LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 13 tahun
RM : 210191
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Wajo
Pekerjaan : Pelajar
MRS : 02/08/2016
2. Anamnesis
Keluhan Utama : Luka pada paha kiri
Anamnesis Terpimpin :
Dialami sejak 9 jam yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit. Nyeri dirasakan
setelah pasien terjatuh dari atas motor. Pasien sedang mengendarai motor
dengan kecepatan cepat, kemudian tiba – tiba melakukan rem secara
mendadak sehingga pasien terlempar dari motor dan menabrak sebuah pohon.
Tidak ada riwayat pingsan, tidak ada riwayat muntah. Setelah kejadian pasien
di bawa ke Puskesmas dan mendapat pertolongan pertama dan di rujuk ke
RSUD Kota Makassar.
3. Pemeriksaan Fisis
Primary survey
1
o Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler
- Circulation : TD 90/60 mmHg, Nadi 90 x per menit reguler kuat
angkat
- Dissability : GCS15 (E4M6V5)
- Exposure : Suhu 36,70 C
Secondary survey
Status Lokalis
karena nyeri
4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Hasil Hasil
WBC 11,6 PT 13.0
HB 9,6 APTT 28.0
PLT 285 HbsAg NonReactive
2
Foto X-Ray Femur AP
3
BAB II
DISKUSI
I. PENDAHULUAN
II. ANATOMI
Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter
major dan trochanter minor. Bagian caput berbentuk lebih kurang dua pertiga bola
dan berartikulasi dengan acetabulum dari os coxae membentuk articulatio coxae.
Pada pusat caput terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat
4
perlekatan ligamentum dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput femoris
dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada fovea.2
5
bawah.Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai crista supracondylaris medialis
menuju tuberculum adductorum pada condylus medialis.Tepian lateral menyatu
ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada permukaan posterior
batang femur, di bawah trochanter major terdapat tuberositas glutealis, yang ke
bawah berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang melebar ke arah ujung
distal dan membentuk daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya, disebut
fascia poplitea.2
6
- Posterior : Biceps femoris (long head dan short head),
semitendinosus, nervus sciatik
- Medial : Adductor magnus, adductor longus, gracilis, vena dan
arteri femoral
Neurovaskularisasi
Gambar 4. Vaskularisasi2
7
III. MEKANISME INJURI
Fraktur spiral biasanya terjadi apabila jatuh dengan posisi kaki melekat
erat pada dasar sambil terjadi puataran yang diteruskan pada femur, fraktur
transversal dan oblik terjadi karena trauma langsung dan trauma angulasi.1
Luka akibat kecelakaan adalah salah satu mekanisme penyebab fraktur
femur dengan energi potensial tinggi. Konfigurasi fraktur dan luas kerusakan
jaringan sekitar bergantung pada energi yng diserap oleh tungkai pada saat
kejadian. Jumlah energi yang ditransfer ke tungkai itu berbanding lurus dengan
berat badan/berat kendaraan dan kecepatan dari sumber trauma E = MA. Energi
yan g dirambatkan tadi tidak hanya menimbulkan kerusakan pada tulang tetapi
juga merusak jaringan seperti pengelupasan pada periosteal, robekan otot, dan
hilangnya integritas kulit. Karena energi yang diabsorbsi oleh tungkai meningkat,
maka pola fraktur dan kerusakan jaringan juga meningkat.7
IV. KLASIFIKASI
8
Derajat fraktur terbuka
terkontaminasi kulit
hilang
patah hebat
terdapat pendorongan
periosteum, tulang
terbuka
9
tanpa memperhatikan
tingkat kerusakan
jaringan lunak
V. GEJALA KLINIK
Fraktur femur merupakan fraktur yang biasanya diakibatkan oleh trauma
energy tinggi, maka harus dilakukan pemeriksaan secara keseluruhan. Biasanya
pasien datang dengan nyeri, adanya deformitas, pembengkakan, dan pemendekan
tungkai yang cedera.1,3,6
Pemeriksaan NVD juga harus dilakukan secara teliti karena biasanya fraktur
jenis ini disertai trauma neurovaskular . Selain itu dilakukan juga pemeriksaan
pada sendi Hip dan sendi lutut pada sisi yang cedera. Yang paling penting adalah
awasi tanda-tanda vital, karena fraktur femur dapat menyebabkan kehilangan
darah sampai 3 liter. 1,3,6
VII. DIAGNOSIS
Pada pasien ini didapatkan data An. A usia 13 tahun mengalami nyeri pada
paha kiri setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Hal ini dikarenakan daerah
tersebut terdapat kerusakan jaringan karena terjadinya diskontinuitas pada tulang
sehingga menimbulkan nyeri.
10
Dari pemeriksaan fisis didapatkan pada regio femur sinistra didapatkan
luka laserasi (+) 2cm, deformitas (+), nyeri tekan (+), pulsasi distal (+),
sensibilitas (+), nyeri gerak aktif dan pasif sulit dinilai karena nyeri. Dari
pemeriksaan ini sudah disimpulkan adanya fraktur, didapatkan nyeri tekan (+),
krepitasi (+),tanpa adanya kompartemen sindrom.
Pada pemeriksaan penjang X-Ray reg femur sinistra, jelas terlihat adanya
Fraktur 1/3 media femur sinistra. Hal ini lebih memperkuat diagnosis..
VIII. PENANGANAN
11
Gambar 6. Fracture femur—Traction1
- Terapi operatif
Operasi merupakan standar untuk stabilisasi yang paling baik untuk farktur
diafisis femur. Operasi sebaiknya dilakukan dalam 24 jam setelah trauma dengan
menggunakan plate dan screw. 1
Plating
Metode yang mudah digunakan namun memiliki komplikasi yang tinggi,
termasuk keggalan implan.1
External Fixation
Indikasi utama: (1) pengobatan fraktur terbuka yang berat, (2) pasien dengan
multiple injuri dimana ada kebutuhan untuk mengurangi waktu operasi, (3)
transportasi tulang, (4) fraktur pada remaja.1
12
IX. KOMPLIKASI
Komplikasi dari fraktur diafisis femur ada 2 jenis, yaitu komplikasi dini dan
komplikasi lanjut. Yang termasuk komplikasi dini adalah syok, emboli lemak,
trauma pembuluh darah besar, trauma saraf, tromboemboli, dan infeksi.
Sedangkan yang termasuk kompliksai lanjut adalah delayed union, non union,
malunion, kaku sendi otot, dan refraktur. 1,4,6
Non union adalah adalah fraktur yang tidak akan menyatu tanpa intervensi
dengan batasan waktu antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan konsolidasi sehingga
terdapat pseudoartrosis (sendi palsu). Adanya jaringan atau segmen tulang yang
hilang, atau adanya interposisi jaringan yang menyebabkan non union tipe
hipertrofi. Sedangkan tipe atropi disebabkan oleh kurangnya vaskularisasi,
kurangnya proses hematom, infeksi, atau fraktur patologis. Gambaran klinisnya
yaitu, tidak adan nyeri, adanya false movement atau pseudoatrosis, dan adanya
celah di antara kedua fragmen. Penatalaksanaannya dapat berupa konservatif yaitu
dengan rehabilitasi dan fisioterapi, dan dapat dilakukan operatif berupa ORIF dan
atau dengan bone graft.1,4,6
13
DAFTAR PUSTAKA
14