Pendahuluan
Inti dari pengambilan keputusan terletak dalam organisasi atau perusahaan
berbagai alternatif tindakan sesuai dan dalam pemilihan elaternatif yang tepat
setelah evaluasi (penilaian) mengenai efektivitasnya dalam mencapau tujuan yang
dikehendaki pengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang efektif
merupakan tolok ukut keberhasilan organisasi atau perusahaan di masa depan.
1. Penemuan Masalah
2. Pemecahan Masalah
Tahap ini merupakan tahap penyelesaian terhadap masalah yang sudah ada atau
sudah jelas. Langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi alternatif-alternatif keputusan untuk memecahkan masalah.
b. Perhitungan mengenai faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya atau
di luar jangkauan manusia, identifikasi peristiwa di masa datang, pembuatan
alat (sarana) untuk mengevaluasi atau mengukur hasil, biasanya berbentuk
tabel hasil (pay off table), serta pemilihan dan penggunaan model
pengambilan keputusan.
3. Pengambilan Keputusan
b. Design
Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan, dan
menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi
proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi, dan menguji kelayakan
solusi.
c. Choice
Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif
tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian
diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.
Design
(Perancangan Penyelesaian Masalah)
Choice
(Pemilihan Tindakan)
Bab 2Implementation
Proses Pengambilan Keputusan | 13
(Pelaksanaan Tindakan)
Gambar 2.1. Fase Proses Pengambilan Keputusan
c. Pengembangan Model
Tahap ini berupa (aktivitas proses)pengambilan keputusan antara
hubungan model matematik, riset yang dapat menjadi output proses model
yang berfungsi di bawah batasan lingkungan yang telah ditetapkan.
f. Penerapan Pemecahan
Tahap ini berupa pembahasan perilaku, pelontaran ide, pelibatan
manajemen, serta penjelasan yang menjadi pemahaman manajemen untuk
menunjang model operasi dalam jangka yang lebih panjang.
1. Pertama, pendekatan yang didasarkan pada teori dan asas ilmiah dan telah
dikembangkan oleh para teoritisi yang mendalami proses pengambilan
keputusan. Teori dan asas ilmiah memiliki ciri yang tidak terikat pada situasi,
kondisi, waktu dan tempat. Akan tetapi, pengambilan keputusan sebagai salah
satu cabang ilmu administrasi dan manajemen hanya akan mempunyai makna
operasional, jika faktor situasi, kondisi, waktu dan tempat selalu
diperhitungkan.
Informasi yang tidak lengkap sudah tentu memiliki nilai yang rendah, akan
tetapi dalam kehidupan organisasi sulit untuk mendapatkan informasi yang
lengkap tanpa memakan tenaga, biaya, dan waktu dalam pengumpulan dan
analisisnya. Oleh sebab itu, setiap manajer yang menghadapi satu situasi
problematis harus mampu memberikan interpretasi yang tepat tentang
informasi yang lengkap tersebut. Biasanya semakin rumit suatu permasalahan
maka diperlukan semakin banyak informasi yang nilainya juga semakin tinggi
apabila informasi tersebut dikuantifikasikan.
3. Identifikasi Alternatif
Salah satu pertanyaan menarik dalam usaha pemecahan masalah yang hingga
kini belum ada kesepakatan jawaban adalah apakah dalam pemecahan masalah
atau pengambilan keputusan selau harus ada alternatif atau tidak. Artinya jika
dalam memecahkan masalah hanya tersedia satu jalan apakah pemilihan satu-
satunya jalan itu merupakan keputusan atau tidak. Bahkan yang lebih ekstrim
lagi menyatakan bahwa memutuskan untuk tidak mengambil keputusan
sesungguhnya adalah keputusan juga.
Banyak teori yang telah dikembangkan oleh para ahli manajemen tentang
pemecahan masalah. Akan tetapi pendalaman berbagai teori tersebut
menunjukkan bahwa meskipun terdapat perbedaan pendekatan, sesungguhnya
kerangka konseptualnya tetap sama dan terdiri dari tiga jenis keterampilan
pokok, yaitu melakukan pengamatan, pencarian dan penemuan berbagai
alternatif.
Jika telah disadari bahwa ada situasi problematik yang dihadapi, maka
selanjutnya perlu usaha untuk mencari jalan keluar. Langkah ini mencakup
berbagai kegiatan seperti merumuskan suatu strategi pencarian sehingga para
manajer memiliki informasi yang memenuhi berbagai persyaratan seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, termasuk kesediaan untuk menerima informasi
baru meskipun informasi tersebut berbeda atau bahkan mungkin bertentangan
dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya.
4. Pemilihan berbagai alternatif untuk dianalisis dan dikaji pada akhirnya akan
bermuara pada pemilihan suatu alternatif tertentu. Dalam menentukan
kriteria yang objektif, kepentingan organisasi sebagai keseluruhan yang
menjadi dasar pertimbangan utama. Akan tetapi karena manajer
bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan dan juga harus
bertanggung dalam dalam mengendalikan pelaksanaan keputusan tersebut
maka unsur subjektivitas juga ikut berperan. Dalam memilih suatu alternatif
manajer juga menentukan kriteria apa yang akan digunakan untuk dirinya.
Dengan demikian diperlukan keterampilan dalam mengaitkan kriteria
pribadi dengan kriteria organisasi. Perpaduan tersebut diperkirakan akan
lebih memperbesar keberhasilan dalam operasional keputusan yang diambil.
Bukanlah hal yang perlu dirisaukan apabila seorang manajer merasa bahwa
ia tidak memiliki semua keterampilan yang telah dikemukakan di atas, karena
sulit untuk menemukan seorang manajer yang memiliki semua jenis
keterampilan tersebut. Seperti telah disebutkan, keterampilan seperti itu dapat
ditumbuhkan dan dikembangkan melalui kemahiran menggabungkan
pengetahuan teori pemecahan masalah dengan daya pikir yang kreatif dan
inovatif.
6. Pelaksanaan Keputusan
5. Memberikan kepercayaan yang lebih besar kepada semua pihak yang terlibat
pada pemecahan masalah, bukan hanya pada tingkat manajemen akan tetapi
juga pada tingkat pelaksana.
Usaha pemecahan suatu masalah akan mendatangkan hasil yang dapat lebih
dipertanggungawabkan apabila dalam merumuskan hakikat masalah yang dihadapi
tersedia fakta yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. Salah satu
kesukaran dalam praktek dan yang sering dihadapi oleh para manajer, ialah
menentukan kuantitas data dan fakta yang diperlukan. Menentukan hal itu
3. Memberi petunjuk sampai sejauh mana usaha pemecahan yang ditempuh akan
mendatangkan hasil yang diharapkan.
1. Keputusan yang diambil sebagai usaha pemecahan masalah tidak hanya sekadar
menghilangkan atau mengatasi keadaan yang tidak menyenangkan, melainkan
juga harus mampu menghilangkan sumber-sumber yang menimbulkan
permasalahan tersebut. Dengan kata lain, salah satu kriteria keberhasilan
memecahkan masalah adalah pemecahan yang tidak hanya sekadar
menghilangkan gejala-gejala permasalahan, akan tetapi juga mampu
menghilangkan sumber penyebabnya.
Kompleksitas Permasalahan
Praktek pemecahan masalah menunjukkan, bahwa setiap masalah mempunyai
ciri khas dan juga kompleksitasnya, mulai dari yang relatif sederhana hingga yang
sangat rumit. Seorang manajer yang ingin meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah harus belajar untuk cepat mengenali kompleks tidaknya masalah yang
dihadapinya. Pengenalan demikian sangat penting karena hanya dengan
demikianlah ia dapat menentukan berbagai hal seperti pengerahan sumber daya dan
dana organisasi. Untuk masalah yang sederhana, misalnya, pemecahannya pun tidak
memerlukan waktu, tenaga, pikiran serta biaya yang besar. Teknik pemecahannya
pun dapat dilakukan dengan cara yang relatif rutin, atau yang sudah pernah
digunakan sebelumnya untuk memecahkan masalah sejenis. Tidak demikian halnya
dengan permasalahan yang kompleks, untuk memecahkan masalah yang kompleks,
enam prinsip berikut ini dapat dijadikan pedoman.
Kedua, menciptakan model untuk meneliti hubungan yang ada dan jalan
keluar yang hendak ditempuh. Dapat dipastikan bahwa, apabila permasalahan yang
kompleks timbul, faktor penyebabnya menjadi beraneka-ragam. Kaitan antara
faktor itu perlu dicari dan ditemukan. Pemecahan yang hendak ditempuh tidak
boleh tidak memperhitungkan keterkaitan antara faktor penyebab. Apalagi bila
Ketiga, pencatatan dan dokumentasi fakta secara akurat. Salah satu kebiasaan
baik yang perlu dipupuk dan dipelihara oleh setiap manajer adalah mencatat dan
mendokumentasikan bukan saja fakta yang dikumpulkan relevan dengan suatu
permasalahan, akan tetapi juga pencatatan dan dokumentasi hasil pemikiran yang
timbul dalam mencari jalan keluarnya. Kebiasaan baik demikian berlaku untuk
pemecahan masalah baik pada tingkat individual maupun pada tingkat kelompok.
Pada tingkat individual kebiasaan baik seperti itu akan berakibat tidak ada fakta
yang relevan yang terlupakan, dan tidak ada pula hasil pemikiran yang pernah
timbul akan hilang. Pencatatan dan dokumentasi demikian penting karena daya
ingat manusia yang terbatas. Selain karena manajer yang bersangkutan sudah harus
terlibat lagi dalam berbagai kegiatan lain, baik yang sifatnya rutin dan menyita
banyak waktu, maupun kegiatan yang menuntut daya kreativitas dan inovasi baru
yang memerlukan konsentrasi. Pada tingkat pemecahan masalah secara kelompok,
kebiasaan mencatat dan mendokumentasikan itu juga baik dan penting karena
disamping fakta dan bukti yang diperlukan jumlahnya semakin besar, juga karena
dengan semakin banyaknya orang yang terlibat dalam kegiatan analisis dan mencari
jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi, akan semakin banyak pula ide yang
timbul yang kesemuanya memerlukan pembahasan yang mendalam kemudian.
Dengan dokumentasi yang baik, hal-hal yang telah pernah dibahas sebelumnya
dapat ditelusuri kembali dengan mudah sehingga tenaga, biaya, dan waktu dapat
dihemat dan frustrasi di kalangan mereka yang turut terlibat dapat dihilangkan atau
dikurang.