ISI............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 5
1.1. Latar Belakang ..........................................................................................5
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................5
1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................................6
BAB II ISI................................................................................................................. 7
2.1. ............. Akun-akun dan Golongan Transaksi dalam Siklus Pembelian dan
Pembayaran ...............................................................................................7
2.2. Fungsi-fungsi Bisnis dan Dokumen serta Catatan dalam Siklus Pembelian
dan Pembayaran ........................................................................................8
2.2.1. Pembuatan Order Pembelian ..............................................................9
2.2.2. Penerimaan Barang dan Jasa............................................................ 10
2.2.3. Pengakuan Kewajiban (Utang) ......................................................... 10
2.2.4. Pengolahan dan Pencatatan Pengeluaran Kas .................................. 12
2.3. Metodologi untuk Perancangan Pengujian Pegendalian dan Pengujian
Substantif Golongan Transaksi ................................................................ 13
2.3.1. Pemahaman Pengendalian Internal .................................................. 13
2.3.2. Menilai Risiko Pengendalian Direncanakan...................................... 15
2.3.3. Menentukan Luasnya Pengujian Pengendalian ................................ 17
2.3.4. Merancang Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif
Golongan Transaksi Untuk Pembelian.............................................. 17
2.3.5. Perancangan Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif
Golongan Transaksi Untuk Pengeluaran Kas ................................... 21
2.3.6. Sampling Atribut Untuk Pengujian Pengendalian Dan Pengujian
Substantif Golongan Transaksi ......................................................... 22
2.4. ......... Metodologi Untuk Perancangan Pengujian Rinci Saldo Untuk Utang
Usaha ....................................................................................................... 24
2.4.1. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien Yang Memengaruhi Utang
Usaha (Tahap I) ................................................................................ 25
2.4.2. Menetapkan Materialitas Kinerja Dan Menilai Risiko Inheren (Tahap
I) ....................................................................................................... 26
2.4.3. Menilai Risiko Pengendalian Dan Merancang Serta Melaksanakan
Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Golongan
Transaksi (Tahap I Dan II) ............................................................... 26

3|Halaman
2.4.4. Merancang Dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III) ......... 27
2.4.5. Merancang Dan Melaksanakan Pengujian Rinci Saldo Akun Utang
Usaha (Tahap III) ............................................................................. 28
2.4.6. Pengujian Liabilitas Sesudah Tanggal Neraca .................................. 30
2.4.7. Pengujian Pisah Batas ....................................................................... 31
2.4.8. Keandalan Bukti ............................................................................... 33
2.4.9. Ukuran Sampel ................................................................................. 35
2.5. Tujuan pemeriksaan (Audit Objectives) Liabilitas Jangka Pendek .......... 35
2.6. Prosedur Pemeriksaan Liabilitas Jangka Pendek..................................... 40
2.7. ...... Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Memeriksa Liabilitas Jangka
Pendek ..................................................................................................... 43
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 53
3.1. Kesimpulan .............................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 54

4|Halaman
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kebutuhan masyarakat tentang informasi keuangan yang andal menyebabkan
timbulnya profesi akuntan public. Profesi ini berkembang sejalan dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat tentang jasa pihak yang kompeten dan dapat
dipercaya untuk menilai kewajaran pertanggungjawaban keuangan yang disajikan
oleh manajemen kepada pihak luar perusahaan. Untuk menilai kewajaran
pertanggungjawaban keuangan diperlukan pengetahuan yang disebut auditing.
Pengetahuan auditing menjadikan orang kompeten untuk menilai kewajaran
pertanggungjawaban keuanagan, sehingga memungkinkan orang yang terjun
dalam profesi akuntan public mampu menghasilkan jasa yang menjadikan
masyarakat keuangan dapat memperoleh informasi keuangan yang andal.
Sehubungan dengan uraian di atas maka diperlukannya pemahaman mengenai
pengauditan atas siklus pembelian dan pembayaran. Pembelian barang dan jasa
meliputi pembelian barang-barang seperti bahan baku, peralatan, perlengkapan,
dan sebagainya. Auditor perlu memahami fungsi-fungsi dan dokumen-dokumen
bisnis serta catatan-catatan yang lazim berlaku dalam perusahaan, sebelum ia
menaksir risiko pengendalian dan merancang pengujian pengendalian serta
pengujian substantive transaksi. Oleh karena itu pada makalah ini akan dibahas
terlebih dahulu dua topic yang berkaitan erat, yakni: (1) Golongan Transaksi yang
terdapat dalam siklus pembelian dan pembayaran, serta akun-akun apa yang
terkait dalam siklus tersebut, dan (2) Jenis-jenis dokumen serta catatan yang lazim
digunakan dalm siklus pembelian dan pembayaran

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja akun-akun dan golongan transaksi dalam siklus pembelian dan
pembayaran?
2. Apa saja fungsi-fungsi bisnis dan dokumen-dokumen bisnis yang
bersangkutan dalam siklus pembelian dan pembayaran?
3. Apa saja catatan-catatan yang lazim berlaku dalam siklus pembelian dan
pembayaran?
4. Apa itu pengendalian internal?
5. Bagaimana merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian serta
melakukan pengujian substantive transaksi untuk siklus pembelian dan
pembayaran?
6. Bagaimana metodologi untuk perancangan pengujian rinci saldo utang
usaha dengan menggunakan model risiko audit
7. Bagaimana cara merancang dan melakukan prosedur analitis untuk utang
usaha?

5|Halaman
8. Bagaimana cara merancang dan melakukan pengujian rinci saldo utang
usaha?
9. Bagaimana membedakan realibilitas faktur pembelian dengan laporan
piutang dari penjual/pemasok dan konfirmasi utang usaha sebagai bukti
audit ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui akun-akun dan golongan transaksi dalam siklus
pembelian dan pembayaran
2. Untuk memahami fungsi-fungsi bisnis dan dokumen-dokumen bisnis yang
bersangkutan dalam siklus pembelian dan pembayaran
3. Untuk mengetahui catatan-catatan yang lazim berlaku dalam siklus
pembelian dan pembayaran
4. Untuk memahami pengendalian internal
5. Untuk memahami cara merancang dan melaksanakan pengujian
pengendalian serta melakukan pengujian substantive transaksi untuk siklus
pembelian dan pembayaran
6. Untuk mengetahui metodologi untuk perancangan pengujian rinci saldo
utang usaha dengan menggunakan model risiko audit
7. Untuk mengetahui merancang dan melakukan prosedur analitis untuk
utang usaha
8. Untuk mengetahui merancang dan melakukan pengujian rinci saldo utang
usaha
9. Untuk mengetahui perbedaan realibilitas faktur pembelian dengan laporan
piutang dari penjual/pemasok dan konfirmasi utang usaha sebagai bukti
audit

6|Halaman
BAB II

ISI

2.1. Akun-akun dan Golongan Transaksi dalam Siklus Pembelian dan


Pembayaran
Tujuan pengauditan atas siklus pembelian dan pembayaran adalah untuk
menilai apakah akun-akun yang dipengaruhi oleh pembelian barang dan jasa serta
pengeluaran kas untuk pembelian tersebut telah disajikan secara wajar sesuai
dengan standar akuntansi keuangan. Gambar 15-1 melukiskan bagaimana aliran
informasi akuntansi melalui berbagai akun di dalam siklus pembelian dan
pembayaran.
Ada tiga kelompok transaksi yang tercakup dalam siklus ini, yaitu:

1. Pembelian barang dan jasa


2. Pengeluaran kas
3. Retur pembelian dan potongan pembelian
Sistem pengeluaran tergolong atas berbagai sistem informasi antara lain:

1. Sistem pembelian, menyangkut:


a. Langkah permintaan pembelian
b. Langkah order pembelian
c. Langkah penerimaan barang
d. Langkah simpanan barang
e. Langkah pembuatan bukti kas keluar
f. Langkah pencatatan uang
2. Sistem pengeluaran kas, menyangkut:
a. Langkah pembayaran bukti kas keluar
b. Langkah pencatatan pengeluaran kas

Gambar 15-1 Akun-akun dalam Siklus Pembelian dan Pembayaran

7|Halaman
Ada 10 akun yang lazim digunakan dalam siklus pembelian dan pembayaran
seperti ditujukan dengan akun T pada gambar 15-1 di atas. Untuk
menyederhanakan dalam gambar tersebut hanya ditujukan akun control untuk tiga
kelompok besar beban yang umum digunakan pada kebanyakan perusahaan.
Untuk setiap akun control, juga diberikan contoh akun pembantu beban yang
termasuk dalam akun control yang bersangkutan. Jelas kiranya bahwa banyak
akun yang terlibat dalam dalam siklus ini. Oleh karena itu tidak mengherankan
apabila pengauditan siklus pembelian dan pembayaran seringkali lebih memakan
waktu dibandingkan siklus-siklus lainnya.

Gambar 15-1 menunjukkan bahwa setiap transaksi mempengaruhi entah


pendebetan atau pengkreditan terhadap akun utang usaha. Karena banyak
perusahaan melakukan pembelian langsung dengan check atau melalui kas kecil,
gambar ini memang sengaja sangat disederhanakan. Kita berasumsi bahwa
pembelian tunai (langsung dibayar per kas) diproses dengan cara yang sama
dengan pembelian kredit (melalui utang usaha lebih dahulu).

2.2. Fungsi-fungsi Bisnis dan Dokumen serta Catatan dalam Siklus


Pembelian dan Pembayaran
Siklus pembelian dan pembayaran menyangkut pengambilan keputusan dan
proses untuk mendapatkan barang dan jasa untuk menyelenggarakan suatu bisnis.
Siklus biasanya diawali dengan pembuatan permintaan pembelian oleh pejabat
yang memiliki kewenangan untuk mengajukan permintaan pembelian, dan

8|Halaman
diakhiri dengan pembayaran utang usaha yang timbul dari pembelian tersebut.
Dalam pembahasan berikut digunakan ilustrasi pada sebuah perusahaan
manufaktur kecil yang menghasilkan barang untuk dijual kepada pihak ketiga,
tetapi prinsip yang tercakup di sini bisa diterapkan juga pada perusahaan jasa,
entitas pemerintah, dan jenis organisasi lainnya.

Kolom ketiga Tabel 15-1 di bawah ini memuat daftar empat fungsi bisnis
yang terjadi pada setiap bisnis dalam pencatatan tiga kelompok transaksi dalam
siklus pembelian dan pembayaran. Tiga fungsi pertama adalah untuk pencatatan
pembelian barang dan jasa secara kredit, dan fungsi keempat adalah untuk
pencatatan pengeluaran kas untuk pembayaran ke pemasok. Untuk
menyederhanakan, dalam ilustrasi ini tidak akan dibahas tentang retus pembelian
dan potongan pembelian, walaupun kedua hal tersebut terjadi dalam siklus ini,
tetapi jumlahnya tidak signifikan.

Selanjutnya kita akan membahas secara lebih detil keempat fungsi tersebut,
dengan tekanan pada dokumen dan catatan yang digunakan sebagaimana
tercantum pada kolom keempat table 15-1.

Tabel 15.1 Golongan Transaksi, Akun-akun, Fungsi Bisnis, dan Dokumen


serta Catatan untuk Siklus Pembelian dan Pembayaran
Golongan Akun Fungsi Bisnis Dokumen dan Catatan
Transaksi
Pembelian Persediaan property, Pembuatan order Permintaan pembelian
peralatan, aset tetap pembelian Order pembelian
lainnya
Beban dibayar di muka
Utang usaha Penerimaan barang dan Laporan penerimaan
Beban pabrik jasa barang dan jasa
Beban penjualan
Beban administrasi Pengakuan utang Faktur dari penjual
Memo debet
Voucher
File transaksi pembelian
Jurnal pembelian
Master file utang usaha
Daftar utang usaha
Laporan dari pemasok

Pengeluaran Kas di bank (untuk Pembayaran dan Check pembayaran


kas pengeluaran kas) pencatatan pengeluaran File transaksi
Utang usaha kas pengeluaran kas
Potongan pembelian Jurnal pengeluaran kas

2.2.1. Pembuatan Order Pembelian

9|Halaman
Pengajuan permintaan untuk membeli barang atau jasa oleh pejabat perusahaan
klien adalah kegiatan awal siklus ini. Formulir yang digunakan dan pemberian
persetujuan (approval) tergantung pada sifat barang dan jasa serta kebijakan yang
diterapkan perusahaan. Dokumen-dokumen yang lazim digunakan meliputi:

 Permintaan Pembelian
Formulir permintaan pembelian digunakan untuk meminta barang dan jasa
oleh pejabat perusahaan yang diberi kewenangan untuk mengajukan
permintaan pembelian (misalnya: Kepala Gudang atau Kepala Departemen
Produksi). Pada perusahaan-perusahaan tertentu seringkali digunakan computer
untuk melakukan pemesanan ketika persediaan barang di gudang mencapai re-
order point (titik pemesanan kembali) yang akan melakukan pemesanan secara
otomatis
 Order Pembelian
Order pembelian adalah dokumen yang digunakan untuk memesan barang
dan jasa dari pemasok. Dokumen ini berisi deskripsi, kuantitas, dan informasi
lain yang berhubungan dengan barang dan jasa yang diinginkan perusahaan
untuk dibeli dan seringkali digunakan untuk menunjukkan persetujuan
pembelian. Perusahaan juga seringkali mengirimkan order pembelian secara
elektronik kepada pemasok yang telah membuat persetujuan untuk
melaksanakan elektronik data interchange (EDI)

2.2.2. Penerimaan Barang dan Jasa


Penerimaan barang dan jasa oleh perusahaan dari pemasok adalah saat yang
paling kritis dalam siklus ini, karena saat ini oleh kebanyakan perusahaan dipakai
pertama kali untuk mengakuui pembelian dan utang yang bersangkutan. Ketika
barang diterima, agar control berjalan baik, dilakukan pemeriksaan tentang
deskripsi, kuantitas, tangga penerimaan, dan kondisi barang yang diterima.
Laporan penerimaan adalah dokumen berupa kertas atau elektronik yang dibuat
pada saat barang diterima. Dalam laporn tersebut tercantum keterangan mengenai
barang, jumlah yang diterima, tanggal penerimaan, serta data lain yang relevan

2.2.3. Pengakuan Kewajiban (Utang)


Pengakuan kewajiban yang tepat atasbarang dan jasa yang telah diterima menurut
adanya pencatatan yang tepat dan akrual. Pencatatan pertama kali mempengaruhi
laporan keuangan dan pengeluaran kas yang sesungguhnya. Oleh karena itu
perusahaan harus seksama dalam memasukkan semua transaksi pembelian, yaitu
pembelian yang sungguh-sungguh terjadi, dengan jumlah yang benar. Dokumen-
dokumen dan catatan yang lazim digunakan adalah:

 Faktur dari Pemasok

10 | H a l a m a n
Faktur dari pemasok adalah dokumen yang diterima dari penjual dan
menunjukkan jumlah yang terutang yang berasal dari pembelian barang dan
jasa. Dokumen tersebut menyebutkan deskripsi barang atau jasa, kuantitas
barang dan njasa yang diterima, harga (termasuk biaya pengangkutan),
ketentuan tentang potongan harga, tanggal faktur, dan total harga faktur. Faktur
dari pemasok sangat penting karena menunjukkan jumlah yang akan dicatat
dalam file transaksi pembelian. Pada perusahaan yang menunjukkan EDI,
faktur dari pemasok ditransfer secara elektronik, yang akan berpengaruh pada
bagaimana auditor menilai bukti
 Memo Debet
Memo debet juga merupakan dokumen yang diterima dari pemasok dan
menunjukkan pengurangan atas jumlah terutang yang disebabkan karena
adanya pengembalian (retur) barang ke pemaso atau diterimanya pengurangan
harga. Dokumen ini mirip dengan faktur, tetapi menjadi pendukung atas
pengurangan kewajiban, bukan menambah utang
 Voucher
Voucher biasanya digunakan dalam suatu organisasi untuk menetapkan cara
yang formal dalam pencatatan dan pengawasan pembelian, terutama dengan
membuat agar setiap transaksi pembelian bernomor urut. Voucher terdiri dari
amplop (cover atau folder) voucher untuk menyimpan dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan pembelian, seperti misalnya order pembelian, bukti
pengiriman dari penjual, laporan penerimaan, dan faktur dari penjual. Setelah
dibayar, selembar salinan check ditambahkan ke dalam amplop tersebut
 File Transaksi Pembelian
File transaksi pembelian adalah file yang dihasilkan computer yang
mencakup semua transaksi pembelian yang diproses oleh sistem akuntansi
untuk suatu oeriode tertentu, misalnya satu hari, satu minggu, atau sebula. File
tersebut berisi semua informasi yang dimasukkan ke dalam sistem dan
mencakup informasi untuk setiap transaksi, seperti nama pemasok, tanggal,
jumlah, klasifikasi akun, dan keterangan mengenai jumlah barang atau jasa
yang dibeli. File ini juga bisa meliputi retur dan pengurangan harga pembelian,
apabila hal tersebut tidak dimuat dalam file tersendiri. Tergantung pada
kebutuhan perusahaan, informasi dalam file transaksi pembelian digunakan
untuk berbagai catatan, daftar, atau laporan, seperti misalnya jurnal pembelian,
master file utang usaha, dan transaksi untuk saldo akun tertentu atau divisi
tertentu
 Jurnal Pembelian
Jurnal pembelian dihasilkan dari file transaksi pembelian dan biasanya berisi
nama pemasok, tanggal, jumlah, dan kelompok akun untuk setiap transaksi,
seperti reparasi dan pemeliharaan, persediaan, atau kelompok akun lainnya.
Juga ditunjukkan apakah pembelian dilakukan secara tunai atau kredit. Jurnal
bisa mencakup satu periode tertentu, biasanya bulanan. Transaksi yang sama

11 | H a l a m a n
yang dimasukkan ke dalam jurnal juga di posting secara serentak ke dalam
buku besar, dan apabila pembelian dilakukan secara kredit, dicatat pula ke
master file utang usaha
 Master File Utang Usaha
Master file utang usaha mencatat transaksi pembelian, pengeluaran kas, dan
retur pembelian untuk setiap pemasok. Master file ini dimutahirkan (updated)
dari file transaksi computer untuk pembelian, retur pembelian, dan pengeluaran
kas. Total dari saldo-saldo individual dalam master file sama dengan total saldo
akun utang usaha dalam buku esar. Hasil cetakan (printout) master file utang
usaha menunjukkan saldo awal utang usaha, setiap pembelian, retur pembelian,
dan pengeluaran kas, serta saldo akhir untuk pemasok. Banyak perusahaan
tidak menyelenggarakan master file utang usaha per pemasok. Perusahaan-
perusahaan tersebut membayar atas dasar faktur dari penjual individual. Oleh
karena itu, total faktur yang belom dibayar dalam master file ini sama dengan
total utang usaha.
 Daftar Utang Usaha
Sesuai dengan namanya, daftar utang usaha berisi daftar jumlah yang terutang
kepada masing-masing pemasok atau untuk setiap faktur, atau voucher pada
suatu saat tertentu. Daftar ini dibuat langsung dari master file utang usaha
 Laporan dari Pemasok (Vendor’s Statement)
Laporan dari pemasok adalah dokumen yang dibuat oleh pemasok setiap
akhir bulan dan menunjukkan saldo awal, pembelian, retur pembelian, dan
pembayaram ke pemasok tersebut, serta saldo akhir. Saldo dan aktivitas
tersebut adalah laporan yang dibuat pemasok (bukan klien). Jumlah saldo
menurut master file utang usaha seharusnya sama dengan saldo yang
ditunjukkan dalam laporan dari pemasok, kecuali bila ada kerancuan diantara
pemasok dengan klien atau bila ada selisih akibat faktor waktu.

2.2.4. Pengolahan dan Pencatatan Pengeluaran Kas


Pada kebanyakan perusahaan, pembayaran untuk pembelian barang dan jasa
merupakan aktivitas yang signifikan. Aktivitas ini secara langsung akan
mengurangi saldo akun kewajiban, biasanya akun utang usaha. Dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan proses pembayaran yang akan di periksa auditor
meliputi:

 Check
Dokumen ini biasa digunakan untuk pembayaran pembelian pada saat
kewajiban jatuh tempo. Banyak perusahaan menggunakan computer untuk
menyiapkan check berdasarkan informasi yang tercantum dalam file transaksi
pembelian pada saat barang dan jasa diterima. Apabila perusahaan menerapkan
EDI, perusahaan mengirimkan pembayaran ke pemasok secara elektronik

12 | H a l a m a n
melalui Electronic Funds Transfer (EFT) antara bank perusahaan klien dengan
bank pemasok
 File Transaksi Pengeluaran Kas
File ini dihasilkan computer yang meliputi seluruh transaksi pengeluaran kas
yang diolah sistem akuntansi untuk suatu periode tertentu, mungkin per hari,
per minggu, atau per bulan. File ini berisi jenis informasi yang sama seperti
telah dibahas pada file transaksi pembelian
 Jurnal Pengeluaran Kas
Ini adalah daftar atau laporan yang dihasilkan dari file transaksi pengeluaran
kas yang mencakup seluruh transaksi pada suatu periode waktu tertenu.
Transaksi yang sama, termasuk semua informasi yang relevan, dimasukkan
kedalam master file utang usaha dan buku besar.

2.3. Metodologi untuk Perancangan Pengujian Pegendalian dan Pengujian


Substantif Golongan Transaksi
Dalam pengauditan pada umumnya, akun-akun yang paling banyak waktu
pemeriksaan adalah piutang usaha, persediaan, aset utang usaha, dan akun beban.
Perhatikanlah bahwa empat dari akun di atas berkaitan langsung dengan siklus
pembelian dan embayaran. Apabila auditor dapat mengurangi pengujian rinci
saldo dengan menggunakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi untuk memeriksa efektivitas pengendalian internal atas pembelian dan
pengeluaran kas, maka waktu yang bisa dihemat akan sangat signifikan. Pengujian
pengendalian dan pengujian substantif ransaksi untuk siklus pembelian dan
pembayaran sangat diperhatikan auditor, lebih-lebih apabila klien memiliki
pengendalian internal yang efektif.
Pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi untuk siklus
pembelian dan pembayaran terbagi dalam dua bagian besar berikut :

1. Pengujian pembelian, yang berkaitan dengan tiga dari empat fungsi bisnis
yang telah disinggurg di atas, yakni: order pembelian, penerimaan barang
dan asa, dan pengakuan berikut utang

2. Pengujian pengeluaran kas, yang berkaitan dengan fungsi keempat, yakni;


pengolahan pencafatan pengeluaran kas.

Gambar 15-2 melukiskan metodologi untuk perancangan pengujian


pengendalian dan pengujan substantif transaksi untuk siklus pembelian
pernbayaran. Metodologi ini sama dengan yang digunakan dalam bab-bab
sebelumnya. Dalam uraian selanjutnya akan dijelaskan bagian demi bagian dari
gambar 15-2 yang dimulai dengan pemahaman pengendalian internal.

2.3.1. Pemahaman Pengendalian Internal

13 | H a l a m a n
Pemahaman tentang pengendalian untuk siklus pembelian dan pembayaran
sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko, dapat peroleh auditor dengan
mempelajari bagan alir yang berłaku pada perusahaan klien, mereview daftar
pertanyaan pengendalian internal,

Gambar 15-2 Metodologi untuk Perancangan Pengujian Pengendalian dan


Pengujian Substantive Transaksi untuk Siklus Pembelian dan Pembayaran.

14 | H a l a m a n
dan melaksanakan pengujian mengikuti jejak transaksi pembelian dan
pengeluaran kas. Prosedur untuk mendapatkan pemahaman pengendalian internal
tentang siklus pembelian dan pembayaran serupa dengan prosedur yang
dilaksanakan untuk siklus lainnya, sebagaiman dengan telah dijelaskan pada bab-
bab sebelumnya.

2.3.2. Menilai Risiko Pengendalian Direncanakan


Selanjutnya dilakukan pemeriksaan atas pengendalian internal kunci untuk setiap
fungsi bisnis seperti telah dijelaskan pada awal bab ini, yaitu: otorisasi pembelian,
pemisahan antara penyimpan barang yang diterima dari fungsi-fungsi lainnya,
ketepatan waktu pencatatan dan review independen atas transaksi, serta otorisasi
pembayaran kepa pemasok.

 Otorisasi pembelian
Pemberian otorisasi yang tepat untuk pembelian menjamin bahwa barang dan
jasa yang dibeli sungguh-surgguh barang yang dibutunkan perusahaan, dan
dengan demikian menghindarkan terjadinya pembelian yang berlebihan atau
tidak diperlukan. Banyak perusahaan mensyaratkan berbagai tingkat otorisasi
untuk pembelian yang berbeda atau menurut jumlah rupiahnya. Sebagai
contoh, pembelian aset tetap yang melebihi atas jumlah rupiah tertentu
membutuhkan persetujuan dari dewan komisaris; pembelian untuk sesuatu
yang jarang terjadi seperti polis asuransi atau kontrak servis jangka panjang
harus mendapat persetujuan dari pejabat tertentu; perlengkapan dan servis yang
harganya dibawah jumlah tertentu yang ditelapkan harus mendapat persetujuan
dari kepala bagian atau kepada departemen. Sementara itu untuk beberapa jenis
bahan baku dan perlengkapan tertentu pembelian dilakukan secara otomatis,
karena sistem dirancang sedemikain rupa sehingga apabila saldonya telah
sampai bawah batas tertentu, komputer akan langsung melakukan pemesanan
kepada pemasok yang telah tercantum dalam database perusahaan, sering juga
tersambung langsung dengan komputer pemasok, sehingga otorisasi
berlangsung otomatis.

Setelah permintaan pembelian diotcrisasi, segera disusul dengan


pembuatan order pembelian barang atau jasa. Order pembelian diterbitkan
kepada seorang pemasok untuk membeli barang atau jasa yang disebutkan
dalam order pada harga tertentu dan dikirimkan pada taggal atau sebelum
tanggal yang disebut di dalamnya. Order pembelian yang bisa dibuat dalam
bentuk teertulis atau elektronik, biasanya dipandang sebagai dokumen resmi,
dan merupakan suatu permintaan untuk membeli barang atau jasa.

Perusahaan biasanya membentuk suatu bagian pembalian untuk menjamin


diperolehnya barang dan jasa dengan kualitas yang baik dengan harga yang
rendah. Agar tercipta pengendalian internal yang baik, bagian pembelian

15 | H a l a m a n
sebaiknya terpisah dari bagian yag memberi otorisasi dan yang menerima
barang. Semua order pembelian hendaknya bernomor urut tercetak agar dapat
dengan mudah diketahui berapa order pembelian yang sudah diterbitkan dan
harus dirancang untuk meminimumkan kemungkinan hilangnya formuir secara
tidak disengaja ketika barang sudah dipesan.

 Pemisahan Pemegang Aset dari Fungsi Lainnya


Kebanyakan perusahaan memiliki bagian penerimaan yang harus membuat
laporan penerimaan barang sebagai bukti bahwa barang telan diterima dan
diperiksa. Salah satu copy biasanya dikirimkan ke gudang bahan baku dan
lembar lainnya dikirim ke bagian utang untuk memberi informasi yang mereka
butuhkan. Untuk mencegah pencurian dan penyalahgunaan, barang harus
diawasi secara fisik sejak barang tersebut diterima hingga digunakan atau
dijual. Personel yang ditugasi di bagian penerimaan harus independen dari
bagian gudang dan bagian akuntansi. Terakhir, catatan akuntansi harus
mengikuti perpindahan tangungjawab atas barang setiap ketika barang tersebut
berpindah, dari penerimaan barang ke gudang, dari gudang ke pabrik, dan
seterusnya.

 Pencatatan Tepat Waktu dan Review Independen atas Transaksi


Pada sejumlah perusahaan, pencatatan utang yang timbul dari transaksi
pembelian dilakukan ketika barang atau jasa diterima. Pada perusahaan
lainnya, pencatatan ditangguhkan hingga faktur dari pemasok diterima. Cara
manapun yang dipakai, bagian utang bertanggungjawab untuk mencermati
ketepatan pembelian. Hal ini dilakukan dengan membandingkan rincian dalam
order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok untuk
menentukan bahwa uraian/deskripsi, harga, kuantitas, termin, dan biaya
pengangkutan dalam faktur penjual adalah benar. Bagian utang juga kebenaran
perkalian, penjumlahan, dan pendistribusian akunnya. Dalam perusahaan yang
menerapkan berbantuan komputer, perangkat lunak komputer bisa memeriksa
ketelitian fakturr secara otomatis. Bagian utang juga harus memeriksa
penggunaan laporan penerimaan barang untuk memastikan bahwa tujuan
kelengkapan telah terjadi.

Pengendalian penting di bagian utang dan bagian teknologi informasi


mensyaratkan bahwa personel yang mencatat pembelian harus tidak memiliki
akses ke kas, surat berharga, dan aset lain. Dokumen dan catatan yang cukup,
prosedur yang tepat untuk pencatatan, dan pengecekan independen atas kinerja,
semua merupakan pengendalian yang penting dalam fungsi utang usaha.

 Otorisasi Pembayaran
Pengendalian terpenting atas pengeluaran kas meliputi :

16 | H a l a m a n
o Penandatangaran check oleh individu yang diberi otorisasi oleh
perusahaan

o Pemisahan tanggungjawab untuk menandatangani check dan


melaksanakan fungsi utang usaha

o Pemeriksaan yang cermat atas dokumen pendukung oleh penandatangan


check sebelum suatu check ditandatangani.

Check harus bernomor urut tercetak untuk memudahkan pengawasan


penggunaan check dan dicetak pada kertas khusus untuk mempersulit
pengubahan nama penerima atau jumiah rupiahnya, jika check tersebut akan
disalahgunakan seseorang. Perusahaan harus melakukan pengawasan fisik atas
blangko check, check yang dibatalkan, maupun check yang sudah
ditandatangani. Perusahaan juga harus mempunyai cara untuk mencegah
penggunaan kembali bukti pendukung yang telah digunakan, misalnya dengan
memberi tanda dengan dicap atau diperforasi. Metoda yang lazim dipakai
adalah dengan menuliskan nomor check pada dokumen pendukung sehingga
terlihat bahwa dokumen tersebut telah digunakan sebagai pendukung transaksi
sebelumnya.

2.3.3. Menentukan Luasnya Pengujian Pengendalian


Setelah auditor mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan defisiensinya,
auditor bisa melakukan pengendalian. Apabila auditor bermaksud untuk
mengandalkan pada pengendalian untuk mendukung penilaian resiko
pengendalian pendahuluan di bawah maksimum, auditor melakukan pengujian
pengendalian untuk mendapatkan bukti bahwa pengendalian telah beroperasi
dengan etektif. Dengan telah beroperasinya pengendalian secara efektif yang
didukung dengan tambahan pengujian pengendalian, auditor akan bisa
menurunkan pengujian substantifnya.

2.3.4. Merancang Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif


Golongan Transaksi Untuk Pembelian
Tabel 15-2 meringkas pengendalian internal kunci, pengujian pengendalian yang
lazim dilakukan, dan pengujian substantif golongan transaksi yang biasa
dilakukan untuk setiap tujuan audit transaksi. Dalam ilustrasi ini, kita berasumsi
bahwa perusahaan memiliki jurnaal pembelian tersendiri untuk mencatat semua
transaksi pembelian.
Dalam memahami Tabel 15-2 di bawah ini, anda harus:

 Menghubungkan setiap pengendalian internal cengan tujuan audittransaksi

 Menghubungkan pengujian pengendalian dengan pengendalian internal

17 | H a l a m a n
 Menghubungkan pengujian substantif golongan transaksi dengan tujuan
audit transaksi setelah mempertimbangkan pengendalian dan defisiensi
dalam sistem.

Bukti audit untuk suatu perikatan audit akan bervariasi tergantung pada
pengendalian internal serta keadaan lainnya. Efisiensi adit yarg signifikan akan
tercapai dalam audit apabila pengendalian beroperasi secara etektif.

Empat dari enam tujuan audit golongan transaksi pantas untuk mendapat
perhatian khusus dan oleh karena itu akan dibahas lebih dalam di bawah ini.
Kebenaran kebanyakan akun aset, liabilitas, dan beban tergantung pada
kebenaran pencatatan transaksi dalam jurnal pembelian, terutama yang berkaitan
dengan empat tujuan ini.

1. Pembelian Terbukukan adalah untuk Barang dan Jasa yang Diterima


(Kelerjadian)
Apabila auditor puas bahwa pengendalian cukup untuk ini, pengujian untuk
menerima adanya transaksi yang tidak tepat dan pencatatan transaksi yang tidak
pernah terjadi bisa sangat dikurangi. Pengendalian yang memadai bisa mencegah
terjadinya pencatatan transaksi yang tidak pernah terjadi secara tidak disengaja,
terutama

Tabel 15-2 Ikhtisar Tujuan Audit Golongan Transaksi, Pengendalian Kunci,


Pengendalian Internal dan Pengujian Subtantif Golongan Transaksi untuk
Pembelian
Tujuan Audit Pengendalian Internal Pengujian Pengujian Subtantif
Golongan Kunci Pengendalian Golongan Transaksi
Transaksi
Pembelian Permintaan pembelian, Memeriksa dokumen- Mereviewjurnal
terbukukan adalah order pembelian, laporan dokumen dalam paket pembelian, buku besar,
untuk barang dan penerimaan barang, dan voucheruntuk master fileutang usaha
jasa yang diterima faktur dari penjual menguji keberadaan. untuk memeriksa yang
(keterjadian) dilampirkan pada berjumlah besar atautidak
voucher. biasa.

Pembelian telah disetujui Memeriksa ada Memeriksa dokumen


oleh pejabat yang tidaknya persetujuan. pendukung untuk
berwenang. memeriksa kewajaran dan
keabsahan (faktur penjual,
Komputer menerima Mencoba menginput laporan penerimaan
entrypembelian hanya dengan pemasok barang, order pembelian,
dari pemasok terotorisasi terotorisasi dan danpermintaan pembelian).
dalam master file. pemasok tidak
terotorisasi.
Dokumen diberi tanda

18 | H a l a m a n
batal untuk mencegah Memeriksa Memeriksa master file
penggunaan ulang. dilakukantidaknya pemasok untuk memeriksa
pembatalan. ada tidaknya pemasok tak
Faktur penjual, laporan terotorisasi.
penerimaan barang, order
pembelian, dan Menelusur
permintaan pembelian pembelianpersediaan ke
diverifikasi internal. master file
persediaan.Memeriksa
pembelian aset tetap.
Transaksi Order pembelian Memeriksa Menelusur dari suatufile
pembelian yang bernomor urut tercetak keberurutan laporan penerimaan barang
terjadi telah dan penggunaan order ke jurnal pembelian.
dilakukan dipertanggungjawabkan pembelian.
(kelengkapan) penggunaannya.

Laporan penerimaan Memeriksa Menelusur dari suatufile


barang bernomor urut keberurutan faktur penjual ke jurnal
tercetak dan penggunaan laporan pembelian.
dipertanggungjawabkan penerimaan barang.
penggunaannya.

Voucher bernomor urut Memeriksa


tercetak dan keberurutan voucher.
dipertanggungjawabkan
penggunaannya.
Transaksi Perhitungan dan jumlah- Memeriksa ada Membandingkan
pembelian jumlah diverifikasi tidaknya verifikasi pembelian terbukukan
terbukukan secara internal. internal. dalam jurnal pembelian
akurat (ketelitian) dengan faktur penjual,
Total perbatch Memeriksa total laporan penerimaan
dibandingkan dengan dalam file batch barang, dan dokumen
laporan dari computer untuk memastikan pendukung lainnya.
ada tidaknya paraf
petugas pemeriksa; Menghitung ulang untuk
Bandingkan total memeriksa ketelitian
dengan laporan dari dalam faktur penjual,
computer termasuk potongan dan
biaya pengangkutan.
Pembelian mendapat Memeriksa ada
persetujuan harga dan tidaknya persetujuan
potongan.
Transaksi Isi master file utang Memeriksa ada Memeriksa ketelitian
pembelian usaha diverifikasi tidaknya verifikasi penulisan dengan mentotal
dibukukan dalam internal internal. jurnal dan menelusur
master file utang posting ke buku besar dan
usaha dan Total master file atau Memeriksa ada ke master file utang usaha
pembelian dan daftar utang usaha tidaknya paraf pada dan persediaan.
dibuat ikhtisarnya dibandingkan dengan akun buku besar
dengan benar saldo dibuku besar. sebagai tanda telah

19 | H a l a m a n
(posting dan dilakukan
pengikhtisaran) pembandingan.
Transaksi Digunakan daftar akun Memeriksa manual Membandingkan
pembelian yang memadai. prosedur dan daftar penggolongan dengan
digolongkan akun. daftar akun dengan
dengan benar mengacu ke faktur penjual.
(penggolongan) Penggolongan akun Memeriksa ada
verifikasi internal. tidaknya verifikasi
internal.
Transaksi Prosedur mewajibkan Memeriksa manual Membandingkan tanggal
pembelian dicatat pencatatan segera setelah prosedur dan pada laporan penerimaan
pada tanggal yang barang atau jasa memeriksa apakah barang dengan faktur
benar (saat) diterima. ada faktur penjual penjual dan tanggal pada
yang terbukukan. jurnal pembelian.

Tanggal diverifikasi Memeriksa ada


secara internal. tidaknya verifikasi
internal.

yang berupa pencatatan pembelian ganda. Pengendalian yang memadai juga bisa
mencegah klien dari kesalahan mencatat beban yang bukan beban perusahaan,
atau transaksi penyalahgunaan aset atau hal-hal yang mendatangkan keuntungan
bagi manajemen atau karyawan perusahaan dan bukan untuk kepentingan
perusahaan yang di audit. Dalam keadaan tertentu, transaksi yang tidak terlihat
jelas, seperti misalnya dalam hal terjadi pembelian barang untuk keperluan pribadi
yang dilakukan tanpa otorisasi. Dalam situasi lain, ketepatan suatu transaksi sulit
untuk dievaluasi, seperti misalnya pembayaran iuran keanggotaan club golf, atau
pembayaran beban perjalanan berlibur ke luar negeri untuk manajemen dan
keluarganya. Apabila pengendalian atas transaksi yang tidak tepat atau transaksi
yang tidak pernah terjadi tidak memadai, diperlukan pemeriksaan yang lebih
ekstensif atas bukti-bukti pendukung.

2. Pembelian yang Terjadi Telah Dibukukan (Kelengkapan)

Kegagalan mencatat pembelian barang dan jasa yang diterima menyebabkan


utang usaha kurang saji dan mengakibatkan laba bersih dan ekuitas pemilik lebih
saji. Oleh karena itu, auditor harus memandang hal ini sebagai tujuan yang
penting. Dalam situasi audit tertentu, menentukan apakah ada transaksi yang tidak
dicatat, sehingga auditor harus mengandalkan pada pengendalian dan pada
pengujian subtantif golongan transaksi untuk tujuan ini. Tambahan pula, karena
audit utang usaha memakan waktu yang cukup lama, pengendalian internal yang
efektif dan pengujian yang tepat, bisa menurunkan biaya audit yang cukup
signifikan.

3. Pembelian Dicatat dengan Akurat (Ketelitian)

20 | H a l a m a n
Luas pengujian rinci pada kebanyakan akun neraca dan akun beban tergantung
pada evaluasi auditor tentang efektivitas pengendalian internal atas ketelitian
pencatatan transaksi pembelian. Sebagai contoh apabila auditor yakin bahwa
transaksi aset tetap dicatat dengan benar dalam jurnal pembelian, maka bisa
diterima apabila auditor memutuskan untuk memeriksa dokumen pendukung
pembelian periode ini yang lebih sedikit selama melakukan pengujian rinci saldo
dibandingkan dengan apabila pengendalian tidak memadai.

Apabila klien menggunakan catatan persediaan perpetual, pengujian rinci saldo


juga dapat dikurangi secara signifikan seandainya auditor percaya bahwa catatan
perpetual adalah akurat. Pengendalian atas pembelian yang terkandung dalam
catatan perpetual biasanya diuji sebagai bagian dari pengujian pengujian dan
pengujian substantif golongan transaksi pembelian.

4. Pembelian Digolongkan dengan Benar (Penggolongan)

Pengujian rinci akun individual tertentu dapat dikurangi apabila auditor yakin
bahwa pengendalian internal mencukupi untuk dapat memberikan keyakinan
memadai mengenai penggolongan yang benar di dalam jurnal pembelian.
Meskipun semua akun terpengaruh sampai pada tingkatan tertentu oleh efektivitas
pengendalian untuk penggolongan, dua bidang yang paling terpengaruh adalah
pembelian aset tetap periode ini, dan semua akun beban, seperti beban reparasi
dan pemeliharaan, beban listrik & gas, dan beban advertensi.

Auditor akan banyak membutuhkan waktu untuk melaksanakan pengujian


dokumen pembelian aset tetap dan akun-akun beban periode ini guna memeriksa
ketelitian dan kebenaran penggolongan. Oleh karena itu akan sangat menghemat
waktu apabila pengendalian internal efektif.

2.3.5. Perancangan Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif


Golongan Transaksi Untuk Pengeluaran Kas

Tabel 15-3 untuk pengeluaran kas menggunakan format yang sama dengan Tabel
15-2 untuk pembelian. Untuk pengendalian dan prosedur- prosedur audit ini kita
berasumsi bahwa terdapat jurnal khusus pembelian dan pengeluaran kas.
Komentar kita tentang metodologi dan proses untuk mengembangkan prosedur
audit untuk pembelian diterapkan sama untuk pengeluaran kas.

Auditor biasanya melaksanakan pengujian pembelian dan pengeluaran kas


pada saat yang sama. Untuk transaksi-transaksi tertentu yang dipilih dari jurnal
pembelian untuk diperiksa, faktur penjual, laporan penerimaan barang, dan
dokumen pendukung lainnya diperiksa pada saat yang sama. Dengan demikian
verifikasi dilakukan secara efisien tanpa mengurangi efektivitas pengujian.

21 | H a l a m a n
2.3.6. Sampling Atribut Untuk Pengujian Pengendalian Dan Pengujian
Substantif Golongan Transaksi

Mengingat betapa pentingnya pengujian pengendalian dan pengujian golongan


transaksi untuk pembelian dan pembayaran, maka penggunaan sampling atribut
menjadi sangat lazim dilakukan. Pendekatannya serupa dengan yang digunakan
untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi untuk
penjulan seperti telah dibahas bagian "Sampling Audit Statistik" di halaman 584
Chapter 12.

Tabel 15-3 Ikhtisar Tujuan Audit Golonga Transaksi, Pengendalian Kunci,


PengujianPengendalian, dan Pengujian Substantif Golongan Transaksi
Pengeluaran Kas

Tujuan Audit Pengendalian Internal Pengujian Pengujian Substantif


GolonganTransaksi Kunci Pengendalian Golongan Transaksi
Pengeluaran kas yang Terdapat pemisahan Diskusikan dengan Reviewjurnal
dibukukan adalah tugas yang memadai personel terkait dan pengeluaran kas, buku
untuk barang dan jasa antara piutang usaha dan observasi aktivitas. besar, dan master file
yang telah diterima penyimpan check yang utang usaha untuk
(keterjadian) telah ditandatangani pembayaran berjumlah
atau otoritas besar dan tidak biasa.
membayarkan dana
secara elektronis. Diskusikan dengan
personel terkait dan Telusur check atau
Dokumen pendukung observasi aktivitas. catatanpembayaran
diperiksa lebih dahulu bank elektronik ke
sebelum check jurnal pembelian yang
ditandatangani atau bersangkutan dan
sebelum dilakukan periksa nama penerima
pembayaran dana secara pembayaran dan
elektronis oleh petugas Periksa ada jumlahnya.
yang diberi otoritas oleh tidaknya
perusahaan. persetujuan
pembayaran Periksalah check;
Diberikan persetujuan penandatanganannya,
pembayaran pada atau gunakan data
dokumen pendukung bank bahwa check
pada saat check telah dibayar bank.
ditandatangani.
Periksa dokumen
pendukung sebagai
bagiandari pengujian
pembelian.
Transaksi pengeluaran Check bernomor urut Periksa Rekonsiliasi catatan
kas yang ada telah tercetak dan keberurutan pengeluaran kas
dibukukan dipertanggungjawabkan penggunaan check. dengan pengeluaran
(kelengkapan) penggunaannya. kas dalam laporan
Periksa rekonsiliasi bank (proof of cash).

22 | H a l a m a n
Rekonsiliasi bank dibuat bank dan observasi
setiap bulan oleh pembuatannya.
petugas independen
yang terpisah dari
pencatatan pengeluaran
kas ayau penyimpanan
aset.
Transaksi pengeluaran Perhitungan dan jumlah- Periksa ada Periksa pengeluaran
kas telah dibukukan jumlah diverifikasi tidaknya verifikasi check dan catatan
dengan tepat internal. internal. pengeluaran kas dalam
(ketelitian) catatan elektronik bank
Rekonsiliasi bank dibuat dengan jurnal
secara bulanan oleh Periksa rekonsiliasi pembelian dan jurnal
personel independen. bank dan observasi pengeluaran kas.
penyiapannya.
Hitung ulang potongan
tunai.
Buatlah proof of cash.
Transaksi pengeluaran Isi master fileutang Periksa ada Test ketelitian penulisan
kas dibukukan dalam usahadiverifikasi tidaknya verifikasi dengan memeriksa
master file utang internal. internal. kebenaran
usaha dengan benar penjumlahan vertikal
dan diringkas dengan Master file utang usaha (footing) jurnal dan
benar (posting dan atau total daftar saldo Periksa paraf pada telusur posting ke buku
peringkasan) dibandingkan dengan akun-akun besar besar dan master file
saldo buku besar. sebagai tanda telah utang usaha.
dibandingkan.
Transaksi pengeluaran Digunakan daftar akun Periksa manual Bandingkan
kas digolongkan yang memadai prosedur dan daftar penggolongan dengan
dengan benar akun. daftar akun dengan
(penggolongan) mengacu pada faktur
Penggolongan akun Periksa ada penjual dan jurnal
diverifikasi internal tidaknya verifikasi pembelian.
internal.
Transaksi pengeluaran Prosedur mensyaratkan Periksa manual Bandingkan tanggal
kas telah dicatat pada pencatatan transaksi prosedur dan pada check atau
tanggal yang benar sesegera mungkin observasi apakah catatan elektronik bank
(saat) setelah check ada check yang dengan jurnal
ditandatangani atau tidak dicatat. pengeluaran kas.
pengiriman secara
elektronik untuk Periksa ada Bandingkan tanggal
pengolahan bank. tidaknya verfikasi pada check dengan
internal. catatan elektroniknya
Tanggal diverivikasi bank.
secara internal.

Ada tiga hal yang berbeda pada siklus pembelian dan pembayaran
dibandingkan dengan siklus-siklus lainnya :

23 | H a l a m a n
1. Seperti telah disinggung pada awal bab, siklus ini menyangkut banyak,
baik yang berupa akun-akun neraca. Dampaknya adalah kemungkinan
terjadnyae kesalahan dalam penggolongan menjadi tinggi, bahkan
beberapa diantaranya berpengaruh terhadap laba besih. Contohnya adalah
kesalahan penggolongan antara beban reparasi dan pemeliharaan dan aset
tetap. Akibatnya, auditcr sering menurunkan tingkat toleransi bisa
diterima, terutama untuk atribut penggolongan.
2. Dalam siklus transaksi ini sangat lazim diperlukan pertimbangan yang
signifikan, seperti misalnya dalam hal sewa guna dan biaya konstruksi.
Kebutuhan atas pertimbangan ini meningkatkarn kemungkinan terjadinya
kesalahan penyajian. Akibatnya, auditor sering menurunkan tingkat
toleransi bisa diterima untuk atribut ketelitian.
3. Jumlah rupiah untuk transaksi individual, seringkali berjumlah sangat
besar. Akibatnya, auditor menggabungkan unsur-unsur yang besar dan
tidak biasa seperti itu dan mengujinya 100%.

2.4. Metodologi Untuk Perancangan Pengujian Rinci Saldo Untuk Utang


Usaha

Karena hampir semua transaksi dalam siklus pembelian dan pembayaran mengalir
melalui akun utang usaha, akun ini sangat kritikal dalam setiap audit atas siklus
pembelian dan pembayaran . Utang usaha adalah kewajiban yang belum dibayar
yang berasal dari pembelian barang dan jasa yang telah diterima dalam kegiatan
normal perusahaan. Utang usaha meliputi kewajiban yang timbul dari pembelian
bahan baku, peralatan, listrik, reparasi dan masih banyak barang dan jasa lainnya
yang diterima sebelum akhir tahun buku. Kebanyakan utang usaha dapat juga
diidentifikasi melalaui keberadaan faktur dari penjual yang menunjukan
kewajiban perusahaan
Utang usaha harus dibedakan dari utang biaya dan kewajiban utang bunga
Kewajiban merupakan utang usaha hanya apabila total kewajiban diketahui dan
terutang pada tanggal neraca. Apabila kewajiban menyangkut pembayaran bunga ,
maka harus dicatat sebagai utang wesel , utang kontrak , utang hipotik, atau utang
obligasi.
Gambar 15-3 di bawah ini meringkas UU untuk perancangan kredit detail
utang usaha. Metodologi ini sama dengan yang digunakan untuk pembayaran pada
Bab 13 (lihat Gambar 13-1 di halaman 603).

Gambar 15-3 Metodologi Untuk Perancangan Pengujian Rinci Saldo Untuk


Utang Usaha

24 | H a l a m a n
Apabila pengujian pengendalian dan pengujian subtantif ggolingan
transasksi menunjukan bahwa pengendalian internal beroprasi secara efektif, dan
prosdedur analitis menunjukan hasil yang memuaskan, auditor pada umumnya
akan menurunkan rinci saldo. Namun, karena pada kebanyakan perusahaan, utang
usaha cendrung menjadi matefial, auditor hampir selalu melakukan pengujian
rinci saldo

2.4.1. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien Yang Memengaruhi Utang


Usaha (Tahap I)

Akhir-akhir ini banyak perusahaan fokus pada upaya memperbaiki manajemen


aktivitas rantai-pemasokan yang telah berubah berbaga hal dalam rancangan
sistem yang digunakan untuk menginisiasi dan mencatat aktivitas pembelian dan
pembayaran. Upaya-upaya untuk merampingkan pembelian dan pembayaran
barang dan jasa, termasuk lebih meningkatkan pembelian persediaan secara just-
in-time , meningkatkan berbagai informasi dengan pemasok, dan penggunaan
teknologi informasi dan e-commerce untuk transaksi bisnis, telah mengubah

25 | H a l a m a n
semua aspek siklus pembelian dan pembayaran pada banyak perusahaan.
Perubahan-perubahan sistem ini bisa sangat kompleks.
Perubahan-perubahan ini dapat meningkatkan secara signifikan. Sebagai
contoh, pemasok bisa memiliki akses yang lebih besar pada catatan utang usaha
yang memungkinkan mereka untuk secara terus menerus memantau saldo usaha
dan melakuakan rekonsiliasi rinci transaksi . Akses oleh pihak luar, seperti
misalnya pemasok, atas catatan akuntansi mengancam kemungkinan terjadinya
kesalahan penyajian apabila akses yang tidak diawasi dengan baik. Demikian
pula, meningkatnya fokus dalam memperbaiki logistic per gerakan fisik
persediaan melalui rantai distribusi perusahaan bisa meningkatkan meningkatkan
kesulitan dalam menetapkan pisah batas saldo utang usaha yang efektif pada
akhir tahun. Auditor harus mengerti sifat perubahan system tersebut untuk
mengidentifikasi apakah risiko bisnis klien dan pengendalian manajemen terkait
memengaruhi kemungkinan kesalahan penyajian material dalam utang usaha .

2.4.2. Menetapkan Materialitas Kinerja Dan Menilai Risiko Inheren


(Tahap I)

Seperti halnya piutang, sejumlah besar transaksi bisa memengaruhi kewajiban


usaha. Saldonya seringkali berjumlah besar dan meliputi sejumlah besar pemasok
dan biasanya akan mahal bila harus mengaudit semua akun tersebut. Karena
alasan tersebut, auditor biasanya menetapkan materialitas kinerja untuk utang
usaha yang relatif tinggi. Dengan alasan yang sama, auditor sering menilai risiko
inheren pada tingkat medium atau tinggi.. Mereka biasanya menaruh kelengkapan
dan tujuan saldo pisah batas karena potensi terjadinya kurang saji dalam saldo
utang usaha .

2.4.3. Menilai Risiko Pengendalian Dan Merancang Serta Melaksanakan


Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Golongan
Transaksi (Tahap I Dan II)

Seperti Gambar pada Gambar 15-3, setelah auditor menetapkan materialtas


kinerja dan risiko inheren untuk utang usaha , mereka menila Risiko
pengendalian berdasarkan pemahaman atas pengendalian internal. Pengujian
subtantif yang dilakukan oleh auditor pada akhirnya akan terganutng pada
efektivitas pengendalian internal yang berkstisn dengan utang usaha. Oleh karena
itu, auditor harus memiliki pemahaman yang dalam tentang bagaimana
pengendalian berhubungan dengan utang uaha .
Pengaruh pengendalian internal klien atas pengujian pengendalian internal
dapat dilukiskan dengan dua contoh sebagai berikut:
a) Misalkan klien yang memiliki pengendalian internal yang efektif atas
catatan dan pembayaran untuk pembelian. Penerimaan barang
didokumentasi melalui penggunaan laporan peneriman barang

26 | H a l a m a n
bernomor urut tercetak; voucher bernomor urut tercetak dibuat dengan
tepat dan efisien dan dicatat dalam file transaksi pembelian dan master
file hutang usaha. Pengeluaran kas dilakukan dengan tepat pada tanggal
jatuhnya dan segera dicatat dalam file transaksi dan dalam master file
hutang usaha. Saldo utang usaha individual dalam filedi rekonsiliasi
secara bulanan dengan laporan dari pemasok , dan computer secara
otomatis merekonsiliasi total master file dengan buku besar. Dalam hal
ini, verifikasi atas utang usaha membutuhkan sedikit pekerjaan dari
auditor, karena auditor berkesimpulan bahwa pengendalian internal
telah beroperasi secara efektif.
b) Misalkan perusahaan tidak menggunakan laporan penerimaan barang,
klien menunda pencatatan pembelian hingga dilakukan pembayaran
kas, dan karena kekurangan kas, tagihan dari pemasok sering dibayar
beberapa bulan setelah tanggal jatuh- nya. Jika auditor berhadapan
dengan seperti itu, ada kemungkinan terjadi kurang saji dalam utang
usaha ; oleh karena itu diperlukan pengujian rinci yang ekstensif untuk
memastikan apakah utang usaha telah ditetapkan dengan tepat pada
tanggal neraca.
Kita telah membahas pengendalian internal terpenting dalam siklus pembelian
dan pembayaran serta pengujian pengendalian dan pengujian subtantif golongan
transaksi pada awal bab ini . Sebagai tambahan atas pengendalian-pengendalian
tersebut , pada setiap bulan eorang karyawan yang independen atau program
komputer harus merekonsiliasi laporan dari pemadok dengan liabilitas dalam
pembukuan, serta master file hutang usaha dengan buku besar. Setelah menilai
resiko pengendalian , auditor merancang dan melaksanakan pengujian
pengendalian dan pengujian subtantif golingan transaksi atas pembelian dan
pengeluaran kas.

2.4.4. Merancang Dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)

Penggunaan prosedur analitis merupakan hal penting dalam siklus pembelian dan
pembayaran seperti halnya daam siklus yang lain, terutama dalam menemukan
kesalahan penyajian dalam utang usaha. Tabel 15-4 melukiskan prosedur analitis
untuk akun-akun necara dan akun-akun laba-rugi dalam siklus pembelian dan
pembayaran yang berguna untuk menemukan area-area yang memerlukan
investigasi tambahan.
Auditor harus membandingkan total beban tahun ini dengan tahun sebelunya
untuk menemukan kesalahan penyajian dalam utang usaha mapun dalam akun
beban. Karena penggunaan pembukuan berpasangan , suatu kesalahan penyajian
dalam akun beban biasnya juga akan berakibat kesalahan penyajian yang sama
pada akun utang usaha. Olleh Karen , itu pembandingan beban-beban yang
terjadwal dengan regular dengan tahun sebelunnya merupakan prosedur yang
efektif dalam menganalisis utang apabila beban dari tahun ketahun relative setabil.

27 | H a l a m a n
2.4.5. Merancang Dan Melaksanakan Pengujian Rinci Saldo Akun Utang
Usaha (Tahap III)

Tujuan secara keseluruhan audit utang usaha adalah untuk untuk menentukan
apakah saldo utang usaha telah disajikan secara wajar dan diungkapkan dengan
tepat. Tujuh dari delapan tujuan audit saldo yang telah dibagikan pada Bab 4
diterapkan pada audit utang usaha, yaitu:keberadaan, kelengkapan, ketelitian,
penggolongan, pisah-batas, kecocokan saldo dan hak serta kewajiban. Nilai bersih
bisa direalisasi tidak bisa diterapkan pada utang usaha.
Ada perbedaan penting dalam penekanan audit atas liabilitas dan asset.
banyak hal Ketika auditor mengaudit aset, auditor akan menekankan pada lebih
saji melalui verifikasi dengan konfirmasi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
dokumen pendukung. Peekatan sebaliknya dilakukan auditor dalam audit atas
saldo liabilitas. Dalam hal ini auditor menekankan pada kemungkinan terjadinya
kurang saji atau penghilang libilitas .
Perbedaan penekanan dalam audit asset dan kewajiban berakibat langsung
pada kewajiban hukum akuntan publik. Ketika penanam modal, kreditur, dan
pengguna lainnya setelah diterbitkannya laporan keuangan auditan menentukan
bahwa laba dan ekuitas pemilik telah lebih saji material, maka tuntutan hukum
untuk KPA layak untuk dlakukan. Karena kesalahan penyajian ekuitas pemilik
dapat timbul baik dengan membuat lebih saji aset atau membuat kurang saji
liabilitas , maka logis bagi auditor untuk menaruh perhatian yang besar pada
kedua jenis kesalahan penyajian tersebut . Auditor juga jangan melupakan bahwa
kemungkinan asset kurang saji dan libilitas lebih saji , termasuk yang timbul dari
kesalalhan penyajian berupa lebih saji dalam utang usaha.
Dalam uraian ini, kita akan menggunakan tujuan audit saldo dari Bab 13
yang diterapkan dalam mengaudit piutang usaha dengan tiga modifikasi kecil
berikut:
a. Tujuan bersih bisa direalisasi tidak diterapkan untuk liabilitas Nilai
bersih bisa direalisasi hanya Pelaksanaan untuk aset.
b. Aspek hak pemilikan dari tujuan hak dan kewajiban tidak diterap- kan
untuk liabilitas. Untuk aset, auditor sangat menekankan pada hak klien
atas penggunaan dan penghapusan asset.. Untuk liabilitas, auditor
memusatkan perhatian pada kewahiban klien untuk membayar utang.
Apabila klien tidak mempunyai kewajiban untu membayar, maka tidak
akan dicntumkan sebagai liabilitas.
c. Untuk, liabilitas lebih ditekankan pada pencarian kurang saji daripada
atas lebih saji, seperti telah diuraikan diatas.

Tabel 15-5 mencakup tujuan audit saldo dan prosedur pengujian rinci
saldo yang lazim dilakukan atas utang usaha. Prosedur audit yang sesungguhnya
diterapkan auditor bisa bervariasi tergantung pada sifat entitas, materialitas utang

28 | H a l a m a n
usaha, sifat dan efektivitas pengendalian internal, serta resiko inheren. Ketika
auditor melaksanakan pengujian rinci saldo utang usaha dan akun liabilitas
lainnya, auditor biasanya mengumpulkan bukti tentang empat tujuan penyajian
dan pengungkapan, terutama ketika melakukan pengujian untuk tujuan
kelengkapan. Prosedur lainyang berkaitan dengan tujuan penyajian dan
pengungkapan dilakukan sebagai bagian dari prosedur untuk menyelesaikan audit
yang akan di bahas pada bab 21.

Tabel 15-5 Tujuan Audit Saldo dan Pengujian Rinci atas Saldo Utang Usaha
Tujuan Audit Saldo Prosedur Pengujian Audit Komentar
Utang usaha dalam daftar Jumlahkan utang atau gunakan Bila penjumlahan dilakukan
utang usaha cocok dengan komputer untuk secara menjual tidak perlu
yang tercantum pada master menjumlahkan daftar utang seluruh halaman dijumlah.
file yang bersangkutan, dan usaha.
totalnya cocok dengan yang
tercantum di buku besar Telusuri total ke buku besar.
(kecocokan saldo)
Telusur faktur penjual Penelusuran ke master file
individual ke master file untuk bisa dibatasi, kecuali bila
mencocokan nama dan pengendalian lemah.
jumlahnya.
Utang usaha dalam daftar Telusuri dari daftar ulang Biasanya kurang mendapat
utang usaha sungguh-sungguh usaha ke faktur penjual dan perhatian, karena perhatian
ada (keberadaan) laporan dari pemasok utama pada lebih saji.

Konfirmasi utang usaha,


terutama untuk yang
berjumlah besar dan tidak
biasa.
Utang usaha yang ada telah Lakukan pengujian liabilitas Ini adalah pengujian audit
tercantum dalam daftar utang setelah tanggal penutupan yang penting untuk utang
usaha (kelengkapan) buku. usaha.
Utang usaha yang tercantum Lakukan prosedur yang sama Biasanya, tekanan pada
dalam daftar telah akurat dengan yang digunakan untuk prosedur untuk ketelitian ini
(ketelitian) tujuan keberadaan dan adalah kurang saji
pengujian setelah tanggal dibandingkan dengan untuk
penutupan buku. penghilangan.
Utang usaha yang tercantum Review daftar dan master file Pengetahuan tentang bisnis
dalam daftar telah digolongkan yang bersangkutan dengan klien sangat penting untuk
dengan benar (penggolongan) pihak yang berelasi, liabilitas pengujian ini.
berbunga, utang jangka
panjang, utang bersaldo debet.
Transaksi dalam siklus Lakukan pengujian setelah Ini merupakan pengujian yang
pembelian dan pembayaran tanggal penutupan buku. sangat penting untuk utang
telah dicatat pada periode yang Lakukan pengujian rinci usaha. Ini disebut pengujian
tepat (pisah-batas) sebagai bagian dari observasi pisah batas.
penghitungan persedian.

29 | H a l a m a n
Lakukan pengujian untuk
persediaan dalam penjualan.
Perusahaan memilliki Periksalah laporan dari Biasanya bukan merupakan
kewajiban untuk membayar pemasok dan konfirmasi utang perhatian utama dalam audit
liabilitas yang tercantum dalam usaha. utang usaha, karena semua
utang usaha 9kewajiban) utang usaha adalah kewajiban.

2.4.6. Pengujian Liabilitas Sesudah Tanggal Neraca

Karena penekanan audit pada kurang saji dalam akun-akun liabilitas pengujian
sesudah tanggal neraca sangat penting artinya bagi utang usaha. Luasnya
pengujian untuk menemukan utang yang tidak dicatat (sering disebut mencari
utang yang tidak dicatat), sangat tergantung tergantung pada penilaian risiko
pengendalian dan matrealitas saldo potensial dalam akun yang bersangkutan.
Prosedur audit yang sama yang digunakan untuk mencari utang tidak dicatat
diterapkan pula untuk tujuan ketelitian. Berikut adalah prosedur-prosedur yang
lazim dilakukan:
 Periksalah Dokumen Pendukung untuk Pengeluaran Kas Sesudah Tanggal
Neraca
Auditor memeriksa dokumen pendukung untuk pengeluaran kas sesudah tanggal
neraca untuk menentukan apakah pengeluaran kas itu untuk membayar utang dari
periode ini (periode yang dieriksa). Apabila pembayaran itu utang usaha untuk
memastikan apakah utang harus menelusur ke daftar utang usaha. Laporan
penerimaan termaksud tercantum dalam daftar utang usaha. Laporan penerimaan
barang menunjukan tanggal barang diterima dan oleh karena itu menjadi dokumen
yang sangat berguna. Demikian pula, faktur penjual biasanya menunjukan tanggal
suatu jasa diberikan. Auditor sering memeriksa dokumen-dokumen pendukung
pengeluaran kas yang dilakukan pada periode sesudah tanggal neraca beberapa
minggu sesudah tanggal neraca, terutama apabila klien sering tidak melakukan
pembayaran secara tepat waktu.
 Periksalah Dokumen Pendukung untuk Faktur Tagihan yang Belum
Dibayar Sampai Beberapa Minggu Setelah Akhir Tahun
Auditor melakukan prosedur ini di periode berikutnya dengan cara yang sama
seperti prosedur di atas untuk tujuan yang sama. Prosedur ini berbeda dengan
yang di atas, yaitu dalam hal kewajiban ini belum dibayar sampai menjelang akhir
audit, bukan kewajiban yang sudah dibayar.
Sebagai contoh , dalam suatu audit untuk tahun yang berakhir tanggal 31
Maret, dimisalkan auditor memeriksa dokumen pendukung untuk check yang
dibayar melewati tanggal 28 Juni.tagihan yang masih belum dibayar pada tanggal
28 Juni harus diperiksa untuk menuntukan apakah merupakan kewajiban pada
tanggal 31 Maret?

30 | H a l a m a n
 Telusur Laporan Penerimaan Barang yang Diterbitkan Sebelum Akhir
Tahun dengan Faktur Penjual yang Bersangkutan
Semua barang yang diterima sebelum akhir tahun buku harus dimasukan sebagai
utang usaha. Dengan menelusur laporan penerimaan barang yang diterbitkan
menjelang akhir tahun buku ke faktur penjual dan menyakinkan bahwa semua
telah dimasukan sebagai utang usaha, auditor menguji ada tidaknya utang yang
tidak dicatat.
 Telusur Laporan dari Pemasok yang Menunjukan Saldo Terutang ke Daftar
Saldo Utang Usaha
Apabila klien menyimpan arsip laporan bulanan dari pemasok, auditor dapat
menelusur setiap laporan yang menunjukan saldo terutang pada setiap tanggal
neraca ke daftar utang usaha untuk memastikan telah dimasukan sebagai utang
usaha.
 Pengiriman Konfirmasi Kepada Pemasok yang Memiliki Hubungan Bisnis
dengan Klien
Meskipun pengiriman konfirmasi untuk utang usaha tidak begitu lazim
dibandingkan dengan konfirmasi untuk piutang usaha, namun auditor dapat
menggunakan prosedur ini jika dipandang perlu untuk menguji jangan-jangan
nama pemasok tidak tercantum dalam daftar utang, atau ada transaksi yang
dihilangkan, atau saldonya tidak sesuai dengan catatan pemasok. Pengiriman
konfirmasi kepada pemasok aktif yang saldonya tidak tercantum dalam daftar
utang adalah cara yang efektif untuk mengungkapkan utang tidak dicatat. Jenis
konfirmasi ini biasanya disebut konfirmasi utang usaha.

2.4.7. Pengujian Pisah Batas

Pengujian pisah batas utang usaha dilakukan untuk menentukan apakah


transaksi yang dibukukan beberapa hari sebelum dan beberapa hari sesudah
tanggal neraca telah dibuktikan pada periode yang tepat. Lima pengujian audit
liabilitas yang telah dikemukakan diatas semua merupakan pangujian pisah batas
untuk pembelian, tetapi semuanya ditekankan untuk menemukan kurang saji. Tiga
prosedur pertama juga bermanfaat untuk menemukan kurang saji. Tiga prosedur
pertama juga bermanfaat untuk memeriksa dokumen pendukung sebagai
pengujian untuk lebih saji utang usaha. Sebagai contoh, prosedur pengujian ketiga
untuk kurang saji (utang tidak dicatat) dengan menelusur laporan penerimaan
barang yang diterbitkan sebelum akhir tahun buku kepada pemasok yang
bersangkutan. Untuk menguji lebih saji pisah batas, auditor harus menelusuri
laporan penerimaan barang yang diterbitkam setelah akhir tahun buku ke faktur
yang bersangkutan untuk menyakinkan bahwa transaksi yang bersangkutan tidak
dimasukan sebagai utang usaha (kecuali jika itu merupakan barang dalam
perjalanan yang akan dibahas nanti).
Kita telah membahas sebagian besar pengujian pisah batas dalam uraian di atas.
Dalam uraian dibawah ini kita akan fokus pada dua aspek yaitu : hubungan antara

31 | H a l a m a n
pisah batas dengan observasi fisik atas persediaan dan penentuan jumlah
persedian dalam perjalanan.
 Hubungan antara Pisah Batas dengan Observasi Fisik Persediaan
Dalam menentukan apakah pisah batas sudah benar, sebaiknya pengujian pisah
batas dikoordinasikan dengan observasi penghitungan fisik persediaan. Sebagai
contoh, misalkan suatu pembelian persediaan seharga Rp.40.000.000,- telah
diterima pada tanggal 31 desember petang, tak lama setelah perhitungan fisik
selesai. Apabila pembelian ini dimasukan dalam utang usaha dan pembelian tetapi
dikeuarkan dari persedian akhir, hasilnya adalah laba bersih akan kurang saji
sebesar Rp.40.000.000,. sebaliknya, apabila pembelian dikelaurkan baik dari
persediaan maupun dari utang usaha, maka keselahan penyajian akan terjadi
dalam neraca, tetapi laporan laba rugi benar. Satu-satunya cara agar auditor bisa
mengetahui tipe kesalahan penyajian mana yang telah terjadi adalah dengan
mengkoordinasi pengujian pisah batas dengan observasi persedian.
Informasi pisah batas untuk pembelian harus diperoleh selama observasi
fisik persedian. Pada waktu itu, auditor harus mereviewprosedur-prosedur di
bagian penerimaan barang untuk memastikan bahwa semua barang yang diterima
telah dihitung, dan auditor harus mencatat dalam dokumentasi audit nomor
laporan penerimaan barang terakhir yang dicantumkan dalam perhitungkan fisik.
Setelah tanggal perhitungan fisik, auditor kemudian harus menguji catatan
akuntansi untuk pisah batas. Auditor harus menelusuri nomor-nomor laporan
pengeriman barang yang sebelumnya sudah didokumentasi ke catatan utang usaha
untuk melakukan verifikasi bahwa mereka telah dimasukan atau dikeluarkan
dengan benar. Sebagai contoh, misalkan nomor laporan penerimaan barang
terkahir yang mengambarkan persediaan yang dimasukan ke dalam perhitungan
fisik adalah 3167. Auditor harus mencatat nomor dokumen ini dan kemudian
menelusurnya beserta beberapa nomor dokumen sebelumnya ke faktur penjual
yang bersangkutan dan ke daftar utang usaga atau ke master file utang usaha
untuk menentukan bahwa mereka semua diikutsertakan. Demikian pula, utang
usaha untuk pembelian yang dicatat dalam laporan penerimaan barang dengan
nomor lebih besar dari 3167 harus dikeluarkan dari utang usaha.
Apabila perhitungan fisik dilakukan sebelum tanggal terakhir dari tahun
buku, auditor masih harus melakukan pisah batas utang usaha pada waktu
perhitungan fisik dengan cara seperti diuraikan di atas. Selain itu, antara
penghitungan fisik dan tanggal akhir tahun telah ditambahkan pada persediaan
fisik dan utang usaha.
 Persediaan dalam Perjalanan (Inventory in Transit)
Dalam menetukan utang usaha, auditor harus membedakan antara pembelian
persediaan yang dilakukan atas dasar FOB destination dengan yang dilakukan atas
dasar FOB origin. Untuk FOB destination, hak kepemilikan atas barang berpindah
kepada pembeli apabila barang telah diterima pembeli. Jadi hanya persediaan
yang diterima sebelum atau tepat pada tanggal neraca yang harus dimasukan ke

32 | H a l a m a n
dalam persediaan dan utang usaha pad akhir tahun. Apabila pembelian dilakukan
atas dasar FOB origin, perusahaan harus mencatat persediaan dan utang usaha
yang bersangkutan pada periode ini apabila pengiriman telah dilakukan sebelum
atau tepat pada tanggal neraca.
Auditor akan dapat menentukan apakah persediaan telah dibeli atas dasar
FOB destinatioan atau FOB origin dengan memeriksa faktur dari penjual. Auditor
harus memeriksa faktur untuk barang-barang yang diterima beberapa waktu
setelah akhir tahun untuk menentukan apakah barang tersebut dibeli atas dasar
FOB origin. Untuk barang-barang yang dikirim sebelum atau tepatpada tanggal
neraca, persediaan dan utang usaha yang bersangkutan harus dicatat dalam
periode ini jika jumlahnya material.

2.4.8. Keandalan Bukti

Auditor harus memahami keandalan relatif tiga tipe utama bukti yang biasa
digunakan untuk memeriksa utang usaha, yaitu : faktur penjual, laporan dari
penjual (pemasok) dan konfirmasi.
 Perbedaan antara Faktur dari Penjualan dengan Laporan dari Penjual
Auditor harus bisa membedakan antara faktur dari penjual dengan laporan dari
penjual dalam melakukan verifikasi atas jumlah yang terutang kepada pemasok.
Auditor mendapat bukti tentang transaksi individual dengan keandalan tinggi
ketika ia memeriksa faktur dari penjualan beserta dokumen pendukungnya, seperti
laporan penerimaan barang dan order pembelian. Berbeda dengan faktur
penjualan, laporan dari penjual tidak begitu diperlukan untuk memeriksa transaksi
individual, karena laporan dari penjual hanya mencakup jumlah total transaksi.
Jumlah unit yang dibeli¸harga,biaya angkut, dan data lain tidak tercantum dalam
laporan itu.
Manakah dari kedua dokumen ini yang lebih baik untuk memeriksa saldo
utang usaha yang benar? Laporan dari penjual lebih baik untuk memeriksa utang
usaha karena didalamnya ditunjukan saldo akhir. Auditor dapat membandingkan
faktur penjual yang ada dengan daftar utang usaha yang dibuat klien, tapi tetap
kehilangan sesuatu yang merupakan hal utama dalam utang usaha.
Manakah dari kedua dokumen ini yang lebih baik dalam pengujian
pembelian dalam pengujian pembelian dari pengujian substantif golongan
transaksi? Faktur dari penjual lebih baik untuk memeriksa transaksi karena auditor
memeriksa transaksi individual dan faktur menunjukan rincian pembelian.
 Perbedaan antara Laporan dari Penjual dengan Konfirmasi
Perbedaan terpenting antara laporan dari penjual dengan konfirmasi utang usaha
adalah sumber informasinya. Laporan dari penjual dibuat oleh penjual (pihak
ketiga yang independen) tetapi berada ditangan klien ketika auditor
memeriksanya. Hal ini bisa memberi kesempatan kepada klien untuk
merekayasa/mengubah laporan dari penjual atau menyembunyikan laporan dari
auditor.

33 | H a l a m a n
Jawaban ataspermintaan konfirmasi untuk utang usaha pada umumya
harus dikirim langsung ke kantor akunta publik oleh penjual. Konfirmasi berisi
informasi yang sama dengan laporan dari penjual tetapi lebih bisa dipercaya.
Selain itu, konfirmasi utang usaha sering juga minta informasi lain, misalnya
tentang utang wesel, atau barang konsinyasi yang merupakan milik si penjual
tetapi disimpan digudang klien. Contoh suatu jenis konfirmasi utang usaha dapat
dilihat pada Gambar 15-4 di bawah ini :

Gambar 15-4 Permintaan konfirmasi Utang Usaha


10 Januari 2014

Kepada
Yth. Direktur Utama PT XYZ
Jalan Kenanga 175
Yogyakarta, 22225

Dengan hormat,
Bersama ini kami beritahukan bahwa auditor kami, Kantor Akuntan Publik
Sugiarto & Rekan, sedang mengaudit laporan keuangan kami untuk tahun yang
berakhir tanggal 31 Desember 2013. Sehubungan dengan hal tersebut, silahkan
sampaikan informasi berikut langsung kepada auditor kami.
(1) Saldo kewajiban/utang kami kepada anda per 31 Desember 2013
(2) Daftar utang wesel kami kepada anda (terasuk yang sudah
didiskontokan) dengan menunjukan tanggal penarikan, tanggal
jartuh, jumlah nominal, saldo belum dibayar, jaminan, dan
(3) Daftar barang dagangan konsinyasi milik anda yang ada pada kami
Kami sangat menghargau kesediaan anda untuk memberi informasi yang
diperlukan. Bersama ini pula kami lampirkan amplop tertuju kepada kantor
akuntan untuk mengirim jawaban. Atas kerjasama anda, kami ucapkan
terimakasih.

Hormat kami,
(Ir. Suwarto Hadikusumo)
Presiden Direktur

Dengan adanya laporan dari penjual dan faktur yang diterbitkan penjual,
yang keduanya merupakan bukti yang bisa dipercaya karena dibuat oleh pihak
ketiga, konfirmasi menjadi kurang lazim digunakan dalam audit atas utang
dibandingkan dengan konfirmasi yang sangat lazim digunakan dalam audit atas
piutang usaha. Apabila klien memiliki pengendalian internal yang memadai dan

34 | H a l a m a n
tersedia laporan dari penjual untuk diperiksa, auditor biasanya tidak mengirim
konfirmasi. Namun, apabila pengendalian internal klien lemah, dan laporan dan
penjual tidak bersedia, atau apabila auditor meragukan integritas klien, maka
pengiriman permintaan konfirmasi kepada penjual layak untuk dilakukan. Oleh
karena tekana utama audit utang usaha adalah pada kurang saji, maka akun utang
usaha yang dikonfirmasi harus mencakup akun bersaldo besar, akun bersaldo nol,
dan suatu sampel yang representatif untuk lainnya.
Apabila auditor memeriksa laporan dari penjual atau jawaban konfirmasi,
harus dilakukan rekonsiliasi antara laporan atau konfirmasi dengan daftar utang
usaha. Selisih yang ditemukan, seringkali terjadi karena adanya barang dalam
perjalanan, check sudah dikirim klien tapi belum sampai ke tangan penjual atau
karena adanya penundaan dalam proeses akuntansi.

2.4.9. Ukuran Sampel

Pembahasan tentang pengujian rinci atas saldo utang usaha di atas dititikberatkan
pada prosedur-prosedur audit yang lazim dilakukan, dokumen dan catatan yang
diperiksa, serta saat pengujian. Auditor harus juga mempertimbangkan ukuran
sampel dalam audit atas utang usaha.
Ukuran sampai dalam pengujian utang usaha sangat bervariasi, tergantung
pada berbagai faktor seperti misalnya : matrealistas utang usaha, jumlah akun
yang ada, hasil penilaian resiko pengendalian, dan hasil audit diperiksa. Dalam
situasi yang lain hanya sebagian kecil dipandang perlu untuk diperiksa.
Sampling statistika kurang lazim digunakan untuk pengauditan utang
usaha dibandingkan dengan untuk piutang usaha. Perumusan populasi dan
penentuan ukuran populasi sering lebih sulit untuk utangb usaha. Karena tekanan
audit adalah pada utang usaha yang dicatat, auditor harus mencoba agar populasi
mencakup semua kewajiban potensial.

2.5. Tujuan pemeriksaan (Audit Objectives) Liabilitas Jangka Pendek

Tujuan pemeriksaan liabilitas jangka pendek adalah untuk memeriksa apakah:

1. Terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka pendek;


2. Liabilitas jangka pendek yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca)
didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan berasal dari tansaksi yang betul-
betul terjadi;
3. Semua liabilitas jangka pendek perusahaan sudah tercatat per tanggal laporan
posisi keuangan (neraca);
4. Accrued expenses jumlahnya reasonable (masuk akal/wajar)natau tidak,
dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Karena kalu jumlahnya
terlalu besar berarti laba akan dilaporkan terlalu kecil (understated)dan kalau
accrued expenses terlalu kecil berarti laba akan dilaporkan terlalu besar
(overstated);

35 | H a l a m a n
5. Kewajiban sewa (leasing), jika ada, sudah dicatat sesuai dengan standar
akuntansi sewa guna usaha (PSAK No. 30 Revisi 2007 tentang Sewa);
6. Seandainya ada liabilitas jangka pendek dalam mata uang asing per tanggal
laporan posisi keuangan (neraca), sudah dikonversikan ke dalam rupiah
dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) dan selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan/dikreditkan
pada laba rugi tahun berjalan;
7. Biaya bunga dan bunga yang terutang dari liabilitas jangka pendek telah
dicatat per tanggal laporan posisi keuangan (neraca);
8. Biaya bunga liabilitas jangka pendek yang tercatat pada tanggal laporan
posisi keuangan (neraca) betul telah terjadi, dihitung secara akurat dan
merupakan beban perusahaan;
9. Semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan
sehingga tidak terjadi “bank default”;
10. Penyajian liabilitas jangka pendek di dalam laporan posisi keuangan (neraca)
dan catatan atas laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan
di Indonesia ETAP/SAK/IFRS

Penjelasan atas Tujuan Pemeriksaan Liabilitas Jangka Pendek

1. Memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas liabilitas


jangka pendek.

Jika internal control atas liabilitas jangka pendek disimpulkan auditor cukup
baik maka ruang lingkup pemeriksaan atas liabilitas jangka pendek dapat
dipersempit dan sebaliknya jika disimpulkan lemah, ruang lingkup
pemeriksaan harus diperluas.

Perlu diperhatikan beberapa ciri internal control yang baik atas liabilitas jangka
pendek.

a) Adanya pemisahan tugas antara bagian pembelian, bagian penerimaan


barang, bagian gudang, bagian akuntansi, dan bagian keuangan

b) Digunakan formulir-formulir yang bernomor urut tercetak (prenumbered)


untuk permintaan pembelian (purchase requisition), order pembelian
(purchase order), dan laporan penerimaan barang (receiving report)

c) Adanya sistem otorisasi untuk pembelian maupuan pelunasan utang

d) Digunakannya sistem tender untuk pembelian dalam jumlah yang besar,


dimana beberapa supplier diundang untuk memasukkan penawaran tertulis
dalam amplop tertutup ke panitia tender

36 | H a l a m a n
e) Dibuatnya buku tambahan (subsidiary ledger) untuk utang usaha, dan setiap
akhir bulan jumlah saldo utang usaha muncul menurut subsidiary ledger
harus dibandingkan (direncocile) dengan saldo utang usaha menurut general
ledger yang merupakan perkiraan pengendali (controlling account)

f) Jumlah barang yang dicantumkan dalam faktur pembelian (supplier invoice)


harus dibandingkan dengan jumlah yang dilaporkan dalam receiving report
dan purchase order, untuk mencegah pembayaran atas barang yang dibeli
melebihi jumlah barang yang dipesan dan yang diterima

g) Faktur pembelian dan dokumen pembelian lainnya harus dicap lunas (stamp
paid) untuk menghindari digunakannya dokumen-dokumen tersebut untuk
proses pembayaran yang kedua kalinya

2. Memeriksa apakah liabilitas jangka pendek yang tercantum di laporan


posisi keuangan (neraca) didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan
berasal dari tansaksi yang betul-betul terjadi

Jika liabilitas jangka pendek merupakan utang usaha, yang berasal dari
pembelian secara kredit, maka utang tersebut harus didukung oleh bukti-bukti
yang lengkap, seperti: purchase requisition, purchase order, supplier invoice,
dan receiving report. Selain itu, pembelian harus diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang, misalnya manajer pembelian, dan manajer
akuntansi dan keuangan. Jika liabilitas jangka pende berupa utang dividen,
maka harus didukung oleh notulen rapat umum pemegang saham yang
memberikan otorisasi untuk pembagian dividen. Jika berupa kredit bank, harus
didukung oleh perjanjian kredit dan notulen rapat direksi yang memberikan
otorisasi untuk peminjaman uan dari bank. Begitu juga jika berupa utang
pemegang saham, harus didukung oleh perjanjian kredit. Jika ada utang
pemegang saham, maka tidak boleh ada setoran modal yang belum di lunasi
oleh pemegang saham.

3. Memeriksa apakah semua liabilitas jangka pendek perusahaan sudah


tercatat pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca)

Dalam hal ini auditor harus meyakinkan diri bahwa tidak ada unrecorded
liabilities. Untuk itu auditor harus memeriksa semua perjanjian yang dibuat
perusahaan dengan pihak ketiga, memeriksa notules rapat direksi dan
pemegang saham dan mengirim konfirmasi ke penasihat hukum (legal
consultant/lawyer) perusahaan

4. Memeriksa apakah Accrued expenses jumlahnya reasonable, dalam arti


tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.

37 | H a l a m a n
Untuk itu auditor harus memeriksa dasar perhitungan accrued expenses yang
dibuat perusahaan, apakah masuk akal dan konsisten dengan tahun
sebelumnya. Misalnya untuk accrued travelling expenses (biaya perjalanan
yang masih harus dibayar) harus diperikssa untuk perjalanan kemana,
menggunakan pesawat terbang apa, berapa lama perjalanannya, menginap di
hotel mana dan sebagainya

5. Memeriksa apakah kewajiban sewa (leasing), jika ada, sudah dicatat


sesuai dengan standar akuntansi sewa (PSAK No. 30 Revisi 2007 tentang
Sewa)

Misalnya jika ada utang leasing untuk pembelian mesin pabrik, maka harga
perolehan mesin dan utang leasing harus dicatat sebesar nilai tunainya. Selain
itu, bagian dari utang leasing yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun yang
akan datang harus dicatat sebagai liabilitas jangka pendek. Sedangkan yang
jatuh temponya lebih dari satu tahun yang akan datang harus dicatat sebagai
liabilitas jangka panjang

6. Memeriksa apakah seandainya ada liabilitas jangka pendek dalam mata


uang asing per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sudah
dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank
Indonesia per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan selisih kurs
yang terjadi sudah dibebankan/dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan

Misalkan pada tanggal 31 Oktober 2011 perusahaan membeli barang dagangan


secara kredit dari luar negeri sebesar US$100.000, kurs saat itu adalah Rp9.200
per 1 US$ sehingga utang usaha dicatat sebesar Rp920.000.000. Per tanggal 31
Desember 2011, utang tersebut masih belum dilunasi dan kurs Bank Indonesia
saat itu per 1 US$: beli Rp9.600, jual Rp9.400 berarti kurs tengah adalah
Rp9.500 per 1 US$.

Jurnal penyesuaian yang harus dibuat per 31 Desember 2011 adalah:

DR. Laba/Rugi Selisih Kurs Rp30.000.000

CR. Utang Usaha Rp30.000.000

7. Memeriksa apakah biaya bunga dan bunga yang terutang dari liabilitas
jangka pendek telah dicatat per tanggal laporan posisi keuangan (neraca)

Dalam hal ini auditor harus yakin bahwa semua bunga liabilitas jangka pendek,
baik dari utang bank, utang pemegang saham dan lain-lain, sudah dicatat
sebagai beban perusahaan dan jika bunga tersebut belum dibayar, sudah dicacat
sebagai utang bunga per tanggal laporan posisi keuangan (neraca)

38 | H a l a m a n
8. Memeriksa apakah biaya bunga liabilitas jangka pendek yang tercatat
pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca) betul telah terjadi,
dihitung secara akurat dan merupakan beban perusahaan

Auditor harus yakin bahwa bunga yang dibebankan dalam laporan laba rugi,
berasal dari pinjaman jangka pendek yang digunakan perusahaan dan didukung
oleh perjanjian kredit yang sah, sehingga betul-betul merupakan beban
perusahaan. Selain itu auditor harus melakukan pengecekan apakah
perhitungan bunga sudah dilakuka secara akurat, walaupun beban bunga dicatat
berdasarkan nota debit dari bank (berarti dihitung oleh bank)

9. Memeriksa apakah semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah


diikuti oleh perusahaan sehingga tidak terjadi “bank default”

Biasanya dalam perjanjian kredit bank mencantumkan beberapa persyaratan


yang harus dipatuhi nasabahnya, antara lain:

a. Perusahaan tidak boleh mengganti “manajer kunci tanpa seizing bank”

b. Current ratio harus dijaga harus dijaga pada tingkat tertentu

c. Tidak boleh terlambat dalam membayar bunga

Jika persyaratan tersebut dilanggar oleh perusahaan, maka terjadi “bank


default” dan hal tersebut harus diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan (notes to financial statements)

10. Memeriksa apakah penyajian liabilitas jangka pendek di dalam laporan


posisi keuangan (neraca) dan catatan atas laporan keuangan sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia ETAP/SAK/IFRS

Misalnya, jika perusahaan mempunyai kredit jangka pendek dari bank atau
mempunyai utang leasing (Sewa), maka dalam catatan atas laporan keuangan
harus diungkapkan antara lain:

a. Plafon kredit

b. Jangka waktu kredit

c. Tingkat bunga

d. Jaminan kredit

e. Pengembalian kredit dan pembayaran bunga apakah dalam rupiah atau


mata uang asing

f. Nilai tunai aset dalam rangka sewa guna

39 | H a l a m a n
g. Jenis leasing

h. Jangka waktu leasing

2.6. Prosedur Pemeriksaan Liabilitas Jangka Pendek


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas liabilitas jangka panjang.
2. Minta rincian dari liabilitas jangka pendek, utang usaha maupun liabilitas
lainnya, kemudian periksa penjumlahannya (footing) serta cocokan saldonya
dengan saldo utang (kewajiban) di buku besar (controlling account).
3. Untuk utang usaha cocokan saldo masing-masing supplier dengan saldo
menurut subsidiary ledger utang usaha (jika jumlah suppliernya banyak, tidak
usah 100%).
4. Secara test basis (samping), periksa bukti pendukung dan saldo utang kepada
beberapa supplier, perhatikan apakah angkanya cocok dengan purchase
requisition, purchase order, receiving report adn supplier invoice. Periksa
juga perhitungan mathematis (mathematical accuracy) dari dokumen-
dokumen tersebut dan otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang.
5. Seandainya terdapat monthly statement of account dari supplier, maka harus
dilakukan rekonsiliasi antara saldo utang menurut statement of account
tersebut dengan saldo sebsidiary ledger utang.
6. Pertimbangan untuk mengirim konfirmasi kepada beberapa supplier baik
yang saldonya besar maupun yang saldonya tida berubah sejak tahun
sebelumya.
7. Periksa pembayran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
subsequent payment) untuk mengetahui apakah ada liabilitas yang belum
dicatat (unrecorded liabilities) per tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
dan untuk meyakinkan diri mengenai kewajaran saldo liabilitas per tanggal
laporan posisi keuangan (neraca)
8. Seandainya ada utang kepada bank dalam bentuk kredit modal kerja, kredit
investasi, maupun kredit overdraft, maka kirim konfirmasi ke bank, periksa
suatu perjanjian kreditnya dan buatkan excerpt dari perjanjian kredit tersebut,
dan periksa otorisasi dari direksi untuk perolehan kredit bank tersebut.
9. Seandainya ada utang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari direksi
atau dari perusahaan afiliasi, yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun
yang akan datang, harus dikirim konfirmasi, periksa perjanjian kreditnya dan
periksa apakah ada pembebanan bunga atas pinjaman tersebut.
10. Seandainya ada utang leasing (sewa), periksa apakah pencatatan sudah selesai
dengan standar akuntansi sewa(PSAK No.30 Revisi 2007 tentang sewa) dan
apakah bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun yang akan datang
sudah dicatat (direklasifikasi) sebagai liabilitas jangka pendek.
11. Periksa perhitungan dan pembayaran bunga, apakah sudah dilakukan secara
akurat dan tie-up jumlah beban bunga tersebut dengan jumlah yang tercantum
pada laporan laba rugi. Perhatikan jugaaspek pajaknya.

40 | H a l a m a n
12. Seandainya ada saldo debit dari utang usaha maka harus ditelusuri apakah ini
merupakan uang muka pembelian atau karena adanya pengembalian barang
yang dibeli tetapi sudah dilunasi sebelumnya. Kalau jumlahnya besar
(material) harus direklasifikasi sebagai piutang.
13. Seandainya ada uang muka penjualan per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca, periksa buktipendukungnya dan periksa apakah saldo tersebut sudah
diselesaikan di periode berikutnya (subsequent clearance) misalnya dengan
mengirimkan barang yang dipesan.
14. Seandainya ada kredit jangka panjang, harus diperiksa apakah bagian yang
jatuh tempo satu tahun yang akan datang sudah direklasifikasi sebagai
liabilitas jangka pendek.
15. Seandainya ada kewajiban dalam mata uang asing, periksa apakah saldo
tersebut per tanggal laporan posisi keuangan (neraca)telah dikonversikan
kedalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal
laporan posisi keuangan (neraca), dan selisih kurs yang terjadi
dibebankan/dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.
16. Untuk utang PPh 21 dan PPN periksa apakah utang tersebut sudah dilunasi
pada periode berikutnya. Seharusnya utanh PPh 21 dan PPN per 31 desember
dilunasi di bulan Januari tahun berikutnya.
Sedang kan untuk PPh Badan harus diperiksa apakah pada waktu mengisi dan
memasukan SPT PPh Badan, perusahaan telah membayar PPh 29 (setoran
akhir).
17. Periksa dasar perhitungan accured yang dibuat oleh perusahaan, apakah
reasonable dan konsisten dengan dasarperhitungan tahun sebelumya. Selain
itu harus diperiksa pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca).
18. Periksa notulen rapat direksi, pemegang saham dan perjanjian-perjanjiian
yang dibuat perusahaan dengan pihak ketiga, untuk mengetahui apakah
semua kewajiban yang tercantum dalam notulen dan perjanjian tersebutsudah
dicatat per tangggal laporan posisi keuangan (neraca).
19. Kirim konfirmasi kepada penasihat hukum perusahaan.
20. Periksa apakah penyajian liabilitas jangka pendek di laporan posisi keuangan
(neraca) dan catatan atas laporan keuangan sudah sesuaidengan Standar
Akuntansi Keuangan ETAP/PSAK/IFRS.

Penjelasan Audit Prosedur

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas liabilitas jangka pendek.


Dalam hal ini dapat menggunakan internal control questionnaires, flow chart
atau penjelasan narrative. Karena utang usaha merupakan bagian dari siklous
pembelian, urang usaha, dan pengelauran kas, maka bisa digunakan internal
control questionnaires untuk pembelian, utang usaha dan pengeluaran kas.

41 | H a l a m a n
2. Minta rincian dari liabilitas jangka pendek, utang usaha maupun liabilitas
lainnya, kemudian periksa footing dan cocokan saldonya saldonya dengan
saldi liabilitas jangka pendek di buku besar.
Harus diingat bahwa rincian-rincian tersebut harus disiapkan oleh kllien. Tugs
auditor adalah memeriksa rincian tersebut, bukan menyusun rincian.
Jika rincian yang diberikan klien tidak cocok dengan saldo buku besarnya atau
terdapat kesalahan footing, maka auditor harus mengembalikan rincian tersebut
kepada klien untuk diperbaiki.
Selain rincian utang, yang harus diminta dari klien adalah : rincian biaya yang
masih harus dibayar, liabilitas lain-lain, utang pajak, dan lain-lain.
3. Untuk utang usaha cocokan saldo masing-masing supplier dengan saldo
menurut subsidiary ledger utang usaha.
Jika jumlah supplier banyak (misalkan seratus supplier) dan internal control
client baik, maka pencocokan ke subiedger bisa dibatasi jumlahnya.
Seandainya ditemukan perbedaan antara saldo di rincian utang usaha dan saldo
di subledger utang usaha, harus diminta agar klien yang mencari penyebab
perbedaan tersebut.
Prosedur 4 dan 5 sudah cukup jelas
6. Pertimbangan untuk mengirim konfirmasi kepada beberapa supplier
yang saldonya besar maupun yang saldonya tidak berubah sejak tahun
sebelumnya.
Auditor tidak harus mengirim konfirmasi untuk utang usaha, karena sumber
pencatatan utang usaha berasal dari luar perusahaan (misalnya faktur dari
supplier), dan tujuan konfirmasi adalah untuk memeriksa keakuratan data
akuntansi klien. Jadi lain dengan konfirmasi pulanh yang merupakan audit
prosedur standar yang harus dilakukan oleh auditor.
Apalagi jika sebagia besar supplier terbiasa untuk mengirim monthly statement
of account, maka auditor hanya perlu mencocokan saldo utang usaha menurut
rincian dengan saldo menurut monthly statement of account tersebut.
7. Periksa pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
untuk mengetahui apakah ada unrecorded liabilities per tanggal laporan
posisi keuangan (neraca) dan untuk meyakinkan diri mengenai kewajara
saldo utang per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Caranya adalah dengan me-review buku pengeluaran kas sesudah tanggal
laporan posisi keuangan (neraca) sampai mendekati tanggal selesainya
pemeriksaan lapangan. Perhartikan apakah ada pembayran-pembayaran di
periode sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) yang menyangkut
pembelian atau biaya untuk tahun yang diperiksa yang belum dicatat sebagai
liabilitas jangka pendek per tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Periksa
juga notulen rapat direksi, pemegang saham, dewan komisaris untuk
mengetahui apakah ada kewajiban perusahaan, misalnya pembagian bonus,
yang baru akan dibayar diperiode berikutnya dan belum dicatat sebagai

42 | H a l a m a n
liabilitas per tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Auditor juga harus
memeriksa bukti-bukti pembayaran di subsequent period yang berkaitan
dengan kewajiban yang terjadi ditahun yang diperiksa.
Prosedur 8,9,10,11,dan 14 dibahas lebih rinci di pemeriksaan liabilitas
jangka panjang (Bab 17)
Prosedur 12,13,15, dan 16 sudah cukup jelas.
17. Periksa dasar perhitungan accured expenses yang dibuat oleh
perusahaan, apakah reasonable (masuk akal) dan konsiten dengan dasar
perhitungan tahun sebelumnya. Selain itu harus diperiksa pembayran
sesudah tanggal lapora posisi keuangan (neraca).
Perlu diketahui bahwa untuk memperkecil laba, bisa saja perusahaan
memperbesar jumlah accured axpenses-nya. Dengan memeriksa pembayaran
sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) auditor bisa mengetahui
apakah jumlah yang di accured betul-betul dibayar di tahun berikutnya dalam
jumlah yang kurang lebih sama.
Selain itu bisa diketahui seandainya ada biaya-biaya tahun yang diperiksa
yang belum dicatat di periode sesudah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca), sehingga harus diusulkan audit adjustment oleh auditor.
Prosedur 18 sudah cukup jelas.
19. Dikirim konfirmasi kepada penasihat hukum perusahaan.
Tujuan nya adalah untuk mengetahui apakah perusahaan mempunyai masalah
di bidang hukum yang memerlukan bantuan dari legal consultant atau lawyer.
Misalnya, ada tuntutan di pengadilan yang per tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) prosesnya belum selesai. Sperti diketahui proses peradilan
memakan waktu yang cukup lama (mulai dari pengadilan negeri, Pengadilan
Tinggi, dan Mahkamah Agung).
Hal ini menyebabkan timbulnya contigent liabilities, yaitu lialibilitas yang
mungkin terjadi, mungkin juga tidak terjadi, tergantung pada kejadian dalam
periode berikutnya.
Prosedur 20 sudah cukup jelas.

2.7. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Memeriksa Liabilitas Jangka


Pendek

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memeriksa liabilitas jangka
pendek, adalah sebagai berikut:

1. Kecenderungan perusahaan untuk mencatat liabilitasnya lebih rendah dari


yang sebenarnya (understatement of liabilities) dengan tujuan untuk
melaporkan laba lebih besar dari jumlah yang sebenarnya
Misalnya dengan tidak mencatat sebagian biaya dan pembelian barang
dagangan/bahan baku yang belum dibayar

43 | H a l a m a n
Untuk itu auditor harus melakuakn prosedur yang disebut “searching of
unrecorded liabilities”, dengan cara memeriksa pembayaran sesudah tanggal
laporan posisi keuangan (neraca)
2. Perbedaan antara accounts payable dan accrued expenses
Accounts payable angkanya lebih pasti karena perusahaan mencatat
kewajibannya berdasarkan invoice yang diterimanya dari supplier
Accrued expenses angkanya didasarkan pada estimasi, sehingga jumlahnya
kurang pasti dibandingkan accounts payable

Contoh Internal Control Questionnaires (ICQ) Prosedur Pembelian,


Liabilitas, dan Pengeluaran Kas

44 | H a l a m a n
45 | H a l a m a n
46 | H a l a m a n
47 | H a l a m a n
48 | H a l a m a n
Contoh Prosedur Pembelian, Utang, dan Pengeluaran Kas

49 | H a l a m a n
Contoh Penjelasan Narrative Prosedur Pembelian, Liabilitas Jangka Pendek,
dan Pengeluaran kas

Top Schedule Liabilitas Jangka Pendek

50 | H a l a m a n
51 | H a l a m a n
Contoh Supporting Schedule Utang Usaha

52 | H a l a m a n
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Siklus pengeluaran terdiri dari transaksi pemerolehan barang atau jasa. Umumnya
transaksi besar yang membentuk siklus pengeluaran dalam perusahaan terdiri dari
1). Transaksi pembelian dan 2). Transaksi pengeluaran kas.

Audit siklus pembelian sangat diperlukan oleh perusahaan untuk mengetahui


ketepatan dalam pengelolaan dan pencatatan transaksi dalam pencatatan maupun
penyeleewenangan yang dimungkinkan terjadi dalam perusahaan.

Sistem pembelian, yang terdiri dari berbagai prosedur berikut ini : Prosedur
permintaan pembelian, Prosedur order pembelian, Prosedur penerimaan barang,
prosedur pembuatan bukti kas keluar, dan Prosedur pencatatan utang.
Sistem pengeluaran Kas, yang terdiri dari prosedur berikut ini : Prosedur
pembayran bukti kas keluar dan Prosedur pencatatan pengeluaran kas.

53 | H a l a m a n
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Al Haryono. 2011. Auditing (Pegauditan Berbasis ISA). Edisi ke-2.


Yogyakarta: STIE YKPN

Agoes, Sukrisno. 2014. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh


Akuntan Publik. Edisi ke-4 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat

54 | H a l a m a n

Anda mungkin juga menyukai