Anda di halaman 1dari 9

PEMBUATAN KEPUTUSAN

Dr. Ir. Pudji Purwanti, MP


Mochammad Fattah, S.Pi, M.Si
Email : pudjipurwanti@gmail.com

1. PENDAHULUAN
- Pengantar
- Tujuan
4. Proses Pembuatan keputusan
5. Kerangka kerja keputusan personal
MODUL
6. Meningkatkan partisipasi dalam

6
pengambilan keputusan
2. Jenis Keputusan
3. Model pengambilan keputusan

1. PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
 Pengambilan keputusan bukanlah hal yang mudah, hal ini harus
dilakukan di tengah faktor – faktor yang selalu berubah – ubah,

SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT


informasi yang tidak jelas, dan cara pandang yang berlawanan.
 Manajer sering disebut sebagai pengambil keputusan, walaupun
banyak keputusan yang mereka ambil strategis sifatnya,
manajer juga mengambil keputusan tentang setiap aspek lain
dari organisasi, termasuk diantaranya struktur, system control,
respon terhadap lingkungan, dan sumber daya manusia.
 Manajer mengeksplorasi permasalahan, membuat keputusan
untuk menyelesaikannya dan mengawasi konsekuensi yang
timbul untuk melihat apakah keputusan tambahan diperlukan
 Pengambilan keputusan yang baik merupakan bagian penting
dari manajemen yang baik karena keputusan menentukan
bagaimana organisasi menyelesaikan masalah mereka,
mengalokasikan sumber daya dan mencapai tujuannya. (SPEED)
 Sebuah keputusan merupakan pilihan yang dilihat dari sejumlah
alternatif yang ada.
 Pembuatan keputusan adalah bagian kunci kegiatan manajer.
Kegiatan ini memerankan bagian penting, terutama bila
manajer melaksanakan fungsi perencanaan.
 Perencanaan menyangkut keputusan – keputusan yang sangat
penting dan jangka panjang yang dibuat manajer.
 Dalam proses perencanaan manajer memutuskan tujuan –
tujuan organisasi yang akan dicapai, sumber daya – sumber
daya yang akan digunakan dan siapa yang akan melaksanakan
setiap tugas yang dibutuhkan.

1.2 Tujuan
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
Penguasaan materi dalam modul ini, yang dirancang sebagai landasan pembuatan
keputusan memiliki tujuan sebagai berikut :
 Menjelaskan pengertian dari pengambilan keputusan
 Menjelaskan mengapa pengambilan keputusan merupakan komponen penting
dalam manajemen yang baik
 Mendeskripsikan model klasik, administratif dan politis dari pengambilan
keputusan dan aplikasinya
 Mengidentifikasi enam langkah yang digunakan dalam pengambilan keputusan
tingkat manajerial
 Menjelaskan empat gaya keputusan personal yang digunakan manajer
 Mendiskusikan kelebihan dan kekurangan dalam pengambilan keputusan
partisipatif
 Mengidentifikasi teknik – teknik untuk meningkatkan pengambilan keputusan di
lingkungan yang bergerak cepat dan tidak pasti saat ini

2. JENIS KEPUTUSAN
 Keputusan merupakan pilihan yang dibuat dari sejumlah alternative yang ada.
Contohnya : pilihan manajer akunting di antara Bill, Tasha, dan Jenifer untuk posisi
junior auditor adalah sebuah keputusan. Banyak orang mengasumsikan bahwa
pemilihan alternative adalah bagian utama dari pengambilan keputusan, namun
sebenarnya itu hanyalah satu bagian saja.
 Pengambilan keputusan merupakan proses identifikasi permasalahan dan peluang.
Pembuatan keputusan juga dapat didefinisikan sebagai penentuan serangkaian
kegiatan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
 Manajer akan membuat tipe – tipe keputusan yang berbeda sesuai perbedaan
kondisidan situasi yang ada. Keputusan dapat dibedakan antara keputusan yang
dibuat dibawah kondisi kepastian, resiko, dan ketidakpastian.
 Keputusan juga dapat dibedakan menjadi keputusan Terprogram dan Keputusan
Tidak Terprogram.
1. Keputusan Terprogram. Keputusan terprogram meliputi situasi yang timbul cukup
sering untuk membuat aturan pengambilan keputusan dikembangkan dan
diaplikasikan ke masa depan. Keputusan terprogram dibuat sebagai respon
terhadap permasalahan yang timbul di organisasi. Selain itu keputusan
terprogram juga adalah keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau
prosedur. Keputusan – keputusan ini rutin dan berulang – ulang. Contohnya
adalah penetapan gaji karyawanyang baru oleh manajer karena perusahaan
biasanya mempunyai skala gaji untuk semua posisi.
2. Keputusan yang tidak Terprogram. Adalah keptusan yang berkenaan dengan
masalah – masalah khusus, khas atau tidak biasa. Bila suatu masalahyang timbul
tidak cukup diliputi oleh kebijaksanaan atau sangat penting sehingga perlu
penanganan khusus, harus diselesaikan dengan suatu keputusan yang tidak
terprogram. Keputusan tidak terprogram juga diambil sebagai respon dari situasi
yang unik, tidak terjelaskan dengan baik dan sebagian besar tidak terstruktur,
dan memilki konsekuensipenting bagi organisasi. Banyak keputusan tidak
terprogram melibatkan perencanaan strategis, karena ketidakpastiannya tinggi
dan keputusan bersifat kompleks. Keputusan untuk membangun pabrik baru,
mengembangkan produk atau layanan baru, memasuki pasar geografis baru atau
merelokasi kantor pusat ke kota lain semuanya merupakan keputusan tidak
Page 2 of 9
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
terprogram.
 Kepastian berarti seluruh informasi yang dibutuhkan pengambil keputusan tersedia.
Manajer memilki informasi dalam kondisi operasi, biaya atau batasan sumber daya,
jika sebuah perusahaan mempertimbangkan investasi $10.000 diperalatan baru yang
diketahuinya dengan jelas akan menghasilkan penghematan sebesar $4.000 setiap
tahun selama lima tahun berikutnya, manajer menghitung tingkat pengembalian
sebelum pajak sebesar 40%.
 Risiko. Berarti bahwa memiliki tujuan yang jelas dan informasi yang tersedia dengan
baik. Namun hasil di masa depan yang dihubungkan dengan setiap alternatif
ditentukan oleh peluang masing – masing.
 Ketidakpastian berarti bahwa manajer tahu tujuan mana yang hendak mereka capai,
namun informasi tentang alternatif dan peristiwa di masa depan tidak lengkap.
 Ambiguitas sejauh ini merupakan keputusan yang paling sulit. Ambiguitas berarti
bahwa tujuan yang harus dicapai atau permasalahan yang harus diselesaikan tidak
jelas sifatnya, dan alternatif sulit didefinisikan, dan informasi tentang hasil tidak
tersedia.

3. MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN


 Model Klasik. Model Klasik (classical model) dari pengambilan keputusan
didasarkan pada asumsi ekonomi. Asumsi yang mendasari model klasik adalah
sebagai berikut :
1. Pengambil keputusan bertindak untuk mencapai tujuan yang diketahui dan
disepakati. Permasalahan secara rinci diformulasikandan didefinisikan.
2. Pengambil keputusan mengusahakan kondisi kepastian, dengan
mengumpulkan seluruh informasi. Semua alternatif dan hasil yang potensial
dari setiap informasi dihitung.
3. Kriteria untuk mengevaluasi alternative diketahui. Pengambil keputusan
memilih alternatif yang akan memaksimalkan pengembalian secara ekonomi
kepada organisasi.
4. Pengambil keputusan adalah orang yang rasional dan menggunakan logika
dalam menentukan nilai, kesukaan (preferences), dan menggunakan
keputusan yang akan memaksimalkan pencapaian tujuan organisasi.
 Model klasik dari pengambilan keputusan dipertimbangkan sebagai hal normatif
(normative), yang berarti model ini mendefinisikan bagaimana pengambil
keputusan sebaiknya membuat keputusan. Model ini tidak menjelaskan
bagaimana manajer sebenarnya mengambil keputusan, atau memberi petunjuk
tentang bagaimana mencapai hasil ideal untuk organisasi. Contohnya banyak
senior manajer bergantung hanya kepada intuisi dan kesukaan pribadi dalam
pengambilan keputusan.
 Model Administratif. Dari pengambilan keputusan menggambarkan bagaimana
manajer sesungguhnya membuat keputusan di situasi yang sulit, seperti yang
dikarakteristikkan oleh keputusan tidak terprogram, ketidakpastian, dan
ambiguitas. Banyak keputusan manajemen tidak cukup terprogram untuk
membantu mereka dalam kuantifikasi dalam bentuk apa pun. Manajer tidak
mampu membuat keputusan ekonomi yang rasional bahkan jika mereka
menginginkannya.
 Rasional terbatas. Berarti bahwa setiap orang mempunyai keterbatasan,
tentang seberapa mampu mereka menjadi rasional. Organisasi bersifat luar biasa
kompleks, dan manajermempunyai waktu dan kemampuan untuk memproses
hanya sejumlah informasi yang terbatas yang digunakan untuk membuat

Page 3 of 9
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
keputusan.
 Pemenuhan (satisficing) berarti pengambil keputusan memilih alternatif solusi
pertama yang memenuhi criteria keputusan minimal. Dengan tidak berusaha
untuk mengejar seluruh alternatifuntuk mengidentifikasi solusi tunggal untuk
memaksimalisasi pengembalian ekonomi, manajer akan memilih solusi pertama
yang muncul untuk memecahkan masalah, bahkan jika solusi yang yang lebih
baik diperkirakan akan ada kemudian. Pengambil keputusan tidak dapat
menjustifikasiwaktu dan pengorabanan untuk mendapatkan kelengkapan
informasi.
 Model administratif dianggap sebagai deskriptif (descriptive), berarti bahwa
model ini menjelaskan bagaimana manajer sesungguhnya mengambil keputusan
pada situasi yang kompleks dibandingkan dengan mendikte bagaimana mereka
seharusnya mengambil keputusan menurut kondisi ideal yang teoritis.
 Intuisi. Model aspek lain dari pengambilan keputusan administratif adalah intuisi.
Melambangkan penggambaran singkat dari situasi sebuah keputusan berdasarkan
pengalaman masa lalu namun tanpa pikiran yang sadar. Pengambilan keputusan
intuitif bukannya berubah – ubah atau tidak masuk akal, karena didasarkan pada
praktik bertahun – tahun dan pengalaman langsung yang membuat manajer
dapat dengan cepat mengidentifikasi solusi tanpa harus memalui perhitungan
yang melelahkan.
 Model Politis. Model dari pengambilan keputusan ini berguna dalam pembuatan
keputusan tidak terprogram ketika kondisi tidak pasti, informasi terbatas, dan
terdapat ketidaksepakatan antara manajer tentang tujuan mana yang harus
dicapai atau arah tindakan apa yang harus diambil. Banyak keputusan organisasi
melibatkan banyak manajer yang mengejar tujuan berbeda, dan mereka harus
berbicara satu sama lain untuk berbagi informasi dan mencapai kesepakatan.
 Koalisi. Merupakan pembentukan aliansi informal di antara manajer yang
mendukung tujuan tertentu. Pembentukan koalisi adalah proses pembentukan
aliansi antara manajer. Dengan kata lain manajer yang mendukung alternative
tertentu, seperti meningkatkan pertumbuhan perusahaan dengan mengakuisisi
perusahaan yang lain, berbincang secara informal dengan eksekutif lainnya dan
berusaha membujuk mereka untuk mendukung keputusan itu.
 Ada empat asumsi dasar dari model politis :
1. Organisasi dibentuk oleh kelompok yang berbeda kepentingan, tujuan dan nilai.
Manajer tidak sepakat mengenai prioritas permasalahan, dan mungkin tidak
memahami atau membagi tujuan dan kepentingan dari manajer lain
2. Informasi bermakna ganda dan tidak lengkap. Usaha untuk menjadi rasional
dibatasi oelh kompleksitas dari banyak masalah dan juga batasan pribadi dan
organisasi
3. Manajer tidak memiliki kapasitas waktu, sumberdaya atau mental untuk
mengidentifikasi seluruh dimensi masalah dan memproses seluruh informasi yang
relevan. Manajer berbicara satu sama lain bertukar pandangan untuk
mengumpulkan informasi dan mengurangi ambiguitas
4. Manajer terlibat dalam debat “saling dorong dan tarik” untuk memutuskan tujuan
dan mendiskusikan alternatif. Keputusan adalah hasil dari tawar – menwar dan
diskusi diantara anggota koalisi.

4. PROSES PEMBUATAN KEPUTUSAN


 Tahap 1. Pemahaman dan Perumusan Masalah. Para manajer menghadapi
kenyataan bahwa masalah yang sebenarnya sulit diketemukan, atau bahkan
Page 4 of 9
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
sering hanya mengidentifikasikan gejala masalah bukan penyebab yang
mendasar. Para manajer dapat mempermudah identifikasi dengan beberapa cara
yaitu : pertama manajer secara sistematik menguji hubungan – hubungan sebab
– akibat, kedua manajer mencari penyimpangan – penyimpangan atau
perubahan – perubahan dari “normal”. Dan barangkali paling penting, manajer
berkonsultasi dengan pihak – pihak lain yang mampu memberikan pandangan
dan wawasan yang berbeda tentang masalah atau kesempatan
 Tahap 2. Pengumpulan dan Analisa data yang relevan. Setelah manajer
menentukan dan merumuskan masalah, mereka harus mulai memutuskan dan
merumuskan masalah, mereka harus mulai memutuskan langkah – langkah
selanjutnya. Manajer pertama kali harus menentukan data – data apa yang akan
dibutuhkan untuk membuat keputusan yang tepat, dan kemudian mendapatkan
informasi tersebut. Para manajer akan jarang memperoleh seluruh data yang
dibutuhkan, padahal mereka harus mempunyai informasi cukup untuk dapat
merumuskan berbagai penyelesaian.
 Tahap 3. Pengembangan alternatif – alternatif. Kecenderungan untuk menerima
alternative keputusan pertama yang “feasible” sering menghindarkan manajer
dari pencapaian penyelesaian yang terbaik untuk masalah – masalah mereka.
Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan manajer untuk menolak
kecenderungan untuk membuat keputusan terlalu cepat dan membuat lebih
mungkin pencapaian keputusan yang efektif.
 Tahap 4. Evaluasi Alternatif – Alternatif. Setelah manajer mengembangkan
sekumpulan alternatif, mereka harus mengevaluasinya untuk menilai efektivitas
setiap alternatif. Efektivitas dapat diukur dengan dua kriteria : apakah alternatif
realistik bila dihubungkan dengan tujuan dan sumberdaya organisasi, dan
seberapa baik alternatif akan membantu pemecahan masalah.
 Tahap 5. Pemilihan Alternatif terbaik. Tahap kelima pembuatan keputusan
merupakan hasil evaluasi berbagai alternatif. Alternatif terpilih akan didasarkan
pada jumlah informasi yang tersedia bagi manajer dan ketidaksempurnaan
kebijakan manajer.
 Tahap 6. Implementasi Keputusan. Implementasi keputusan menyangkut lebih
dari sekedar pemberian perintah. Manajer harus menetapkan anggaran atau
skedul kegiatan, mengadakan dan mengalokasikan sumber daya – sumber daya
yang diperlukan, serta menugaskan tanggung jawab dan wewenang pelaksanaan
tugas – tugas tertentu.
 Tahap 7. Evaluasi Hasil – Hasil Keputusan. Implementasi keputusan harus
dimonitor terus – menerus. Manajer harus mengevaluasi apakah implementasi
dilakukan dengan lancer dan keputusan memberikan hasil – hasil yang
diinginkan. Pembuatan keputusan adalah suatu proses yang bersifat kontinyu
bagi manajer – dan merupakan tantangan yang harus selalu dihadapinya
 berikut ini merupakan diagram langkah pengambilan keputusan dalam sebuah
organisasi :

Page 5 of 9
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011

Gambar 1 . Langkah Pengambilan Keputusan

5.KERANGKA KERJA KEPUTUSAN PERSONAL


 Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para manajer dalam suatu
organisasi atau perusahaan tidak akan sama antara manajer yang satu dengan
yang lainnya. Pengambilan keputusan ini biasa disebut gaya keputusan
(dicision style). Gaya keputusan ini merupakan perbedaan diantara sejumlah
orang yang berkaitan dengan bagaimana mereka memandang masalah dan
mengambil keputusan
 Berikut merupakan kerangka kerja keputusan personal

Situasi : Gaya Keputusan Pilihan Keputusan


Situasi : Gaya Keputusan Pilihan Keputusan
Terprogram atau Personal Solusi terbaik untuk
Terprogram atau Personal Solusi terbaik untuk
tidak terprogram perintah permasalahan
tidak terprogram perintah permasalahan
Klasik, analitis
Klasik, analitis
administratif, konseptual
administratif, konseptual
politis tingkah laku
politis tingkah laku
Langkah
Langkah
keputusan
keputusan

Gambar 2. Kerangka Kerja Keputusan Personal

 Gaya perintah digunakan oleh seorang yang lebih menyukai solusi yang
sederhana dan langsung ke sasaran. Manajer yang menggunakan gaya ini
Page 6 of 9
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
sering mengambil keputusan dengan cepat karena mereka tidak suka
menghadapi banyak informasi dan mungkin mempertimbangkan hanya satu
atau dua alternatif.
 Manajer dengan gaya analitis suka mempertimbangkan solusi
kompleksberdasarkan sebanyak – banyaknya data yang dapat mereka
kumpulkan. Individu ini dengan hati – hati mempertimbangkan alternative fan
sering mendasarkan keputusan mereka pada tujuan, data rasional dari system
control manajemen dan sumber lain. Mereka mencari keputusan terbaik
berdasarkan informasi yang tersedia
 Orang yang cenderung memakai gaya konseptual juga sering
mempertimbangkanbanyak informasi. Namun, mereka juga lebih berorientasi
sosial daripada orang yang menggunakan gaya analitis dan suka
berkomunikasi dengan orang lain tentang masalah dan kemungkinan alternatif
pemecahannya. Manajer yang menggunakan gaya ini mempertimbangkan
banyak alternatif, mengandalkan informasi dari orang dan sistem, dan
cenderung memecahkan masalah secara kreatif.
 Gaya tingkah laku adalah gaya yang digunakan manajer yang memiliki
perhatian besar pada orang lain sebagai individu. Manajer yang menggunakan
gaya ini suka berkomunikasi satu – satu dan memahami perasaan mereka
tentang masalah dan dampak dari keputusan yang ada terhadap mereka.
Orang yang memilki gaya ini umumnya memerhatikan pengembangan pribadi
orang lain dan dapat mengambil keputusan yang membantu orang lain
mencapai tujuan mereka.
 Manajer yang paling efektif adalah yang mampu bergerak dari satu gaya ke
gaya lainnya seperti yang dibutuhkan untuk memenuhi situasi yang dihadapi.
Menyadari gaya keputusan seseorang yang dominan dapat menghindarkan
manajer untuk membuat kesalahan yang fatal saat gaya dominannya tidak
sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi.

6. MENINGKATKAN PARTISIPASI DALAM PENGAMBILAN


KEPUTUSAN
Manajer membuat sejumlah keputusan sebagai individu, namun pengambil keputusan
lebih sering menjadi bagian dari sebuah kelompok.
Keputusan yang utama dalam dunia usaha jarang dibuat hanya oleh seorang individu
saja, pengambilan keputusan yang efektif sering kali tergantung dari apakah manajer
melibatkan orang yang tepat dengan cara yang benar untuk membantu mereka
memecahkan masalah
Model Vroom – Jago membantu manajer mengukur jumlah partisipasi yang sesuai dari
bawahannya dalam pengambilan keputusan yang spesifik. Model ini memiliki tiga
komponen utama yaitu : gaya kepemimipinan partisipasi, sejumlah pertanyaan
diagnostik yang digunakan untuk menganilisis situasi sebuah keputusan dan
serangkaian aturan keputusan.
Gaya Partisipasi Kepemimpinan. Model ini menggunakan lima tingkatan partisipasi
bawahan dalam pengambilan keputusan yang dimulai dari sangat otokratis (pemimpin
memutuskan sendiri) hingga sangat demokratis (pemimpin mendelegasikan ke
kelompok)
Lima tingkatan pengambilan keputusan inidiawali dengan pemimpin mengambil
keputusan sendiri (Memutuskan); mempresentasikan permasalahan secara individu

Page 7 of 9
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011
kepada bawahan (Berkonsultasi secara individual); mempresentasikan masalah ke
bawahan secara kelompok, emngumpulkan ide dan saran secara kolektif, kemudian
mengambil keputusan (Kelompok Kosultasi); berbagi permasalahan dengan bawahan
sebagai kelompok dan bertindak sebagai fasilitator untuk membantu kelompok
mengambil keputusan (menfasilitasi); atau mendelegasikan permasalahan dan
mengijinkan kelompok untuk membuat keputusan dalam batasan yang telah
ditentukan (mendelegasi).
Pertanyaan diagnostik. Bagaimana seorang manajer memutuskan mana dari kelima
gaya keputusan yang akan digunakan? Tingkatan yang sesuai dari partisipasi
keputusan tergantung dari jumlah faktor situasional, seperti tingkat yang dibutuhkan
dalam kualitas keputusan, tingkat keahlian pemimpin atau bawahan, dan pentingnya
memiliki bawahan yang berkomitmen pada keputusan yang diambil. Para pemimpin
dapat menganalisis tingkat pertisipasi yang sesuai dengan menjawab tujuan
pertanyaan diagnostik.
1.Signifikansi Keputusan: seberapa signifikan keputusan ini untuk proyek atau
organisasi? Jika kualitas keputusan sangat penting untuk keberhasilan proyek atau
organisasi, pemimpin harus terlibat secara aktif.
2.Pentingnya Komitmen: seberapa penting komitmen bawahan untuk menjalankan
keputusan? Jika implementasi membutuhkan komitmen membutuhkan komitmen
yang tinggi terhadap keputusan, pemimpin harus melibatkan bawahan dip roses
keputusan.
3.Keahlian Pimpinan: apakah tingkatan keahlian pemimpin dalam kaitannya dengan
permasalahan? Jika seorang pemimpin tidak memiliki banyak informasi,
pengetahuan, atau keahlian, maka pimpinan harus melibatkan bawahan untuk
memperolehnya.
4.Komitmen yang seragam: jika pimpinan harus membuat keputusan sendiri, apakah
bawahan memiliki komitmen yang tinggi atau rendah terhadap keputusan? Jika
bawahan umumnya mengikuti keputusan pimpinannya maka keterlibatan mereka
dalam proses pengambilan keputusan akan berkurang.
5.Kelompok Pendukung untuk Tujuan: Apakah tingkatan dari dukungan bawahan untuk
tujuan kelompok atau organisasi yang dipertaruhkan melalui keputusan ini? Jika
bawahan memiliki dukungan yang rendah untuk pencapaian tujuan organisasi,
pimpinan tidak seharusnya membiarkan kelompok mengambil keputusan sendiri.
6.Keahlian Kelompok: Apakah tingkatan pengetahuan dan keahlian anggota kelompok
dalam kaitannya dengan permasalahan? Jika bawahan memiliki pengetahuan yang
tinggi dalam permasalahan, maka tanggung jawab yang lebih besar untuk
keputusan dapat didelegasikan kepada mereka.
7.Kompetensi kelompok: seberapa terlatih dan berkomimenkahanggota kelompok
bekerja bersama untuk memecahkan masalah? Ketika bawahan memiliki keahlian
dan keinginan yang tinggi untuk bekerjasama dalam menyelesaikan masalah,
tanggung jawab yang lebih besar dalam pengambilan keputusandapat
didelegasikan kepada mereka.

Page 8 of 9
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2011

REFERENSI
Draft, Richard L. 2008. Management. Salemba Empat. Jakarta
Handoko, T Hani. 2003. Manajemen. BPFE. Yogyakarta

PROPAGASI
A. Latihan dan Diskusi (Propagasi vertical dan Horizontal)

B. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)


1. Apa itu keputusan?
2. Sebut dan jelaskan jenis – jenis keputusan?
3. Bagamanakah tahap pembuatan keputusan?
4. Sebutkan model pembuatan keputusan?
5. Apa saja yang termasuk ke dalam pertanyaan diagnostic?

C. QUIZ -mutiple choice (Evaluasi)

D. PROYEK (Eksplorasi entrepreneurship, penerapan topic bahasan pada dunia nyata)

Page 9 of 9

Anda mungkin juga menyukai