A. Informasi Pembelajaran
Kompetensi yang diharapkan : 1. Mahasiswa mampu memahami konsep analisis
keputusan dalam perusahaan.
2. Mahasiswa mampu memahami dasar-dasar teknik
perumusan keputusan dalam perusahaan
Alokasi Waktu/Jumlah Pertemuan : 1 pertemuan @100 menit
Gambaran Pokok Bahasan : 1. Konsep dasar pengambilan keputusan
2. Bentuk pembuatan keputusan
3. Proses pengambilan keputusan
4. Multi Criteria Decision Making (MCDM)
5. Simple Additive Weighting (SAW)
6. Analytic Hierarchical Process (AHP)
B. Materi Pembelajaran
rekognisi permasalahan dasar, meniapkan putusan alternatif yang dapat dipilih, lalu mencapai fase
pemilihan keputusan terbaik.
Pengambilan keputusan yang baik tentunya dilakukan secara sistematis melalui tahapan-
tahapan yang terstruktur. Teori dari Simon (1960) menyebutkan 4 tahapan umum dalam pengambilan
keputusan sebagai berikut:
1. Intelligence : pengumpulan data dan informasi untuk identifikasi masalah.
2. Design : tahap perumusan penanggulangan dalam bentuk opsi pemecahan permasalahan.
3. Choice : fase menyaring keputusan dari solusi alternatif – alternatif yang tersedia.
4. Implementation : tahap menjalankan pilihan keputusan dan mengevaluasi hasil.
Pekerjaan seorang pimpinan atau manajer tidak lepas dari pengambilan keputusan. Manajer
harus dapat membuat keputusan yang terbaik untuk organisasi dalam situasi dan kondisi yang
bagaimanapun. Oleh karena itu diperlukan kemampuan membuat keputusan terbaik. Pengambilan
keputusan berangkat dari masalah atau. kesempatan. Keputusan-keputusan dibuat untuk
memecahkan berbagai masalah yang ada. Dalam usaha memecahkan suatu masalah, seorang
pembuat keputusan (pimpinan atau manajer) mungkin membuat banyak keputusan. Keputusan
tersebut kemudian dieterapkan melalui rangkaian tindakan yang perlu diikuti dalam memecahkan
masalah untuk menghindari atau mengurangi dampak negative atau untuk memenfaatkan
kesempatan.
terhadap suatu masalah, sedangkan pendekatan kuantitatif mendasarkan keputusan pada penilaian
obyektif yang didasarkan pada model matematika yang dibuat. Jika anda meramalkan cuaca
mendasarkan pada pengalaman, maka pendekatan yang digunakan adalah kualitatif. Namun, jika
ramalan didasarkan pada model matematika, maka pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif.
Keputusan penerimaan karyawan berdasar nilai tes masuk adalah contoh lain pendekatan kuantitatif,
sedang jika didasarkan pada hasil wawancara untuk mengetahui kepribadian dan motivasi maka
pendekatan yang dilakukan adalah kualitatif.
Operasi organisasi semakin komplek dan mahal, sehingga semakin sulit dan penting manajer
dalam membuat rencana dan keputusan. Untuk itu diperlukan bantuan berbagai teknik dan peralatan
kuantitatif. Teknik dan peralatan kuantitatif pembuatan keputusan dikenal dengan nama teknik
management science dan operations research. Riset operasi menggambarkan, memahami, dan
memperkirakan perilaku berbagai sistem yang komplek dalam kehidupan manusia. Tujuannya
menyediakan informasi yang akurat.
pemimpin juga harus mensyaratkan prosedur pelaporan kemajuaan secara periodik serta
menyusun tindakan preventif apabila timbul penyimpanggan dari implementasi keputusan.
7. Langkah 7. Evaluasi perolehan keputusan.
Implementasi evaluasi keputusan harus diawasi secara periodik. pemimpin akan melakukan
penilaian apakah implementasi telah dilakukan secara baik dan keputusan membuahkan hasil
yang ditargetkan.
1. Kriteria. Kriteria merupakan ukuran yang akan dijadikan dasar untuk penilaian. Contoh kita
akan menentukan mahasiswa yang layak mendapat beasiswa di universitas X. Kriteria nya :
IPK, jumlah tanggungan, penghasilan orang tua dan jarak rumah ke kampus. Pada SAW kriteria
ini digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu benefit dan cost. Benefit merupakan kriteria yang
menguntungkan bagi perhitungan, sedangkan cost sebaliknya. Contoh IPK termasuk ke dalam
kriteria benefit, karena semakin tinggi nilai IPK nya peluang untuk mendapatkan beasiswa
akan semakin besar. Sedangkan penghasilan orang tua termasuk ke dalam kriteria cost, karena
semakin besar penghasilan orang tua peluang mendapatkan beasiswa semakin kecil. Kriteria
juga mempunyai bobot untuk masing-masing kriteria. Misal IPK bobotnya 5, penghasilan
orang tua 5, dll. Bentuk lain bobot ini bisa juga menggunakan persen (%).
2. Alternatif. Alternatif merupakan objek / orang yang akan dipilih atau diurutkan. Contoh pada
penentuan beasiswa yang termasuk ke dalam alternatif adalah mahasiswa-mahasiswa yang
mengajukan beasiswa.
3. Attribut. Attribut merupakan nilai dari setiap kriteria pada setiap alternatif. Contoh pada
penentuan beasiswa, attribut merupakan nilai dari IPK dari mahasiswa X.
4. Data Crips. Data Crips merupakan data yang digunakan untuk mengelompokkan nilai dari
setiap attribut. Data crips sifatnya opsional boleh ada atau boleh tidak. Kalau ada maka
attribut akan dinormalisasikan menggunakan data crips, kalau tidak maka attribut akan
langsung dihitung. Contoh pada penentuan beasiswa adalah data crips pada penghasilan
orang tua. Biasanya penghasilan orang tua akan dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok
seperti:
Kelompok 1. penghasilan <= 1.000.000
Kelompok 2. penghasilan 1.000.000 – 3.000.000
Kelompok 3. penghasilan 3.000.000 – 5.000.000
Kelompok 4. penghasilan 5.000.000 – 7.000.000
Lelompok 5. penghasilan >= 7.000.000
𝑣 = 𝑤𝑟
Rumus diatas berarti kita mengalikan semua atribut yang telah dinormalisasi dengan bobot
masing-masing kriteria.
Tahap 1 - Analisa
Melakukan analisa terhadap kriteria, menentukan jenis kriteria (benefit atau cost) dan
melakukan konversi jika kriteria punya data crips. Hasil analisa adalah sebagai berikut:
IPK : jenis kriteria benefit. Data crips : tidak ada.
Penghasilan orang tua : jenis kriteria cost. Data crips : ada. Konversi
Jumlah tanggungan orang tua : jenis kriteria benefit. Data crips : tidak ada.
Prestasi : jenis kriteria benefit. Data crips : ada. Konversi
Lokasi rumah dari kampus : jenis kriteria cost. Data crips : tidak ada.
Data setelah dikonversi akan menjadi seperti berikut ini
Tahap 2 – Normalisasi
Normalisasi untuk masing-masing atribut adalah sebagai berikut.
1. IPK, merupakan benefit, maka semua IPK dibagi dengan 4 (IPK terbesar milik Ponaryo
Astaman)
2. Penghasilan orang tua per bulan merupakan cost, maka 1 (nilai terkecil penghasilan orang tua
dari Robert Lewandowski) akan dibagi oleh semua penghasilan orang tua per bulan.
3. Jumlah tanggungan merupakan benefit, maka semua jumlah tanggungan akan dibagi dengan
4 (jumlah tanggungan orang tua Ponaryo Astaman merupakan yang berbesar).
4. Prestasi merupakan benefit, maka semua prestasi akan dibagi dengan 4 (nilai terbesar,
prestasi milik Lionel Messi & Ponaryo Astaman)
5. Lokasi rumah merupakan cost, maka 70 (nilai terdekat lokasi rumah milik Muhammad Salah)
akan dibagi dengan semua lokasi rumah
Proses Normalisasi
Hasil Normalisasi
Tahap 3 – Perangkingan
Sesuai dengan rumus perangkingan, maka formulasi SAW untuk contoh kasus ini adalah
Nilai akhir = (IPK x 25%) + (Penghasilan Orang Tua x 15%)+ (Jumlah tanggungan x 20%)+
(Prestasi x 30%)+ (Lokasi rumah x 10%)
Sehingga hasil perhitungannya adalah:
Lionel Messi : (0.98×25%) + (0.50×15%)+ (0.50×20%)+ (1.00×30%)+ (0.70×10%) = 79.00,
Ranking = 2
Cristiano Ronaldo : (0.99×25%) + (0.33×15%)+ (0.50×20%)+ (0.75×30%)+ (0.79×10%) =
70.05, Ranking = 3
Muhammad Salah : (0.85×25%) + (0.25×15%)+ (0.75×20%)+ (0.50×30%)+ (1.00×10%) =
65.00, Ranking = 4
Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dari kriteria
bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen dalam level yang
dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau dikenal dengan prioritas global yang
kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai
dengan kriterianya.
b. Tahapan AHP
Tahapan dalam pengambilan keputusan dengan AHP adalah sebagai berikut :
1. Menyusun Struktur Masalah dan Mengembangkan Model Keterkaitan.
Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan
alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki seperti Gambar 3.1. di bawah ini:
Untuk mengetahui tingkat konsistensi isian pengguna, metode AHP harus dilengkapi dengan
penghitungan Indeks Konsistensi (Consistency Index). Setelah diperoleh indeks konsistensi, maka
hasilnya dibandingkan dengan Indeks Konsistensi Random (Random Consistency Index/RI) Prof.Saaty
[Saa-80] menyusun Tabel RI diperoleh dari rata-rata Indeks Konsistensi 500 matriks. CR(Consistency
Ratio) adalah hasil perbandingan antara Indeks Konsistensi (CI) dengan Indeks Random (RI). Jika CR <=
0.10 (10%) berarti jawaban pengguna konsisten sehingga solusi yang dihasilkanpun optimal.
Skala
Kriteria Kriteria
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kriteria
Harga X Kualitas
Harga X Pelayanan
Kualitas X Pelayanan
Sub-kriteria
Responsiveness X Flexibility
Flexibility X Reliability
Flexibility X Reliability
Kuesioner diatas menunjukan perbandingan tingkat kepentingan dari kriteria-kriteria yang
kemudian akan dituliskan dalam matriks perbandingan berpasangan sebagai berikut:
3. Menghitung λmaks (Jumlah dari perkalian diatas dibagi dengan jumlah elemen)
5. Rasio Konsistensi = CI/ RI, di mana RI adalah indeks random konsistensi. Nilai konsistensi acak
ini dapat dilihat pada tabel di bawah. Jika rasio konsistensi ≤ 0.1, hasil perhitungan data
dapat dibenarkan. Dari tabel random RC diperoleh untuk n = 3, RI = 0.58 maka Rasio
Konsistensi = 0.047/0.58 = 0.082 (konsisten).
Tabel 3.3. Indeks konsistensi acak
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
RI 0 0 0,58 0,89 1,11 1,25 1,35 1,4 1,45 1,4 1,52 1,54 1,56 1,59 1,59
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan kriteria harga, pelayanan,
dan kualitas, maka Makmur Jaya terpilih sebagai distributor karena memiliki nilai Alt. Weight
Evaluation tertinggi yaitu sebesar 0,696. Dengan detail perhitungan sebagai berikut.
C. Evaluasi
1. Jelaskan bagaimana tahapan pengambilan keputusan yang rasional dalam suatu organisasi.
Untuk masing-masing tahap berikan alasan mengapa penting untuk dilakukan.
2. Apa saja bentuk-bentuk pengambilan keputusan? Berikan contohnya masing-masing!.
3. Bandingkan kelebihan dan kekurangan antara metode SAW dan AHP menurut anda.
D. Eksplorasi
Buatlah contoh studi kasus pengambilan keputusan dengan metode SAW dan AHP. Silahkan cari
studi kasus di sekitar anda. Misalnya, pengambilan keputusan pembelian handphone dengan kriteria
tertentu. Studi kasus yang dibuat minimal memiliki 4 kriteria dan 3 alternatif. Nilai plus jika anda
membuat simulasi perhitungan sederhana dengan software spreadsheet (Ms. Excel, etc).
E. Daftar Pustaka
1. Amin, S. (2014). Pengantar Manajemen Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.
2. Kusrini, D. E. 2008. Pengenalan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Jakarta:
Universitas Gunadarma
3. Purba, J. 2010. Konsep Analytic Hierarchy Process (AHP). Medan: Universitas Sumatera Utara.