Anda di halaman 1dari 29

FK UMI

Supratman
110 210 0070

SUPERVISOR PEMBIMBING :
Dr.Mulisnaeny,Sp.M
LAPORAN KASUS
 I. IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. MS
 Umur : 72 Tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Agama : Islam
 Bangsa/Suku : Bugis
 Alamat : Moncongloe
 Tanggal Pemeriksaan : 16Juni 2016
 II. ANAMNESIS
 Keluhan Utama : Nyeri pada mata kanan
 Anamnesis Terpimpin :
 Dialami sejak ± 14 hari yang lalu sebelum berobat ke poli
mata BKMM akibat benda asing masuk mata kanan
(serangga) dan pasien megucek matanya. Mata merah (+).
Air mata berlebih (+), Nyeri (+), kotoran mata berlebih (-),
rasa mengganjal (+). Pasien sulit membuka kelopak
mata(+),silau(+). Keluhan disertai pandangan berkabut
yang dialami sejakl 2 tahun terakhir secara perlahan-
lahan. Riwayat hipertensi (+), Riwayat DM (-), Riwayat
memakai kaca mata (+) ketika membaca, Riwayat penyakit
yang sama dalam keluarga(-)
FOTO KLINIS PASIEN
No Pemeriksaan OD OS
1 Palpebra Edema (-) Edema(-)
2 Apparatus Lakrimasi (+) Lakrimasi (-)
Lakrimalis
3 Silia Sekret (-) Sekret (-)
4 Konjungtiva Hiperemis (+) Injeksi perikornea Hiperemis (-),
(+)
5 Bola mata Normal Normal
6 Mekanisme Kesegala arah kesegala arah
muscular
ODS
OD
OS
7 Kornea Keruh bagian sentral, Jernih
fluorescent(-)
8 Bilik mata depan Normal Normal
Palpasi
No Pemeriksaan OD OS

1 Tensi okuler Tn Tn

2 Nyeri tekan (-) (-)

3 Massa tumor (-) (-)

4 Glandula pre-aurikuler Tidak ada Tdk ada


pembesaran pembesaran
 C. TONOMETRI: Tidak dilakukan pemeriksaan
 D. VISUS : VOD = 3/60
 : VOS = 5/60
 E. CAMPUS VISUAL: Tidak dilakukan pemeriksaan.
 F. COLOR SENSE : Tidak dilakukan
pemeriksaan.
 G. LIGHT SENSE : Tidak dilakukan
pemeriksaan.
No Pemeriksaan OD OS
1 Konjungtiva Hiperemis(+)Inje Hiperemis (-)
ksi perikorna (+)
2 Kornea Keruh bagian Jernih
sentral,
H. Penyinaran obliq
fluorescent(-
)Infiltrat multiple
berbentuk bulat
seperti uang
logam
3 Bilik Mata Depan Normal Normal
4 Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
5 Pupil Bulat, Sentral, Bulat, Sentral,
RC (+) RC(+)
6 Lensa Keruh, Iris Keruh, Iris

 I. DIAFANOSKOPI : Tidak dilakukan pemeriksaan
 J. OFTALMOSKOP : Tidak dilakukan pemeriksaan
 K. SLIT LAMP :
 SLOD : Konjungtiva hiperemis (+), kornea keruh bagian sentral
ukuran diameter + 3mm , BMD normal, iris coklat, kripte (+),
pupil bulat, RC (+), Lensa keruh, Iris Shadow (+)
 SLOS : Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih , BMD normal,
iris coklat, kripte (+), pupil bulat, RC (+), lensa keruh, Iris
shadow (+)
 L. SEIDEL TES : Tidak dilakukan pemeriksaan
 M. FLOURESCENT TEST: kornea (-)

DIAGNOSIS

OD Keratitis Numularis + ODS


Katarak immatur
TERAPI
TOPIKAL
Vigamox 6x1tetes OD
P.Pred 5 x 1 tetes OD

Obat oral :
Metylprednisolon 3x1
Anatomi dan histologi
kornea
Fisiologi Kornea
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan
“jendela” yang dilalui berkas cahaya menuju retina.
Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior
dari kornea.
Definisi Keratitis

Keratitis adalah infeksi atau peradangan pada salah satu dari

lapisan kornea. Peradangan juga dapat melibatkan lebih dari

satu lapisan kornea.

Disebut juga Keratitis Sawahica atau Keratitis Punctata

Tropica.
Etiologi

Penyebab keratitis bermacam-macam yaitu bakteri, virus dan

jamur. Selain itu penyebab lain yang merupakan faktor

predisposisi adalah kekeringan pada mata, pajanan terhadap

cahaya yang sangat terang, benda asing yang masuk ke mata,

reaksi alergi atau mata yang terlalu sensitif terhadap kosmetik

mata, debu, polusi atau bahan iritatif lain, trauma dan

penggunaan lensa kontak yang kurang baik .


Gejala Klinik
 GEJALA KERATITIT :
1. NYERI PADA MATA
2. GANGGUAN PENGLIHATAN
3. TRIAS KERATITIS (lakrimasi, fotofobia,
blefarospasme)
 TANDA KERATITIS
1. INFILTRASI
2. NEOVASCULARISASI
3. INJEKSI PERIKORNEA
4. KONGESTI JARINGAN YANG LEBIH DALAM
(IRIDOSIKLTIS, HIPOPION)
KLASIFIKASI:
berdasarkan lapisannya, keratitis dibagi menjadi :

Keratitis Keratitis Keratitis Keratitis


superfisialis subepitel Stroma Profunda

Keratitis Keratitis Keratitis Keratitis


punctata didiformis neuroparalitik interstitial
superfisialis

Keratitis Keratitis Keratitis


herpes nummularis Keratitis et sklerotikans
simpleks lagophttalmus

Keratitis
Keratitis disifoformis
herpes zoster
Bedasarkan penyebabnya, keratitis dibagi menjadi :
• Streptococcus, Pseudomonas, Enterobacteriaceae
Bakteri
(meliputi Klebsiella, Enterobacter, Serratia, and Proteus)
dan golongan Staphylococcus

• Herpes simpleks virus


virus
• Varicela zoster

Jamur •Aspergilus fusarium, Cefalosporium, dan Candida albicans

• Achantamoeba
Protozoa

• Vernal atau atopi


Alergi
Patofisiologi keratitis
Kornea
avaskuler
infiltrasi dari infiltrat
sel-sel
mononuclear,
sel plasma,
leukosit
polimorfonukl
ear (PMN)
Saat terjadi
peradangan Kerusakan epitel
kornea
(penurunan
penglihatan)

Sel-sel pada Dilatasi


stroma vaskuler di
Dilatasi
menjadi Iritasi pada pembuluh
limbus ujung saraf
makrofag
(nyeri) iris
(fotofobia)
K. Herpes simpleks virus

K. Superficialis
K. Herpes zoster pungtata
Keratitis Nummularis

K. Superficialis
pungtata

Keratitis Didiformis
Keratokonjunctivitis flikten

Keratitis dendritik

Keratokonjunctivitis Sikka
DIAGNOSIS
 Anamnesis
 Pemeriksaan : Slit Lamp, tes fluoresence, kerokan
kornea dgn pewarnaan KOH dan giemsa, kultur, biopsi
jaringan kornea, tes reflex kornea
TERAPI
 Keratitis Superfisial nonulseratif

 Keratitis Pungtata Superfisial dari Fuchs


pengobatan lokal : salep antibiotik atau sulfa untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder, dan dapat dikombinasi dengan
kortikosteroid.

 Keratitis Numularis atau Keratitis Dimmer


Tidak ada pengobatan yang spesifik terhadap penyakit ini.
diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.
lokal : salep antibiotika yang dapat dikombinasi dengan
kortikosteroid.
 Keratitis Disiformis dari Westhoff
salep mata antibiotik yang dapat dikombinasikan dengan
kortikosteroid. Pada keratitis ini, biasanya perjalanan
penyakit lama hingga berbulan-bulan.3

 Keratokonjungtivitis Epidemika
 kompres dingin (fase akut)
 Lebih baik diobati secara konservatif.
 Kekeruhan kornea yang menyebabkan penurunan visus
yang berat dapat diberikan steroid tetes mata 3 kali sehari.2
Antibiotik sebaiknya diberikan apabila terdapat
superinfeksi bakteri.
a. Keratitis Pungtata Superfisial Ulserativa
Salep antibiotika atau sulfa yang sesuai dengan
bakteri
obat antibiotika yang berspektrum luas.

b. Keratokonjungtivitis Flikten
Pengobatan keratokonjungtivitis flikten adalah
dengan memberi steroid lokal maupun sistemik.
 Keratitis Herpetika
kadang-kadang tidak diperlukan karena dapat sembuh
spontan atau dapat sembuh dengan melakukan
debridement.
obat antivirus topikal dan antibiotika topikal. Antivirus
seperti IDU 0.1% diberikan setiap 1 jam atau asiklovir.
d. Keratokonjungtivitis Sika
Artificial tear film
Pada keratokonjungtivitis yang berhubungan dengan
Sjogren sindrom pemberian kortikosteroid dosis rendah
dan topikal siklosporin menunjukkan keefektifan.
Prognosis

Prognosis pada setiap kasus tergantung pada beberapa


faktor :
 luas dan dalamnya lapisan kornea yang terlibat,
 ada atau tidaknya perluasan ke jaringan orbita lain,
 status kesehatan pasien (contohnya
immunocompromised),
 virulensi patogen,ada atau tidaknya vaskularisasi dan
deposit kolagen pada jaringan tersebut,
 waktu penegakkan diagnosis klinis yang dapat
dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang seperti
kultur pathogen di laboratorium. Pasien dengan infeksi
ringan dan diagnosis mikrobiologi yang lebih awal
memiliki prognosis yang baik;

Anda mungkin juga menyukai