Anda di halaman 1dari 11

KONSEP PENGAMBILAN KEPUTUSAN SECARA EFEKTIF DALAM RUANG

LINGKUP RUMAH SAKIT

Almira Dyah Puspitarini (20171030002)


Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta

A. Pandangan umum tentang pengambilan keputusan

Pengambilan suatu keputusan tidak dapat terlepas dalam kehidupan kita sehari – hari,
karena kita selalu dihadapkan pada hal tersebut. Keputusan itu bersifat dari yang sederhana
sampai pada keputusan yang amat rumit dan sulit. Dari tingkat kehidupan skala kecil hingga
skala besar dalam suatu organisasi. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah konsep pengambilan
keputusan dalam skala ruang lingkup Rumah Sakit.

Seorang pemimpin harus mampu dan berani untuk mengambil keputusan, walaupun
banyak faktor lain yang sangat besar pengaruhnya terhadap keputusannya, karena seseorang pada
saat tertentu sudah mengambil keputusan, tetapi output keputusan bisa saja berbeda
menyesuaikan situasi dan kondisi serta pertimbangan - pertimbangan tertentu. Karena sebagian
fungsi terpenting dari seorang pemimpin adalah sebagai pengambil keputusan, sehingga
keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin sangat menentukan terhadap tindakan apa yang
perlu dilaksanakan, siapa yang melakukan serta kapan, dimana, dan terkadang bagaimana
tindakan itu dilaksanakan. Misalnya seorang direktur rumah sakit perlu brnar - benar
mempertimbangkan setiap keputusan yang akan dia ambil, karena ini menyangkut maju dan
mundurnya rumah sakit sendiri, bagaimana keputusan yang diambil juga mempertimbangkan
visi dan misi rumah sakit tersebut juga ; seorang manager harus membuat keputusan tentang
perlu tidaknya mengangkat pegawai tambahan, pembelian alat kesehatan baru, atau
memberhentikan karyawannya. Karena suatu keputusan itu sangat penting maka kemampuan
untuk membuat keputusan yang sangat tepat dan berkualitas menjadi suatu hal yang mutlak
harus dimiliki seorang pemimpin.
Luthans(2006) dalam bukunya Perilaku Organisasi menyebutkan bahwa pengambilan
keputusan bisa didefinisikan secara universal sebagai pemilihan alternatif. Pendapat yang senada
diungkapkan oleh ​Barnard(1938) dalam The Function of the Executive bahwa analisis
komprehensif mengenai pengambilan keputusan disebutkan sebagai suatu “proses dan teknik
untuk mempersempit pilihan”. Sementara menurut ​Terry (2006) pengambilan keputusan adalah
pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu
hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur
tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu
menghasilkan satu pilihan final. Output yang dikeluarkan bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau
suatu opini terhadap pilihan.

Pengambilan keputusan juga erat kaitannya dengan pemilihan suatu alternatif untuk
menyelesaikan atau memecahkan masalah serta memperoleh kesempatan. Herbert Simon, ahli
teori keputusan dan organisasi mengonseptualisasikan tiga tahap utama dalam proses
pengambilan keputusan yaitu :
1. Aktivitas intelegensi yaitu penelusuran kondisi lingkungan yang memerlukan
pengambilan keputusan
2. Aktivitas desain yaitu tindakan penemuan, pengembangan dan analisis masalah
3. Aktivitas memilih yaitu memilih tindakan tertentu dari beberapa opsi yang tersedia

B. Fungsi, Perencanaan dan Tujuan Pengambilan Keputusan

Dari sisi proses, fungsi perencanaan adalah proses dasar yang digunakan untuk memilih
tujuan dari pengambilan keputusan dan menentukan bagaimana tujuan tersebut akan dicapai.
Dari sisi fungsi manajemen, perencanaan adalah fungsi dimana pimpinan menggunakan
pengaruh atas wewenangnya untuk menentukan atau mengubah tujuan dan kegiatan organisasi.
Dari sisi pengambilan keputusan, perencanaan merupakan pengambilan keputusan untuk jangka
waktu yang panjang atau waktu yang akan datang mengenai apa yang akan dilakukan,
bagaimana melakukannya, bilamana dan siapa yang akan melakukannya, di mana keputusan
yang diambil belum tentu sesuai, hingga implementasi perencanaan tersebut dibuktikan di
kemudian hari.

a. Fungsi Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah mempunyai
fungsi antara lain:
a. Awal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah baik secara individual
maupun secara kelompok, baik secara lnstitusional maupun secara organisasional.
b. Sesuatu yang bersifat futuristik, menyangkut dengan hari depan/masa yang akan datang,
dimana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.

​b. Fungsi Perencanaan Dalam Pengambilan Keputusan


Robbins dan Coulter (2005) menjelaskan bahwa fungsi perencanaan ada empat yaitu :
1. Perencanaan sebagai pengarah
2. Perencanaan sebagai Minimalisasi Ketidakpastian
3. Perencanaan sebagai Minimalisasi Pemborosan Sumber Daya
4. Perencanaan sebagai Penetapan Standar dalam Pengawasan Kualitas

c. Tujuan Pengambilan Keputusan


Tujuan pengambilan keputusan dapat dibedakan atas dua yaitu :
1. Tujuan bersifat tunggal yaitu tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal
terjadi apabila yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah dan setelah sekali
diputuskan maka tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain
2. Tujuan bersifat ganda yaitu tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi
apabila keputusan yang dihasilkan itu menyangkut lebih dari satu masalah, artinya bahwa
satu keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua masalah atau lebih yang
bersifat kontradiktif atau bersifat tidak kontradiktif.

C. Langkah dalam pengambilan keputusan

Mintzberg mengungkapkan bahwa langkah-langkah dalam pengambilan keputusan terdiri dari :


1. Tahap identifikasi. Tahap ini adalah tahap pengenalan masalah atau kesempatan muncul
dan diagnosis dibuat. Sebab tingkat diagnosis tergantung dari kompleksitas masalah yang
dihadapi.
2. Tahap pengembangan. Tahap ini merupakan aktivitas pencarian prosedur atau solusi
standar yang ada atau mendesain solusi yang baru. Proses desain ini merupakan proses
pencarian dan percobaan di mana pembuat keputusan hanya mempunyai ide solusi ideal
yang tidak jelas
3. Tahap seleksi. Tahap ini pilihan solusi dibuat, dengan tiga cara pembentukan seleksi
yakni dengan penilaian pembuat keputusan : berdasarkan pengalaman atau intuisi, bukan
analisis logis, dengan analisis alternatif yang logis dan sistematis, dan dengan
tawar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuat keputusan dan semua
manuver politik yang ada. Kemudian keputusan diterima secara formal dan otorisasi
dilakukan.

D. Dasar-dasar Pendekatan Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan harus dilandasi oleh prosedur dan teknik serta didukung oleh informasi
yang tepat, benar dan tepat waktu. Ada beberapa landasan yang digunakan dalam pengambilan
keputusan yang sangat bergantung dari permasalahan itu sendiri.

Menurut ​Terry (2006) ​disebutkan dasar-dasar pendekatan dari pengambilan keputusan yang
dapat digunakan yaitu :
1. Intuisi
Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi adalah pengambilan keputusan yang berdasarkan
perasaan yang sifatnya subyektif. Dalam pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini, meski
waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif pendek, tetapi keputusan yang
dihasilkan seringkali relatif kurang baik karena seringkali mengabaikan dasar-dasar
pertimbangan lainnya.
2. Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis,
karena dengan pengalaman yang dimiliki seseorang, maka dapat memperkirakan keadaan
sesuatu, dapat memperhitungkan untung-ruginya dan baik-buruknya keputusan yang akan
dihasilkan.
3. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris dapat memberikan keputusan yang
sehat, solid dan baik. Dengan fakta, tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat
lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang
dada.
4. Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap
bawahannya, atau oleh orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah
kedudukannya. Hasil keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama dan
memiliki otentisitas (otentik), tetapi dapat menimbulkan sifat rutinitas, mengasosiasikan dengan
praktek diktatorial dan sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga
dapat menimbulkan kekaburan.
5. Logika
Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semua
unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan yang
berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan,
konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat
dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada pengambilan
keputusan secara logika terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
A. Kejelasan masalah
B. Orientasi tujuan : kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai
C. Pengetahuan alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya
D. Preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai criteria
E. Hasil maksimal : pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil ekonomis yang
maksimal.

E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yaitu :
1. Internal ​Organisasi seperti ketersediaan dana, SDM, kelengkapan peralatan, teknologi
dan sebagainya.
2. Eksternal​ Organisasi seperti keadaan sosial politik, ekonomi, hukum dan sebagainya.
3. Ketersediaan​ informasi yang diperlukan
4. Kepribadian​ dan kecakapan pengambil keputusan

F. Jenis Pengambilan Keputusan


Jenis pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi dapat digolongkan berdasarkan
banyaknya waktu yang diperlukan untuk mengambil keputusan tersebut, bagian mana dari
organisasi yang dapat dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan bagaimana hasil keputusan
nanti akan difokuskan.

Secara garis besar jenis keputusan terbagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Keputusan Rutin. Keputusan Rutin adalah keputusan yang sifatnya rutin dan
berulang-ulang serta biasanya telah dikembangkan untuk mengendalikannya.
2. Keputusan tidak Rutin. keputusan tidak rutin adalah keputusan yang diambil pada
saat-saat khusus dan tidak bersifat rutin.
G. Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Menurut John D.Miller dalam Imam Murtono (2009) faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah: jenis
kelamin pria atau wanita, peranan pengambilan keputusan, dan keterbatasan kemampuan.

Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu nilai
individu, kepribadian, dan kecenderungan dalam pengambilan resiko.

1. Nilai individu. Pengambil keputusan merupakan keyakinan dasar yang digunakan


seseorang jika ia dihadapkan pada permasalahan dan harus mengambil suatu keputusan.
Nilai-nilai ini telah tertanam sejak kecil melalui suatu proses belajar dari lingkungan
keluarga dan masyarakat. Dalam banyak keadaan, individu bahkan tidak berfikir untuk
menyusun atau menilai keburukan dan lebih ditarik oleh kesempatan untuk menang.
2. Kepribadian​. Keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis
seperti kepribadian. Dua variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap
keputusan yang dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional versus
obyektivitas. Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu orientasi ideologi tertentu
yang berarti keputusan dipengaruhi oleh suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip
tertentu. Sementara itu pengambil keputusan atau orang lain mendasarkan keputusannya
pada suatu yang secara politis akan meningkatkan kekuasaannya secara pribadi.
3. Kecenderungan terhadap pengambilan resiko​. Untuk meningkatkan kecakapan dalam
membuat keputusan, pemimpin harus membedakan situasi ketidakpastian dari situasi
resiko, karena keputusan yang berbeda dibutuhkan dalam kedua situasi tersebut.
Ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan hasil tindakan, sedangkan resiko adalah
kurangnya kendali atas hasil tindakan dan menganggap bahwa si pengambil keputusan
memiliki pengetahuan hasil tindakan walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih
sulit membuat keputusan dibawah ketidakpastian dibanding dibawah kondisi bahaya. Di
bawah ketidakpastian si pengambil keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap
pilihan satu strategi atas strategi lainnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan :

1. Posisi atau kedudukan​. Dalam mengambil suatu keputusan posisi atau kedudukan
sangat menentukan apakah posisi seseorang itu masuk ke dalam pembuat
keputusan(decision maker), penentu keputusan (decision taker) atau karyawan (staff)
karena dari penentuan posisi inilah kemudian dapat ditentukan bagian apa yang harus
dikerjakan pada posisinya masing-masing sehingga keputusan yang diambil bisa tepat.
2. Masalah​. Masalah merupakan suatu penghalang untuk tercapainya suatu tujuan, jadi
dalam mengambil suatu keputusan harus benar-benar dipahami masalah yang sedang
dihadapi sehingga kita bisa mengambil keputusan yang tepat dan juga suatu tujuan dapat
tercapai.
3. Situasi​. Situasi merupakan keseluruhan faktor-faktor dalam keadaan yang berkaitan satu
sama lain dan yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta
apa yang hendak kita perbuat.
4. Kondisi​. Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang secara bersama-sama
menentukan daya gerak, daya berbuat atau kemampuan kita. Sebagian besar faktor-faktor
tersebut merupakan sumber daya-sumber daya.
5. Tujuan​. Tujuan yang hendak dicapai baik tujuan perorangan, tujuan unit (kesatuan),
tujuan organisasi, maupun tujuan usaha yang pada umumnya telah ditentukan. Tujuan
yang ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau objektif.

F. Proses Pengambilan Keputusan

Kata proses pada dasarnya berkaitan dengan urutan langkah yang mengarah pada hasil tertentu,
sehingga didalam proses pengambilan keputusan tidak akan terlepas dari :

1. intelligence ( penyelidikan ) :​yaitu pencarian kondisi yang memerlukan keputusan


2. design ( rancangan ) :​Yaitu dengan pengembangan dan analisis terhadap berbagai
kemungkinan tindakan, dan,
3. choice ( pemilihan ) :​yang berkenaan dengan pemilihan tindakan yang sesungguhnya.

G. Gaya Pengambilan Keputusan

Perilaku seseorang dalam melaksanakan pengambilan keputusan akan mengikuti kepribadian dan
berbagai macam faktor internal dan eksternal dari si pengambil keputusan tersebut.. Gaya
kepemimpinan dan gaya hidup adalah dua diantara contoh gaya yang mempengaruhi didalam
mengambil keputusan. Seperti halnya gaya ( perilaku ) kepemimpinan yang ditampilkan oleh
seseorang didalam melakukan pengambilan keputusanpun bermacam – macam. Menurut Carl
Jung ( 1923 ) seorang psikolog telah mengindentifikasikan empat fungsi dalam kaitanya dengan
pengambilan keputusan, Yaitu :

1. sensing ( pengideraan )​: berkaitan dengan tendensi untuk mencari fakta, bersifat
realistis, dan melihat sesuatu dalam perspektif yang obyektif. Karenanya fungsi ini
menempatkan nilai yang tinggi pada fakta yang dapat diverifikasi oleh penggunaan
pancaindera , menyukai rutinitas dan presisi.
2. intuiting ( intuisi ) :​Yaitu berkaitan dengan tendensi untuk mencoba menyingkap
kemungkinan – kemungkinan baru guna mengubah cara menangani sesuatu. Menyukai
situasi yang baru dan unik , tidak menyukai hal – hal yang bersifat rutin, detail dan
presisi.
3. thinking ( pemikiran)​: adalah tendensi untuk mencari hubungan sebab akibat yang
sistematik untuk dianalisis secara utuh, dan membedakan dengan tegas antara yang benar
dan yang salah, dan pemikiranya bertumpu pada proses kognitif.
4. feeling ( perasaan )​: yaitu tendensi untuk mempertimbangkan bagaimana perasaan diri
sendiri dan orang lain sebagai akibat dari keputusan – keputusan yang dibuat, dalam hal
ini ada perbedaan – perbedaan antara yang baik dan buruk, bernilai dan tak bernilai.dan ia
menggantungkan diri pada proses afektif.
Kesimpulan

Dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan
keputusan ialah suatu perbuatan (sikap) pemilihan atas sejumlah kemungkinan alternatif dan
tidak semua alternatif tersebut harus dipilih semua, tetapi dipilih beberapa saja, atau dipilih salah
satu satu saja.

Pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang sengaja, tidak secara kebetulan dan
tidak boleh sembarangan dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi di rumah sakit.
Dimana pengambilan keputusan ini ditanggung dan diputuskan oleh pimpinan rumah sakit
ataupun pimpinan dilini - lini lain dalam satu atap manajemen rumah sakit dan untuk
menghasilkan keputusan yang baik itu sangat dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai
permasalahan, inti masalah, penyelesaian masalah, dan konsekuensi dari keputusan yang
diambil. Tidak lupa juga mempertimbangkan visi dan misi yang dipunyai oleh sebuah rumah
sakit sebelum memutuskan sesuatu.

Selain informasi, dalam penyelesaian masalah pun dibutuhkan perumusan masalah


dengan baik. Kemudian dibuatkan alternatif-alternatif keputusan masalah yang disertai dengan
konsekuensi positif dan negatif. Jika semua hal itu dapat dikemukakan dan dicari secara tepat,
masalah yang diadapi tersebut akan lebih mudah untuk diselesaikan. Dan akan lebih bermanfaat
untuk kemajuan rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Luthans F, 2006, Perilaku Organisasi Edisi 10, Penerbit Andi : Yogyakarta


Setiadi N J, 2008, Business Economics and Managerial Decision Making, Kencana : Jakarta
Chester I. Barnard, 1938, ​The Functions of the Executive, ​Harvard University Press : United
States
Syafaruddin Anzizhan, 2004, Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan, Grafindo
George R. Terry, Winardi​, 2006, Asas-Asas Manajemen
P.Robbins, Stephen & Mary Coulter. 2005. ​Management, eight edition​. Erlangga: Jakarta
Kasim, Azhar. Teori Pembuatan Keputusan. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI. 1995
Syamsi, Ibnu. Pengambilan Keputusan (Decision Making). Jakarta : Bina Aksara. 1989

Anda mungkin juga menyukai