Anda di halaman 1dari 30

KERATITIS HERPES SIMPLEKS

ALMIRA DYAH PUSPITARINI


IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. GC
 Umur : 32 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Bangsa : Indonesia
 Agama : Islam
 Alamat : Gedongkiwo
 No RM : 712612
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Mata Kanan kabur

RPS
Pasien mengatakan mata kanan kabur sejak 3
Minggu SMRS. Keluhan muncul secara tiba –tiba,
riwayat trauma (-). Keluhan disertai mata merah
dan terasa berat yang muncul secara bersamaan.
Mata nyeri (-). Pasien belum pernah memeriksakan
kondisinya sebelum, namun setiap hari pasien
menetesi matanya dengan insto tetapi keluhan tidak
hilang.
RPD & RPK
Riwayat Penyakit Dahulu :
1. Tidak pernah mengalami sakit mata seperti ini.
2. Riwayat sakit mata yang lain sebelumnya disangkal.
3. Riwayat operasi pada mata disangkal
4. Riwayat hipertensi (-), Riwayat DM (-), asma (-)
5. Riwayat penyakit cacar air (+) sewaktu sd.

Riwayat Penyakit Keluarga :


 Tidak ada anggota keluarga serumah yang mengalami
keluhan seperti pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
Occuli Dekstra Pemeriksaan Occuli Sinistra
20/50 Visus 20/20
Tidak dilakukan Pinhole Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Refraksi Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan
Baik Proyeksi Sinar Baik
Baik Proyeksi Warna Baik
Occuli Dekstra Pemeriksaan Occuli Sinistra

Simetris, Ptosis (-), Oedema (- Palpebra Simetris, Ptosis (-), Oedema (-


), hiperemis (-), Trikiasis (-), ), hiperemis (-), Trikiasis (-),
distrikiasis (-) distrikiasis (-)
Injeksi Silier (+), Injeksi Konjunctiva Injeksi Silier (-), Injeksi
Konjuctiva (-), pterigium (-) Konjuctiva (-), pterigium (-)

Jernih (+), oedema (-) Kornea Jernih (+), oedema (-)

Warna cokelat, sinekia (-) Iris Warna cokelat, sinekia (-)


Bulat, tepi reguler Pupil Bulat, tepi reguler
Jernih Lensa Jernih
Tidak dilakukan TIO Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Funduskopi Tidak dilakukan
DIAGNOSIS BANDING

Keratitis
Uveitis Anterior
Glaukoma Akut

DIAGNOSIS

Keratitis Herpes Simpleks


Tatalaksana

 Kompetensi Dokter Umum : 3A 1.Anti viral

C Hervis berisi acyclovir


R/ Asiklovir 400 mg tab No XXXV
C floxa berisi ofloxacin
s 5 dd tab 1
R/ C Hervis eo tube No. I
s 5 dd ue OD
R/ C Floxa ed md No. I
s 4 dd gtt I OD
DAFTAR PUSTAKA
ANATOMI
ANATOMI
DEFINISI
 Keratitis Herpes Simpleks adalah infeksi pada
kornea yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks (HSV)
 Bentuk infeksi keratitis herpes simpleks dibagi
dalam 2 bentuk yaitu epitelial dan stromal;
 pada bagian epitelial, mengakibatkan kerusakan
sel epitel dan membentuk ulkus kornea
superfisialis. Pada yang stromal terjadi reaksi
imunologik tubuh terhadap virus yang menyerang
reaksi antigen-antibodi yang menarik sel radang
ke dalam stroma.
EPIDEMIOLOGI
Kira-kira 94-99% kasus bersifat unilateral,
walaupun pada 40% atau lebih dapat terjadi
bilateral khususnya pada pasien-pasien atopik.
Infeksi primer dapat terjadi pada setiap umur,
tetapi biasanya antara umur 6 bulan-5 tahun
atau 16-25 tahun. Keratitis herpes simpleks
didominir oleh kelompok laki-laki pada umur 40
tahun ke atas
KLASIFIKASI
HSV keratitis dapat dibagi menjadi 4 kategori:
1. Keratitis epitelial
2. Keratitis stroma
3. Keratopati neurotropik
4. Endotheliitis
Keratitis Epitelial
• Keratitis epitel ditandai dengan vesikel kornea, bisul
dendritik, dan bisul geografis.
• Tanda awal replikasi virus aktif dalam epitel kornea
adalah, vesikel terlihat jelas. pada pasien dengan
riwayat diketahui HSV keratitis, vesikel epitel dapat
diamati bahkan tanpa gejala klinis.
• Dalam beberapa jam, kornea vesikel ini menyatu
menjadi pola dendritik.
• Jika ulkus membesar, bentuknya tidak lagi linear. Hal ini
kemudian disebut sebagai ulkus geografis. Sel-sel epitel
bengkak dan perbatasan bergigi atau geografis
membedakan lesi dari ulkus neurotropik.
Herpes simplex virus geographic
ulcer
Keratitis Stroma
• keratitis stroma, ditandai dengan stroma padat
menyusup, ulserasi, dan nekrosis, diyakini hasil dari
replikasi virus di keratocytes stroma dan respon host
parah peradangan. Peradangan ini intrastromal merusak
dapat menyebabkan penipisan dan perforasi dalam waktu
singkat. Penggunaan kortikosteroid topikal tanpa cakupan
antivirus dapat menjadi faktor risiko yang mungkin untuk
pengembangannya.
• Pada stromal keratitis. peradangan signifikan anterior
chamber mungkin menyertai keratitis stroma.
• stroma jaringan parut yang menetap dapat menyebabkan
kehilangan penglihatan yang mendalam. Selain itu,
semua jenis keratitis stroma dapat berkrmbang menjadi
uveitis, trabeculitis, dan glaukoma sekunder.
Inactive immune stromal
keratitis
Keratopati Neurotropik
• keratopati neurotropik berkembang pada pasien dengan
penyakit HSV sebelumnyal. biasanya dianggap tidak menular,
keratopati neurotropik timbul dari gangguan persarafan kornea
dan penurunan pembentukan air mata, diperburuk oleh
penggunaan jangka panjang obat topikal, terutama antivirus.
• Tanda-tanda awal keratopati neurotropik termasuk permukaan
kornea tidak teratur. Erosi ini dapat berlanjut dengan cacat
epitel dan ulserasi stroma akhirnya.
• ulkus neurotropik biasanya oval dengan batas yang halus dan
seringkali terletak di celah interpalpebral, terletak di kawasan
paracentral pusat atau inferior dari kornea. Penurunan
sensitivitas kornea membantu menegakkan diagnosis.
• Komplikasi keratopati neurotropik termasuk jaringan parut
stroma, neovaskularisasi, nekrosis, dan perforasi.
Large neurotrophic ulcer
Endotheliitis
• tanda-tanda klinis endotheliitis termasuk keratik
presipitat (KP), adanya edema stroma dan epitel, dan
tidak adanya infiltrasi stroma atau neovaskularisasi.
• Reaksi imunologi terhadap antigen virus di dalam sel
endotel kornea sebagai patogenesis yang mendasari,
namun, replikasi virus aktif juga mungkin memainkan
peran. Peradangan diarahkan pada endothelium dapat
menyebabkan dekompensasi endotel dan edema
stroma dan epitel diatasnya.
• HSV endotheliitis dapat diklasifikasikan sebagai
disciform, menyebar, atau linier.
Disciform endotheliitis with
secondary stromal ulceration
Patofisiologi
Infeksi terjadi melalui kontak langsung dari kulit
atau membran mukosa dengan lesi sarat-virus
atau melalui sekresi cairan tubuh. HSV tipe 1
(HSV-1) terutama bertanggung jawab untuk
infeksi orofacial dan okular, sedangkan HSV tipe 2
(HSV-2) umumnya menular seksual dan
menyebabkan penyakit kelamin. HSV-2 jarang
dapat menginfeksi mata melalui kontak dengan
lesi genital orofacial namun kadang-kadang dapat
ditransmisikan ke neonatus ketika mereka melalui
jalan lahir dari ibu dengan infeksi genital
Komplikasi
• Ulkus dendrikus
• Uveitis
• Keratitis interstitialis
• Keratitis disiformis
Penatalaksanaan
• Debriment,
berperan untuk pengambilan spesimen diagnostik,
juga untuk menghilangkan sawar epitelial sehingga
antiviral lebih mudah menembus. hal ini juga untuk
mengurangi subepithelial "ghost" opacity yang sering
mengikuti keratitis dendritik. debridement juga mampu
mengurangi kandungan virus epitelial, konsekuensinya
reaksi radang akan cepat berkurang.
• Antiviral  asiklovir
• Sulfas atropin  mencegah uveitis yang dapat
menyebabkan sinekia
• Vit.A  regenerasi epitel – mempercepat waktu
penyembuhan
Prognosis
Prognosis tergantung pada sejauh mana
jaringan parut kornea
DAFTAR PUSTAKA

Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Edisi


ke-1. Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada: Yogyakarta, 2007
Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-4.
Fakultas Kedokteran Indonesia: Jakarta,
2013
Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA.
Kapita Selekta Kedokteran UI. Edisi ke- 4.
Media Aesculapius: Jakarta, 2014
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai