Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KEGIATAN

FIELD SITE TEACHING (FST)


Manajemen Fasilitas:
Elektromedik
Instalasi Sanitasi
Unit Pemeliharaan
Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Gamping
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Menyelesaikan Mata Kuliah Manajemen Fasilitas
Magister Manajemen Rumah Sakit

Disusun Oleh :

Almira Dyah Puspitarini 20171030002

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kegiatan: FIELD SITE TEACHING (FST)


Manajemen Fasilitas: Elektromedik, Instalasi Sanitasai, Instalasi Penunjang Non Medik

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Menyelesaikan Mata Kuliah Manajemen Fasilitas

Kesehatan Magister Manajemen Rumah Sakit

Disusun Oleh:

Almira Dyah Puspitarini 20171030002

Tempat & Waktu Pelaksanaan:

RSU PKU Muhammadiyah Gamping, 24 November 2017

Telah disetujui pada tanggal

November 2017

Pembimbing Lapangan

Dr. Susanto, MS
BAB I
Tinjauan Pustaka

A. Rumah Sakit

Rumah sakit adalah bagian yang amat penting dari suatu sistem kesehatan. Dalam
jejaring kerja pelayanan kesehatan, rumah sakit menjadi simpul utama yang berfungsi
sebagai pusat rujukan. Rumah sakit adalah organisasi yang bersifat padat karya, padat
modal, padat teknologi, dan padat keterampilan (Soedarmono, S, dkk, 2000). Menurut
WHO rumah sakit adalah institusi yang merupakan bagian integral dari organisasi
kesehatan dan organisasi sosial berfungsi mengadakan pelayanan kesehatan yang
lengkap, baik kuratif maupun preventif bagi pasien rawat jalan dan rawat inap melalui
kegiatan pelayanan medis serta perawatan.
Menurut Depkes RI (1998), pengertian rumah sakit adalah sebagai berikut:
a. Rumah sakit adalah pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan
serta penelitian kedokteran diselenggarakan.
b. Rumah sakit adalah suatu alat organisasi yang terdiri dari tenaga medis
professional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen
menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.
c. Rumah sakit adalah dimana tempat orang sakit mencari dan menerima
pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa
kedokteran, perawat dan tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan
d. Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian.

B. Akreditasi Rumah Sakit


Akreditasi rumah sakit adalah suatu proses dimana suatu lembaga independen
baik dari dalam atau luar negeri, biasanya non pemerintah, melakukan asesmen terhadap
rumah sakit berdasarkan standar akreditasi yang berlaku. Rumah sakit yang telah
terakreditasi akan mendapatkan pengakuan dari Pemerintah karena telah memenuhi
standar pelayanan dan manajemen yang ditetapkan. Akreditasi rumah sakit di Indonesia
telah dilaksanakan sejak Tahun 1995, yang dimulai hanya 5 pelayanan, pada Tahun 1998
berkembang menjadi 12 pelayanan, dan pada Tahun 2002 menjadi 16 pelayanan. Namun
rumah sakit dapat memilih akreditasi untuk 5, 12, atau 16 pelayanan, sehingga standar
mutu rumah sakit dapat berbeda tergantung berapa pelayanan akreditasi yang diikuti
(KARS, 2013).
Pelaksanaan akreditasi mempunyai dasar hukum yang berlaku:
a. Undang-undang nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 59
menegaskan bahwa peningkatan mutu pelayanan sarana kesehatan perlu diperhatikan.
b. Permenkes RI no. 159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit, Pasal 26
mengatur tentang Akreditasi Rumah Sakit.
c. Surat Kepmenkes RI 436/93 menyatakan berlakunya standar pelayanan rumah
sakit dan standar pelayanan medis Indonesia.
d. SK Dirjen Yanmed no. YM.02.03.3.5.2626 tentang Komisi Akreditasi Rumah
Sakit dan Sarana Kesehatan lainnya (KARS). Dalam surat keputusan ini, KARS
mempunyai tugas pokok membantu Dirjen Yanmed dalam merencanakan, melaksanakan,
dan melakukan penilaian akreditasi RS dan sarana kesehatan lainnya. Penetapan status
akreditasi menjadi wewenang Dirjen Yanmed.
e. Undang-undang no. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, bahwa setiap rumah
sakit berkewajiban membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan
kesehatan di RS sebagai acuan dalam melayani pasien dan wajib melakukan akreditasi
sekurangkurangnya tiga tahun sekali.
f. Permenkes RI no. 147/Menkes/Per/I/2010 tentang Perijinan Rumah Sakit.
Permenkes ini menyatakan bahwa RS harus mempunyai ijin yaitu ijin mendirikan RS dan
ijin operasional RS. Ijin operasional didapatkan dengan memenuhi sarana dan prasarana,
peralatan, SDM dan administrasi, dan manajemen. Setiap RS yang telah mendapatkan ijin
operasional harus diregistrasi dan diakreditasi.
g. Permenkes RI no. 12/Menkes/Per/I/2012 tentang Akreditasi.
Saat ini, instrumen penilaian akreditasi rumah sakit menggunakan versi KARS
2012. Isinya merupakan adopsi dari Instrumen Akreditasi Rumah Sakit versi JCI
ditambah dengan bab MDGs. Total ada 14 Bab ditambah MDGs dengan kriteria
penetapan kelulusannya. Hal ini dilakukan sejalan dengan visi KARS untuk menjadi
bahan akreditasi berstandar internasional, serta untuk memenuhi tuntutan Undang-undang
no 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang mewajibkan seluruh rumah sakit di
Indonesia untuk meningkatkan mutu pelayanannya melalui akreditasi.
BAB II
Pembahasan dan Hasil

A. Profil Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

a. Sejarah
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta milik Pimpinan Pusat Muhammadiyah
didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan sebagai Ketua Persyarikatan Muhammadiyah
atas inisiatif muridnya, K.H. Sudjak, yang pada awalnya berupa klinik dan
poliklinik pada tanggal 15 Februari 1923 dengan lokasi pertama di kampung
Jagang Notoprajan No.72 Yogyakarta. Awalnya bernama PKO (Penolong
Kesengsaraan Oemoem) dengan maksud menyediakan pelayanan kesehatan bagi
kaum dhuafa’. Pendirian pertama atas inisiatif H.M. Sudjak yang didukung
sepenuhnya oleh K.H. Ahmad Dahlan. Seiring dengan waktu, nama PKO berubah
menjadi PKU (Pembina Kesejahteraan Umat).
Bersamaan dengan berkembangnya berbagai amal usaha di bidang
kesehatan, termasuk di dalamnya adalah RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
maka Pimpinan Pusat perlu mengatur gerak kerja dari amal usaha Muhammadiyah
bidang kesehatan melalui Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah No
86/SK-PP/IV-B/1.c/1998 tentang Qaidah Amal Usaha Muhammadiyah Bidang
Kesehatan. Dalam Surat Keputusan tersebut diatur tentang misi utamanya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakatagar dapat mencapai derajat kesehatan
yang lebih baik, sebagai bagian dari upaya menuju terwujudnya kehidupan yang
sejahtera dan sakinah sebagaimana dicita-citakan Muhammadiyah. Qaidah inilah
yang menjadi dasar utama dalam menjalankan organisasi RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
Berbagai perubahanyang berkembang di luar lingkungan maupun yang
terjadi secara internal di dalam organisasi RS PKU Muhammadiyah. tentang
keselamatan pasien, keterbatasan akses pelayanan kesehatan pada sebagian
masyarakat tertentu, perkembangan ilmu dan teknologi, huge burden disease,
hingga semakin terbukanya batas-batas informasi yang berimbas terhadap makin
kritisnya pelanggan terhadap pelayanan kesehatan serta perubahan regulasi
pemerintah, diantisipasi dengan berbagai langkah dari perbaikan saran prasarana
dan Sumber Daya Insani, sehingga menjadikan RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta selain mampu bersaing dengan sarana pelayanan kesehatan yang lain
juga patuh terhadap regulasi pemerintah.
RS PKU Muhammadiyah Gamping Memiliki Semboyan dalam pelayanan
yaitu “AMANAH” yang merupakan kependekan dari : Antusias, Mutu, Aman,
Nyaman, Akurat dan Handal

b. Visi dan Misi


Visi
Mewujudkan RS Pendidikan Utama dengan keunggulan dalam pelayanan
kesehatan, pendidikan dan riset dengan sistem jejaring dan kemitraan yang kuat
pada tahun 2018
Misi
1. Misi Pelayanan Publik/Sosial
2. Misi Pendidikan
3. Misi Penelitian dan Pengembangan
4. Misi Dakwah

Jenis pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit PKU Muhmmadiyah Gamping
terdiri dari :

a. Gawat Darurat 24 jam


b. Klinik Spesialis
c. Rawat Inap
d. Kamar operasi
e. Hemodialisa
f. Fisioterapi
g. Radiologi
h. Farmasi
i. Gizi
j. Bina ruhani
k. Pemulasaran Jenazah
2. Elektromedis

Instalasi Pemeliharaan Sarana & Prasarana Rumah Sakit (IPSRS) adalah suatu unit
fungsional untuk melaksanakan kegiatan teknis instalasi, pemeliharaan dan perbaikan,
agar fasilitas yang menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit yaitu sarana,
prasarana dan peralatan alat kesehatan RS selalu berada dalam keadaan layak pakai guna
menunjang pelayanan kesehatan yang paripurna dan prima kepada pelanggan. Semua
urusan teknis dan manajerial ada di IPSRS.
Di beberapa Rumah Sakit ada yang menyebut bagian SARPRAS (Sarana
Prasarana), Bagian Teknis, UPSRS (Unit Pemeliharaan Sarana &Prasarana Rumah
Sakit)
Pelayanan lain yaitu kegiatan pemeliharaan sarana, prasarana dan alat, yang
dilaksanakan oleh Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS) yang meliputi
pemeliharaan fisik, peralatan medis, pemeliharaan peralatan nonmedis, dan lain
sebagainya. IPSRS juga melakukan pengelolaan pemakaian sumber listrik PLN dan
generator, sumber air bersih (Artesis, RO dan PDAM), Jaringan Telepon, dll.
Layanan rumah sakit yang baik tentunya ditunjang dengan keberadaan peralatan
dan perlengkapan pendukung yang prima pula. Jangan sampai ketika pasien
membutuhkan, peralatan tersebut tidak tersedia sehingga akan menghambat proses
layanan kepada pasien. Sehingga pasien dapat segera terlayani dan meminimalisasi
risiko bagi pasien. Apalagi saat ini sedang hangat – hangatnya tentang akreditasi standar
rumah sakit. Berdasar pada Undang – Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
pasal 40 dijelaskan bawa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit
dilakukan akreditasi secara berkala minimal tiga (3) tahun sekali. Akreditasi rumah sakit
dilakukan oleh suatu lembaga independen baik dari dalam ataupun luar negeri berdasar
standar akreditasi yang berlaku. Untuk memenuhi standar tersebut rumah sakit dituntut
untuk menyediakan layanan dan fasilitas sesuai standar yang telah ditetapkan.
Instalasi kerja IPSRS mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
 Membuat program kerja pemeliharaan dan perbaikan tahunan dan
melaporkannya kepada pimpinan direktur rumah sakit
 Melakukan koordinasi dan rapat dengan instalasi terkait Operator Utility,
IPSRS sebagai penyedia sarana dan prasarana di rumah sakit, sumber air
bersih, sumber listrik PLN, catu daya pengganti khusus (CDPK) Genset, dan
Lift Elevator
 Maintenance, pemeliharaan dan perawatan rutin.
 Perencanaan dan program kegiatan pemeliharaan.
 Pengukuran dan kalibrasi.
 Manajemen informasi dan pemeliharaan.
 Rujukan perbaikan
 Pengawasan fasilitas dan keselamatan kerja
Dalam menjalankan tugasnya, kepala instalasi IPSRS wajib menerapkan
koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi, baik dalam lingkungan intern instalasi, maupun
dengan instalasi-instalasi terkait, sesuai dengan tugasnya masing-masing.
FUNGSI:
1. Melaksanakan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan rumah sakit
2. Mengadakan program pemeliharaan/perbaikan secara rutin, baik preventif
maupun break down maintenance.
3. Secara berkala mengadakan kalibrasi dan uji performa alat-alat agar berfungsi
sesuai dengan standar yang berlaku.
4. Merancang rencana kebutuhan sarana, prasarana dan peralatan yang digunakan
dalam program pelayanan kesehatan, serta kebutuhan suku cadang yang
diperlukan.
5. Melaksanakan perbaikan sarana dan prasarana Rumah Sakit.

Karena pelayanan IPSRS 24 jam/ sehari tanpa putus termasuk hari libur minggu dan
hari besar nasional, maka perlu diatur komposisi teknisi yang masuk pada shift pagi,
siang dan malam. Sangat dipertanyakan bila ada kekosongan jadwal jaga karena hari
libur nasional dan absen ijin teknisi karena jumlah ketenagaan yang terbatas. Intinya
tidak boleh ada kekosongan jadwal jaga.
Uraian Tugas Sub Bagian IPSRS secara singkat
a. Administrasi dan Logistik
 Mencatat dan menyampaikan permintaan perbaikan dari ruangan
 Korespondensi surat masuk dan surat keluar
 Pengolahan data dan statistik, inventarisasi alat-alat/ aset rumah sakit
 Mengidentifikasi kebutuhan pendukung
 Mengurus pembelian peralatan dan sparepart
 Mengurus inventaris barang yang keluar dan masuk
b. Teknisi Elektromedis
 Pemeliharaan alat-alat kesehatan
 Uji fungsi dan uji performa alat-alat kesehatan
 Perbaikan & kalibrasi alat-alat kesehatan
 Dan tugas yang diberikan atasan/pimpinan langsung
c. AC & Refrigerator Pendingin
 Pengecekan & Pemeliharaan AC Split
 Pengecekan & Pemeliharaan AC Central dan Chiller
 Pengecekan & Pemeliharaan Refrigerator Pendingin
 Perbaikan AC Split, AC Central &Refrigerator Pendingin
d. Air, Plumbing & Perpipaan
 Pengecekkan dan pemeliharaan instalasi water treatment WTP dan
tangki air
 Mengontrol penyediaan dan pemakaian air bersih, air dingin dan air
panas
 Perbaikan instalasi air & perpipaan
 Pemeliharaan dan Perbaikan Pompa Air
 Dan tugas yang diberikan atasan/ pimpinan langsung
e. Telekomunikasi PABX
 Pemasangan dan Instalasi Jaringan Telepon & PABX
 Pemasangan Pesawat Telepon
 Pemasangan dan Instalasi Nurse Call
 Dan tugas lain yang diberikan atasan/pimpinan langsung
f. Listrik / Elektrikal & Mekanikal
 Pengecekan dan pemeliharaan Instalasi Panel Listrik &Panel
Grounding
 Mengontrol penyediaan dan pemakaian listrik PLN
 Mengontrol penyediaan dan pemakaian catu daya pengganti khusus
(CDPK) Genset
 Pemasangan Instalasi Terminal Listrik
 Memperbaiki Saklar, Panel dan Sistem Kunci Kelistrikan
 Dan Tugas Lain yang diberikan atasan/ pimpinan langsung
g. Pemeliharaan Gedung Bangunan & Pertukangan
 Membersihkan dan mengatur ruangan yang akan digunakan dan
telah digunakan
 Memperbaiki bagian gedung yang rusak (Handle pintu, lemari,
plavon, dll)
 Memonitoring kunci tiap ruangan Rumah Sakit
 Dan tugas lain yang diberikan atasan/ pimpinan langsung
h. Gas Central dan Bejana Tekan
 Pengecekan dan Pemeliharaan Instalasi Gas Medis (Central Vacuum,
Central Oksigen, Central Compressed Air, Central N2O)
 Pengecekan dan Pemeliharaan Boiler/ Ketel Uap
 Mengontrol penyediaan dan pemakaian Gas Medis
 Perbaikan dan kalibrasi outlet dan terminal Gas Medis
 Dan tugas lain yang diberikan atasan/ pimpinan langsung

Sub bagian tersebut telah memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Sehingga, para staf dapat bekerja sesuai dengan tugas dan fungsi yang telah ditentukan
sesuai job description yang telah ditetapkan. Untuk struktur organisasi, IPSRS berdiri di
bawah bagian penunjang medis. Dan tentunya teknisi-teknisi yang bertugas di IPSRS
mempunyai uraian tugas/ tupoksi yang berbeda dari SKPD yang lain di daerahnya,
beda dengan puskesmas, Kantor Kecamatan, Kantor Kelurahan, PD Pasar, dll. Semua
teknisi IPSRS mempunyai tanggung jawab tugas yang berat dengan resiko kemungkinan
penularan penyakit di dalam lingkup ruang pelayanan maupun di lingkungan rumah
sakit.

Pengelolaan Mekanikal Elektrikal

1. Untuk Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping yang memiliki kapasitas


daya listrik tersambung dari PLN minimal 200 KVA disarankan memiliki sistem
jaringan listrik Tegangan Menengah 20 KV (jaringan listrik TM 20 KV), sesuai
pedoman bahwa Rumah Sakit Kelas C mempunyai Kapasitas daya listrik ± 300
KVA s/d 600 KVA, dengan perhitungan 3 KVA per Tempat Tidur (TT).
2. Instalasi listrik tegangan menengah tersebut antara lain :

 Penyediaan bangunan gardu listrik rumah sakit (ukuran sesuai standar


gardu PLN).
 Peralatan Transformator (kapasitas sesuai daya terpasang).

 Peralatan panel TM 20 KV dan aksesorisnya. d. Peralatan pembantu dan


sistem pengamanan (grounding).
3. RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki peralatan UPS (Uninterruptable
Power Supply) untuk melayani Kamar Operasi (Central Operation Theater),
Ruang Perawatan Intensif (Intensive Care Unit), Ruang Perawatan Intensif
Khusus Jantung (Intensive Cardiac Care Unit). Persyaratan :
 Harus tersedia Ruang UPS minimal 2 X 3 m2 (sesuai kebutuhan) terletak
di Gedung COT,ICU, ICCU dan diberi pendingin ruangan.
 Kapasitas UPS setidaknya 30 KVA.
4. Sistem Penerangan Darurat (emergency lighting) tersedia pada ruang-ruang
tertentu.
5. RS PKU Muhammadiyah Gamping tersedia sumber listrik cadangan berupa
diesel generator (Genset).
6. Sistem kelistrikan Rumah Sakit Kelas C seperti RS PKU Muhammadiyah
Gampingharus dilengkapi dengan transformator isolator dan kelengkapan
monitoring sistem IT kelompok 2E minimal berkapasitas 5 KVA untuk titik-titik
stop kontak yang mensuplai peralatan-peralatan medis penting (life support
medical equipment).
7. Sistem Pembumian (grounding system) harus terpisah antara grounding panel
gedung dan panel alat. Nilai grounding peralatan tidak boleh kurang dari 0,2
Ohm.

Sistem Telekomunikasi
Persyaratan komunikasi dalam rumah sakit dimaksudkan sebagai penyediaan
sistem komunikasi baik untuk keperluan internal bangunan maupun untuk hubungan
ke luar, pada saat terjadi kebakaran dan/ atau kondisi darurat lainnya. Termasuk
antara lain: sistem telepon, sistem tata suara, sistem voice evacuation, dan sistem
panggil perawat. Penggunaan instalasi tata suara pada waktu keadaan darurat
dimungkinkan asal memenuhi pedoman dan standar teknis yang berlaku.
1. Sistem Telepon dan Tata Suara
a. Umum

 Sistem instalasi komunikasi telepon dan sistem tata komukasi gedung,


penempatannya harus mudah diamati, dioperasikan, dipelihara, tidak
membahayakan, mengganggu dan merugikan lingkungan dan bagian
bangunan serta sistem instalasi lainnya, serta direncanakan dan
dilaksanakan berdasarkan standar, normalisasi teknik dan peraturan
yang berlaku.

 Peralatan dan instalasi sistem komunikasi harus tidak memberi


dampak, dan harus diamankan terhadap gangguan seperti interferensi
gelombang elektro magnetik, dan lain-lain.

 Secara berkala dilakukan pengukuran/pengujian terhadap EMC


(Electro Magnetic Campatibility). Apabila hasil pengukuran terhadap
EMC melampaui ambang batas yang ditentukan, maka langka
penanggulangan dan pengamanan harus dilakukan.

 Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum mempunyai SNI,
dapat digunakan standar baku dan pedoman teknis yang diberlakukan
oleh instansi yang berwenang.
Sistem Gas Medik
Persyaratan ini berlaku wajib untuk fasilitas pelayanan kesehatan di rumah sakit,
rumah perawatan, fasilitas hiperbarik, klinik bersalin. dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Potensi bahaya kebakaran dan ledakan yang berkaitan dengan
sistem perpipaan sentral gas medik dan sistem vakum medik harus dipertimbangkan
dalam perancangan, pemasangan, pengujian, pengoperasian dan pemeliharaan sistem
ini.

3. Instalasi Sanitasi
Bidang ini memiliki tanggung jawab untuk menjamin terselenggaranya
pelayanan kesehatan khususnya kelayakan
i. Visi dari bidang sanitasi RS PKU:
Menjadikan sarana dan lingkungan rumah sakit PKU yang sehat,
memenuhi syarat sesuai peraturan, efisien, ramah lingkungan, aman dan
nyaman bagi semua umat baik pasien, pengunjung, karyawan, dokter,
masyarakat sekitar, dan lingkungan secara luas.
ii. Misi dari bidang sanitasi RS PKU:
 Mewujudkan sarana dan lingkungan yang sehat dan terkendali baik
secara fisik kimia maupun mikrobiologis yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku sehingga aman bagi semua.
 Mewujudkan rumah sakit yang efisien dalam pengelolaan lingkungan
dan ramah bagi lingkungan
 Mewujudkan lingkungan yang nyaman.
Tugas dari bidang ini meliputi:
i. Penyediaan air bersih
ii. Pengelolaan limbah cair
iii. Pengelolaan limbah padat
iv. Post control
v. Desinfeksi ruangan
vi. Monitoring lingkungan fisik kimia biologi dan hygine sanitasi makanan

Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruang/unit dan halaman yang
ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan kelengkapannya) yang
dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah sakit.
Hal yang perlu diperhatikan, yakni Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit
adalah intensitas penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan
rumah sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Pengawasan ruang bangunan adalah aliran udara di dalam ruang bangunan yang
memadai untuk menjamin kesehatan penghuni ruangan. Kebisingan adalah terjadinya
bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan/atau membahayakan kesehatan.
Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu keadaan atau kondisi ruang
bangunan dan halaman bebas dari bahaya dan risiko minimal untuk terjadinya infeksi
silang, dan masalah kesehatan dan keselamatan kerja.
Terdiri dari :
a. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
b. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit
 Lantai
 Dinding
 Ventilasi
 Atap
 Langit-langit
 Kontruksi
 Pintu
 Jaringan instalasi
 Lalu lintas antar ruangan
 Fasilitas pemadam kebakaran
c. Ruang bangunan
 Zona dengan resiko rendah
Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang
pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang
pendidikan/pelatihan.
 Zona dengan resiko sedang
Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular,
rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien.
 Zona dengan resiko tinggi
Zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan intensif,
laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah
mayat (autopsy), dan ruang jenazah.
 Zona dengan resiko sangat tinggi
Zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang
perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi
d. Kualitas udara ruang
 Tidak berbau (terutana bebas dari H2S dan Amoniak
 Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan
rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 μg/m3, dan
tidak mengandung debu asbes.
 Indeks angka kuman untuk setiap ruang/unit seperti tabel berikut
Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit
Konsentrasi Maximum
No. Ruang/ Unit Mikroorganisme per udara
(CFU/ )
1 Operasi 10
2 Bersalin 200
3 Pemulihan/perawatan 200-500
4 Observasi bayi 200
5 Perawatan bayi 200
6 Perawatan premature 200
7 ICU 200
8 Jenazah/autopsy 200-500
9 Penginderaan medis 200
10 Laboratorium 200-500
11 Radiologi 200-500
12 sterilisasi 200
13 Dapur 200-500
14 Gawat darurat 200
15 Administrasi, pertemuan 200-500
16 Ruang luka bakar 200

e. Pencahayaan
Pencahayaan, penerangan, dan intensitasnya di ruang umum dan khusus harus
sesuai dengan peruntukkannya
f. Penghawaasan
Persyaratan penghawaan untuk masing-masing ruang atau unit seperti berikut :
 Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi, laboratorium,
perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan yang terjadi
di ruang-ruang tersebut.
 Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit
(minimum 0,10 mbar) dibandingkan ruang-ruang lain di rumah sakit.
 Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa
sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban

g. Kebisingan
h. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit

Penyediaan Air Bersih

 RS PKU Muhammadiyah Gamping tersedia air bersih yang cukup dan


memenuhi syarat kesehatan, atau dapat mengadakan pengolahan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
 RS PKU Muhammadiyah Gamping menyediakan air bersih minimal 500 liter/
tempat tidur/ hari.

 Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang
membutuhkan secara berkesinambungan.
 Tersedia penampungan air (reservoir) bawah atau atas.

 Distribusi air minum dan air bersih di setiap ruangan/ kamar harus
menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif.
 Penyediaan Fasilitas air panas dan uap terdiri atas Unit Boiler, sistem
perpipaan dan kelengkapannya untuk distribusi ke daerah pelayanan.

 Dalam rangka pengawasan kualitas air maka RS harus melakukan inspeksi


terhadap sarana air minum dan air bersih minimal 1 (satu) tahun sekali.

 Pemeriksaan kimia air minum dan atau air bersih dilakukan minimal 2 (dua)
kali setahun (sekali pada musim kemarau dan sekali pada musim hujan), titik
sampel yaitu pada penampungan air (reservoir) dan keran terjauh dari
reservoir.
 Kualitas air yang digunakan di ruang khusus, seperti ruang operasi.

 RS PKU MUhammadiyah Gamping yang telah menggunakan air yang


sudamh diolah seperti dari PDAM, sumur bor dan sumber lain untuk
keperluan operasi dapat melakukan pengolahan tambahan dengan cartridge
filter dan dilengkapi dengan desinfeksi menggunakan ultra violet.

 Ruang Farmasi dan Hemodialisis : yaitu terdiri dari air yang dimurnikan untuk
penyiapan obat, penyiapan injeksi dan pengenceran dalam hemodialisis.

 Tersedia Hydrant di RS PKU Muhammadiyah Gamping untuk keperluan


pemadaman kebakaran dengan mengikuti ketentuan yang berlaku.
Pengelolaan Limbah Cair
Limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan karakteristik
bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan
penyimapangannya. Saluran pembuangan limbah menggunakan sistem saluran
tertutup, kedap air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan
saluran air hujan.

 Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping memiliki instalasi pengolahan


limbah cair sendiri dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi persyaratan
teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air limbah
perkotaan.

 Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian
limbah yang dihasilkan.
 Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air
limbah harus dilengkapi/ ditutup dengan gril.

 Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi


Pengolahan Air Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola
sesuai kebutuhan yang berlaku melalui kerjasama dengan pihak lain atau
pihak yang berwenang.

 Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent) dilakukan setiap


bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
 Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena
zat radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan BATAN.

 Parameter radioaktif diberlakukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan


radioaktif yang dipergunakan oleh rumah sakit yang bersangkutan.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tentang Rumah Sakit, secara


keseluruhan beberapa Instalasi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping sudah cukup
baik.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tentang Kesehatan.

Depkes RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tentang Rumah Sakit.

Frelita, G., Situmorang, T.J., & Silitonga, D.S. 2011. Joint Commission International Accreditation
Standards for Hospitals, 4 th ed. Oakbrook Terrace, Illinois 60181 U.S.A.

JCI., 2011, Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals, 4th Edition. Oakbrook
Terrace, Illinois USA

Kemenkes RI., 2011, Standar Akreditas Rumah Sakit, Kerjasama Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan Komisi Akreditasi Rumah Sakit
(KARS), Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit,
Jakarta.

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Biro Hukum Departemen Kesehatan RI,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai