Anda di halaman 1dari 6

1.

PEMBUATAN KEPUTUSAN
Pembuatan keputusan adalah penentuan serangkaian kegiatan untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Dalam kehidupan manajer dipenuhi dengan serangkaian pembuatan atau pengambilan
keputusan-keputusan, baik mengenai masalah yang besar maupun kecil dalam suatu perusahaan.
Pembuatan keputusan ini tidak hanya dilakukan oleh manajer puncak, tetapi juga manajer
menengah dan lini pertama.
Pembuatan keputusan merupakan bagian kunci kegiatan manajer, yang memainkan peranan
penting, terutama bila manajer melaksanakan fungsi perencanaan. Karena perencanaan
menyangkut keputusan-keputusan sangat penting dan jangka panjang yang dapat dibuat oleh
manajer. Pembuatan keputusan menggambarkan proses melalui serangkaian kegiatan dipilih
sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu. George P. Huber membedakan pembuatan
keputusan dari pembuatan pilihan (choice making) dan dari pemecahan masalah (problem
solving).
2. TIPE-TIPE KEPUTUSAN
Manajer akan membuat tipe-tipe keputusan yang berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kondisi
dan situasi yang ada. Salah satu metoda pengklasifikasian keputusan yang banyak digunakan
adalah dengan menentukan apakah keputusan itu diprogram atau tidak. Oleh karena itu, tipe-tipe
keputusan dalam manajemen dapat dibedakan menjadi :

1. Keputusan-keputusan yang diprogram (programmed decisions) adalah keputusan yang dibuat


menurut kebiasaan, aturan atau prosedur. Tipe keputusan ini rutin dan berulang-ulang.
2. Keputusan-keputusan yang tidak diprogram (non programmed decisions) adalah keputusan
yang berkenaan dengan masalah-masalah khusus, khas atau tidak biasa. Jika suatu masalah
yang timbul tidak cukup diliput oleh kebijakan atau perlu penanganan khusus, maka harus
diselesaikan dengan suatu keputusan yang tidak deprogram..

3. PROSES PEMBUATAN KEPUTUSAN

Dalam suatu perusahaan segala keputusan yang diambil oleh manajemen akan berpengaruh
pada maju mundurnya perusahaan tersebut. Untuk mengambil suatu keputusan yang tepat demi
kemajuan perusahaan, banyak faktor, baik dari dalam amupun dari luar perusahaan, yang harus
dipertimbangkan oleh jajaran manajemen, selain juga harus melalui tahapan-tahapan tertentu
dalam pembuatan keputusan tersebut.
Banyak manajer yang harus membuat suatu keputusan dengan metoda-metoda pembuatan
informal, seperti tradisi pembuatan keputusan untuk masalah serupa yang pernah ada, untuk
memberikan pedoman bagi mereka. Atau para manajer juga dapat membuat keputusan
berdasarkan nasehat dari seorang ahli atau manajer atasannya. Atau setidaknya para manejer dapat
menggunakan pemikiran yang a priori, yaitu mereka membuat anggapan bahwa penyelesaian
masalah yang paling logik dan jelas adalah yang paling benar.
Namun, tidak ada pendekatan pembuatan keputusan yang dapat menjamin bahwa manajer
akan selalu membuat keputusan yang benar. Hanya saja, manajer yang menggunakan suatu
pendekatan yang rasional, intelektual, dan sistematik akan lebih berhasil dibanding para manajer
yang menggunakan pendekatan informal
Tahapan proses pembuatan keputusan rasional oleh manajer mencakup :

1. Pemahaman dan Perumusan Masalah. Manajer harus bisa menemukan apa masalah yang
sebenarnya, kemudian menentukan bagian-bagian masalah yang mereka harus pecahkan serta
bagian-bagian mana yang seharusnya dipecahkan. Untuk mempermudah identifikasi masalah
dapat digunakan beberapa cara, yaitu manajer secara sistematik menguji hubungan-hubungan
sebab akibat, manajer harus mencari penyimpangan-penyimpangan atau perubahan-
perubahan dari 'normal', serta manajer dapat berkonsultasi dengan pihak-pihak lain yang
mampu memberikan pandangan dan wawasan yang berbeda tentang masalah atau kesempatan
yang sedang dihadapi.
2. Pengumpulan dan Analisa Data yang relevan. Setelah menemukan dan merumuskan masalah,
manajer harus mulai memutuskan langkah-langkah yang akan diambil selanjutnya. Pertama
kali manajer harus menentukan data-data apa yang dibutuhkan untuk membuat keputusan
yang tepat, dan kemudian mendapatkan informasi tersebut.
3. Pengembangan Alternatif-Alternatif. Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan
manajer menolak kecenderungan untuk membuat keputusan terlalu cepat dan membuat lebih
mungkin pencapaian keputusan yang efektif. Untuk hal ini, Herbert
Simon mengemukakan konsep pemuasan (satisficing) yaitu bahwa pembuat keputusan
memilih suatu alternatif yang cukup baik, walaupun bukan suatu yang sempurna atau ideal.
4. Evaluasi Alternatif-Alternatif. Setelah manajer mengembangkan sekumpulan alternatif,
mereka harus mengevaluasinya untuk menilai efektivitas setiap alternatif. Efektivitas dapat
diukur dengan dua kriteria, yaitu : apakah alternatif realistik bila dihubungkan dengan tujuan
dan sumber daya organisasi, dan seberapa baik alternatif akan membantu pemecahan masalah.
5. Pemilihan Alternatif Terbaik. Pada tahap ini, manajer akan memilih hasil evaluasi dari
berbagai alternatif. Alternatif terpilih akan didasarkan pada jumlah informasi yang tersedia
bagi manajer dan ketidak sempurnaan kebijakan manajer.
6. Implementasi Keputusan. Setelah manajer memilih alternatif terbaik, manajer harus membuat
recana-rencana untuk mengatasi berbagai persyaratan dan masalah yang mungkin dijumpai
dalam penerapan keputusan. Implementasi keputusan menyangkut lebih dari sekedar
pemberian perintah. Akan tetapi mencakup juga masalah penetapan anggaran atau skedul
kegiatan, mengadakan dan mengalokasikan sumber daya-sumber daya yang diperlukan, serta
menugaskan tanggung jawab dan wewenang pelaksanaan tugas-tugas tertentu. Dalam hal ini,
manajer perlu memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai resiko dan ketidakpastian
sebagai konsekuensi dibuatnya suatu keputusan.
7. Evaluasi Hasil-hasil Keputusan. Implementasi keputusan harus terus menerus dimonitor.
Manajer harus mengevaluasi apakah implementasi dilakukan dengan lancar dan keputusan
memberikan hasil-hasil yang diinginkan. Pembuatan keputusan adalah suatu proses yang
bersifat kontinyu bagi manajer dan merupakan tantangan yang harus selalu dihadapinya.

4. KETERLIBATAN BAWAHAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Konsep peran serta dalam pengambilan keputusan mula-mula diperkenalkan oleh French
et al.(1960), ketika mengatakan bahwa peran serta menujukan suatu proses antara dua atau lebih
pihak yang mempengaruhi satu terhadap yang lainnya dalam membuat rencana, kebijakan, dan
keputusan. Peran serta bawahan dalam mengambil keputusan sesungguhnya lahir dari desakan
kebutuhan psikologis yang mendasar pada setiap individu.

Keinginan untuk berperan serta menurut Archbold (1976) didorongkan oleh kebutuhan
akan hasrat akan kekuasaan, ingin memperoleh pengakuan, dan hasrat untuk bergantung pada
orang lain, tetapi juga sebaliknya tempat orang bergantung. Pentingnya peran serta bawahan dalam
pengambilan keputusan juga diakui oleh Alutto dan Belasco (1972), karena dengan demikian ada
jaminan bahwa pemeran serta(karyawan) tetap mempunyai kontrol atas keputusan-keputusan yang
diambil. Apabila pemeran serta tidak dapat mengontrolnya, maka organisasi akan mengalami
kerugian, sama dengan tidak ada peran serta sama sekali.

Para managerakan sulit untuk membuat keputusan tanpa melibatkan para bawahannya,
keterlibatan ini dapat formal seperti pengguanaan kelompok dalam pembuatan keputusan; atau
informal seperti permintaan akan gagasan-gagasan.Bantuan para bawahan dapat terjadi pada setiap
tahap proses pembuatan keputusan. Bermacam-macam bentuk peran serta bawahan dalam
pengambilan keputusan telah diperkenalkan oleh sejumlah penulis. Seperti Cotton et al.
(1988) yang mencoba mengadakan penelitian terhadap berbagai karya tulis tersebut dengan
mengumpulkan lebih dari 400 artikel tentang peran serta dalam pengambilan keputusan. Dimana
setiap artikel itu diklasifikasikan ke dalam lima sifat peran serta, yaitu ; formal-tidak formal,
langsung-tidak langsung, tingkat pengaruhnya isi dari keputusan, dan jangka waktunya singkat
atau lama.

Dari teori para ahli di atas, menurut pendapat saya keterlibatan bawahan dalam
pengambilan keputusan mempunyai beberapa sisi positif dan negatif, berikut adalah sisi negatif
dan positif dari keterlibatan bawahan dalam pengambilan keputusan.

Sisi Positif :

1. Keputusan relative lebih baik,logis,dan ideal sebab hasil dari pemikiran bersama
2. Kecendrungan untuk bertindak otoriter dapat terhindarkan
3. Meningkatkan kerjasama antara anggota grup
4. Resiko dan dampak negative dari keputusan semakin kecil
5. Pembinaan anggota grup akan lebih baik

Sisi Negatif :

1. Pengambilan keputusan akan memerlukan waktu yang lama


2. Biaya pengambilan keputusan relative lebih banyak
3. Penanggung jawab keputusan kurang jelas
4. Minoritas kadang-kadang terpaksa menyetujui keputusan karena kalah suara.

5. GAYA PEMBUATAN KEPUTUSAN

Secara teoritis ada 4 gaya pengambilan keputusan yang biasanya dilakukan oleh seorang
pemimpin. Keempat gaya tersebut adalah:
1. Gaya Direktif
-Cenderung bersifat efisien, logis, pragmatis, dan sistematis dalam memecahkan masalah
-Berfokus pada fakta dan penyelesaian masalah secara lebih cepat
-Cenderung berfokus jangka pendek
-Gemar menggunakan kekuasaan, ingin mengontrol, secara umum menggambarkan
kekeuasaan yang otokratik
2. Gaya Analitik
-Hasil keputusan didasarkan atas inputan hasil analisis
-Lebih banyak mempertimbangkan beragam informasi dan alternetif dibandingkan gaya direktif
-Pengambilan keputusan diambil dalam jangka waktu agak lama
-Menggambarkan pemimpin yang otokratik
3. Gaya Konseptual
-Memecahkan masalah dengan pandangan yang luas
-Suka mempertimbangkan banyak pilihan dan kemungkinan masa depan
-Melibatkan banyak orang untuk memperoleh beragam informasi dan banyak
menggunakan intuisi dalam peng keputusan
-Berani mengambil resiko dan seringkali menemukan solusi yang kreatif
-Ketidakpastian dalam pengambilan keputusan
4. Gaya Perilaku
-Cenderung bekerja dengan orang lain dan terbuka dalam pertukaran pendapat
-Cenderung menerima saran, sportif dan bersahabat
-Suka informasi yang verbal dan menghindari konflik serta peduli pada kebahagiaan org lain
-Terkadang, keputusannya tidak tegas dan sulit mengatakan tidak jika keputusan tersebut akan
berdampak kerugian pada orang lain.
6. ASAS PEMBUATAN KEPUTUSAN
Ada enam (6) asas dalam pembuatan keputusan, yaitu :
- Asas keseimbangan antara hak dan kewajiban
- Asas musyawarah dan mufakat
- Asas kepastian hukum dan keadilan
- Asas proporsionalitas
- Asas manfaat
7. BEBERAPA TEKNIK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Ada beberapa teknik yang bisa dipakai dalam pengambilan keputusan

1. Operation Research

Merupakan dengan menggunakan suatu metode-metode scientific (yang terdiri dari teknik-teknik
matematis) dalam analisis dan pemecahan suatu maslah tertentu, penerapan dalam teknik ini yaitu
usaha inventarisasi.

2. Linear Programming

Merupakan dengan memakai rumus-rumus matematik yang disebut juga dengan vector analysis.

3. Gaming War Games

Merupakan dengan teori yang biasa dipakai dalam menentukan strategi.

4. Probability

Merupakan dengan sebuah teori kemungkinan yang bisa diterapkan pada kalkulasi rasionalitas
hal-hal yang tidak normal, dalam mengenai sebuah keputusan yang dipertimbangkan dan
diperhitungkan.

5. Rangking and statistical weighting

Yaitu dengan cara:

 Menempatkan berbagai faktor yang akan mempengaruhi suatu keputusan akhir


 menimbang suatu faktor-faktor yang bisa dibandingkan dan yang tercakup didalam setiap
alternatif.

Didalam hal memilih suatu harus mengambil suatu keputusan yang disebut dengan pengambilan
suatu keputusan.

Anda mungkin juga menyukai