Anda di halaman 1dari 18

Pemecahan Masalah dan

Pengambilan Keputusan
Nama Kelompok :
1. Mutiara Nadila (17020267)
2. Nia Novianti (17020257)
3. Shintya Ayu Permatasari (17020274)
Sub Pokok Pembahasan
• Macam-macam Keputusan Manajemen
• Keputusan dan Jenjang Manajemen
• Tahap-tahap Pengambilan Keputusan
• Tipe-tipe Masalah dan Pemecahannya
• Gaya Pengambilan Keputusan
• Model Pengambilan Keputusan
• Pengambilan Keputusan Individu dan Kelompok
Macam-macam Keputusan
1. Keputusan yang terprogram (Programmed Decision)
Keputusan yang terprogram adalah keputusan yang terstruktur atau yang
muncul berulang-ulang.
Misalnya, dalam memutuskan jumlah bahan baku yang harus tersedia
digudang manajer tidak bisa terlepas dari prosedur penghitungan yang
biasa digunakan.

2. Keputusan yang tidak terprogram (Non-Programmed Decision)


Keputusan dikatakan tidak terprogram apabila keputusan itu baru pertama
kali muncul dan tidak tersusun. Maka, tidak ada prosedur yang pasti untuk
menangani persoalan, sebab persoalan tidak timbul dengan cara yang
persis sama dengan sebelumnya atau karena persoalan itu rumit atau luar
biasa pentingnya.
Macam-macam Keputusan dalam Manajemen
Keputusan dan Jenjang Manajemen
Secara umum tingkatan manajemen dalam organisasi ada tiga, yaitu :
1. Manajer puncak (top manager)
Untuk manajer tingkat tinggi memusatkan perhatiannya pada
keputusan tidak terprogram.
2. Manajer menengah (middle manajer)
Para manajer menengah di sebagian besar organisasi kebanyakan
memusatkan perhatiannya pada dua keputusan yaitu, keputusan
terprogram dan tidak terprogram.
3. Manajer rendah (lower manajer)
Manajer rendah keputusan yang diambil sebagian besar bersifat
terprogram.
Tahap-Tahap Pengambilan Keputusan
Dalam pengambilan keputusan terdapat tahap-tahap untuk pengambilan suatu
keputusan yaitu :
TAHAP 1. Identifikasi dan Definisi Masalah
Tahap ini meliputi kegiatan pengumpulan informasi, proses informasi, dan
pertimbangan yang mendalam.
Ada beberapa indikator yang dapat membantu dalam melihat permasalahan
organisasi adalah sebagai berikut :
a. Penyimpangan Kinerja
Indikator ini muncul apabila terjadi sebuah perubahan secara tiba-tiba pada
beberapa pola kinerja yang telah ditetapkan.
b. Masukan atau Kritikan Orang Lain
Berbagai tindakan orang diluar organisasi bisa menjadi petunjuk adanya masalah.
c. Lingkungan
Lingkungan dapat memberi informasi masalah melalui berbagai cara.
TAHAP 2. Mengembangkan Alternatif Pemecahan
Pengembangan alternatif merupakan proses pencarian dimana
lingkungan intern dan ekstern yang relevan dari organisasi diperiksa
untuk memberikan informasi yang dapat dikembangkan menjadi
alternatif yang mungkin.
Namun demikian, manajer harus ingat ada beberapa keterbatasan dalam
setiap alternatif, misalnya keterbatasan dalam masalah hukum, etika,
peraturan yang ada.
Seringkali keterbatasan itu datang dari organisasi itu sendiri, seperti
keterbatasan waktu, keterbatasan sumber daya dalam organisasi.
TAHAP 3. Evaluasi Alternatif Pemecahan
Dalam mengambil keputusan, tidak mudah memperkirakan konsekuensi dari
keputusan. Situasi risiko dengan tidak pasti berada diantara dua ekstrem. Oleh
karena itu, hubungan antara alternatif keluaran didasarkan pada tiga kondisi yaitu :
1. Kondisi Kepastian
Dalam keadaan yang pasti, manajer memiliki informasi yang cukup untuk
pemecahan masalah guna mengetahui alternatif yang mungkin beserta hasilnya.
2. Kondisi Berisiko
Dalam keadaan berisiko manajer kekurangan informasi lengkap pada alternatif-
alternatif tindakan dan konsekuensinya. Dalam hal ini mengevaluasi alternatif pada
kondisi inilah para ahli statistic dan ahli riset telah memberikan kontribusi vital
kepada teori keputusan.
3. Kondisi Ketidakpastian
Ketidakpastian mendorong para manajer untuk menekankan kreativitas dalam
memecahkan permasalahan. Dalam kebanyakan kasus, tanggapan terhadap
ketidakpastian sangat bergantung pada intuisi, dugaan yang beralasan, dan firasat
yang semuanya tanpa pertimbangan dan mungkin salah.
TAHAP 4. Memilih Alternatif
Tujuan pemilihan alternatif adalah memecahkan masalah agar dapat mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam kebanyakan
pengambilan keputusan, pemecahan yang optimal sering kali tidak mungkin. Hal
ini disebabkan karena pengambilan keputusan tidak mungkin mengetahui
semua alternatif yang ada, konsekuensi masnng-masing, dan probabilitas
terjadinya.

TAHAP 5. Implementasi Keputusan


Implementasi mencakup penyampaian keputusan kepada orang-orang yang
terkait dan mendapatkan komitmen mereka kepada keputusan tersebut.
Meskipun keputusan dapat baik dari segi teknis, tetapi keputusan dapat mudah
dirusak oleh bawahan yang merasa tidak puas.
Oleh karena itu, pekerjaan manajer tidak hanya terbatas pada keterampilan
memilih pemecahan yang baik, akan tetapi meliputi pengetahuan dan
keterampilan yang perlu untuk melaksanakan pemecahan masalah tersebut, dan
menjadi sebuah perilaku dalam bernegosiasi.
TAHAP 6. Evaluasi dan Pengendalian
Tahap ini dilakukan untuk memastikan bahwa pelaksanaan keputusan
yang diambil mengenai sasaran atau tujuan yang ingin dicapai. Jika
tujuan tidak tercapai, manajer dapat melakukan respon dengan cepat.
Sistem pengendalian dan evaluasi tertentu perlu untuk menjamin bahwa
keluaran nyata adalah konsisten dengan keluaran yang direncanakan
pada waktu keputusan tersebut diambil.
Tipe-tipe Masalah dan Pemecahannya
1. Masalah Terstruktur
Masalah-masalah terstruktur merupakan masalah pada umumnya, terus terang dan
jelas dalam hal iinformasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Manajer dapat
berencana kedepan dan mengembangkan cara-cara khusus untuk menghadapi
masalah tersebut atau bahkan mengambil tindakan untuk menjaga munculnya
masalah.
2. Masalah tidak Terstruktur
Masalah tidak terstruktur merupakan masalah yang membingungkan dan memiliki
informasi yang terbatas dalam situasi yang baru atau tidak terduga. Masalah
tersebut sering tidak diantisipasi dan tidak ditindak lanjuti ketika masalah tersebut
terjadi.
3. Masalah Menghadapi Krisis
Masalah krisis merupakan masalah yang tidak terduga dan dapat menghancurkan
jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Para manajer dalam organisasi yang
lebih maju saat ini menghadapi persoalan krisis multidimensi dan mereka mencoba
mengantisipasi krisis-krisis itu dengan berbagai cara, misalnya dengan membentuk
sistem informasi krisis.
Gaya Pengambilan Keputusan
1. Gaya Direktif (Pengarahan)
Orang yang menggunakan gaya direktif memiliki toleransi rendah terhadap ambiquitas dan bersikap rasional
dalam cara berfikir. Mereka itu efisian dan logis. Tipe direktif membuat keputusan secara cepat dan
memusatkan perhatian kepada jangka pendek. Kecepatan dan efisiensi dalam membuat keputusan sering kali
mengakibatkan mereka mengambil keputusan dengan informasi minimum dan dengan sedikit alternatif saja.
2. Gaya Analitis
Gaya analitis mempunyai jauh lebih banyak toleransi bagi ketidakjelasan daripada jenis direksi. Mereka
menginginkan lebih banyak informasi sebelum mengambil keputusan dan merenungkan lebih banyak
alternatif. Para pengambil keputusan analitis paling baik dicirikan sebagai pengambil keputusan yang hati-hati
dengan kemampuan untuk beradaptasi atau menghadapi situasi-situasi yang khusus.
3. Gaya Koseptual
Pribadi-pribadi dengan gaya konseptual cenderung amat luas dalam pandangan mereka dan akan melihat
banyak alternatif. Mereka memusatkan perhatian dalam jangka panjang dan sangat baik dalam menemukan
pemecahan masalah kreatif atas masalah-masalah.
4. Gaya Perilaku
Para pengambil keputusan bergaya perilaku bekerjasama dengan orang lain, mereka menaruh perhatian
terhadap prestasi anak buah dan rela menerima saran dari orang-orang lain. Sering kali mereka melaksanakan
rapat untuk berkomunikasi meskipun mereka mencoba menghindari konflik. Penerimaan oleh orang lain
sangat penting bagi pengambil keputusan yang bergaya perilaku.
Model Pengambilan Keputusan
1. Model Keputusan Klasik
Model keputusan klasik berpandangan bahwa manajer bertindak dalam kepastian.
Manajer menghadapi masalah yang terdefinisikan dengan jelas dan mengetahui
kemungkinan semua alternatif tindakan dan konsekuensinya. Akhirnya, keputusan
optimis terbuat, yaitu manajer memilih alternatif yang memberi solusi masalah
terbaik. Pendekatan klasik ini merupakan model yang sangat rasional untuk
pembuatan keputusan manajerial.
2. Model Keputusan Administratif
Menurut Herbert Simon, manajer dalam pengambilan keputusan menghadapi tiga
kondisi, yaitu :
- Informasi Tidak Sempurna dan Tidak Lengkap
- Rasionalitas yang Terbatas
- Cepat puas
Pengambilan Keputusan Individu dan
Kelompok
Faktor-faktor perilaku tersebut meliputi kepribadian, nilai,
kecenderungan akan beresiko, dan kemungkinan ketidakcocokan :
1. Kepribadian
• Variabel Kepribadian. Hal ini mencakup sikap, kepercayaan, dan
kebutuhan individu.
• Variabel Situasional. Menyinggung situasi ektern, yang dapat diamati,
yang dihadapi oleh orang-orang itu sendiri.
• Variabel Interaksional. Ini menyinggung keadaan pada saat itu dari
orang-orang sebagai akibat dari interaksi situasi tertentu dengan cirri-
ciri khas kepribadian orang.
2. Nilai
• Dalam menetapkan sasaran, pertimbangan nilai perlu sekali mengenai pemilihan kesempatan dan penentuan prioritas.
• Dalam mengembangkan alternatif, orang perlu mempertimbangkan nilai mengenai berbagai macam kemungkinan.
• Apabila memilih alternatif, nilai dari orang yang mengambil keputusan mempengaruhi alternatif manakah yang akan dipilih.
• Apabila melaksanakan keputusan, pertimbangan nilai sangat perlu dalam memilih cara melaksanakannya.
• Dalam fase evaluasi dan pengendalian, pertimbangan nilai tidak dapat dihindari apabila mengambil tindakan koreksi.

3. Kecenderungan akan beresiko


Seorang pengambil keputusan yang agak segan mengambil resiko akan menetapkan sasaran yang berbeda, mengevaluasi alternatif
secara berbeda juga, dan memilih alternatif yang berbeda dari orang lainyang mengambil keputusan dalam situasi yang sama yang
sangat enggan mengambil resiko

4. Kemungkinan ketidakcocokan
Sangat dimungkinkan bahwa keputusan yang diambil seseorang nantinya tidak sesuai dalam (cocok) dengan apa yang diharapkan.
Ketidakcocokan itu nantinya akan menimbulkan kegelisahan tersendiri bagi pengambil keputusan. Terjadinya kegelisahan setelah
keputusan (Occurrence Of Postdecision Anxiety) berkaitan dengan apa dinamakan oleh Festinger “Disonansi Kognitif” atau
ketidakcocokan kognitif. Teori tersebut menyatakan bahwa sering kali terdapat kurang konsistensi atau harmoni diantara berbagai
macam kognisi seseorang (sikap,kepercayaan,dan sebagainya) sesudah keputtusan itu diambil
Berikut ini beberapa metode untuk mengurangi ketidakcocokan, yaitu :
• Mencari informasi yang mendukung kebijaksanaan dari keputusan
mereka
• Secara selektif memahami (mengubah) informasi dengan sesuatu cara
yang dapat mendukung keputusan mereka.
• Mengubah sikap mereka sehingga memiliki pandangan yang baik
terhadap alternatif yang telah ditetapkan sebelumnya.
• Mengelakkan pentingnya segi-segi negatif dan mempertinggi unsur-
unsur positif dari keputusannya.
Keuntungan & kerugian pengambilan
keputusan kelompok
Keuntungan :
• Informasi dan pengetahuan lebih banyak.
• Lebih banyak alternatif yang dapat dihasilkan.
• Penerimaan terhadap hasil akhir akan lebih besar.
• Komunikasi yang lebih baik akan muncul.

Kerugian :
• Membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih besar karena waktu yang
hilang lebih banyak.
• Menimbulkan kompromitis.
• Satu atau beberapa orang barangkali akan mendominasi kelompok.
• Tekanan kelompok akan muncul dan membatasi kreatifitas individual.
Kesimpulan :
• Pengambilan keputusan yaitu sebagai suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai
alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu
pilihan yang dianggap paling menguntungkan.
• Berdasarkan jenjang dan tingkatannya, manajemen puncak seharusnya dipusatkan pada
keputusan yang tidak terprogram, sedangkan manajemen pertama seharusnya
memperhatikan keputusan yang deprogram. Manajer tingkat menengah memusatkan
perhatian kepada keputusan yang diprogram, walaupun dalam beberapa hal mereka
akan ikut serta dalam keputusan yang tidak terprogram. Dengan demikian, dapatlah
dikatakan bahwa sifat dan jenis dari keputusan memiliki hubungan yang erat dengan
tingkat manajemen dalam sebuah organisasi.
• Beberapa manajer mempunyai cirri-ciri lebih dari satu gaya. Mungkin lebih realitas
berpikir tentang gaya yang dominan seorang manajer dan gaya alternatifnya. Meskipun
beberapa manajer akan mengendalikan pada gaya dominannya, para manajer lebih
fleksibel dan dapat berpindah gaya tergantung pada situasinya.
• Dalam pengambilan keputusan ada yang bersifat individu dan kelompok. Alternatif dari
pengambilan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai